ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

51
ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA, NOC, NIC Diposkan oleh Rizki Kurniadi 1. Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tubeculosis. 2. Etiologi Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis 3. Proses Penularan Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA, NOC, NICDiposkan oleh Rizki Kurniadi

1.  Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tubeculosis.

2.  Etiologi

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal

0,3-0,6/um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman

tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain

dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak

oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn

oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi

pada penyakit Tuberkulosis

3.    Proses Penularan

Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui

droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam

fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000

droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana

droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah

sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam

ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua

faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu

baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di

samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.

Di   samping    penularan    melalui    saluran    pernapasan    (paling 

  sering),  M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui

saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).

   4. Patofisiologi

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya

diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil

karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga

hidung dan dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981

dikutip dari Price, 1995). Setelah berada dalam ruang alveolus

(biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah)

basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit

polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri

tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama

maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan

mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa

menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus

dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil

juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang

mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.

Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif

padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah

yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya

yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan

parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi

tuberkel.

Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan

terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan

kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami perkapuran ini dapat

dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan

radiogram rutin.

Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan

dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas.

Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke

percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada

bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah

atau usus.

Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan

meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen

bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang

terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat

mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan

lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat

tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi

hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh

darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan

mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-

kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain

(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena

akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme

masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler

ke organ-organ tubuh.

5. Gambaran Klinik

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu

penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain

yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.

Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga

diabaikan  bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,

gejala respiratorik dan gejala sistemik:

1.      Gejala respiratorik, meliputi:

1.1  Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak

bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

1.2  Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak

berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah

segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena

pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung

dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

1.3  Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,

anemia dan lain-lain.

1.4  Nyeri dada

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2.      Gejala sistemik, meliputi:

2.1  Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan

malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin

panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

2.2  Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan serta malaise.

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-

bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas

walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

6.  Klasifikasi

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik,

bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan

sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu

faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.

Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru

dibagi sebagai berikut:

1.      TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

-     Dengan atau tanpa gejala klinik

-     BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali

disokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.

-     Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2.      TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

-     Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

-     BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

3.      Bekas TB Paru dengan kriteria:

-     Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

-          Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

-          Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan

serial foto yang tidak berubah.

-          Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

 

7. Terapi

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk

mengobati juga mnecegah kematian, mencegsah kekambuhan atau

resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase

intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang

digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama

yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,

INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat

tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +

Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis

OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

O

b

a

t

A

Aksi P

o

t

e

n

s

Rekomendasi

Dosis (mg/kg

BB)

P

e

r

Per

Ming

gu

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

nt

i

T

B

E

i

H

a

r

i

3

x

2

x

I

s

o

n

i

a

z

i

d

(

H

)

R

i

f

a

m

p

Bakteri

sidal

Bakteri

sidal

Bakteri

sidal

Bakteri

sidalB

akterio

statik

T

i

n

g

g

i

T

i

n

g

g

i

R

e

n

d

a

h

R

5

1

0

2

5

1

5

1

5

1

0

1

0

3

5

1

5

3

0

1

5

1

0

5

0

1

5

4

5

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

i

s

i

n

(

R

)

P

i

r

a

s

i

n

a

m

i

d

(

Z

)

S

t

r

e

p

e

n

d

a

h

R

e

n

d

a

h

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

t

o

m

i

s

i

n

(

S

)

E

t

a

m

b

u

t

o

l

(

E

)

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih

dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil

pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan

sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment

Short Course  (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri

dari lima komponen yaitu:

1.    Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam

penanggulangan TB.

2.   Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung

sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis

dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana

tersebut.

3.   Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan

pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat

setiap hari.

4.   Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

5.   Pencatatan dan pelaporan yang baku.

8. Komplikasi Pneumothorax pada Tuberkulosis Paru

Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam

rongga pleura. Normalnya pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru

leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara masuk dalam

rongga pleura melalui 3 jalan, yakni:

1.   Udara atmosfir masuk ke dalam rongga pleura melalui penetrasi di

dinding dada misalnya pada trauma (pneumothorax traumatik).

