Asuransi

18
ASURANSI Disusun oleh : 1. Aditya Singgih Kurniawan (02) 2. Nur Shofiyah (15) 3. Reses Isna Ismayana (19) 4. Shifa Fauziah (24) 5. Siti Maghfiroh (25)

Transcript of Asuransi

Page 1: Asuransi

ASURANSIDisusun oleh :

1. Aditya Singgih Kurniawan (02)

2. Nur Shofiyah (15)

3. Reses Isna Ismayana (19)

4. Shifa Fauziah (24)

5. Siti Maghfiroh (25)

Page 2: Asuransi

• Asuransi berasal dari kata assurantie dalam bahasa Belanda, atau assurance dalam bahasa perancis, atau assurance/insurance dalam bahasa Inggris. Assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi, sedang Insurance berarti menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi.

• Menurut sebagian ahli asuransi berasal dari bahasa Yunani, yaitu assecurare yang berarti menyakinkan orang.

• Di dalam bahasa Arab asuransi dikenal dengan istilah : at Takaful,atau at Tadhamun yang berarti : saling menanggung. Asuransi ini disebut juga dengan istilah at-Ta’min, berasal dari kata amina, yang berarti aman, tentram, dan tenang. Lawannya adalah al-khouf, yang berarti takut dan khawatir. ( al Fayumi, al Misbah al Munir, hlm : 21 )  Dinamakan at Ta’min, karena orang yang melakukan transaksi ini ( khususnya para peserta ) telah merasa aman dan tidak terlalu takut terhadap bahaya yang akan menimpanya dengan adanya transaksi ini.

Page 3: Asuransi

Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tentang asuransi atau pertanggungan dalam BAB 9 PASAL 246 dijelaskan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah “Suatu perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri pada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

Page 4: Asuransi

Macam-Macam Asuransi

a. Asuransi Kesehatan

b. Asuransi Pendidikan

c. Asuransi Kecelakaan Kerja

d. Asuransi Properti dan Kendaraan

e. Asuransi Jiwa

Page 5: Asuransi

Asuransi berdasarkan sistem yang digunakan

• Asuransi konvensional– Asuransi Konvensional, merupakan istilah yang

digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.

Page 6: Asuransi

2. Asuransi Syariaho Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem

dimana para peserta menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

Page 7: Asuransi

Perbandingan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

No Prinsip Konvensional Syariah

1 Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung

mengikatkan diri dengan pihak

tertanggung, dengan menerima premi

asuransi, untuk memberikan pergantian

kepada tertanggung.

Sekumpulan orang yang saling

membantu, saling menjamin,

dan bekerja sama, dengan cara

masing-masing mengeluarkan

dana tabrru’

2 Asal usul Dari masyarakat babilonia 4000-3000 SM

yang dikenal dengan perjanjian

Hammurabi. Dan tahun 1668M di Coffe

House London berdirilah Lloyd of

London sebagai cikal bakal asuransi

konvensional.

Dari al-Aqidah, kebiasaan suku

Arab jauh sebelum Islam datang.

Kemudian disakan oleh

Rosululloh menjadi hokum

Islam, bahkan telah tertuang

dalam konstitusi pertama di

dunia (Piagam Madina) yang

dibuat langsung Rosululloh.

Page 8: Asuransi

3. Sumber hukum Bersumber dari pikiran

manusia dan kebudayaan.

Berdasarkan hokum positif,

hokum alami dan contoh

sebelumnya.

Bersumber ddari wahyu Ilahi

Sumber hokum dalam syariah

Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah,

Ijma’, Fatwa Shahabat, Qiyas,

Istihsan, “urf Tradisi, dan

Mashalih Mursalah

4 Maisir Gharar, Riba Tidak selaras dengan syariah

Islam karena terdapat 3 hal

ini.

Bersih dari praktik Maisir Gharar,

dan Riba

5 DPS (Dewan

Pengawas Syariah)

Tidak ada. Sehingga ddalam

praktiknya banyak

bertentangn dengan kaidah-

kaidah syara’

Ada, yang berfungsi untuk

mengawasi pelaksanaan operasional

perusahaan agar terbebas dari

praktik-praktik muamalah yang

bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah.

