ASUHAN_KEPERAWATAN[1]
-
Upload
sapto-adi-asis-setiawan -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of ASUHAN_KEPERAWATAN[1]
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B DENGAN CKB (CIDERA KEPALA
BERAT) DI RUANG IGD RSUD ULIN BANJARMASIN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 68 Tahun
Suku/Bangsa : Dayak
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sampit
Diagnose Medis : CKB (Cidera Kepala Berat)
Nomor Rekam Medik : 1-15-28-10
Tgl masuk : 31 Mei 2015 jam (18.30 WITA)
Tanggal pengkajian : 1 Juni 2015 jam (9 pagi)
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
2. Riwayat Sekarang
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas dua hari yang lalu di Sampit,
keluarga menceritakan klien ditabrak dari belakang saat
mengendarakan sepeda motor, kemudian klien dilarikan ke RSUD Dr.
Murjani Sampit, klien sempat mual muntah dan mendapatkan
perawatan di RS Sampit selama beberapa jam, karena kondisi klien
yang semakin memburuk kemudian pihak RS Sampit melakukan
perujukan, untuk mendapatkan perawatan yang memadai, klien di
rujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 31 Mei 2015 jam
18.30 klien masuk IGD RSUD Ulin Banjarmasin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Klien mengatakan ada memiliki memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan tidak ada diabetes melitus
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit seperti klien
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran Umum
a. Kesadaran : Koma
b. GCS : E1, V2, M2
c. TTV :
TD: 160/90 mmHg R: 32 x/ menit
N: 88 x/menit
SPO2: 98%
T: 36,6 0 C
2. Pengkajian B1-B6
a. B1 (Breating/ Pernafasan)
a) Inspeksi : terdapat sekret berupa buih-buih, pernapasan
klien tampak cepat, menggunakan otot bantu
napas, pergerakan dada simetris, terpasang
O2 5 Lpm dengan simpel mask dengan SPO2
98%
b) Palpasi : Akral teraba hangat
c) Perkusi : thorax sonor, abdomen timpani
d) Auskultasi : bunyi nafas gurgling
b. B2 (Blood/ Kardiovaskuler)
Saat pengkajian di dapatkan TD : 160/90 mmHg dengan irama
jantung 88 x/ menit, reguler, sinus rythem, bunyi jantung S1-
S2 tunggal, dengan lektus cordis tidak terlihat, keadaan akral
hangat, tidak ada pembesaran.
c. B3 (Brain/ Persyarafan)
Tingkat kesadaran stupor dengan nilai GCS 2-2-4 pada saat
masuk IGD namun pada saat pengkajian GCS klien E1, V2, M2
= Koma, hasil CT Scan menunjukkan terdapat perdarahan di
otak, respon pupil isokor pupil sama besar.
d. B4 (Bladder/ Perkemihan)
Tidak ada pembesaran pada kandung kemih. Penurunan jumlah
urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat
menurunya perfusi pada ginjal. Saat pengkajian klien terpasang
DC dengan warna urine jenih, bau amoniak, jumlah urine
sebanyak 300 ml.