2.  Pembentukan gas oleh mikroorganisme dalam dinding pleura pada

penyakit ifeksi paru (pneumothorax spontan)

3.  Pneumothorax artifisial yang sengaja dilakukan melalui tidakan

pembedahan  pada trauma.

Penumothorax pada TB paru merupakan pneumothorax spontan

yang timbul akibat nekrosis jaringan yang menjalar sampai pinggir

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

jaringan parut parenkim paru, membentuk bulla yang selanjutnya robek

ke dalam pleura.

Gejala Klinis Pneumothorax:

Keluhan dan gejala penumothorax tergantung pada besarnya

lesi dan ada tidaknya komplikasi penyakit paru. Gejala bervariasi dari

asimtomatik yang hanya dapat dideteksi melalui foto thorax sampai

timbulnya gejala utama berupa rasa nyeri tiba-tiba dan bersifat

unilateral. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi yang hipersonor,

fremitus melemah sampai menghilang, suara napas melemah sampai

menghilang pada sisi yang sakit.

Pada lesi yang lebih besar atau pada tension pneumothorax

trakea dan mediastinum dapat terdorong ke sisi kontralateral.

Diafragma tertekan ke bawah, pada sisi yang sakit gerakan pernapasan

terbatas. Fungsi respirasi menurun sehingga dapat terjadi hipoksemia

arterial dan curah jantung menurun.

Di samping berdasarkan gambaran klinis di atas, diagnosis

dapat lebih meyakinkan melalui foto thorax dengan tampaknya

bayangan udara dari pneumothorax yang berbentuk cembung dan

memisahkan pleura parietalis dengan pleura viseralis.

           

           

9.         Tes Diagnostik

         Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

Sputum:

-Kultur Mycobacterium tuberculosis

positif pada tahap aktif, penting

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

-Ziehl-Neelsen

Tes Kulit (PPD,

Mantoux, Vollmer)

Foto thorax

Histologi atau kultur

jaringan (termasuk

bilasan lambung, urine,

cairan serebrospinal,

biopsi kulit)

Biopsi jarum pada

jaringan paru

Darah:

untuk menetapkan diagnosa

pasti dan melakukan uji

kepekaan terhadap obat.

BTA positif

Reaksi positif (area indurasi 10

mm atau lebih) menunjukkan

infeksi masa lalu dan adanya

antibodi tetapi tidak berarti

untuk menunjukkan keaktivan

penyakit.

Dapat menunjukkan infiltrasi

lesi awal pada area paru,

simpanan kalsium lesi sembuh

primer, efusi cairan, akumulasi

udara, area cavitas, area fibrosa

dan penyimpangan struktur

mediastinal.

Hasil positif dapat

menunjukkan serangan

ekstrapulmonal

Positif untuk gralunoma TB,

adanya giant cell menunjukkan

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

-LED

-Limfosit

-Elektrolit

-Analisa Gas Darah

Tes faal paru

nekrosis. 

Indikator stabilitas biologik

penderita, respon terhadap

pengobatan dan predeksi

tingkat penyembuhan. Sering

meningkat pada proses aktif.

Menggambarakan status

imunitas penderita (normal atau

supresi)

Hiponatremia dapat terjadi

akibat retensi cairan pada TB

paru kronis luas.

Hasil bervariasi tergantung

lokasi dan beratnya kerusakan

paru

Penurunana kapasitas vital,

peningkatan ruang mati,

peningkatan rasio udara residu

dan kapasitas paru total,

penurunan saturasi oksigen

sebagai akibat dari infiltrasi

parenkim/fibrosis, kehilangan

jaringan paru dan penyaki

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

pleural

PENATALAKSANAAN :

         Penyuluhan

         Pencegahan

         Pemberian obat-obatan :

1.      OAT (obat anti tuberkulosa) :

2.      Bronchodilatator

3.      Expektoran

4.      OBH

5.      Vitamin

         Fisioterapi dan rehabilitasi

         Konsultasi secara teratur

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a. Pola aktifitas dan istirahat :

Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur,

Berkeringat pada malam hari

b. Pola Nutrisi :

Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun

c. Respirasi :

Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.

d. Riwayat Keluarga :

Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang

sama (penyakit yang sama)

e. Riwayat lingkungan :

Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi

rumah yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

f. Aspek Psikososial :

         Merasa dikucilkan

         Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

         Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

         Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu

waktu yang lama dan biaya yang bayak.

         Masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien.

         Tidak bersemangat, putus harapan.

g. Riwayat Penyakit sebelumnya :

         Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.

         Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.

         Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).

Pengobatan:

1. Nama obat : INH

    Dosis           : 1 x 400 mg

     Farmakokinetik:

         Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi

kecepatan dan tingkat absorbsi

         Puncak         :   1 - 2 jam

         Distribusi    :   Keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS,

melewati plasenta

         Metabolisme  : Tidak diaktifkan oleh acetylation  di  dalam hati

         Eliminasi  : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin

dalam 24 jam, diekskresikan  dalam air  susu

Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis

CNS :  parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus,

pusing, vertigo, ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis

psikosis, perubahan tingkah laku, depresi, kerusakan memori,

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan ,

menstruasi

Mata  : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis,

atropi

GI  : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi

Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik,

trombositopenia, eosinophilia, methemoglobinemia

Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform,

macula papular, purpura, urticaria) limpadenitis, vaskulitis

Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12,

defisiensi  pridoksin  (vitamin B6), pellagra, gynecomastia,

hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia,

hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia

Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat,

rematik, lupus erythromatosus syndrome, iritasi di tempat  bekas

injeksi.

Implikasi perawatan :

Pengelolaan :

         Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum

makanan diabsorbsi, jika terjadi iritasi  GI, obat  boleh diberikan

bersama makanan

         Isoniazid dalam  bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan

disimpan dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat

disimpan ditempat  yang hangat atau dalam  temperatur ruangan.

         Nyeri  lokal  sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi

dengan cara memutar daerah injeksi 

         Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30  C kecuali

diberikan secara sebaliknya

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Pengkajian /efek obat :

         Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy

untuk  mendeteksi kemungkinan bakteri yang resisten

         Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama

pemberian therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi

mempunyai  sputum yang  berkurang setelah  6 bulan

         Pemeriksaan mata

         Monitor Tekanan darah selama pemberian obat

         Pasien seharusnya secara hati-hati  dengan interview dan diperiksa

dalam interval bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala

hepatotoksisitas

         Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik

meningkatkan resiko kerusakan hati yang lebih berat

         Isoniazid hepatitis (kadang-kadang  fatal) biasanya berkembang

selama 3 - 6 bulan pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama

pemberian therapi, hal ini lebih banyak frekwensinya pada pasien

dengan umur 35 tahun atau lebih atau terutama yang meminum alkohol

setiap hari

         Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart

         Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes

antara glikosuria yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera

dilaporkan

         Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik

seringkali  didahului oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas

kerentanan meliputi (termasuk) alkoholik atau pasien denga penyakit

liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita hamil dan kekuatan.

Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Memeperingatkan  pasien  terhadap makanan yang mengandung

tyramine (keju, ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan

tekanan darah.

         Instruksi pasien  untuk  melapor kepada medis bila ada tanda dan

gejala dari perkembangan hepatotoksik

         Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung

histamin (ikan tuna) yang bisa menjadi penyebab  dari palpitasi

memperbesar respon obat (nyeri kepala, hipotensi,palpitasi,berkeringat,

diare)

         Umumnya therapi INH  diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan

TBC yang aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12

bulan.

2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride

Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai

dengan 25 mg kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15

mg/kgBB/hr

Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari

Farmakokinetik:

         Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan

         Puncak 2 - 4 jam

         Distribusi: diodistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi

tertinggi dalam eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta,

didistribusi kedalam air susu.

