Asuhan Sayang Ibu
-
Upload
astrinalia -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Asuhan Sayang Ibu
ASUHAN SAYANG IBU DAN POSISI MENERAN
Adapun beberapa hal yang merupakan sayang ibu adalah :
a. Pendampingan keluarga, Selama proses persalinan berlangsung,ibu membutuhkan
teman dari keluarga. Bisa di lakukan oleh suami,orang tua atau kerabat yang di sukai oleh
ibu. Dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan sangat
membantu mewujudkan persalinan yang lancar.
b. Libatkan keluarga, Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu
berganti posisi,teman bicara,melakukan rangsangan taktil,memberikan makanan dan
minuman,membantu dalam mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal/pinggan
belakang. Bila persalinan dilakukan dirumah,keluarga dapat membantu menyiapkan
tempat dan peralatan yang digunakan dalam persalinan.
c. KIE proses persalinan, Penolong persalinan memberi pengertian tentang tahapan dan
kemajuan proses persalinan atau kelahiran janin pada ibu dan keluarga agar ibu tidak
cemas menghadapi persalinan Mengurangi rasa cemas dengan cara memberi penjelasan
tentang prosedur dan maksud dari setiap tindakan yang akan dilakukan,memberi
kesempatan ibu dan keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas,menjelaskan
setiap pertanyaan yang diajukan bila perlu dengan alat peraga,memberi informasi apa
yang di alami oleh ibu dan janinnya dalam hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
d. Dukungan psikologi, Dukungan psikologi dapat diberikan dengan bimbingan dan
menanyakan apakah ibu perlu pertolongan. Berikan kenyamanan,berusaha menenangkan
hati ibu dalam menghadapi dan menjalani proses persalinan.memberikan perhatian agar
dapat menurunkan rasa tegang sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan.
e. Membantu ibu memilih posisi, Posisi pada saat meneran tergantung pada keinginan ibu
dalam memilih posisi yang paling nyaman dirasakan ibu.
f. Cara meneran (mengejan), Penolong persalinan menganjurkan ibu untuk meneran bila
ada dorongan yang kuat dan spontan untuk meneran. Penolong tidak diperkenankan
meminta ibu untuk meneran secara terus-menurus tanpa mengambil nafas saat meneran
atau tidak boleh meneran sambil menahan nafas. Penolong sebaiknya menyarankan ibu
untuk beristirahat dalam waktu relaksasi kontraksi. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari resiko asfiksia (kekurangan O2
pada janin) karena suplay oksigen melalui plasenta berkurang.
g. Pemberian nutrisi, Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan,elektrolit
dan nutrisi. Hal ini untuk mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada ibu
bersalin dapat berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
penting artinya dalam menimbulkan kontraksi uterus.
Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan
Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi
seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta
dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan
dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan
pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
1. Mendukung ibu dan keluarga baik
secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi
dini dan penanganan komplikasiselama persalinan dan kelahiran.
3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
8. Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan
kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu
ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:
1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup
ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi,
memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai
kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu
dan keluargadalam pengambilan keputusan.
3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan
proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang
terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe
Motherhood Intiativepada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang
ibu sebagai berikut:
1. Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk
mendapatkan dukungan emosionaldan fisik secara berkesinambungan.
2. Memberi informasi mengenai praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan.
3. Memberi asuhan yang peka dan responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat.
4. Memberikan kebebasan bagi ibu yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang
nyaman bagi ibu.
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan.
6. Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah
tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda
kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik.
7. Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpaobat-
obatan.
8. Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara mandiri.
9. Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
10. Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.
Prinsip Umum Sayang Ibu
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut:
1. Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis.
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi.
3. Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa
ibu.
4. Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
5. Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu.
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional.
7. Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup.
8. Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
9. Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama.
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya
selamakehamilan, persalinan dan nifas.
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan
meliputi kegiatan:
1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
2. Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian
asuhan.
3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu
dan keluarga.
4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan
Dengan proses persalinan.
5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.
6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi
kegawatdaruratan kebidanan.
7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha
memberi rasa nyaman dan aman.
8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana
pertolongan persalinan.
9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
10. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama
proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit
punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan
untuk berdoa.
11. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
12. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
13. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman
dan aman.
14. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
15. Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan.
16. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
17. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam
setelah persalinan.
18. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama
setelah kelahiran bayidengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang
benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.
kebutuhan dasar selama persalinan, kebutuhan dasar ibu bersalin, kebutuhan
dasar persalinan,proses pertolongan persalinan, pengertian asuhan sayang ibu, asuhan sayang
ibu dan bayi, kebutuhan dasar selama kehamilan, kebutuhan dasar pada ibu
dalam proses persalinan, asuhan sayang ibu dalam persalinan, keuntungan dukungan yang
bersinambungan pada proses persalinan, pentingnya asuhan sayang ibu bagi ibu bersalin,
sebutkan prinsip asuhan dasar persalinan, pertanyaan tentang gerakan sayang ibu, pertanyaan
yang timbul pada asuhan sayang ibu padaproses persalinan, praktik menurut pusdiknakes,
praktik tradisional bumil yang merugikan, prinsip asuhan sayang ibu, prinsip prinsip asuhan
sayang ibu, teori socrate tentang asuhan sayang ibu, sebutkan prinsip asuhan sayang ibu, asuhan
gerakan sayang ibu pada kal 2, menurut CIMS landasan sayang ibu adalah, contoh asuhan
sayang ibu, contoh dasar teori kebutuhan dasar selamapersalinan, Contok KTI Kebidanan Jadi
Tentang Asuhan sayang ibu.