e. B5 (Bowel/ Pencernaan)
Klien terpasang NGT, mukosa bibir tampak kering,
f. B6 (Bone/ Muskuluskeletal)
Tidak ada pergerakan pada ekstrimitas atas dan bawah. Tidak
terdapat edema pada ekstrimitas atas dan bawah. Terdapat
lebam-lebam pada kaki kiri, terdapat jejas di atas klavikula
pada belakang telinga
D. Data Penunjang
HASIL PEMERIKSAAN
Pada tanggal : 01 Juni 2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
RUJUKAN
SATUAN METODA
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.6 * 14.00-18.00 g/dl Colorimetric
Lekosit 11.3 * 4.0-10.5 Ribu/ul Impedance
Eritrosit 2.77 * 3.90-5.50 Juta/ul Impedance
Hematokrit 26.3* 37.00-47.00 Vol% Analyzer
Calculates
Trombosit 163 150-450 Ribu/ul Impedance
RDW-CV 13.2 11.5-14.7 % Analyzer
Calculates
MCV,MCH,MCHC
MCV 95.3 80.0-97.0 fl Analyzer
Calculates
MCH 31.0 27.0-32.0 Pg Analyzer
Calculates
MCHC 32.6 32.0-38.0 % Analyzer
Calculates
HITUNG JENIS
Gran % 76.8* 50.0-70.0 % Impedance
Limfosit%MID% 12.5 * 25.0-40.0 % Impedance
MID% 10.7 4.0-11.0 % Impedance
Gran# 8.70 * 2.50-7.00 Ribu/ul Impedance
Limfosit# 1.4 1.25-4.0 Ribu/ul Impedance
MID# 1.2 Ribu/ul Impedance
PROTOMBINE TIME
PT 9,7 9,9-13,5 Detik Nephelometri
- 0,86 - Nephelometri
Normal PT 11,4 - - Nephelometri
PTT 24,0 22,2-37,0 Detik Nephelometri
Normal APTT 26,1 - Nephelometri
GULA DARAH
Glukosa Darah
Sewaktu
119 <200 Mg/dl GOD-PAP
HATI
SGPT 30 0-45 U/l IFCC
GINJAL
Ureum 57* 10-50 Mg/dl Modif-Berhelot
Creatinin 1.1 0.7-1.4 Mg/dl Jaffe
ELEKTROLIT
Natrium 134,1 135-146 mmol/l ISE
Kalium 4,5 3,4-5,4 mmol/l ISE
Clorida 99,7 95-100 mmol/l ISE
E. Terapi
Pada tanggal 1 Juni 2015
Jenis Terapi Indikasi
Injeksi Ceftriaxone 3x 3 gram
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone, seperti: infeksi saluran nafas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak, infeksi intra abdominal, infeksi genital (termasuk gonore), profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.
Injeksi Ketorolac 3 x 1 Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Injeksi Ranitidin 1x1 vial
1. Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
2. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung.
3. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik).
4. Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.
F. Analisa Data
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI1. DS : -
DO : 1. Klien mengalami penurunan
kesadaran, GCS: E1, V2, M2= 5 koma
2. Terdengar suara gurgling3. Terlihat keluar sekret berupa buih
biuh dari mulut klien4. TD : 160/90 mmHg5. N: 88 x/ menit6. R: 32 x/menit7. T: 36,60 C
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Penumpukan sekret
2. DS : -DO:
1. Pernafasan klien cepat2. Menggunakan otot bantu nafas3. SPO2: 98 %4. Pasein mengalami penurunan
kesadaran GCS: E1, V2, M2 = 5 koma
5. Terpasang O2 5 Lpm simpel mask6. TD : 160/90 mmHg7. N: 88 x/ menit8. R: 32 x/menit9. T: 36,60 C
Pola nafas tidak efektif
Kerusakan neurologis
3. DS : - DO :
1. Klien mengalami penurunan
kesadaran, GCS: E1, V2, M2 = 5 koma
2. Hasil CT Scan menunjukkan terdapat perdarahan di otak
3. SPO2 : 98%4. TD : 160/90 mmHg5. N: 88 x/ menit6. R: 32 x/menit7. T: 36,60 C
Gangguan perfusi jaringan serebral
Ketidakefektifan suplai oksigen ke otak
4. Faktor Resiko1. Terjadi penurunan kesadaran2. Reflek menelan menurun3. Ada riwayat mual muntah saat
terjadi kecelakaan
Resiko Aspirasi
G. Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
2. Pola nafas tidakefektif b.d kerusakan neurologis
3. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d Ketidakefektifan suplai
oksigen ke otak
4. Resiko Aspirasi
H. Intervensi Keperawatan
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x60 menit bersihan jalan nafas efektif.Kriteria hasil :
1. Tidak ada suara nafas tambahan
2. Tidak ada sekret3. Frekuensi pernafasan
dalam batas normal
1. Kaji bersihan jalan nafas2. Observasi TTV3. Atur posisi klien4. Lakukan suction5. Auskultasi suara napas6. Berikan perawatan mulut7. Kolaborasi O2
2 Pola nafas tidakefektif b.d kerusakan neurologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x60 menit pola nafas efektifKriteria Hasil :
1. Pola nafas efektif2. TTV dalam batas normal
1. Kaji pernafasan (irama, frekuensi, kedalaman )
2. Kaji reflex menelan dan kemampuan mempertahankan jalan nafas
3. Bantu perubahan posisi secara berkala
4. Auskultasi bunyi paru5. Catat pengembangan
dada6. Pantau adanya pucat dan
sianosis7. Kolaborasi pemberian O2
3 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d Ketidakefektifan suplai oksigen ke otak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 4 jam gangguan perfusi jaringan serebral dapat teratasi.Kriteria Hasil :
1. tingkat kesadaran meningkat
2. Ttv dalam batas normal
1. Pantau tanda-tanda vital2. Kaji tanda-tanda
penurunan perfusi serebral : gangguan mental, pingsan, reaksi pupil, penglihatan kabur, nyeri kepala, gerakan bola mata.