         Metabolisme: dimetabolisme dalam hati

Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 -

22 %  dikeluarkan dalam feses

Efek samping :

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         CNS : Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi,

parestesia, neuritis peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada

ekstremitas bagian bawah

         Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan

neuritis anterior optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan,

menyempitnya luas lapang pandang, kebutaan pada warna merah-

hijau, skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata nyeri, fotophobia,

perdarahan dan edema retina.

         Saluran pencernaan : anoreksia, mual, muntah, nyeri  abdomen

         Hypersensitifitas :  pruritis , dermatitis, anafilaktis

         Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang

mengandung darah, gangguan sementara dalam fungsi liver

(kemungkinan hepatotoksisitas), nefrotoksisitas, gout artritis akut,

abnormalitas EKG, pengeluaran keringat

Implikasi Perawatan

         Ethambutol mungkin diberikan  setelah makan jika iritasi saluran

pencernaan terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan

dalam perut.

         Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan

dalam kemasan yang  tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali

kalau diberikan langsung .

Pengkajian  dan  efek obat

         Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan

sebelum dimulainya tindakan/dan pengulangan secara periodik pada

terapi secara keseluruhan .

         Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah

dimulainya tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa

minggu sampai beberapa bulan setelah obat tidak dilanjutkan

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk

ketajaman penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk

penggolongan diskriminasi warna seharusnya ditentukan lebih dulu

untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata

seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama

         Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal .

Laporkan adanya oliguria atau  perubahan yang penting pada ratio atau

dalam laporan laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik

dengan toksisitas dapat dihasilkan dari  ekresi obat-obat yang lambat

         Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum

asam urat seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada

terapi secara menyeluruh.a.         Pendidikan pasien dan keluarga

         Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama,

meskipun teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan

dengan baik

         Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan

pada dokter dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.

         Sarankan pasien untuk melaporkan  dengan tepat pada dokter

tentang kejadian mengaburnya pandangan , perubahan persepsi

warna, mengecilnya luas lapang pandang , beberapa gejala

penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan

tentang matanya

         Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan

lebih dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa

instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau

lebih atau defek mungkin irreversibel.

3. Nama obat : Rifampisin

         Dosis :   1 x 450 mg

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Farmakokinetik:

         Absorbsi:  Dengan  mudah diabsorbsi di saluran pencernaan

         Puncak: 2 - 4 jam

         Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui

plasenta, didistribusikan ke dalam air susu

         Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan

inaktif siklus enterohepatik

Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65%

dalam feses

Efek  samping :

         CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing,

ketidak mampuan berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri  pada

ekstremitas, kelemahan otot, gangguan penglihatan , konjungtivitis,

hilangnya pendengaran frekuensi rendah, secara sementara.

         GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia,

flaturens, kram, diare, kolitis pseudomembran

Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi

(termasuk) anemia hemolitik

Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada

mulut dan lidah, eosinophilia, hemolisis

Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure

Lain-lain:  hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”,

gangguan menstruasi, sindroma hepatorenal (dengan terapi

intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati (bilirubin,

BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis

Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver  dan

pengerasan, jaundice, berkeringat, saliva, air mata, feces

Implikasi Perawatan

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau

dicampur dengan makanan

         Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada

pasien pediatri

         Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari

tingkat serum diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan

dengan makanan

         Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam

botol , dapat menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab

Pengkajian dan efek obat

         Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama

selama dan  dalam keadaan / waktu kultur positif

         Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan

penyakit hepar harus dimonitor secara tertutup (closely)

         Jika pasien  juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin

seharusnya ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat

dan menjaga aktifitas antikoagulan

Pendidikan kepada pasien dan keluarga

         Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada

urin merah -oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama

yang menggunakan kontak lensa atau kaca berwarna lainnya yang

permanen

         Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan

alternatif metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama

menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi  oral

menurunkan  keefektifan dari kontrasepsi dan untuk

gangguan  menstruasi (spotting, perdarahan)

         Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

4.  Nama obat : Pyrazinamide

       Dosis : 2 x 500 mg

Farmakokinetik :

         Absorbsi  : Langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan

         Puncak : 2 jam

         Distribusi : Melewati barier darah otak

         Metabolisme : di metabolisme di hati

         Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-

lahan di dalam urin

Efek samping :

Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif,

urtikaria, skin rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali,

limphadenopathy, hemoptisis, peptik ulser, uric asid dalam serum,

hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan plasma

protrombin.