Askeb II (Persalinan)
Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses
persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung
ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dankelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila
iamenginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberipengaruh
yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,pencukuran,
dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,perlengkapan
dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
ASI EKSLUSIF
Tujuan Dan Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
Cara tips tehnik menyusui asi yang benar dan tepatagar sang bayi mendapatkan manfaat asi
seoptimal mungkin perlu untuk diketahui oleh para ibu-ibu yang sedang dalam masa menyusui,
Karena memang banyak manfaat di dalam menyusui bagi ibu dan bayiitu sendiri.
ASI Eksklusif adalah merupakan air susu ibu yang diberikan untuk bayi sejak baru lahir sampai
6 bulan tanpa makanan pendamping dan minuman pralakteal lainnya seperti hal dan contohnya
adalah air gula, aqua, dan sebagainya. Jadi murni hanya ASI saja yang diberikan kepada sang
bayi dan anak. Inilah yang dimaksud dengan definisi pengertian asi eksklusif itu sendiri.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan,
tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan
dengan makanan padat atau dikenal juga dengan istilah MPASI (Makanan Pendamping ASI),
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
Jenis Macam ASI
Ada beberapa jenis-jenis air susu ibu yaitu :
Kolostrum
Cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ke-3.
Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi karena banyak
mengandung protein untuk daya tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah
tinggi. Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.
Susu Transisi
Adalah air susu ibu yang di produksi setelah kolostrum antara hari ke-4 sampai dengan hari ke-
10. Dalam susu transisi ini terdapat Immunoglobulin, protein dan laktosa dengan konsentrasi
yang lebih rendah dari kolostrum tetapi konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi, vitamin
larut lemak berkurang, vitamin larut air meningkat. Bentuk atau warna susu lebih putih dari
kolostrum.
Susu Matur
Yang dimaksud dengan air susu matur adalah susu yang keluar setelah hari ke-10. Berwarna
putih kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapan-isapan pertama (foremilk) mengandung
lemak dan karbohidratnya lebih banyak dibandingkan hindmilk (ASI yang keluar pada isapan-
isapan terakhir), maka jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara
yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum habis.
Tujuan Pemberian ASI Eksklusif
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan juga manfaat ASI eksklusif yang bisa didapatkan baik
itu untuk ibu menyusui maupun bagi sang bayi yaitu antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk Bayi antara lain mendapatkan faedah manfaat asi antara lain adalah sang bayi
dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik,mengandung antibodi, asi
mengandung komposisi yang tepat, mengurangi kejadian karies dentis, memberikan rasa
aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari
alergi , asi meningkatkan kecerdasan bayi, membantu perkembangan rahang dan
merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara sang
ibu.
2. Untuk sang ibu menyusui akan mendapatkan manfaat dan faedahnya antara lain adalah
bisa sebagai kontrasepsi, meningkatkan aspek kesehatan ibu, membantu dalam hal
penurunan berat badan, aspek psikologi yang akan memberikan dampak positif kepada
para ibu yang menyusui air susu ibu itu sendiri.
Cara Memperbanyak Produksi ASI
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para ibu menyusui untuk melakukan cara tips agar
ASI banyak dan berlimpah yaitu dengan :
Menyusui sesering mungkin.
Motivasi yang kuat untuk menyusui bayi.
Pemeriksaan payudara untuk meningkatkan produksi ASI juga dapat direncanakan dari
jauh-jauh hari.
Penggunaan BH yang terlalu sempit akan mempengaruhi produksi ASI.
Segera sehabis melahirkan maka sang bayi langsung diperkenalkan dengan payudara
ibu atau lebih dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusui Dini IMD.
Untuk mengatasi keterbatasan ASI perbanyaklah makan daun katuk, bayam, daun turi
(sayuran hijau lainnya) yang banyak mengandung zat untuk memperbanyak produksi
ASI.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan
tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Bayi yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya
daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi yang baru lahir biasanya
setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya, waktu atau jarak
antara menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka menjadi lebih besar.
Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu formula akan memulai minum
susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama beberapa minggu pertama
kehidupan.
Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk memberi makan bayi Anda, lebih
baik perhatikan isyarat bahwa dia sudah kenyang ketika Anda memberinya ASI atau susu
formula. Ini lebih penting bahwa Anda memperhatikan petunjuk atau sinyal dari bayi
Anda yang menunjukkan dia lapar. Ini disebut isyarat kelaparan. Ketika dia ingin makan,
mungkin dia akan meletakkan kedua tangan atau jari pada mulutnya, membuat gerakan
mengisap, menjulurkan lidahnya, memukul bibirnya, menendang atau menggeliat, atau
mulai menggerakan rahang dan mulut atau kepala untuk mencari payudara Anda. Jika ia
mulai menangis, ini biasanya sinyal akhir bahwa dia ingin makan.
Pemberikan ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang
tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah
yang di sebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang belum di beri makanan
selain susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi.
Namun, seringkali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif ini atau si
bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan lain selain ASI si ibu tidak memberikan ASI
lagi. Padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi sebaiknya di sapih setelah 2
tahun usianya. Permasalah ASI eksklusi juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran,
untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa
pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya
memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.
Seberapa Penting Pemberian ASI Eksklusif
Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan tanggung jawab sebagai
orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak pada si bayi jika ASI eksklusif ini
tidak di berikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa
sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi anda tidak sehat.
Seperti kita ketahui bersama dengan ibu memberikan ASI nya secara maksimal maka
otomatis sang ibu akan mentrasfer imunitasnya kepada si bayi, sehingga apabila ibu sehat
maka bayi juga bisa sehat. Kita harus coba bersama-sama memberikan pemahaman pada
masyarakat untuk melindungi hak bayi dalam memperoleh ASI eksklusif.
Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga harus datang dari lingkungan sekitar, ini
agar pemberian ASI eksklusif di terapkan dalam kebiasaan atau budaya yang harus di
lestarikan. Karena meskipun ada susu formula yang anda andalakan sebagai pengganti
ASI eksklusif itu tidak akan sebaik ASI. Karena banyak sekali kandungan susu formula
yang tidak terdapat pada ASI, asi lebih memiliki fungsi menyeluruh pada bayi sedangkan
susu formula hanya memacu sebagian saja. Jadi, sudah sangat jelas bahwa memberikan
ASI eksklusif adalah hal yang tidak bisa di gantikan.
METODE KANGURU
Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar setiap bayi diberikan air
susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk bayi prematur dan bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR). Data World Health Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20
juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan oleh kelahiran
sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan.
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal
(AKN). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih
dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah
kematian neonatal per tahun menurut data WHO. Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara
2 hingga 17,2% dan menyumbang 29,2% AKN.
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan
suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah
pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.
Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di
Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR ditengah tingginya
angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Metode ini meniru binatang
berkantung kanguru yang bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di
kantung perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan berupa air
susu induknya.
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam
perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu,
dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan
kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya
hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-to-skin
contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support). Literatur
terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4 komponen,
yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo discharge. Posisi
kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di antara kedua payudara
ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi
sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan dengan
kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan
posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi.
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan
memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Kanguru nutrisi merupakan salah
satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan
pemberian ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan secara fisik maupun emosi,
baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk
bayinya. Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan PMK sehingga
pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK bahkan melanjutkannya di
rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat
digunakan apabila fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas.
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat.
Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan
dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi
dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat
dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukancPMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan
asupan ASI.
Beberapa manfaat Perawatan Metode Kanguru
Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara bermakna jumlah
neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah dari
kedinginan (hipotermia), menstabilkan bayi, mengurangi terjadinya infeksi, meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan ikatan
(bonding) antara ibu dan bayi.
Manfaat PMK dalam menurunkan angka kematian neonatal (AKN)
Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak yang
membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan inkubator). Data
Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang dilakukan PMK lebih sedikit
dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan
jumlah bayi yang meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok
non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK
bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam
beberapa manfaat PMK lain di bawah ini.
Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju pernapasan, dan laju denyut
jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa
nyaman dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Penelitian
oleh Yanuarso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode kanguru, BBLR
akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK (120 menit vs.
180 menit)
Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi
Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam mengurangi kejadian
infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi terpapar oleh kuman komensal yang ada
pada tubuh ibunya sehingga ia memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada
kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam
tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial pada usia koreksi
41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,25 – 0,93). Manfaat lainnya dengan berkurangnya infeksi pada
bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya
yang dikeluarkan lebih sedikit.
Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR yang
mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan
berat badan BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikan berat
badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa BBLR
yang dilakukan PMK memiliki nilai perkembangan yang lebih baik secara bermakna
dibandingkan BBLR dengan metode konvensional.
Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan pemberian
ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan
karena bayi dengan PMK, terlebih pada PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu,
menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia inginkan.
Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti
adanya gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan
bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan menyusu bayinya dengan
memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat
bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah
memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya.
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi yang
mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode kanguru juga
meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi
yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya.
Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan
lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke payudara
ibu, atau dapat pula dengan memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup feeding) dan
dengan selang (orogastric tube). Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan
diteruskan di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.