3. Berikan oksigen sesuai instruksi dokter
4. Lakukan tindakan bedrest total
5. Posisikan klien lebih tinggi dari badan (30-40 derajat)
6. Monitor tanda-tanda TIK7. Batasi gerakan leher dan
kepala8. Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi4 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tingkat
keperawatan 1x 4 jam resiko iaspirasi tidak terjadi.Kriteria Hasil :
1. Jalan napas paten, mudah bernapas
2. Klien mampu menelan
kesadaran, refleks batuk dan kemampuan menelan
2. Pelihara jalan napas3. Lakukan suction jika
perlu4. Cek nasogastrik sebelum
makan5. Hindari makan kalo
residu masih banyak6. Haluskan obat sebelum
pemberian7. Naikkan kepala 30-40
derajad setelah makan
I. Implementasi Keperawatan
No JamDiagnosa
KeperawatanImplementasi Keperawatan
Evaluasi Paraf
1 09.15 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
1. Mengobservasi TTV
2. Mengkaji bersihan jalan nafas
3. Mengatur posisi klien
4. Melakukan suction
5. Membersihakan mulut klien
6. Berkolaborasi pemberian oksigen
Jam 10.15S : -O :
1. TTV ( TD : 140/80, N : 85 x/menit, R : 30 x/menit, T : 36,60C , SPO2 : 100%
2. Respirasi pernafasan 30x per menit
3. Terdengar ronkhi pada dada sebelah kanan
4. Masih terdapat buih-buih pada mulut
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, klien dipindahkan keruang BU (1.2.3.4.5,6)
2 09.15 Pola nafas tidakefektif b.d kerusakan neurologis
1. Mengkaji pernafasan (irama, frekuensi, kedalaman )
2. Mengkaji reflex menelan dan kemampuan mempertahankan jalan nafas
3. Membantu perubahan posisi secara berkala
4. Auskultasi bunyi paru
5. Mencatat pengembangan dada
6. Memantau
Jam 10.15S : -O :
1. TTV ( TD : 140/80, N : 85 x/menit, R : 30 x/menit, T : 36,60C , SPO2 : 100%
2. Terdengar suara tambahan gurgling
3. Terdengar ronkhi pada dada sebelah kanan
A : Masalah pola nafas tidakefektif belum teratasi
adanya pucat dan sianosis
7. Berkolaborasi pemberian O2
P : Intervensi dilanjutkan, klien dipindahkan keruang BU (1.2.3.4.5.6.7)
3 09.20 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d Ketidakefektifan suplai oksigen ke otak
1. Memantau tanda-tanda vital SPO2 : 98% TD : 140/80
mmHg N: 85 x/
menit R: 30 x/menit T: 36,60 C
2. Mengkaji tanda-tanda penurunan perfusi serebral : gangguan mental, pingsan, reaksi pupil, penglihatan kabur, nyeri kepala, gerakan bola mata.