Implikasi perawatan

         Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar

(jaundice,pruritis, sklera ikterik, yellow skin) atau hyperursemia dan akut

gout

         Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15  - 13 C)

Efek obat

         Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi

medis

         Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya

tanda toksik: pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas

vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)

         Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis

tinggi

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4

minggu selama terapi

Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga

         Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan

         Pasien  seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari

jika memungkinkan

         Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk

memonitor dan meminta saran terhadap kemungkinan kehilangan

kontrol glikemia

5.  Nama obat : Aldactone

      Dosis : 2 x 100 mg

      Farmakokinetik :

         Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.

         Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.

         Durasi : 2-3 hari atau lebih.

         Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.

         Metabolisme : di hati dan di ginjal.

         Eliminasi :  Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32

jam dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan  didalam urin , 35 - 40% di

dalam empedu.

   Efek samping :

         Letargi, Fatique(penurunan BB yang cepat), nyeri kepala

dan  ataksia.

         Endokrin :  genekomastik, ketidakmampuan  untuk

mempertahankan  ereksi , efek endogenik (ketidakteraturan mens,

hersutisme, suara dalam) , berubahnya para tyroid, menurunnya

glukosetoleransi .

         GI : Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Kulit : Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.

         Lain-lain: Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia,

hiponatremia), peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE,

hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia, Gout.

Implikasi perawatan :

   Pengelolaan :

         Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.

         Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh

pasien.

         Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya,

dalam bentuk suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah

refrigeration.

   Pengkajian dan efek otot :

         Cek tekanan darah sebelum diberikan terapi.

         Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi

dan siapkan bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.

         Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema,

laporkan kekurangan respon diuretik atau perkembangan odem.

         Laporkan bila ada efek perubahan  mental, letargi, stupor pada

pasien dengan penyakit hati.

         Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak

dilanjutkan obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan

durasi terapi. Ini semua dilakukan walaupun obat telah dihentikan.

   Pendidikan pasien dan keluarga :

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Informasikan pada pasien dan keluarga  efek obat deuretik yang

maksimal mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan

deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat dihentikan.

         Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang

lebih sering terjadi pada pasien dengan serosis berat.

         Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari

makanan yang tinggi potasium dan garam.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :

1.      Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

2.      Pola Nafas tidak efektif

3.      Gangguan Pertukaran gas

4.      Kurang Pengetahuan

5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Daftar Pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press. Surabaya.

B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A

Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek

Klinik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.

Edisi. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Engram Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume

1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Gibson, John, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hudak & Gallo, ( 1997 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Keliat, Budi Anna. (1991). Proses Keperawatan. Arcan. Jakarta.

Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. (1994). Dasar – Dasar Diagnostik

Fisik Paru. Surabaya.

Lismidar H,dkk. (1990). Proses keperawatan. AUP

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :

Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk

Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.Jakarta.

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi

Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai

Penerbit FKUI. Jakarta.

Soedarsono. (2000). Guidelines of Pulmonology. Surabaya.

Susan Martin Tucker. (1998). Standar Perawatan Klien. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep

Klinis Proses - Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

criteria Hasil

1 Bersihan Jalan Nafas

tidak Efektif

Definisi :

NOC :

  Respiratory status :

Ventilation

  Respiratory status :

NIC :

Airway suction

   Pastikan kebutuhan oral /

tracheal suctioning

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi

atau obstruksi dari

saluran pernafasan

untuk mempertahankan

kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

          Dispneu, Penurunan

suara nafas

          Orthopneu

          Cyanosis

          Kelainan suara nafas

(rales, wheezing)

          Kesulitan berbicara

          Batuk, tidak efekotif

atau tidak ada

          Mata melebar

          Produksi sputum

          Gelisah

          Perubahan frekuensi

dan irama nafas

Faktor-faktor yang

berhubungan:

          Lingkungan :

merokok, menghirup

asap rokok, perokok

pasif-POK, infeksi

          Fisiologis : disfungsi

Airway patency

  Aspiration Control

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

  Menunjukkan jalan

nafas yang paten

(klien tidak merasa

tercekik, irama

nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal,

tidak ada suara

nafas abnormal)

  Mampu

mengidentifikasikan

dan mencegah

factor yang dapat

menghambat jalan

nafas

    Auskultasi suara nafas

sebelum dan sesudah

suctioning.