Persiapan pemberian ASI pada PMK
Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk mendapat
minum melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus terlebih dahulu. Bayi dapat
dirawat dalam inkubator. Segera setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan menyusu yang
ditandai dengan menggerakkan lidah dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap jari atau
kulit ibu), maka bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai PMK
intermiten. Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam posisi kontak
kulit ke kulit (Gambar 1). Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI sebelum memulai
menyusui untuk melunakkan daerah puting susu dan memudahkan bayi untuk menempel.
Walaupun bayi PMK umumnya BBLR atau prematur dimana bayi belum dapat menghisap
dengan baik danlama, tetaplah menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui terlebih dulu, bila
tidak berhasil dapat menggunakan metode minum yang lain.
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 – 32 minggu, pemberian minum biasanya masih
memerlukan penggunaan pipa orogastrik (Gambar 2). Ibu dapat memberikan ASI perah secara
teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi menghisap dengan membiarkan jari
tangan ibu yang bersih berada dalam mulut bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik.
Selain itu, dapat dicoba pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari
terlebih dulu.
Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi kanguru.
Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan dengan mengeluarkan bayi
dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga kehangatannya. Setelah pemberian ASI perah
selesai dilakukan, bayi dapat diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila memungkinkan,
dapat dicoba pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung ke dalam mulut
bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan bayi dalam posisi
kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi siap dan membuka mulut
dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan bayi mencium dan menjilat puting susu dan
membuka mulutnya, tunggu sampai ia menelan ASI. Kegiatan ini dapat diulangi kembali.
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia akan berhenti
saat menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi karena bayi kecil mudah lelah,
menghisap agak lemah pada awalnya, dan memerlukan waktu istirahat yang agak lama setelah
menghisap. Ibu dianjurkan untuk tidak menarik bayi dari puting susunya terlalu cepat. Biarkan
bayi menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila sudah siap. Umumnya bayi
kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada awalnya, mungkin bayi tidak
bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan terlebih dahulu agar ia mau minum.
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih, umumnya sudah dapat
menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa terlebih dahulu refleks hisap bayi, bila
perlu, sesekali selingi pemberian ASI perah menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap
dalam posisi dan pelekatan yang benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan
lancar.
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:
Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus
Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu
Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya
Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu
2. Cara melekatkan bayi:
Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi
Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya
Segerah arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi
3. Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:
Dagu bayi menempel ke dada ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar
Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara bagian bawah
Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadangberhenti.
Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga berat badan bayi
mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya timbang
bayi sekali seminggu sampai usia bayi mencapai cukup bulan.
Kesimpulan
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan
untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI,
sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI.
Sumber : Buku Indonesia Menyusui
Penulis : Bernie Endyarni
Rawat Gabung RS Kunci Sukses Menyusui
Oleh : Dr. I Gusti Ayu Pratiwi SpA
Rawat Gabung selama di rumah-sakit merupakan
perlakuan yang mutlak dilakukan jika ingin sukses
menyusui. Rawat gabung adalah kegiatan perawatan
yang membiarkan ibu dan bayinya bersama secara terus
menerus selama dirumah sakit.
Pelayanan yang ini berupa peletakan bayi
pada boxbayi yang berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu istilah lain
dari rooming in yakni, bedding in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama diranjang ibu.
Secara teori rawat gabung dibedakan dalam dua dua jenis, yakni :
Rawat gabung penuh. Prosedur ini dilakukan jika ibu dan bayi bersama terus menerus
selama 24 jam sehari.
Rawat gabung parsial. Pelayanan ini dijalankan saat ibu dan bayi kadang perlu
dipisahkan untuk alasan tertentu.
Selama lebih dari 30 tahun, RS Bunda Jakarta tidak mengenal istilah rawat gabung (rooming
in) untuk ibu dan bayi. Dahulu, ruang bayi (tempat berkumpulnya semua bayi) diadakan untuk
membantu agar ibu dapat beristirahat dengan baik selama dalam perawatan pasca melahirkan di
rumah-sakit.
Pemikiran banyaknya pengunjung saat besuk, juga menjadi kekhawatiran bayi tertular
penyakit yang berasal dari pengunjung. Sesuai perkembangan tentang fisiologi bayi baru lahir,
para dokter dan paker anak mengubah tata laksana bayi baru lahir yang sehat.
Pemisahan bayi dan ibu justru merugikan bayi dan ibu. Proses pemisahan ini akan
mempersulit ibu dalam menyusui, dan reflex primitive bayi. Misalnya rooting (sucking
reflex) bayi. Kolostrum (ASI awal yang dikeluarkan ibu) menjadi tertunda didapatkan bayi.
Guna mendapatkan efek rawat gabung yang optimal, informasi keuntungan pelayanan ini
sebaiknya disampaikan jauh sebelum kelahiran (biasanya disampaikan dalam kelas antenatal).