6 Akad Akad jual beli (akad

mu’awadhoh, akad idz’aan, akad

gharra, dan akad mulzim)

Akad tabarru’ dan akad tijaroh

(mudhorobah, wakalah, wadiah, syirkah,

dan sebagainya)

Page 9: Asuransi

7 Jaminan/risk

(resiko)

Transfer of risk, di mana terjadi

transfer resiko ddari

tertanggung kepada

penanggung

Sharing of risk, di mana terjadi proses saling

menanggung antara satu peserta dengan

peserta lain (ta’awun)

8 Pengelolaan dana Tddak ada pemisahan dana, yang

berakibat terjadinya dana hangus

(untuk produk saving life)

Pada produk-produk saving life terjadi

pemisahan dana, yaitu dana tabarru’, derma ddan

dana peserta, sehingga tidak mengenal dana

hangus. Sedangkan untuk term insurance (life)

dan general insurance semuanya bersifat

tabarru’.

9 Investasi Bebas melakukan investasi dalam

batas-batas ketentuan perundang-

undangan. Dan tidak terbatasi

pada halal-haramnya objek atau

system investasi yang digunakan.

Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan

perundang-undangan, sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah

Islam. Bebas ddari riba dan tempat-tempat

investasi yang terlarang.

10 Kepemilikan dana Dana yang terkumpul dari premi

peserta seluruhnya menjadi milik

perusahaan. Perusahaan bebas

menggunakan dan

menginvestasikan ke mana saja.

Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk

iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta

(shohibul mal), asuransi syariah hanya sebagai

pemegang amanah(mudhorib) dalam mengelola

dana tersebut.

Page 10: Asuransi

11 Unsure

premi

Unsure premi terdiri dari tabel

mortalita (mortality tables), bunga

(interest), biaya-biaya asuransi (cost

of insurance)

Iuran atau kontribusi terdiri dari unsure

tabarru’ dan tabungan (yang tidak

mengandung unsure riba). Tabarru’ juga

dihitung dari mortalita, tetapi tanpa

perhitungan bunga teknik.

12 Loading Loading pada asuransi konvensional

cukup besar terutama untuk komisi

agen, bias menyerap premi tahun

pertama dan kedua. Karena itu, nilai

tunai pada tahun pertama dan kedua

biasanya belum ada (masih hangus)

Pada sebagian asuransi syariah, loading

(komisi agen), tidak dibebankan kepada

peserta tapi dari dana pemegang saham.

Namun pada sebagian yang lainnya

mengambilkan dari sekitar 20-30% saja dari

premi tahun pertama. Dengan demikian nilai

tunai tahun pertama sudah terbentuk.

13 Sumber

pembayaran

klaim

Sumber biaya klaim adalah dari

rekening perusahaan, sebagai

konsekuensi penanggung terhadap

tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada

nuansa spiritual.

Sumber pembayaran klaim diperoleh dari

rekening tabarru’, yaitu peserta saling

menanggung. Jika salah satu peserta

mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut

menanggung bersama resiko.

Page 11: Asuransi

14 System

akuntansi

Menganut konsep akuntansi

accrual basis, yaitu proses

akuntansi yang mengakui

terjadinya peristiwa atau keadaan

nonkas. Dan, mengakui

pendapatan, peningkatan assets,

expenses, liabilities dalam jumlah

tertentu yang baru akan diterima

pada waktu yang akan dating.

Menganut konsep akuntansi cash basis,

mengakui apa yang benar-benar telah ada,

sedangkan accrual basis dianggap

bertentangan dengan syariah karena

mengakui adanya pendapatan, harta beban,

atau utang yang akan terjadi pada masa

yang akan datang. Sementara apakah itu

dapat benar-banar terjadi, hanya Alloh yang

tahu.

15 Keuntungan /

profit

Keuntungan yang diperoleh dari

surplus underwriting, komisi

reasuransi dan hasil investasi

seluruhnya adalah keuntungan

perusahaan.