   Informasikan pada klien

dan keluarga tentang

suctioning

   Minta klien nafas dalam

sebelum suction

dilakukan.

   Berikan O2 dengan

menggunakan nasal

untuk memfasilitasi

suksion nasotrakeal

   Gunakan alat yang steril

sitiap melakukan

tindakan

   Anjurkan pasien untuk

istirahat dan napas

dalam setelah kateter

dikeluarkan dari

nasotrakeal

   Monitor status oksigen

pasien

   Ajarkan keluarga

bagaimana cara

melakukan suksion

   Hentikan suksion dan

berikan oksigen apabila

pasien menunjukkan

bradikardi, peningkatan

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

neuromuskular,

hiperplasia dinding

bronkus, alergi jalan

nafas, asma.

          Obstruksi jalan nafas

: spasme jalan nafas,

sekresi tertahan,

banyaknya mukus,

adanya jalan nafas

buatan, sekresi

bronkus, adanya

eksudat di alveolus,

adanya benda asing di

jalan nafas.

saturasi O2, dll.

Airway Management

        

guanakan teknik chin lift

atau jaw thrust bila perlu

        

untuk memaksimalkan

ventilasi

        

perlunya pemasangan

alat jalan nafas buatan

        

perlu

        

dada jika perlu

        

dengan batuk atau

suction

        

nafas, catat adanya

suara tambahan

        

mayo

        

bila perlu

        

udara Kassa basah NaCl

Lembab

        

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

        

status O2

2 Pola Nafas tidak

efektif

Definisi : Pertukaran

udara inspirasi dan/atau

ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik :

-    Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi

-    Penurunan pertukaran

udara per menit

-    Menggunakan otot

pernafasan tambahan

-    Nasal flaring

-    Dyspnea

-    Orthopnea

-    Perubahan

penyimpangan dada

-    Nafas pendek

-    Assumption of 3-point

position

-    Pernafasan pursed-lip

-    Tahap ekspirasi

berlangsung sangat

NOC :

  Respiratory status :

Ventilation

  Respiratory status :

Airway patency

  Vital sign Status

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

  Menunjukkan jalan

nafas yang paten

(klien tidak merasa

tercekik, irama

nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal,

NIC :

Airway Management

        

guanakan teknik chin lift

atau jaw thrust bila perlu

        

untuk memaksimalkan

ventilasi

        

perlunya pemasangan

alat jalan nafas buatan

        

perlu

        

dada jika perlu

        

dengan batuk atau

suction

        

nafas, catat adanya

suara tambahan

        

mayo

        

bila perlu

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

lama

-    Peningkatan diameter

anterior-posterior

-    Pernafasan rata-

rata/minimal

   Bayi : < 25 atau > 60

   Usia 1-4 : < 20 atau >

30

   Usia 5-14 : < 14 atau >

25

   Usia > 14 : < 11 atau >

24

-    Kedalaman

pernafasan

   Dewasa volume tidalnya

500 ml saat istirahat

   Bayi volume tidalnya 6-8

ml/Kg

-    Timing rasio

-    Penurunan kapasitas

vital

Faktor yang

berhubungan :

          Hiperventilasi

          Deformitas tulang

          Kelainan bentuk

dinding dada

          Penurunan

energi/kelelahan

tidak ada suara

nafas abnormal)

  Tanda Tanda vital

dalam rentang

normal (tekanan

darah, nadi,

pernafasan)