Rawat Gabung
Perawatan di rumah-sakit sejak kelahiran bayi merupakan kondisi yang memudahkan ibu
dan bayi kelak menyusui. Perawatan selama 3-4 hari dirumah-sakit pasca melahirkan sebaiknya
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membimbing ibu menyusui.
Pelayanan ini kelihatannya sederhana. Namun, pelayanan ini sangat membantu ibu dan bayi
untuk sukses melewati masa-masa sulit di awal kelahiran. Pelayanan ini dapat membuat ibu
menjadi lebih percaya diri dalam memulai menyusui.
Merombak atau menghilangkan ruang bayi di sebuah rumah-sakit yang telah bertahun-tahun
ada, bukan pekerjaan yang sederhanan. Beberapa kondisi yang harus dipersiapkan adalah
bimbingan tenaga kesehatan atau konselor laktasi yang dimiliki RS, khususnya RS Bunda
Jakarta sangat berperan dalam kegiatan meyusui dari hari ke hari di RS.
Dengan menyiapkan para tenaga perawat dan menghilangkan pemikiran mereka, rooming
inmembuat mereka menjadi lebih repot. karena mesti 'bolak-balik' ke ruang ibu untuk berbagi
macam alasan.
Menekankan pada tenaga kesehatan tentang pentingnya edukasi sebelum kelahiran pada ibu
hamil agar proses rawat gabung (rooming in) dapat terselenggara dengan baik. Ibu mengerti
mengapa berada di satu ruangan dengan bayi merupakan hal yang penting dan sangat diperlukan
untuk sebuah proses menyusui. Mengganti popok (diapers), memandikan bayi sebaiknya
dilakukan di ruangan ibu. Bayi tidak perlu di dorong ke kamar bayi lagi untuk sekedar ganti
popok. Jika perlu membimbing orangtua sejak di RS melakukannya mandiri.
Manfaat rawat gabung
1. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui. Dengan rawat gabung
ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga lebih mudah memberikan ASI. Adanya
kontak terus menerus antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera mengenali tanda-
tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat menyusui/menyusui on demand. Ibu
yang melakukan rawat gabung menghasilkan ASI yang lebih banyak, lebih dini,
menyusui lebih lama, dan lebih besar kemungkinannya menyusui eksklusif dibandingkan
ibu yang tidak melakukan rawat gabung.
2. Memungkinkan proses bonding. Rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara
ibu dan bayinya. Makin banyak waktu ibu bersama bayinya, makin cepat mereka saling
mengenal. Ibu siap memberikan respon setiap saat. Rawat gabung juga dapat
menurunkan hormon stres pada ibu dan bayi. Bondingmerupakan dasar secure attachment
bayi dikemudian hari. Pembentukan pribadi dasar (basic trust) merupakan dasar pribadi
kokoh yang tangguh pada anak, adalah hasil dari secure attachment yang berjalan baik.
Bayi/anak percaya pada lingkungan, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh
percaya diri.
3. Peralatan minimal. Jiika dilakukan rooming in (bedding-in--bayi satu tempat tidur dengan
ibu), akan mengurangi pembelian boks bayi. Pada bedding-in., bimbingan posisi
menyusui dengan posisi ibu tidur sebaiknya dilakukan sejak di RS. Rumah-sakit yang
masih mengenal kan botol untuk memberikan minum bayi (walau isinya ASI perah) akan
mempersulit bayi melekatkan mulutnya pada payudara ibu.
4. Menurunkan infeksi. Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibu
memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada kulit ibu, yang dapat
melindungi bayi terhadap kuman-kuman berbahaya. Kolostrum (ASI berwarna bening
yang keluar di awal kelahiran dan jumlahnya sangat sedikit) mengandung banyak
antibodi, yang segera didapat bayi, juga melindungi bayi terhadap penyakit. Dahulu,
pelayan kesehatan sering mendorong bayi ke kamar bayi bila jam besuk tiba.
Kekhawatiran bayi tertular penyakit dari pengunjung merupakan alasan utama. Ibu yang
sakit flu cukup memakai masker saja. Menyusui di kala ibu sakit memberikan paparan
antibodi yang dihasilkan pada ibu yang sakit. Antibodi terhadap penyakit terten tu tidak
akan terjadi saat ibu sehat. Juga penekanan kualitas kolostrum yang sangat baik.
5. Keuntungan untuk bayi. Bayi yang dirawat gabung akalebih jarang menangis, lebih
mudah ditenangkan, lebih tidur. Mereka minum lebih banyak dan berat badan nya lebih
cepat naik. Ikteruslebih jarang terjadi. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak
terus menerus dengan kulit ibunya.