Profit yang diperoleh dari surplus underwriting,

komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan

seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi

dilakukan bagi hasil (mudhorobah) dengan

peserta.

16 Misi dan visi Secara garis besar misi utama dari

asuransi konvensional adalah misi

ekonomi dan misi social.

Misi yang diemban dalam asuransi syariah

adalah misi aqidah, misi ibadah (ta’awun), misi

ekonomi (iqtishodl), dan misi pemberdayaan

ummat (social)

Page 12: Asuransi

Persamaan dan Perbedaan Antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

No Persamaan No Perbedaan

1Keduanya dalam melakukan akad atas dasar sukarela

1Keberadaan dewan pengawas syariah pada asuransi syariah harus ada, sedangkan pada asuransi konvensional tidak harus ada

2Keduanya memberikan jaminan keamanan kepada anggota

2

Akad pada asuransi syariah bersifat tafakuli (tolong menolong ), sedangkan pada asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual beli), sehingga harus memperoleh keuntungan

3Keduanya berjalan sesuai kesepakatan

3

Pada asuransi syariah , premi diinvestasikan dengan sistem bagi hasil (mudarabah), sedangkan pada Asuransi konvensional premi menjadi milik perusahaan dengan sistem bunga .

4Keduanya memiliki akad yang bersifat mustamir (terus)

4

Keuntungan investasi dalam asuransi syariah menjadi milik nasabah dan perusahaan , sedangkan pada asuransi konvensional ,keuntungan milik perusahaan seluruhnya

Page 13: Asuransi

Berdasarkan sifatnya ada 2 jenis asuransi

• Asuransi sosial– Asuransi sosial adalah asuransi yang keikutsertaan

peserta/nasabah asuransi timbul secara wajib umumnya diwajibkan Undang-Undang.

– Contoh asuransi sosial yaitu ASTEK, ASKES, PNS

• Asuransi Komersial– Asuransi komersial adalah asuransi yang

keikutsertaan peserta bersifat sukarela atau tidak wajib. Keikutsertaan anggota atas kehendak sendiri.

– Contoh dari asuransi komersial adalah asuransi yang tidak diwajibkan di Undang-Undang, antara lain yaitu Prudential dan AIA.

Page 14: Asuransi

Hukum Umat Islam Menggunakan Jasa Asuransi

• Menurut Sayyid Sabiq, Abdullah Al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil (mufti Mesir) mengatakan bahwa segala jenis asuransi hukumnya haram, karena;

1. Asuransi sama dengan judi

2. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti

3. Asuransi mengandung unsur riba

4. Asuransi mengandung unsur pemerasan

5. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba

6. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai

7. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan mendahului takdir Allah

Page 15: Asuransi

• Menurut Abdul Wahab Khalaf, Musthofa Akhmad Zarqa ( guru besar hukum islam pada Fakultas Syari’ah Universitas Syiria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar hukum islam pada Universitas Cairo Mesir), dan Abdul Rakhman Isa ( pengarang kitab Al- MU’alamatul Hadisah Waahkamuha) mengatakan bahwa asuransi konvensial hukumnya boleh, karena :

1. Tidak ada nash (Al-Quran dan sunnah) yang melarang asuransi.

2. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.

3. Saling menguntungkan kedua belah pihak.

4. Asuransi termasuk akad mudarabah (bagi hasil).

5. Asuransi termasuk koperasi (syirkah ta’awuniyah).

6. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.

Page 16: Asuransi

• Menurut Muhammad Abdu Zahrah (guru besar hukum islam pada Universitas Cairo) mengatakan bahwa asuransi sosial yang bersifat komersial hukumnya haram. Sedangkan asuransi yang bersifat sosial hukumnya boleh / halal.

Page 17: Asuransi

• Asuransi hukumnya syubhat, artinya belum jelas antara haram dan halal karena tidak ada dalil yg secara jelas menghalalkan / mengharamkan. Di dalam islam berlaku pedoman bahwa sesuatu yg meragukan, sebaiknya ditinggalkan.

Page 18: Asuransi

TERIMA KASIH