        

udara Kassa basah NaCl

Lembab

        

cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

        

status O2

Terapi Oksigen

  Bersihkan mulut, hidung

dan secret trakea

  Pertahankan jalan nafas

yang paten

  Atur peralatan oksigenasi

  Monitor aliran oksigen

  Pertahankan posisi pasien

  Onservasi adanya tanda

tanda hipoventilasi

  Monitor adanya

kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

   Monitor TD, nadi, suhu,

dan RR

   Catat adanya fluktuasi

tekanan darah

   Monitor VS saat pasien

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

         Perusakan/

pelemahan muskulo-

skeletal

          Obesitas

          Posisi tubuh

          Kelelahan otot

pernafasan

          Hipoventilasi

sindrom

          Nyeri

          Kecemasan

          Disfungsi

Neuromuskuler

          Kerusakan

persepsi/kognitif

          Perlukaan pada

jaringan syaraf tulang

belakang

          Imaturitas

Neurologis

berbaring, duduk, atau

berdiri

   Auskultasi TD pada

kedua lengan dan

bandingkan

   Monitor TD, nadi, RR,

sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

   Monitor kualitas dari nadi

   Monitor frekuensi dan

irama pernapasan

   Monitor suara paru

   Monitor pola pernapasan

abnormal

   Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

   Monitor sianosis perifer

   Monitor adanya cushing

triad (tekanan nadi yang

melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

   Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

3 Gangguan Pertukaran

gas

Definisi : Kelebihan

atau kekurangan dalam

oksigenasi dan atau

NOC :

  Respiratory Status :

Gas exchange

  Respiratory Status :

ventilation

  Vital Sign Status

NIC :

Airway Management

        

guanakan teknik chin lift

atau jaw thrust bila perlu

        

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

pengeluaran

karbondioksida di

dalam membran kapiler

alveoli

Batasan karakteristik :

 Gangguan

penglihatan

 Penurunan CO2

 Takikardi

 Hiperkapnia

 Keletihan

 somnolen

 Iritabilitas

 Hypoxia

 kebingungan

 Dyspnoe

 nasal faring

 AGD Normal

 sianosis

 warna kulit abnormal

(pucat, kehitaman)

 Hipoksemia

 hiperkarbia

 sakit kepala ketika

bangun

frekuensi dan

kedalaman nafas

abnormal

Kriteria Hasil :

  Mendemonstrasikan

peningkatan

ventilasi dan

oksigenasi yang

adekuat

  Memelihara

kebersihan paru

paru dan bebas

dari tanda tanda

distress pernafasan

  Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

  Tanda tanda vital

dalam rentang

normal

untuk memaksimalkan

ventilasi

        

perlunya pemasangan

alat jalan nafas buatan

        

perlu

        

dada jika perlu

        

dengan batuk atau

suction

        

nafas, catat adanya

suara tambahan

        

mayo

        

bial perlu

        

udara

        

cairan mengoptimalkan

keseimbangan.

        

status O2

Respiratory Monitoring

        

kedalaman, irama dan

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

Faktor faktor yang

berhubungan :

 ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

 perubahan membran

kapiler-alveolar

usaha respirasi

        

dada,amati kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan

intercostal

        

seperti dengkur

        

bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

        

        

diagfragma (gerakan

paradoksis)

        

nafas, catat area

penurunan / tidak adanya

ventilasi dan suara

tambahan

        

suction dengan

mengauskultasi crakles

dan ronkhi pada jalan

napas utama

        

setelah tindakan untuk

mengetahui hasilnya

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

4 Kurang Pengetahuan

Definisi :

Tidak adanya atau

kurangnya informasi

kognitif sehubungan

dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik :

memverbalisasikan

adanya masalah,

ketidakakuratan

mengikuti instruksi,

perilaku tidak sesuai.

Faktor yang

berhubungan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan

untuk mencari

informasi, tidak

mengetahui sumber-

sumber informasi.

NOC :

   Kowlwdge : disease

process

   Kowledge : health

Behavior

Kriteria Hasil :

  Pasien dan keluarga

menyatakan

pemahaman

tentang penyakit,

kondisi, prognosis

dan program

pengobatan

  Pasien dan keluarga

mampu

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara

benar

  Pasien dan keluarga

mampu

menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan

perawat/tim

kesehatan lainnya

NIC :

Teaching : disease

Process

1.      

tentang tingkat

pengetahuan pasien

tentang proses penyakit

yang spesifik

2.      

dari penyakit dan

bagaimana hal ini

berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang tepat.