6. Melatih ketrampilan ibu merawat bayinya sendiri tindakan perawatan bayi yang
dilakukan di dekat ibunya akan membantu ibu melatih keterampilan merawat bayinya
sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi merawat bayinya. Hal
ini dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Sebuah penelitian prospektif di RS Sanglah dilakukan oleh Soetjiningsih (tahun 1986) untuk
melihat dampak status kesehatan bayi sebelum dan sesudah dilakukannya rawat gabung. Hasil
penelitian terhadap 1.862 bayi sebelum dilakukan rawat gabung yang terdiri dari bayi berat lahir
rendah (BBLR) 241 bayi dan 1.621 bayi cukup bulan dan dibandingkan dengan 1.965 bayi
setelah dilakukan rawat gabung (terdiri dari 232 BBLR dan 1.733 bayi cukup bulan)
menunjukkan penurunan kasus yang cukup signifikan. Kejadian kasus otitis media purulenta
(radang telinga), diaresepsis dan meningitis lebih tinggi dibandingkan setelah dilakukan rawat
gabung. Perawatan di rumah-sakit menjadi lebih pendek sehingga sangat menguntungkan bisnis
rumah-sakit karena. turn over pasien menjadi tinggi.
Jadi setelah para ibu mengetahui manfaat dari rooming in Mau kah para ibu siap untuk
pelayanan ini. Sudah sepan tasnya hal ini menjadi hak para ibu, karena setelah melewati
perjuangan antara hidup dan mati saat melahirkan, tentu para ibu ingin bersama-sama dengan
buah hatinya.
Persiapan
Mempersiapkan alat dan sarana
1. Kebutuhan bayi
Bayi dapat tidur di ranjang ibunya atau di dalam boksnya sendiri. Boks bayi sebaiknya
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau ibunya, jadi dianjurkan diletakkan di samping
tempat tidur ibu, bukan di dekat kaki ibu. Siapkan juga alat-alat perawatan bayi dan pakaian
bayi di dekat ibu, agar ibu juga dapat merawat bayinya dengan mudah.
2. Kebutuhan ibu
Sediakan tempat tidur yang rendah untuk ibu supaya ibu tidak kesulitan naik turun tempat
tidur bila ingin menyusui atau merawat bayinya. Bila tempat tidur yang tersedia tinggi,
sediakan anak tangga untuk membantu ibu naik turun tempat tidur.
Sediakan juga meja pasien agar ibu dapat menaruh keperluannya dan keperluan bayinya di
tempat yang terjangkau.
3. Sarana lain
Siapkan lemari pakaian untuk keperluan pakaian ibu dan pakaian bayinya. Untuk di
ruangan perlu disiapkan tempat mandi bayi yang portabel serta perlengkapannya agar
kegiatan memandikan bayi dapat dilakukan di dekat ibu. Sediakan juga tempat cuci tangan
ibu, kamar mandi dan wc tersendiri. Bel untuk memanggil petugas harus disediakan di
tempat yang mudah dijangkau ibu. Bahan bacaan, leaflet mengenai petunjuk perawatan ibu
menyusui dan perawatan nifas dapat disediakan untuk dibaca oleh ibu.
Membuat kriteria/syarat rawat gabung
Tidak semua bayi baru lahir dapat menjalani rawat gabung. Perlu dibuat suatu kriteria/syarat
untuk menentukan bayi mana saja yang dapat menjalani rawat gabung. Kriteria yang dapat
dipakai adalah sebagai berikut:
1. Bayi normal, tidak mempunyai cacat bawaan berat
2. Nilai APGAR menit ke 5 lebih dari 7
3. Keadaan stabil
4. Berat badan lahir >2500-4000 gram
5. Umur kehamilan 37-42 minggu
6. Tak ada faktor risiko
7. Ibu sehat
Masalah atau kekhawatiran yang timbul
Dalam melaksanakan rawat gabung, dapat muncul masalah atau kekhawatiran baik di
pihak petugas maupun di pihak ibu dan keluarganya. Masalah dan kekhawatiran yang tidak
segera diatasi dapat menimbulkan pertentangan antara ibu atau keluarganya dengan petugas, atau
antar petugas sendiri dan pada akhirnya akan menimbulkan resistensi dari petugas untuk
melanjutkan
pelaksanaan rawat gabung. Karenanya hal-hal ini harus segera dikenali dan diatasi. Masalah atau
kekhawatiran yang sering timbul adalah:
Masalah:
Sulit memantau kondisi bayi yang menjalani rawat gabung. Cukup satu petugas untuk
memantau semua bayi bila dirawat di ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Yakinkan petugas bahwa bayi akan lebih baik dekat dengan ibunya, dengan adanya
keuntungan tambahan berupa kenyamanan, kehangatan dan dapat menyusu on demand.
Bedding-in (bayi seranjang dengan ibu), bila sesuai dengan budaya setempat, memberikan
situasi terbaik untuk memperoleh semua keuntungan tadi dan menghilangkan kebutuhan untuk
membeli ranjang bayi. Bila ada masalah pada bayi yang menjalani rawat gabung atau
seranjang dengan ibu, maka ibu dapat segera memberitahu petugas. Tekankan bahwa tidak
diperlukan pengawasan 24 jam. Yang diperlukan hanya pemeriksaan berkala dan kesiapan
petugas menanggapi kebutuhan ibu pada saat dibutuhkan.