3. Memberikan oksigen sesuai instruksi dokter
4. Melakukan tindakan bedrest total
5. Memposisikan klien lebih tinggi dari badan (30-40 derajat)
6. Memoonitor tanda-tanda TIK
7. Membatasi gerakan leher dan kepala
8. Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Jam 10.20S : -O :
1. Tingkat kesadaran klien masih koma
2. TTV ( TD : 140/80, N : 85 x/menit, R : 30 x/menit, T : 36,60C , SPO2 : 100%
A : Masalah gangguan perfusi jaringan serebral belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, klien dipindahkan keruang BU (1.2.3.4.5.6.7.8)
4 09.30 Resiko Aspirasi 1. Memonitor tingkat kesadaran, refleks batuk dan kemampuan menelan- Kesadaran
menurun dan tidak ada reflek menelan
2. Memeelihara jalan napas
3. Melakukan suction jika perlu
4. Melakukan Cek nasogastrik sebelum makan
5. Menghindari makan kalo residu masih banyak
6. Menghaluskan obat sebelum pemberian
7. Menaikkan kepala 30-40 derajad setelah makan
Jam 10,30S : -O :
1. Klien masih tampak tidak sadar
2. Reflek menelan menurun
A : Masalah resiko resiko aspirasi belum tertatasi
P : Intervensi dilanjutkan, klien dipindahkan keruang BU (1.2.3.4.5.6.7)
J. Catatan perkembangan
No JamNO
DiagnosaImplementasi Keperawatan Evaluasi
1 10.20
11. Mengobservasi TTV2. Mengkaji bersihan
jalan nafas3. Mengatur posisi klien4. Melakukan suction5. Membersihakan mulut
klien6. Berkolaborasi
pemberian oksigen
Jam 11.20S : -O :
1. TTV ( TD : 150/80, N : 89 x/menit, R : 27 x/menit, T : 36,50C , SPO2 : 100%
2. Respirasi pernafasan 27 x per menit
3. Terdengar ronkhi pada dada sebelah kanan
4. Masih terdapat buih-buih pada mulut
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, klien dipindahkan keruang BU (1.2.3.4.5.6)
2 10.20
21. Mengkaji pernafasan
(irama, frekuensi, kedalaman )
2. Mengkaji reflex menelan dan kemampuan mempertahankan jalan nafas
3. Membantu perubahan posisi secara berkala
4. Auskultasi bunyi paru5. Mencatat
pengembangan dada6. Memantau adanya
pucat dan sianosis7. Berkolaborasi
pemberian O2
Jam 11.20S : -O :
1. TTV ( TD : 150/80, N : 89 x/menit, R : 30 x/menit, T : 36,50C , SPO2 : 100%
2. Terdengar suara tambahan gurgling
3. Terdengar ronkhi pada dada sebelah kanan
A : Masalah pola nafas tidakefektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan, klien dipindahkan keruang BU (1.2.3.4.5.6.7)
LAMPIRAN
Hasil CT SCAN tanggal 31 Mei 2015
Kesimpulan :
1. Terjadi perdarahan pada thalamus
2. Perdarahan pada intra lateral
3. Perdarahan tidak menyebar
Hasil Rotgen 1 Juni 2015
Rumus menghitung CRT
(Normal) >0.50 cardio megali
Tidak terdapat fraktur pada iga dan klavikula klien.
SIMPULAN
A. Simpulan
Dari kasus yang diangkat pada Tn.B 68 tahun dengan diagnose medis cidera
kepala berat yang mengalami penurunan kesadaran. Klien mengalami penurunan
kesadaran setelah Klien mengalami kecelakaan lalu lintas dua hari yang lalu di
Sampit, keluarga menceritakan klien ditabrak dari belakang saat mengendarakan
sepeda motor, kemudian klien dilarikan ke RSUD Dr. Murjani Sampit, klien
sempat mual muntah dan mendapatkan perawatan di RS Sampit selama beberapa
jam, karena kondisi klien yang semakin memburuk kemudian pihak RS Sampit
melakukan perujukan, untuk mendapatkan perawatan yang memadai, klien di
rujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 31 Mei 2015 jam 18.30 klien
masuk IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Klien terpasang NGT, klien sebenarnya
mau dimasukan ke ICU karena ruangan penuh lalu dirawat inapkan di BU setelah
itu lalu masuk ICU