3.      

gejala yang biasa muncul

pada penyakit, dengan

cara yang tepat

4.      

penyakit, dengan cara

yang tepat

5.      

kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

6.      

pada pasien tentang

kondisi, dengan cara

yang tepat

7.      

kosong

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

8.      

keluarga informasi

tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

9.      

gaya hidup yang mungkin

diperlukan untuk

mencegah komplikasi di

masa yang akan datang

dan atau proses

pengontrolan penyakit

10.    

terapi atau penanganan

11.    

mengeksplorasi atau

mendapatkan second

opinion dengan cara

yang tepat atau

diindikasikan

12.    

kemungkinan sumber

atau dukungan, dengan

cara yang tepat

13.    

grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan

cara yang tepat

14.    

mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

pada pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara

yang tepat

5 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi

tidak cukup untuk

keperluan metabolisme

tubuh.

Batasan karakteristik :

-    Berat badan 20 %

atau lebih di bawah

ideal

-    Dilaporkan adanya

intake makanan yang

kurang dari RDA

(Recomended Daily

Allowance)

-    Membran mukosa dan

konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang

digunakan untuk

menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada

rongga mulut

-    Mudah merasa

NOC :

  Nutritional Status :

food and Fluid

Intake

Kriteria Hasil :

  Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

  Berat badan ideal

sesuai dengan

tinggi badan

  Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

  Tidak ada tanda

tanda malnutrisi

  Tidak terjadi

penurunan berat

badan yang berarti

NIC :

Nutrition Management

   Kaji adanya alergi

makanan

   Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

   Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

   Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein

dan vitamin C

   Berikan substansi gula

   Yakinkan diet yang

dimakan mengandung

tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

   Berikan makanan yang

terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan

ahli gizi)

   Ajarkan pasien

bagaimana membuat

catatan makanan harian.

   Monitor jumlah nutrisi dan

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

kenyang, sesaat

setelah mengunyah

makanan

-    Dilaporkan atau fakta

adanya kekurangan

makanan

-    Dilaporkan adanya

perubahan sensasi rasa

-    Perasaan

ketidakmampuan untuk

mengunyah makanan

-    Miskonsepsi

-    Kehilangan BB

dengan makanan cukup

-    Keengganan untuk

makan

-    Kram pada abdomen

-    Tonus otot jelek

-    Nyeri abdominal

dengan atau tanpa

patologi

-    Kurang berminat

terhadap makanan

-    Pembuluh darah

kapiler mulai rapuh

-    Diare dan atau

steatorrhea

-    Kehilangan rambut

yang cukup banyak

(rontok)

kandungan kalori

   Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

   Kaji kemampuan pasien

untuk mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

   BB pasien dalam batas

normal

   Monitor adanya

penurunan berat badan

   Monitor tipe dan jumlah

aktivitas yang biasa

dilakukan

   Monitor interaksi anak

atau orangtua selama

makan

   Monitor lingkungan

selama makan

   Jadwalkan

pengobatan

tidak selama jam makan

   Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi

   Monitor turgor kulit

   Monitor kekeringan,

rambut kusam, dan

mudah patah

   Monitor mual dan muntah

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN TUBERKULOSIS PARU APLIKASI NANDA.docx

-    Suara usus hiperaktif

-    Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang

berhubungan :

Ketidakmampuan

pemasukan atau

mencerna makanan

atau mengabsorpsi zat-

zat gizi berhubungan

dengan faktor biologis,

psikologis atau

ekonomi.

   Monitor kadar albumin,

total protein, Hb, dan

kadar Ht

   Monitor makanan

kesukaan

   Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

   Monitor pucat,

kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

   Monitor kalori dan intake

nuntrisi

   Catat adanya edema,

hiperemik, hipertonik

papila lidah dan cavitas

oral.

   Catat jika lidah berwarna

magenta, scarlet