Masalah:
Ibu perlu istirahat setelah melahirkan, terutama di malam hari, dan bayi harus minum.
Terutama setelah operasi sesar, ibu perlu waktu untuk pemulihan. Pada saat tersebut bayi
harus diberi pengganti ASI.
Cara mengatasi:
Ajak para petugas untuk meyakinkan ibu bahwa dengan rawat gabung ibu memberikan yang
terbaik untuk bayinya, tidak perlu banyak kerja tambahan, dan bahwa para petugas siap
membantu bila dibutuhkan.
Ajak para petugas untuk membahas dengan ibu bahwa semakin lama bayi bersama ibu
semakin baik mereka akan mengenal mana yang normal dan mana yang abnormal, dan
bagaimana memberikan perawatan yang baik. Lebih baik berlatih mengurus bayinya saat
masih di rumah sakit, karena banyak petugas yang dapat menolong.
Beri pengertian pada petugas bahwa setelah menyusui dengan baik, ibu dapat tidur lebih
nyenyak bila bayinya bersamanya.
Pastikan bahwa petugas tahu bagaimana menolong ibu yang menjalani bedah sesar untuk
memilih tehnik dan posisi menyusui yang nyaman dan efektif.
Bila operasi Caesar memakai anestesi regional atau lokal, menyusui dini kurang menjadi
masalah. Walaupun begitu, ibu yang mendapat anestesi umum pun dapat segera menyusui
begitu ibu sadar, bila petugas mendukung ibu.
Masalah:
Tingkat kejadian infeksi lebih tinggi bila ibu dan bayi bersama-sama, daripada bila bayi di
ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bahaya infeksi lebih sedikit bila bayi bersama ibu daripada bila di ruang
rawat bayi sehat dan terpapar pada lebih banyak petugas.
Sediakan data untuk petugas yang memperlihatkan bahwa dengan rawat gabung dan menyusui
tingkat infeksi lebih rendah, misalnya diare, sepsis neonatus, otitis media dan meningitis.
Masalah:
Bila pengunjung diperbolehkan memasuki ruang rawat gabung, bahaya infeksi dan
kontaminasi akan meningkat. Sebagian ibu merasa perlu menerima tamu, dan dapat mengurusi
bayinya nanti setelah pulang dari rumah sakit.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bayi mendapat kekebalan dari kolostrum terhadap infeksi, dan penelitian-
penelitian memperlihatkan bahwa infeksi lebih sedikit terjadi di bangsal rawat gabung
daripada di ruang bayi sehat.
Untuk membantu ibu merawat bayinya sebaik mungkin, batas jam berkunjung, jumlah
pengunjung, dan larang merokok.
Masalah :
Ruang rawat terlalu kecil
Cara mengatasi:
Tidak perlu mengadakan ranjang bayi. Bedding-in tidak memerlukan ruang tambahan.
Masalah :
Bayi bisa jatuh dari tempat tidur ibu
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bayi baru lahir tidak bergerak. Bila ibu masih khawatir, atur tempat tidur
agar berada dekat dinding, atau bila budaya setempat memungkinkan, rapatkan dua tempat
tidur agar dua ibu dapat menaruh bayi-bayi mereka di tengah.
Masalah :
Rawat gabung penuh sulit dilakukan karena ada prosedur prosedur
yang harus dilakukan pada bayi di luar ruang rawat ibu.
Cara mengatasi:
Pelajari betul-betul prosedur-prosedur ini. Beberapa prosedur mungkin tidak perlu (misalnya
menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusu). Prosedur lain dapat dilakukan di kamar
ibu.Ulas keuntungan bagi ibu dan waktu yang dapat dihemat dokter bila dokter memeriksa
bayi di hadapan ibu.
Masalah :
Pasien-pasien di ruangan privat merasa punya hak untuk menaruh bayinya di ruang bayi sehat
dan memberi bayinya pengganti ASI, dan mengharapkan bantuan dari petugas perawat bayi.
Cara mengatasi:
Apa pun yang terbaik untuk pasien umum tentu juga baik untuk pasien privat.
Pertimbangkan untuk melakukan pilot-project untuk menguji rawat gabung di kamar privat
sebagaimana di bangsal umum.
Masalah:
Beberapa rumah sakit swasta mendapat pemasukan dari pemakaian ruang rawat bayi sehat dan
karenanya enggan menutup unit ini.
Cara mengatasi:
Perhitungkan biaya yang dapat dihemat dari rawat gabung karena berkurangnya pemakaian
pengganti ASI, berkurangnya jumlah petugas yang dibutuhkan untuk menyiapkan botol dan
mengurus ruang bayi sehat, berkurangnya bayi yang menjadi sakit, dsb.
Pertimbangkan untuk tetap menarik biaya dari perawatan bayi di ruang rawat gabung.
Masalah:
Bayi lebih mudah diculik bila dirawat gabung daripada bila dirawat di ruang rawat bayi sehat.
Cara mengatasi:
Wajibkan petugas untuk memberitahu ibu agar meminta tolong orang lain (ibu lain, anggota
keluarga, petugas) untuk mengawasi bayinya bila ibu keluar ruangan.
Ibu perlu tahu bahwa tidak ada alasan untuk memindahkan bayi tanpa sepengetahuan ibu.
Pada umumnya, rumah sakit yang belum mengadakan rawat gabung akan merasa khawatir bila
akan memulai program rawat gabung di sarananya. Berbagai penolakan biasanya akan muncul
baik dari para petugas rumah sakit, baik medis maupun non medis, maupun dari para ibu dan
anggota keluarganya. Semua masalah yang timbul sebaiknya segera diidentifikasi dan dicari
pemecahannya agar tidak berlarut-larut yang pada akhirnya akan makin membuat para petugas
enggan melanjutkan program ini. Umumnya masalah dapat diatasi bila ada komitmen yang kuat
di pihak pengelola rumah sakit dan para petugas pelaksana di ruangan. Perlu diadakan pelatihan
tenaga kesehatan, pendampingan dan evaluasi berkala terhadap program yang berjalan.
Kesimpulan
Rawat gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi dan ibu yang sehat karena dapat
meningkatkan pemberian ASI, mengurangi risiko infeksi, meningkatkan ikatan antara ibu dan
bayi, dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan rumah sakit. Mengadakan program rawat
gabung di rumah sakit membutuhkan komitmen yang kuat dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan, pengetahuan yang cukup bagi para petugas kesehatan dan pendampingan bagi para
ibu dan keluarganya. Tidak ada kata sulit untuk memulai, yang dibutuhkan hanya tekad yang
kuat. Saat ini Kementerian Kesehatan telah menentukan bahwa Rawat Gabung menjadi item
untuk akreditasi rumah sakit.
RAWAT GABUNG ( ROOMING IN )
1. PENGERTIAN
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang
berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama
selama 24 jam penuh seharinya.
Ada dua jenis rawat gabung :
a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya
pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi. Rawat gabung parsial saat
ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.
2. TUJUAN RAWAT GABUNG
a. Memberikan bantuan emosional
1) Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi
2) Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman
dalam merawat bayi
b. Penggunaan ASI
1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI
2) Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin
c. Pencegahan infeksi : mencegah terjadinya infeksi silang
d. Pendidikan kesehatan :Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
ibu
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
3. MANFAAT RAWAT GABUNG
a. Bagi ibu
1) Aspek psikologi
Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding)
dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi
Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya
Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan
ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada
ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi
kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya
dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
2) Aspek fisik
Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi
kontraksi rahim yang baik
Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi
b. Bagi bayi
1) Aspek psikologi
Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan
pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental
yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi
terbentuknya rasa percaya pada diri anak
2) Aspek fisik
Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan
kekebalan/antibodi
Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
Alergi terhadap susu buatan berkurang
c. Bagi keluarga
1) Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu
untuk memberikan ASI pada bayi
2) Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi
sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
d. Bagi petugas
1) Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan
pekerjaan lainnya.
2) Aspek fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan
tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan
4. PELAKSANAAN
a. Di poliklinik kebidanan
Penyuluhan tentang ASI
Memutar film
Melayani konsultasi masalah ibu dan anak
b. Kamar persiapan
Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua ibu yang
masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka
berada di poliklinik.
Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS dimana ia
akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar, poster, brosur dsb untuk
membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu,
dot atau kempengan apalagi iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu
keberhasilan ibu menyusui.
c. Kamar Persalinan
Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan benar.
Serta menyusui segera setelah lahir.
Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting
susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera memproduksi ASI
d. Kamar perawatan
Bayi diletakkan dekat dengan ibunya
Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal
Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara
Mencatat keadaan bayi sehari-hari
KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara
memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare
Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus
4. SASARAN DAN SYARAT
a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong\
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup
sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb.
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah
ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat
5. KONTRA INDIKASI
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
Penyakit jantung derajat III
Pasca eklamsi
Penyakit infeksi akut, TBC
Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
Karsinoma payudara
b. Bayi
Bayi kejang
Sakit berat pada jantung
Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu
6. PERSYRARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL
a. Bayi
Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
b. Ibu
Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
Tinggi 90 cm
c. Ruang
Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan)
d. Sarana
Lemari pakaian
Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
Tempat cuci tangan ibu
Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
Ada sarana penghubung
Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi
dengan bahasa yang sederhana
Perlengkapan perawatan bayi
e. Petugas
Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG
7. MODEL PENGATURAN RUANGAN RAWAT GABUNG
a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya
b. empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain
bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya
c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap udara
d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama
e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu
8. KEUNTUNGAN & KERUGIAN
a. Keuntungan
Menggalakkan penggunaan ASI
Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat
Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang aneh
Ibu dapat belajar merawat bayi
Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan
Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi
Berkurangnya infeksi silang
Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan
b. Kerugian
Ibu kurang istirahat
Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena oengaruh orang lain
Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas