ASUHAN KEPERAWATAN RUANGAN CEMPAKA.docx
-
Upload
tika-handayani -
Category
Documents
-
view
247 -
download
2
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN RUANGAN CEMPAKA.docx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J 45 TAHUN DENGAN KANKER NASOFARING (KNF)
DI RUANG CEMPAKA KELAS III LANTAI VRS KANKER DHARMAIS
RUMAH SAKIT KANKER DHARMAISJAKARTA
MAKALAH
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas praktek orientasi pegawai baru
Oleh:
ALBERT GIN GIN ABDULLAH
ROSSANAH
TEGUH MUTTAQIEN
TIKA HANDAYANI
WIDYA YULITA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. J 45 TAHUN
DENGAN KANKER NASOFARING (KNF)
DI RUANG CEMPAKA KELAS III LANTAI V
RS KANKER DHARMAIS
MAKALAH
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas praktek orientasi pegawai baru
Oleh:
ALBERT GIN GIN ABDULLAH
ROSSANAH
TEGUH MUTTAQIEN
TIKA HANDAYANI
WIDYA YULITA
RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas
terselesaikannya tugas makalah praktek orientasi pegawai baru tahun 2015
ini.Dimana makalah ini membahas mengenai asuhan keperawatan pada penderita
Kanker Nasofaring (KNF).
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas praktek magang
karyawan baru di RS Kanker Dharmais Jakarta.Makalah ini dapat tersusun karena
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa “tak ada gading yang tak
retak”.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami terima dengan senang hati
demi penyempurnaan makalah yang selanjutnya.
Semoga bermanfaat, khususnya bagi kami dan bagi pembaca pada
umumnya.
Jakarta, Januari2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1B. Tujuan...................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................2
A. Pendahuluan..........................................................................................2B. Anatomi................................................................................................2C. Patofisiologi..........................................................................................2D. Etiologi.................................................................................................3E. Gambaran Klinis...................................................................................3F. Diagnosis..............................................................................................4G. Stadium.................................................................................................4H. Deteksi Dini..........................................................................................5I. Penatalaksanaan Medis.........................................................................5J. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................11
A. PENGKAJIAN.....................................................................................11B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................21C. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................22D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI (FORMATIF) .........................25E. EVALUASI (SUMATIF) KEPERAWATAN......................................35
BAB IV PENUTUP..........................................................................................36
A. Kesimpulan...........................................................................................36
Daftar Pustaka...................................................................................................37
BAB I
PENDUHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
kematian akibat Kanker Nasofaring melalui upaya preventif, promotor, kuratif
dan rehabilitatif.Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahas
Asuhan Keperawatan pada Tn. Jdengan Kanker Nasofaring.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Nasofaring.
2. Tujuan Khusus
a. Perawat mampu untuk memahami konsep dasar pasien dengan Kanker
Nasofaring yang meliputi : pengertian, etiologi, klasifikasi, stadium,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan.
b. Perawat mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan Kanker Nasofaring
c. Perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Kanker Nasofaring
d. Perawat mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien
dengan Kanker Nasofaring
e. Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan Kanker Nasofaring
f. Perawat mampu mengevaluasi keperawatan pada pasien dengan
Kanker Nasofaring
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KANKER NASOFARING
A. PendahuluanKarsinoma nasofaring termasuk tumor ganas daerah kepala dan
leher.KNF menempati urutan pertama pada tumor ganas daerah kepala dan leher. Di Indonesia, KNF berada pada urutan ke- 4 kanker terbanyak setelah kanker serviks, kanker payudara, dan kanker paru. Pada daerah Asia Timur dan Tenggara didapatkan angka kejadian yang tinggi.Angka kejadian yang tinggi didunia terdapat di provinsi Cina tenggara yaitu sebesar 40-50 kasus KNF diantara 100.000 penduduk.
B. AnatomiNasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku diatas,
belakang, dan lateral.Kedepan berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, tuba eustasius terdapat dinding lateral. Dinding lateral ini dibentuk oleh lamina faringobasiliaris dari fasia faringealis dan otot konstriktor faringeus superior. Antara pinggir atas otot ini dan basis karini (sinus morgagni) berjalan otot levator palatini dan bagian tulang rawan tuba eustachius yang diliputi fasia faringeal interna dan eksterna, kearah belakang dinding melengkung keatas dan kedepan yang merupakan bagian postero inferior sinus sphenoid dan bagian basilar or oksipital.Dinding ini dilapisi oleh fasia faringo basilaris yang menutupi bagian atas servikal kedua.
Secara anatomic, nasofaring merupakan bagian faring, meskipun secara morfologik ataupun fungsional lebih merupakan bagian dari hidung,oleh karena itu nasofaring juga diberi sebutan post nasal space. Ruang nasofaring berbentuk kuboid yang dilapisi epitel berlapis gepeng stratifed squamous epithelium.
C. PatofisiologiKeganasan pada nasofaring tertinggi squamous carsinoma.Tumor
sering kali berkembang lambat tapi pasti dan infasi pada jaringan sekitar diikuti dengan penyebaran kelenjar limphe bawah hingga ke leher dan menyebar melalui darah.
Hal inilah yang menyebabkan pasien susah menelan dan sulit bernafas. Sebagian besar (40%) pasien KNF (kanker nasofaring) mempunyai peluang hingga 5 tahun.
D. EtiologiKNF (kanker nasofaring) umumnya terjadi pada usia 40-70 tahun
dimana faktor resiko berkembang karena pemakaian tembakau yang
mengandung nitrosamines, faktor genetik , defesiensi vital C pemasukan intake ikan air laut, sipilis lidah, defesiensi vitamin B dan riboflavin. Infeksi virus epstein bar berperan penting dalam timnulnya KNF. Virus ini dapat masuk kedalam tubuh dan tetap tinggal di orofaring, nasofaring, kelenjar parotis dan kelenjar ludah tanpa menimbulkan gejala. Salah satu sel target dari virus Eipsten Barr ialah sel limposit B. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin dalam waktu lama secara tetus-menerus mulai dari masa kanak-kanak merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus eipstein barr sehingga menimbilkan KNF.Beberapa faktor dianggap berpengaruh menjadi mediator untuk timbulnya KNF adalah:
Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin Sosial ekonomi, lingkungan dan kebiasaan hidup Sering kontak dengan bahan karsinogen antara lain benzopyren,
benzoantrhancence, gas kimia, asap industri, asap kayu dan beberapa ekstrak tumbuhan
Ras dan keturunan Radang kronis di nasofaring. Adanya peradangan yang menahun di
nasofaring menyebabkan mukosa nasofaring menjadi lebih rentan terhadap karsinogen penyebab KNF.
E. Gambaran Klinis1. Pembesaran kelenjar leher2. Hidung
Sumbatan hidung, akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga nasofaring dan menutupi koana.Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai gangguan penciuman dan adanya ingus kental.Epistaksis timbul akibat dinding tumor yang rapuh sehingga iritasi ringan terjadi perdarahan.
3. TelingaBerupa ganguan pendengaran seperti tuli hantar, rasa penuh di telinga seperti ada cairan tinnitus atau berdengung.
4. NeurologisNeuralgia trigeminal unilateral, ofhalmoplegi unilateral, gejala nyeri kepala hebat yang timbul akibat penekanan tumor pada durameter.Kesulitan menelan karena hemiparese m. Konstriktor faringeus superior.Gangguan motorik berupa afoni, disfagia, dan spasme esophagus.
F. DiagnosisUntuk dapat menentukan diagnosis KNF dengan cara :- Endoskopi- Biopsi nasofaring
- Radiologi
Kesulitan menegakan diagnosis dini :
1. Faktor penderita Kurangnya pengetahuan masyarakat Mencari pengobatan alternatif Keadaan sosial ekonomi rendah
2. Faktor penyakit Sifat dari KNF yang seringkali tidak menimbulkan keluhan
(nyeri) Diagnosis dini sukar ditegakan karena : gejala tidak khas
menyerupai rinitis/ sinusitis, letak nasofaring yang tersembunyi dan hasil biopsi yang negatif.
3. Faktor dokter Kurangnya kewaspadaan dokter terhadap deteksi dini Kesulitan dokter mempergunakan sara diagnosis dini karena
harganya mahal.G. Stadium
Penentuan stadium KNF yang digunakan adalah menurut UICC tahun 1990 yaitu:T = Tumor Primer
T0 : tidak tampak tumor dinasofaringT1 : tumor terbatas pada satu lokasi saja (lateral/ posterosuperior dll)T2 : tumor terdapat pada dua lokasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam rongga nasofaringT3 : tumor meluas ke kavum nasi dan atau orofaringT4 : tumor mengenai basis kranii atau nervus kranialis
N = Pembesaran Kelenjar getah bening regionalN0 : tidak ada pembesaran kelenjar N1 : metastasis tunggal KGB ipsilateral < 3 cmN2 : metastasis tunggal KGB ipsilateral 3-6 cm atau KGB multiple ipsilateral < 6 cm atau KGB bilateral / kontra lateral tidak lebih dari 6 cm ukuran terbesar.N3 : metastasis KGB > 6 cm
M = Metastasis jauhMx : adanya metastasis jauh tidak dapat ditentukanM0 : tidak ada metastasis jauhM1 : terdapat metastasis jauh
H. Deteksi DiniDengan cara mengamati bila ada keluahan seperti:
Hidung sering terasa tersumbat/ sering pilek Sering epistaksis/ mimisan
Suara berubah/ suara hidungI. Penatalaksanaan Medis
1. KemoterapiDitujukan untuk membunuh/ menjaga agar tidak terjadi metastasis, biasanya hal ini juga untuk menghindari pembedahan.Macam-macam jenis pengobatan dengan kemoterapi:- Singel agent kemoterapi
MTX (metoteraxtate) 40 mg/ m2 IV 1x / minggu- Kombinasi thrapy
Cisplatine 100 mg/ m2 IV hari I5-FV (Fluorancil)
Ifosfamid 60 mg/ m2 IV hari 1,3,5,7,9Cisplatine 20 mg/ m2 IV hari 2,4,6,8,10 + radiasi
Cap. Cyclophospamide 200 mg/ m2 IV hari IDoxorubicin 30 mg/ m2 IV hari ICisplatine 50 mg/ m2 IV hari I
2. RadiasiTujuan dilakukannnya radiasi adalah untuk mengecilkan massa, sehingga diharapkan gangguan oksigen dan nutrisi teratasi. Artinya pasien tidak sesak nafas dan dapat memakan makanan (menelan) dengan mudah. Untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi seperti diatas biasanya dilakukan pada pasien KNF staduim I, dan masalah lain yang terjadi biasanya tidak efektifnya pengobatan tumor dan adanya gangguan integritas kulit. Komplikasi lain : nyeri, mocositis, dan infeksi.
3. PembedahanPembedahan biasanya dilakukan untuk pengambilan massa kanker dan melakukan rekontruksi. Hal ini akan mengakibatkan potensional kehilangan fungsi struktur kosmetik.
J. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik Muka asimetris Perdarahan hidung Trismus Reflek menelan berkurang/ terganggu Suara berubah
b. Pengkajian nyeri Lihat format pengkajian nyeri
c. Pengkajian psikososial Respon terhadap diagnosa dan pengobatan :
- Shock- Cemas- Takut- Denial- Berduka- Menarik diri- Menerima
d. Pemeriksaan penunjang CT-Scan kepala / X-ray : untuk melihat adanya massa
didaerah nasofaring Thorax foto Biopsi Darah lengkap
e. Riwayat keluargaAdanya riwayat keluarga yang menderita kanker, gaya hidup sebagai perokok berat, riwayat infeksi daerah nasofaring.
f. Riwayat penyakitKeluhan utama :
Nyeri dibagian hidung bagian dalam Pendarahan hidung/ epistaksis Sesak nafas Sakit menelan Gangguan membuka mulut Pergerakan lidah terganggu (paralise) Perubahan suara Pendengaran berkurang
2. Diagnosa keperawatan pada tindakan operasia. Kurangnya pengetahuan tentang prosedur operasi berhubungan
dengan kurangnya informasi.1) Data Subyektif : pasien dan keluarga menanyakan tentang
tindakan yang akan dilakukan2) Data Obyektif : pasien terlihat bingung3) Tujuan :
Pasien dan keluarga mengetahui dan mengerti tindakan yang dilakukan pada diri pasien
4) Kriteria hasil : Pasien dapat menjelaskan prosedur operasi yang akan
dilakukan terhadap dirinya Pasien dapat menjelaskan alasan dilakukan operasi dan
perubahan fisik yang mungkin akan dapat dialami5) Intervensi :
Jelaskan tentang tujuan operasi (kolaborasi dengan dokter)
Jelaskan prosedur operasi yang akan dilakukan dengan memperlihatkan gambar, alat
Diskusikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi setelah operasi
Ajarkan dan demonstrasikan cara : nafas dalam, batuk efektif, mobilisasi.
b. Gangguan aktifitas sehari-hari/ kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tindakan operasi1) Data Subyektif : pasien merasa lemah dan nyeri2) Data Obyektif : pasien bedrest3) Tujuan : aktifitas sehari-hari terpenuhi4) Kriteria hasil : dengan melakukan aktifitas sendiri 5) Intervensi :
Bantu segala aktifitas sesuai dengan kemampuan Jelaskan pada pasien pentingnya mobilisasi Ingatkan dan anjurkan untuk melakukan latihan yang
sesudah diajarkan pada pre operasi Bantu dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai
dengan kemampuan sampai dapat mandiri, khususnya personal hygiene
Sediakan alat tulis untuk komunikasi bila pasien dilakukan trakeostomi/ laringektomi
c. Gangguan oksigenasasi berhubungan dengan trakeostomi/ edema/ hematoma/ penumpukan sekret1) Data Subyektif : pasien mengeluh sesak nafas2) Data Obyektif : pasien terpasang trakeostomi3) Kriteria hasil :
Kesadaran compos mentis Tanda-tanda vital dalam batas normal Slim, edema, hematom tidak ada
4) Intervensi : Bedrest Observasi terjadinya kesadaran menurun, kelemahan,
sesak nafas, dan nadi cepat Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan Observasi edema dan penumpukan slim Isap slim bila ada penumpukan Beri oksigen sesuai program Lakukan nebulizer sesuai anjuran
d. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan operasi
1) Data Subyektif : drain terpasang, post operasi2) Data Obyektif : -3) Tujuan : perdarahan tidak terjadi4) Kriteria :
Tanda-tanda vital dalam batas normal Tidak ada perdarahan Drain minimal Tidak ada rembesan pada kassa balutan
5) Intervensi : Observasi tanda-tanda vital Observasi balutan luka operasi Observasi drain terhadap jumlah cairan, bau, dan warna
cairane. Resiko terjadinya gangguan body image/ self esterm berhubungan
dengan operasi/ perubahan anatomi1) Data Subyektif : bagaimana perubahan terhadap dirinya setelah
dioperasi2) Data Obyektif : terdapat luka pada bagian leher dan perubahan
pada suara3) Tujuan : tidak terjadi gangguan body image / self esteem4) Kriteria : adanya koping yang bagus dan pasien mau menerima
keadaan dirinya5) Intervensi :
Kaji pengetahuan pasien lebih jauh tentang prosedur operasi, perubahan fungsi sehubungan dengan operasi
Kaji prilaku dan persepsi pasien tentang perubahan pada dirinya
Ulang kembali penjelasan tentang tujuan prosedur tindakan
Bantu pasien untuk memilih koping yang bagus Bantu pasien untuk menerima kondisi/ keadaan dirinya Dorong keluarga untuk memberikan dukungan
emosional Kolaborasi dengan unit rehabilitasi medik untuk latihan
suara apabila sulit untuk mengeluarkan suaraf. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan operasi
1) Data Subyektif : pasien mengeluh panas yang tidak turun-turun2) Data Obyektif : ada tanda-tanda infeksi, bau, dan perubahan
warna cairan3) Tujuan : infeksi tidak terjadi4) Kriteria : tanda-tanda infeksi tidak ada, vital sign dalam batas
normal
5) Intervensi : Bekerja dengan teknik aseptik Bekerja sesuai dengan standar operasional perawatan
luka Observasi tanda-tanda infeksi (tanda-tanda vital, drain,
lab) Observasi luka operasi (warna, erosi, vaskularisasi,
suhu, edema)
3. Diagnosa keperawatan pada tindakan radiasia. Kurangnya pengetahuan tentang radiasi dan perubahan-perubahan
yang terjadi pada membran mukosa berhubungan dengan radiasi1) Data Subyektif : pasien menanyakan, apa yang terjadi apabila
dilakukan radiasi2) Data Obyektif : pasien banyak bertanya3) Tujuan :
Pasien dapat menjelaskan tentang radiasi dan perubahan yang mungkin dan akan terjadi pada saat dan setelah radiasi khususnya pada membran mukosa
Pasien dapat menjelaskan kembali cara merawat daerah yang dilakukan radiasi
4) Intervensi : Jelaskan tentang tujuan radiasi dan alasan dilakukannya
radiasi Jelaskan kemungkinan perubahan-perubahan yang
terjadi sebagai dampak radiasi Jelaskan tindakan yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukannya terhadap perubahan yang terjadi, seperti menggaruk daerah radiasi, pemakaian sabun, pemakaian sikat gigi
Jelaskan hal-hal apa saja yang harus dilaporkan segera kepada perawat/ dokter
b. Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan berhubungan dengan mual sebagai dampak radiasi1) Data Subyektif : pasien mengatakan rasa mual dan susah
makan2) Data Obyektif : porsi makan tidak habis3) Tujuan : gangguan nutrisi tidak terjadi4) Kriteria :
Berat badan mendekati normal/ tidak mengalami penurunan
Hb dalam batas normal
5) Intervensi : Jelaskan pentingnya nutrisi selama radiasi Jelaskan bentuk makan dan jenis makan yang boleh
dikonsumsi serta makan penganti selama radiasi Jelaskan cara mengatasi mual yang belebihan Kolaborasi dengan dokter, bila pasien tidak dapat
mengatasi mualnya, untuk diberikan obat-obatan Ukur berat badan tiap minggu
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEMOTERAPI
A. PENDAHULUANSalah satu pengobatan kanker yang sering dilakukan adalah kemoterapi.Pemberian kemoterapi adalah menggunakan obat-obat sitotosik secara sistemik pada kanker, dimana tujuan pemberian obat-obat
sitotosik adalah untuk mencegah invasive sel-sel kanker ke jaringan sehat sekitarnya atau mencegah terjadinya metastase. Pengobatan kemoterapi ini selain membunuh sel-sel kanker juga akan mengganggu pertumbuhan sel-sel tubuh yang normal. Manifestasi klinik dari kerusakan sel-sel tubuh yang normal tersebut antara lain rambut rontok, stomatitis, gangguan pengecapan, perubahan status hematologi, dan beberapa efek samping lainnya merupakan gangguan bagi pasien baik fisik maupun psikologis.Di dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien kanker mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang mencakup semua aspek efek kemoterapi tersebut. Selain itu apabila penanganan kemoterapi tidak tepat, dapat terjadi percikan atau tumpahan, tertusuk jarum, memeberikan kemoterapi dalam jangkan waktu yang lama akan terjadi iritasi pada kulit, mata, dan membran mukosa.
B. PENGERTIANPengobatan kanker dengan zat atau obat yang berkhasiat membunuh sel kankerObat disebut sitostatika penghambat kerja sel yang sedang tumbuh (proliferasi)
Sistemik (ke seluruh sistem tubuh) Regional
Prinsip dasar pengobatan kanker
1. Mencegah sel kanker untuk bermultiplikasi, menginvasi, metastasis dan membunuh penderitaannya.
2. Mempengaruhi multiplikasi sel dan pertumbuhan tumor, terutama sel yang pertumnuhannya cepat.
3. Pemberian yang efektif : efikasi maksimal dengan efek samping seminimal mungkin.
C. JENIS PENGOBATAN KEMOTERAPI1. Pengobatan Induksi
Untuk terapi primer tumor-tumor non solid atau kasus lanjut karena tidak ada pilihan lain. Disebut juga penyelamatan (SALVAGE)
2. Kemoterapi AdjuvantPengobatan tumor primer dikontrol dengan cara lain (bedah atau radiasi) tetapi diyakini masih ada sisa sel-sel kanker yang sukar dideteksi sehingga diperlukan tambahan kemoterapi
3. Kemoterapi PrimerPengobatan kemoterapi diberikan lebih dahulu sebelum pengobatan lain (bedah atau radiasi)
4. Kemoterapi Neoadjuvant
Pengobatan kemoterapi diberikan lebih dahulu setelah itu (bedah atau radiasi) dilanjutkan kemoterapi lagi
D. TUJUAN PEMBERIAN KEMOTERAPI1. Pengobatan2. Mengurangi masa tumor selain pembedahan atau radiasi3. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup4. Mengurangi komplikasi akibat metastase
Manfaat kemoterapi terhadap tumora. Kemoterapi sangat bermanfaat (dapat sembuh atau hidup lama) :
1) Penyakit Hodgkin’s2) Non Hodgkin Lymphoma jenis large sel3) Kanker testis jenis germ sel4) Leukemia dan Lymphoma pada anak
b. Kemoterapi bermanfaat (kanker dapat dikendalikan cukup lama, kadang sembuh) :1) Kanker payudara2) Kanker ovarium3) Kanker paru jenis small cell4) Lymphoma non Hodgkin5) Multiple Myeloma6) Corio carcinoma
c. Kemoterapi bermanfaat untuk paliatif (dapat mengurangi gejala) :1) Kanker nasofaring2) Kanker prostat3) Kanker endometrium4) Kanker leher dan kepala5) Kanker paru jenis non small sel
d. Kemoterapi kadangkala bermanfaat :1) Kanker jaringan lunak2) Melanoma3) Kanker usus besar
E. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPIKemoterapi merupakan salah satu modalitas utama dari kanker. Umumnya diberikan oleh perawat , tetapi tanggung jawab utama adalah dokter.Walaupun pemberian obat kemoterapi dapat melalui infus atau injeksi bolus, tetapi ada juga metode pemberian melalui oral, intrapleural, intraperitonial, intratekal, dan intra arterial.1. Pemberian Oral
Pemberian obat secara oral digunakan untuk obat kemoterapi yang siap diabsorpsi dan tidak mengiritasi saluran gastrointestinal.
2. Pemberian Intra VenaDapat melalui perifer dan vascular access devices
3. Pemberian IntrapleuralPemberian intrapleural melalui suatu kateter dimasukan kedalam dada yang berguna untuk sclerosing dan menutup area untuk mencegah atau mengurangi kekambuhan dari efusi pleura.
4. Pemberian intraperitonialDiberikan secara langsung melalui kateter yang masuk kedalam rongga abdomen.Sampai saat ini masih digunakan untuk keganasan ovarium dan tuba fallopi.Sekarang metode ini adalah juga diselidiki untuk pankreas dan berhubungan dengan lambung carcinomas.
5. Pemberian intratekalPemberian kemoterapi intratekal diindikasikanPemberian kemoterapi intratekal diindikasikan untuk pengobatan secara langsung kedalam sistem syaraf pusat, seperti leukemia atau lymphoma.
6. Pemberian intraarterialPemberian kemoterapi intra arteri digunakan langsung ke daerah dimana jumlah besar penyakit ada, seperti kanker hati metastase atau primer.Metode pemberian ini mempertimbangkan konsentrasi obat/ racun kemoterapi yang lebih besar dibanding diberi melalui intra vena.
Dosis dan rute kemoterapia. Dosis sebaiknya tepat
Cara :Luas permukaan badan (LPB) dengan mistar khusus nonmogram AUC (are under curve) khusus untuk carboplastin.
b. Dosis bisa disesuaikan dengan kemampuan tubuh pasienc. Penyesuaian +/- 25 % sesuai DPL, kreatinin atau bilirubin
Rute dan jadwal pemberian kemoterapi
a. Rute harus sesuai spesifikasi obatUmumnya diberikan melalui pembuluh darah vena, oral, dibawah kulit (subcutan), intraperitoneal, intrapleura, intraperikardial, topikal dan intratekal.
b. Jadwal sebaiknya tepat Siklus 1 minggu, 2 mg, 3 mg, dan 4 mg Jumlah siklus 4-6 siklus
c. Tempat pemberian
One day care / rawat singkat Rumah sakit / rawat inap
Persiapan kemoterapia. Sebelum menjalani kemoterapi pasien menjalani pemeriksaan
awalb. Tujuan untuk mengantisipasi efek sampingc. Ditetapkan oleh dokter onkologi medikd. Pemeriksaan : darah lengkap, test fungsi ginjal, test fungsi liver,
pemeriksaan organ tubuh dll.
Respon kemoterapi
a. Respon komplit Besar tumor berkurang 100 %
b. Respon parsial Besar tumor berkurang > 50 %
c. Respon disease Besar tumor berkurang kurang dari 50 %
d. Progressive disease Tumor membesar
F. EFEK SAMPING KEMOTERAPIAkibat kemoterapi :
1. Ringan – berat, tergantung dari dosis dan regimen2. Karena diberikan sitemik, semua sel sedang tumbuh terkena3. Sel kanker lebih banyak terkena akibatnya4. Sel sistem tubuh terkena
Akibat kemoterapi yang perlu di perhatikan :
1. Sel daraha. Memerangi infeksi mudah terinfeksib. Membawa oksigen kurang energi yang dibakar, lemah, letih,
lesuc. Membantu pembekuan darah gampang memar, perdarahan
2. Saluran cernaa. Muntah, karena pengaruh di otak dan saluran cerna. Selaput lendir
mulut- usus rontok mual, sariawan, diareb. Kadangkala susah buang air besar
3. Kulit dan rambuta. Rambut rontok sementarab. Kuku dan kulit tampak hitam
4. Sistem reproduksi laki-laki dan perempuana. Tidak haid sementarab. Sperma kosong
Pada kemoterapi ringan reversible
G. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengakjian data
a. Pengkajian prekemoterapi1) Evaluasi fisik
a) Riwayat masa laluMeliputi diagnosa dan penyakitnya, riwayat kesehatan pada saat sekarang ini dan riwayat adanya alergi
b) Pemeriksaan sistem Fungsi hematopoetik : hasil laboratorium meliputi :
Hb, leukosit, trombosit, diff count, fungsi ginjal, fungsi hepar, elektrolit.
Fungsi neurologi : periperal neuropathy, gangguan eliminasi
Keadaan rongga mulut dan kulit : mukositis dimulut, nasofaring, esofagus, rektum, dan stoma
Fungsi kardiovaskuler : hasil pemeriksaan EKG dan echocardiografi
Fungsi pernafasan : jumlah, irama, dan kedalaman, batuk, perokok, hasil thorak foto.
Fungsi perkemihan : adanya cistitis, perdarahan, ISK Fungsi saluran cerna : berat badan, anoreksia, mual,
muntah, gangguan eliminasi, hepatotoksis Fungsi seksual
c) Adanya terapi kanker yang toksik, pada terapi operasi, radiasi, dan kemoterapi
d) Berat badan dan tinggi badane) Route pemberian obat
2) Evaluasi psikososiala) Pengetahuan tentang penyakitnya dan pengobatan, ada rasa
cemas dan takutb) Pengalaman pertama kemoterapic) Support sistem dan orang-orang terdekatd) Infrmed consent
3) Pendidikan pasien dan keluargaPengertian, kesediaan dukungan moral dan dana
b. Pengkajian post kemoterapi
1) Pengkajian ulang terhadap perubahan : respon tumor, status perbaikan, ditemukan kelainan
2) Penanganan efek kemoterapi3) Pendidikan pasien dan keluarga
2. Diagnosa keperawatana. Kurang pengetahuan berhubungan dengan efek samping
kemoterapi Data Subyektif : pasien dan keluarga menanyakan efek
samping kemoterapi Data Obyektif : pasien banyak bertanya tentang pengobatan
kemoterapi Tujuan : pasien dan keluarga dapat menyebutkan efek
samping kemoterapi dan bekerjasama dengan perawat Kriteria : pasien dapat bekerjasama dengan perawat Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang efek samping kemoterapi
2) Kaji pengalaman sebelumnya dengan diagnosa dan pengobatan kanker
3) Kaji mengenai proses penyakit dan rencana pengobatan4) Berikan informasi tentang kemoterapi dan efek
sampingnya yang belum diketahui dan belum dimengerti oleh pasien.
b. Gangguan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemoterapi
Data Subyektif : pasien mengatakan rasa sakit dan tidak enak pada rongga mulut
Data Obyektif : terdapat kemerahan pada rongga mulut Tujuan : tidak terjadi gangguan membran mukosa mulut Kriteria :
1) Tidak ada tanda kemerahan pada rongga mulut2) Perdarahan pada rongga mulut tidak ada3) Flag-flag putih tidak ada4) Luka pada rongga mulut tidak ada
Rencana Tindakan :1) Kaji mukosa mulut, palatum, lidah, gusi, bibir dinding
dasar mulut, dan sebelah dalam lidah2) Catat adanya tanda kemerahan, luka perdarahan, flag-
flag putih, dan konsistensi air ludah3) Ajarkan/ lakukan oral hygiene dengan cairan fisiologis,
air matang, atau obat kumur
4) Beri mycostantin 4 x sehari terutama setelah makan dan sebelum tidur
5) Gunakan sikat gigi lembut dan lunak6) Menghindarkan makanan yang panas dan bumbu yang
merangsangc. Gangguan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang karena mual dan muntah Data Subyektif : pasien mengatakan rasa mual dan muntah
serta tidak nafsu makan Data Obyektif :
1) Berat badan menurun2) Nilai albumin menurun3) Pasien tidak mau makan
Tujuan : berat badan normal/ tidak mengalami penurunan Kriteria :
1) Berat badan normal/ tidak mengalami penurunan2) Nilai albumin 3.2-3,53) Hb > 10 gr%4) Konjungtiva tidak anemis
Rencana Tindakan :1) Kaji jumlah, warna konsistensi, frekuensi mual, dan
episode muntah2) Kaji apa yang dilakukan pasien bila mual dan muntah
timbul atau untuk mengatasi mual dan muntah3) Kaji berat badan pasien, ukur tiap minggu4) Beri makan porsi kecil tapi sering5) Makan buah-buahan dan sayur-sayuran tinggi serat6) Catat adanya rasa panas dalam perut, begah, dan kejang7) Catat jumlah makanan yang dimakan oleh pasien8) Beri obat anti emetik ½ jam sebelum dan sesudah
kemoterapi9) Kolaborasi dengan bagian gizi untuk perencanaan diet10) Kolaborasi untuk pemberian makanan enteral dan
parenteral11) Monitor kadar albumin dalam darah dan hematologi
d. Gangguan eliminasi bab : diare berhubungan dengan efek samping kemoterapi
Data Subyektif : pasien mengeluh perut mules, buang air besar sering dan encer
Data Obyektif : buang air besar lebih dari 4x Tujuan : buang air besar normal Kriteria :
1) Bab lunak / padat2) Nilai elektrolit dalam batas normal :
a) Kalium : 3,4-5,3 mmol/Ib) Natruim : 130-150 mmol/Ic) Clorida : 99-111 mmol/I
Rencana Tindakan :1) Kaji kebiasaan bab2) Kaji adanya faktor-faktor yang menyebabkan diare,
pola diare, konsistensi, dan jumlah3) Beri makan dengan diet rendah serat, tinggi kalori, dan
protein4) Beri minum lebih kurang 2500-3000 ml/hari5) Monitor nilai elektrolit6) Monitor intake dan output7) Kolaborasi dengan medis dalam pemberian cairan dan
obat diare8) Kultur feces untuk mengetahui jumlah kuman
e. Gangguan body image berhubungan dengan alopesia Data Subyektif : pasien mengatakan rasa malu akibat
perubahan pada tubuhnya akibat kemoterapi Data Obyektif :
1) Terdapat alopesia2) Kehitaman pada bawah kuku
Tujuan : gangguan body image Kriteria :
1) Pasien mau memakai topi atau kerudung2) Pasien tampak ceria
Rencana Tindakan :1) Beri penjelasan bahwa kerontokan rambut hanya
sementara dan rambut akan tumbuh kembali setelah pengobatan 2-6 bulan
2) Beri model pada pasien yang telah mengalami penumbuhan rambut kembali setelah pengobatan kemoterapi
3) Beritahuakan pasien tentang perawatan rambut dan meminimalkan kerontokan dengan :a) Gunakan sampo yang berprotein dan kondisionerb) Jangan terlalu sering mencuci rambutc) Hindari penggunaan pengering rambut listrikd) Gunakan sisir yang renggang
4) Anjurkan penggunaan penutup kepala (kerudung, wig, topi)
5) Anjurkan pasien untuk memotong rambut apabila panjang
f. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan imunitas menurun
Data Subyektif : pasien mengeluhkan badan terasa panas Data Obyektif :
1) Post kemoterapi2) Lekosit < 1000
Tujuan : infeksi tidak terjadi Kriteria :
1) Lekosit > 20002) Suhu, nadi, pernafasan dalam batas normal
Rencana Tindakan :1) Observasi tanda-tanda vital2) Kali bagian-bagian tubuh yang beresiko terjadi infeksi :
mulut, gusi, luka, adanya tindakan invasive, dan perianal
3) Monitor jumlah granulosit, terutama jumlah neutrofil4) Gunakan teknik steril dalam melakukan tindakan5) Cuci tangan sebelumdan sesudah tindakan6) Jaga kebersihan lingkungan7) Gunakan masker8) Batasi pengunjung9) Monitor makanan yang masuk ruangan10) Pertahankan personal hygiene11) Beri terapi sesuai program
g. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan kadar trombosit yang menurun / rendah
Data Subyektif : (-) Data Obyektif :
1) Kadar trombosit turun < 20.000 mmol/I2) Pasien post kemoterapi
Tujuan : perdarahan tidak terjadi Kriteria :
1) Kadar trombosit > 25.000 mmol/I2) Tidak ada epistaksis3) Tidak ada ptekie
Rencana Tindakan :1) Kaji daerah yang sering terjadi perdarahan : membran
mukosa, kuli, saluran pencernaan, pernafasan, perkemihan, inrakranial.
2) Monitor tanda-tanda vital
3) Monitor hasil laboratorium4) Observasi dan monitor tingkat kesadaran5) Hindari cedera atau trauma6) Minimalkan tindakan invasive7) Kolaborasi dengan medis dalam pemberian terapi
supportifh. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
ekstravasasi Data Subyektif : (-) Data Obyektif : pasien sedang dalam pemberian kemoterapi Tujuan : tidak terjadi ekstravasasi Kriteria :
1) Cairan infus lancar2) Tidak ada tanda kemerahan3) Pasien tidak mengeluh rasa panas disekitar daerah
penusukan Rencana Tindakan :
1) Gunakan teknik yang tepat dalam memilih vena2) Lakukan pengecekan vena terhadap “Blood Return”
dengan melakukan aspirasi pada pemberian atau setiap pemberian 2 ml obat bila diberikan denagn bolus, sebaiknya menggunakan infus Nacl 0,9 % untuk flushing
3) Monitor area penusukan dan respon pasien terhadap tetesan, erytema, rasa nyeri, terbakar, dan bengkak
4) Bila diberikan secara konstinous drip, penggunaan vena sentral untuk meminimalkan aktivitas selama pemberian obat
5) Tangani segera jika terjadi ekstravasasi6) Laporkan segera ke tim medis7) Catat jenis obat, dosis obat, jumlah obat, jika terjadi
ekstravasasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. J 45 TAHUNDENGAN KANKER NASOFARING (KNF)
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk ruang Cempaka : Jum’at, 23/01/2015
Tanggal pengkajian : Jum’at 23/01/2015
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
No MR : 177166
Umur : 45tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : Tamat SMA
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Aroma Jorong Koto Ateh Batumbuk Talang
Tadang Sumatra Barat
Diagnosa medis : KNF
Penanggungjawab : Ny. N
Alamat : Aroma Jorong Koto Ateh Batumbuk
Talang Tadang Sumatra Barat
Hubungan dengan pasien : Isteri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di leher kiri
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan penyakit yang dialamnya sudah berlangsung
kurang lebih 5 bulan yang lalu, mulanya terdapat benjolan kecil
seukuran bola kelereng pada leher kiri atas, kemudian pasien
menjalani mengobatan alternative selama ± 2 bulan, tetapi benjolan
tersebut semakin membesar sampai sebesar bola tenis. Pasien
kemudian memeriksakan diri ke RSI IBNU SINA YARSI SUMATRA
BARAT. Di RS tersebut, dilakukan pemeriksaan biopsy dan ternyata
dari hasil PA menunjukkan adanya karsinoma berdiferensiasi buruk
yang telah menginfiltrasi ke sisi sebelah kiri. Dokter RSI IBUN SINA
YARSI SUMATRA BARAT setelah itu merujuk pasien ke RS.
KANKER DHARMAIS. Pasien kemudian datang ke RS Dahrmais
pada bulan januari dan dilakukan beberapa pemeriksaan seperti USG
abdomen, bone scan, foto thorax dan MSCT Nasofaring di rawat
jalan. Tanggal 23 januari pasien masuk ruang rawat inap Cempaka
kelas 3 untuk dijadwalkan menjalani kemoterapi sebanyak 5 kali.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya.
5 bulan yang lalu pasien mengatakan pernah ke RSI IBNU SINA
YARSI SUMATRA untuk melakukan biopsy.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dari semua anggota keluarganya tidak ada
yang memiliki riwayat penyakit kanker, jantung, ginjal, hipertensi,
dan diabetes.
3. Pengkajian Berdasarkan Kebutuhan Dasar Manusia
Aktivitas/ Istirahat Gejala (S)
Tanda (O)
Pasien adalah seorang pegawai pemerintahan. Aktivitas sehari-hari lebih banyak dilakukan di kantor. Aktivitas di RS: istirahat di tempat tidur dan berbincang dengan keluarga. Pasien mengatakan tidak pernah olahraga. Tidur siang: ± 2 jam, jarang dilakukan. Tidur malam: ± 8 jam.Status mental: sadar/aktif. Tonus otot keras. Postur: kesan tegak. Rentang gerak atas/bawah: aktif sempurna. Tidak ada kesulitan mobilisasi. Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555Status fungsional Barthel Index: 15 (ketergantungan ringan)
SirkulasiGejala (S)
Tanda (O)
Tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung, edema, kesemutan, kebas, hemoptisis pada pasien. Pasien mengatakan tidak ada keluhan. TD: 120/90 mmHg. N: 88 x/mt. P: 19 x/mt. S: 36,1 C. Nadi: terpalpasi, irama teratur, kekuatan nadi +2. Akral hangat. CRT < 2”. Bunyi jantung: BJ I/ II normal reguler, murmur (-), gallop (-). Distensi vena jugular (-). Bunyi napas: vesikuler di kedua lapang paru. Hidung normal, tidak ada napas cuping hidung. Homan’s sign (-). Varises (-). Clubbing finger (-). Perdarahan (-). Edema (-). Turgor kulit baik. Membran mukosa/ bibir: pink,
lembab. Punggung kuku: melengkung baik. Konjungtiva: anemis. Sklera: tidak ikterik. Limfedema (-).
Nutrisi & CairanGejala (S)
Tanda (O)
Pasien mendapat kemoterapi dan keluhan yang dirasakan pasien post kemo adalah mual. Pola makan: teratur 3x/hari; bentuk bubur nasi, sayur dan lauk. Minum: ± 1 – 1,5 L. Pasien mengatakan makan tidak selalu habis selama di RS. Penurunan BB dalam 3 bulan terakhir: Tidak ada alergi makanan.BB: 70 kg. TB: 168 cm . Mulut: tidak ada kelainan. Gigi lengkap. Gusi pink, perdarahan (-). Lidah: kotor. Reflek menelan: ada. Tenggorokan: ada masa di leher sebelah kiri. Abdomen: datar, distensi (-), asites (-), perkusi timpani, nyeri tekan (-), tidak teraba massa. Bising usus: normal, 8 x/mt. Asupan nutrisi: oral. Diit: Bubur nasi tinggi kalori tinggi protein. Saat ini terpasang di tangan kiri dengan cairan Nacl 0.9% 20 tpm
Eliminasi Gejala (S)
Tanda (O)
Pola BAB: 1 x/hari. Karakter feses: warna kuning kecokelatan, konsistensi lunak, tidak ada darah. Pola BAK: 5 x/hari, ± 1000 cc. Karakter urin: kuning, jernih. Tidak ada riwayat penggunaan laksatif/diuretik, diare, konstipasi, hemoroid, rasa nyeri/terbakar/sulit BAK, inkontinensia, dan penyakit ginjal/kandung kemih pada pasien. Abdomen: datar, supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, bising usus aktif, tidak ada distensi abdomen.
Pernapasan Gejala (S)
Tanda (O)
Tidak ada keluhan batuk/ sesak. Tidak ada riwayat asma, bronkhitis, TB, pneumonia, dan emfisema pada pasien. Pasien tidak merokok. Tidak ada sumbatan jalan napas. P: 20 x/mt. Irama: reguler. Kedalaman: normal. Pengembangan dada: simetris bilateral. Penggunaan otot bantu napas (-). Retraksi dada (-). Napas cuping hidung (-). Perkusi
resonan di kedua lapang paru. Taktil fremitus teraba sama kuat. Bunyi napas: vesikuler di kedua lapang paru. Sianosis (-). Sputum (-). Tidak ada penggunaan alat bantu napas. Fungsi mental: sadar/terorientasi/tenang.
HigieneGejala (S)
Tanda (O)
Kebiasaan mandi: 2 x/hari, cuci rambut: 2 hari sekali, sikat gigi: 2 x/hari. Dilakukan secara mandiri. Pasien mengatakan selama di RS, mandi dan sikat gigi perlu dilakukan di atas tempat tidur dengan dibantu keluarga. Penampilan umum: cukup bersih dan rapi, cara berpakaian sesuai kondisi. Tidak tercium bau badan. Kondisi kulit kepala: bersih, tidak ada kutu, rambut sedikit berminyak.
SeksualitasGejala (S)Tanda (O)
Tidak terkaji Tidak terkaji
Neurosensori Gejala (S)
Tanda (O)
Tidak ada riwayat stroke dan kejang pada pasien. Tidak ada riwayat gangguan pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman, dan perabaan. Status mental: sadar, terorientasi tempat, waktu, dan orang dengan baik. Kesadaran: compos mentis. GCS: 15, E4M6V5. Kooperatif. Afek: sesuai. Memori saat ini dan yang lalu masih baik. Mata ka/ki: simetris. Pupil: isokor, refleks cahaya +/+, diameter pupil 2/2 mm. Telinga: ka/ki simetris, bersih, tidak ada sekret yang keluar. Refleks tendon dalam (+). Genggaman tangan ka/ki: sama kuat. Paralisis (-).
Kenyamanan & Keamanan Gejala (S)
Pasien mengeluh nyeri di area benjolan sebelah kiri, seperti ditusuk-tusuk dan menyebar. Nyeri hilang timbul dan lama nyeri dirasakan pasien 5-7 detik. Skala nyeri 3-4. Nyeri meningkat saat pasien menggerakkan leher dan mulut dan berkurang jika istirahat. Pasien tidak ada riwayat alergi obat.
Tanda (O) Kategori nyeri: nyeri ringan. Pasien mengatakan membatasi gerak mulut dan leher saat makan dan berbicara. Integritas kulit: baik, petekie (-), hematoma (-), laserasi (-), ulkus (-). Luka (-), eksudat (-). Tidak ada tanda-tanda infeksi. Skala jatuh Morse:
Psikososial Gejala (S)
Tanda (O)
Status perkawinan: kawin. Hidup dengan istri dan anak. Peran dalam keluarga: sebagai suami, ayah, dan kepala keluarga. Agama yang dianut: kristen. Pasien mengatakan rutin berdoa. Faktor stres: pasien mengatakan cemas dengan kemoterapinya, penyakitnya dan proses pengobata. Respon terhadap penyakit: menerima. Harapan terhadap kondisi diri: pasien berharap ingin cepat sembuh dan kemoterapinya dapat berjalan lancar. Tidak ada hambatan komunikasi.Emosi: stabil, sedikit cemas. Kepribadian: terbuka. Komunikasi: bicara jelas, relevan, dapat dimengerti, verbal dan non verbal baik. Tampak lesu. Tampak keluarga selalu mendampingi pasien selama di RS dan memberikan semangat pada pasien. Pasien tampak selalu berbincang-bincang dengan keluarga selama di RS. Pasien tampak kooperatif dengan perawat. Pasien beberapa kali menanyakan kepada perawat kapan kemoterapinya dimulai.
Kebutuhan Komunikasi/ Pendidikan & Pengajaran
Bahasa dominan: Bahasa Indonesia. Melek huruf: Ya. Tingkat pendidikan pasien: sarjana muda. Kesediaan pasien menerima informasi: bersedia. Faktor resiko dalam keluarga: diabetes, hipertensi. Kebutuhan pembelajaran: kemoterapi, manajemen nyeri, diet dan nutrisi. Media edukasi yang sesuai: leaflet.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: composmentis, GCS E4M6V5
TTV TD= 120/90 mmHg, Nadi=88 x/menit, RR= 19x/menit, Suhu=
36,1ºC
Kepala Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe, tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
Mata Letak simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, penglihatan baik
Telinga Letak simetris antara kanan dan kiri, terlihat bersih, tidak ada
lesi, tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan, dan telinga kiri
kurang pendengaran
Mulut &
Gigi
Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan, gigi bersih dan
putih, gigilengkap
Leher Bentuk tidak simetris, terdapat benjolan dileher kiri atas,
terdapat nyeri tekan
Jantung Inspeksi : tidak terlihat pergerakan ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba pada rongga intercostal ke
enam pada garis medio-klavikularis.
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung I dan II murni tanpa
adanya bunyi jantung tambahan
Thorax : Retraxi (-), venetraxi (-)
Paru Inspeksi: RR 19 x/ menit, tidak terdapat cuping hidung, ada
gerakan otot bantu pernafasan saat bernafas, pengembangan
dada kanan dan kiri simetris.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : suara paru bersih (vesikuler)
Abdomen Inspeksi: bentuk cembung, warna kulit sawo matang, tidak ada
penonjolan, tidak ada jaringan parut, tidak ada inflamasi dan
tidak ada pengeluaran umbilicus.
Auskultasi : bising usus< 12x /menit.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Ekstremitas
atas
Dextra : tidak ada lesi, capillary refill< 3 detik, turgor kulit
baik, kulit teraba lembab,
Sinistra : tidak ada lesi, capillary refill< 3 detik, turgor kulit
baik, kulit teraba lembab, tangan mampu bergerak bebas
Ekstremitas
bawah
Dextra : tidak ada lesi, capillary refill< 3 detik, turgor kulit
baik, kulit teraba lembab, kaki sulit digerakkan
Sinistra : tidak ada lesi, capillary refill< 3 detik, turgor kulit
baik, kulit teraba lembab, kaki sulit digerakkan
Genetalia Tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
5. Skala Morse (penilaian resiko jatuh pada pasien dewasa)
No. Resiko Skala
Skor 1 saat
masuk tanggal
23-01-15
1. Riwayat jatuh, yang terbaru atau
dalam 3 bulan terakhir
Tidak 0
Ya 250
2. Diagnosis sekunder > 1 Tidak 0
Ya 250
3. Alat bantu jalan :
- Bedrest/ dibantu perawat
- Penopang/ tongkat/ walker
- Furnitur
0
15
30
0
4. Menggunakan infus Tidak 0
Ya 2525
5. Cara berjalan/ berpindah :
- Normal/ bed
- Rest/ mobilisasi
- Lemah
- Terganggu
0
15
30
0
6. Status mental :
- Orientasi sesuai
kemampuan diri
- Lupa keterbatasan diri
0
15
0
Total skor 25
Tingkat resiko : TB/ RR / RT RR
PARAF & NAMA PETUGAS
YANG MENILAI
6. Barthel Indek (pengkajian status fungsional)
No. Fungsi Skor Keterangan
1. Mengendalikan
rangsangan buang air
besar (BAB)
0
1
2
Tidak terkendali/ tidak terukur (perlu
pencahar) kadang-kadang tidak
terkendali
(1x seminggu)
Tidak terkendali
Skor 2
2. Mengendalikan
rangsang berkemih
0
1
2
Tidak terkendali/ pakai kateter
Kadang-kadang tidak terkendali
(hanya 1x24 jam)
Mandiri
Skor 2
3. Membersihkan diri
(mandi, basuh muka,
sisir rambut, sikat
gigi)
0
1
Perlu pertolongan orang lain
Mandiri
Skor 1
4. Penggunan kloset
masuk dan keluar
(melepaskan,
memakai celana,
membersihkan,
menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolongan pada beberapa
kegiatan, tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan orang lain
Mandiri
Skor 2
5. Makan 0
1
Tidak mampu
Perlu pertolongan memotong
makanan
2 Mandiri
Skor 2
6. Berubah posisi dari
berbaring ke duduk
0
1
2
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk (2 orang) bantuan minimal 1
orang
Mandiri
Skor 2
7. Berpindah/ berjalan 0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa berpindah dengan kursi roda
Berjalan dengan bantuan 1 orang
Mandiri
Skor 3
8. Memakai baju 0
1
2
Tergantung pada orang lain
Sebagian dibantu (mengancing baju)
Mandiri
Skor 2
9. Naik turun tangga 0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
Skor 2
10. Mandi 0
1
Tergantung orang lain
Mandiri
Skor 1
Total skor 20 Mandiri
7. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil pemeriksaan MSCT NASOFARING pada tanggal 14 Januari
2015 tanpa dan dengan kontras potongan aksial dan koronial, tebal
irisan 7-10 mm.
Kesan : masa nasofaring kiri meluas ke mid-line kanan, retrofarings
kanan kiri dan parafarings kiri.multipel limpadenopati juguler kiri dan
juguler superior kanan.tidak tampak kelainan pada basis karanii.
- Hasil pemeriksaan USG ABDOMEN pada tanggal 14 Januari 2015
Kesan : tak tampak kelainan pada organ-organ intraabdomen.
- Hasil pemeriksaan BONE SCAN pada tanggal 14 Januari 2015
Kesan : tak tampak kelainan pada bone scan.
- Hasil pemeriksaan FOTO THORAKS pada tanggal 14 Januari 2015
Kesan : tak tampak kelainan pada jantung dan paru.
- Hasil pemeriksaan laboraturium, tgl 12-01-2015
JENIS PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN
Hemoglobin 14,0 13,0-18,0
Leukosit 8,40 5,0-10,0
Trombosit 294 150-440
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Blast
Pro Mielosit
Pro Limposit
Pro Monosit
Eritrosit Berinti
0
1
0
50
30
10
0
0
0
0
0
0-1
1-3
2-5
50-70
20-40
2-8
Eritrosit 4,56 4,60-620
Hematokrit 39,4 40-54
MCV 86,4 80-100
MCH 30,7 26-34
MCHC 35,5 32-36
RDW-CV 12,4 11,5-14,4
Absolut Neutrophil Count 4,43 2,50-7,00
Protein total 7,7 6,6-8,7
Albumin 4,5 3,2-5,2
Globulin 3,2 1,5-3,0
LDH 1060 240-480
SGOT 37 0-38
SGPT 44 0-41
GDS Sewaktu 130 < 180
Ureum Darah 17 19-44
Kreatinin Darah 1,09 < 1,17
eGFR 77,5 > 60
Asam urat 8,5 3,4-7,0
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
8. Terapi
Nama Dosis dan pemberian
9. Analisa data
No DataMasalah
keperawatan
1. Data subyektif :
Pasien mengatakan nyeri pada leher atas
Data objektif :
a. TD : 120/90 mmHg, RR : 19 x/menit
b. Tampak benjolan besar pada leher kiri
pasien
c. Terdapat nyeri tekan pada leher kiri atas
pasien, skala nyeri 3-4
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
2. Data subyektif :
Data objektif :
a. Terpasang infus di tangan kiri dengan cairan
Nacl 0,9% 20 tpm
b. Terdapat benjolan di leher kiri
Resiko infeksi
3. Data subyektif :
Pasien mengatakan cemas dengan tindakan
kemoterapinya dan efeknya
Data objektif :
a. TD : 120/90 mmHg
b. Wajah pasien tampak tegang
c. Sering bertanya mengenai tindakan biopsi
nanti.
Cemas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal 23-01-2015, pre kemoterapi :
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses penyakit
b. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai tindakan
medis
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tanggal 24-01-2015, post operasi
d. Resiko side efek kemoterapi berhubungan dengan proses kemoterapi
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
1. Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
berhubungan
dengan proses
penyakit
Tujuan : nyeri
berkurang
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas
normal
- Secara verbal
mengatakan nyeri
dapat dikendalikan
- Tidak menunjukan
ekspresi nyeri dan
gelisah
1) Pantau TTV pasien
2) Kaji tingkat nyeri pasien
3) Ajarkan pasien teknik
relaksasi dan distraksi
jika sedang nyeri
4) Anjurkan pasien posisi
yang nyaman untuk
mengurangi nyeri
5) Kolaborasi :
Terapi analgetik
2. Cemas
bergubungan
kurang
pengetahuan
mengenai
tindakan medis
Tujuan : pasien tidak
cemas
Kriteria hasil:
- Cemas berkurang
- Wajah tidak tegang
- Tidak gelisah
1) Kaji tingkat cemas
2) Berikan pejelasan untuk
setiap tindakan secara
lengkap
3) Ajarkan teknik nafas
dalam agar cemas
berkurang
3. Resiko infeksi
berhubungan
dengan
prosedur
invasif
Tujuan : tidak terjadi
infeksi
Kriteria hasil:
- Tidak terjadi tanda
dan gejala infeksi
- TTV batas normal
1) Kaji tanda dan gejala
infeksi
2) Lakukan tindakan
aseptik untuk setiap
tindakan
3) Lakukan perawatan luka
4) Cuci tangan sebelum
dan setelah tindakan,
serta memakai alat
pelindung diri (masker,
baraskot, handscoon)
5) Kolaborasi :
Terapi antibiotik,
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI (FORMATIF) KEPERAWATAN
Tanggal JamN0.
DxImplementasi EVALUASI PARAF
16-12-14 16.00
16.10
16.15
18.00
1 1) Memantau TTV pasien
2) Mengkaji tingkat nyeri pasien
3) Mengajarkan pasien teknik
relaksasi dan distraksi jika
sedang nyeri
4) Menganjurkan pasien posisi
yang nyaman untuk mengurangi
nyeri
5) Kolaborasi :
Terapi analgetik
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada leher kiri atas
pasien
O : TD= 130/80 mmHg, Nadi=90 x/menit, RR= 20x/menit,
Suhu= 36,3ºC. Wajah pasien terlihat tegang dan tangan
sering memegangi leher kiri bagian atas, tampak benjolan
besar pada leher kiri pasien, terdapat nyeri tekan pada leher
kiri atas pasien, skala nyeri 3-5
A : masalah belum teratasi pada pengendalian nyeri
P : lanjutkan intervensi
Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
Anjurkan pasien posisi yang nyaman untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Terapi analgetik mefinal
ALBERT
16.00 2 1) Mengkaji pola pernafasan pasien S : pasien mengatakan sedikit masih sesak ALBERT
16.00
16.15
16.20
2) Memantau TTV pasien, terutama
pernafasannya
3) Menganjurkan posisi semi
fowler
4) Mengobservasi warna kulit
membrane mukosa
O : Tampak napas dalam dan berat, RR: 20 x/menit, terdapat
otot-otot bantu pernafasan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Pantau TTV, terutama pernafasan
Anjurkan posisi semi fowler
16.00
16.20
16.30
3 1) Mengkaji faktor yang akan
menimbulkan cedera
2) Memberikan penjelasan dan
berbicara kepada pasien dengan
lebih keras
3) Memberikan penjelasan dengan
menulis pada kertas agar pasien
bisa mengerti dan tidak salah
paham
S : pasien mengatakan telinga kiri masih tidak bisa
mendengar
O : Pasien sering bertanya berulang kali saat diajukan
pertanyaan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
Beri penjelasan dan berbicara kepada pasien dengan
lebih keras
Beri penjelasan dengan menulis dikertas
ALBERT
16.10
16.20
16.30
4 1) Mengkaji tingkat cemas
2) Memberikan pejelasan untuk
setiap tindakan secara lengkap
3) Mengajarkan teknik nafas dalam
S :
O : Wajah pasien tidak tampak tegang, tidak gelisah.
A : masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi
ALBERT
agar cemas berkurang
Tanggal JamN0.
DxImplementasi EVALUASI PARAF
17-12-14 16.10
16.20
16.25
18.00
1 1) Memantau TTV pasien
2) Mengkaji tingkat nyeri pasien
3) Mengajarkan pasien teknik
relaksasi dan distraksi jika
sedang nyeri
4) Menganjurkan pasien posisi
yang nyaman untuk mengurangi
nyeri
5) Kolaborasi :
Terapi analgetik
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang pada leher kiri
atas pasien
O : TD= 110/80 mmHg, Nadi=88 x/menit, RR= 20x/menit,
Suhu= 36,2ºC Wajah pasien terlihat sedikit tenang, tampak
benjolan besar pada leher kiri pasien, terdapat nyeri tekan
pada leher kiri atas pasien, skala nyeri 2-3 hasil lab. Tgl 17-
12-14 : hemoglobin : 12,6 leukosit : 12,89 trombosit : 340
erittosit : 4,35 hematokrit : 36, 5
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Kolaborasi :
Terapi analgetik mefinal
ALBERT
16.10
16.25
2 1) Mengkaji pola pernafasan
pasien
2) Memantau TTV pasien,
S : pasien mengatakan sedikit masih sesak
O : Tampak napas dalam dan berat, RR: 20 x/menit, terdapat
otot-otot bantu pernafasan
ALBERT
16.30
terutama pernafasannya
3) Menganjurkan posisi semi
fowler
4) Mengobservasi warna kulit
membrane mukosa
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Pantau TTV, terutama pernafasan
Anjurkan posisi semi fowler
16.10
16.20
16.30
3 1) Mengkaji faktor yang akan
menimbulkan cedera
2) Memberikan penjelasan dan
berbicara kepada pasien dengan
lebih keras
3) Memberikan penjelasan dengan
menulis pada kertas agar pasien
bisa mengerti dan tidak salah
paham
S : pasien mengatakan telinga kiri masih tidak bisa
mendengar
O : Pasien sering bertanya berulang kali saat diajukan
pertanyaan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
Beri penjelasan dan berbicara kepada pasien dengan
lebih keras
Beri penjelasan dengan menulis dikertas
ALBERT
Tanggal JamN0.
DxImplementasi EVALUASI PARAF
18-12-14 08.00 1 1) Memantau TTV pasien
2) Mengkaji tingkat nyeri pasien
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang pada leher kiri
atas pasien
ALBERT
14.00
3) Mengajarkan pasien teknik
relaksasi dan distraksi jika
sedang nyeri
4) Menganjurkan pasien posisi
yang nyaman untuk mengurangi
nyeri
5) Kolaborasi :
Terapi analgetik
O : TD= 130/80 mmHg, Nadi=90 x/menit, RR= 20x/menit,
Suhu= 36,7ºC Wajah pasien terlihat sedikit tenang, tampak
benjolan besar pada leher kiri pasien, terdapat nyeri tekan
pada leher kiri atas pasien, skala nyeri 2-3
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Kolaborasi :
Terapi analgetik mefinal
08.00
08.00
08.10
2 1) Mengkaji pola pernafasan
pasien
2) Memantau TTV pasien,
terutama pernafasannya
3) Menganjurkan posisi semi
fowler
4) Mengobservasi warna kulit
membrane mukosa
S : pasien mengatakan sedikit masih sesak
O : Tampak napas dalam dan berat, RR: 20 x/menit, terdapat
otot-otot bantu pernafasan
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Pantau TTV, terutama pernafasan
Anjurkan posisi semi fowler
ALBERT
08.00
08.10
3 1) Mengkaji faktor yang akan
menimbulkan cedera
2) Memberikan penjelasan dan
S : pasien mengatakan telinga kiri masih tidak bisa
mendengar, tapi bisa mengatasinya dengan meminta orang
yang berbicara kepada beliau untuk berbicara agak keras,
ALBERT
berbicara kepada pasien dengan
lebih keras
3) Memberikan penjelasan dengan
menulis pada kertas agar pasien
bisa mengerti dan tidak salah
paham
atau menulis pada kertas
O : Pasien sudah tidak bertanya berulang kali saat diajukan
pertanyaan
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
08.00
08.10
08.15
4 1) Mengkaji tingkat cemas
2) Memberikan pejelasan untuk
setiap tindakan secara lengkap
3) Mengajarkan teknik nafas
dalam agar cemas berkurang
S : pasien berkata bagaimana dengan hasil tindakan biopsi
pasien
O : Wajah pasien tampak tegang, gelisah, sering bertanya
bagaimana hasil tindakan biopsi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Berikan penjelasan untuk setiap tindakan secara lengkap
ALBERT
13.00
13.10
13.10
5 1) Mengkaji tanda dan gejala
infeksi
2) Melakukan tindakan aseptik
untuk setiap tindakan
3) Melakukan perawatan luka
4) Mencuci tangan sebelum dan
S :
O : terdapat balutan di leher kiri atas pasien, pasien
terpasang infus di tangan kanan, tanda infeksi : panas tidak
ada S= 36,70C, kemerahan tidak ada
A : masalah belum teratasi pada pengendalian infeksi
P : lanjutkan intervensi :
ALBERT
14.00
setelah tindakan, serta memakai
alat pelindung diri (masker,
baraskot, handscoon)
5) Kolaborasi :
Terapi antibiotik, pemeriksaan
LAB
Kaji tanda dan gejala infeksi
Lakukan tindakan aseptik untuk setiap tindakan
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi :
Terapi antibiotik cefotaxime
13.00
13.10
13.15
13.20
6 1) Mengkaji tanda dan gejala
perdarahan
2) Memantau TTV
3) Melakukan perawatan luka
4) Memantau hasil pemeriksaan
laboratorium
S : pasien mengatakan luka tidak rembes
O : terdapat balutan di leher kiri atas, balutan tidak berwarna
merah, pasien tidak tampak lemah
A : masalah belum teratasi pada pengendalian perdarahan
P : lanjutkan intervensi :
Kaji tanda dan gejala perdarahan
Pantau hasil pemeriksaan LAB.
Lakukan perawatan luka
ALBERT
Tanggal JamN0.
DxImplementasi EVALUASI PARAF
19-12-14 08.10 1 1) Memantau TTV pasien
2) Mengkaji tingkat nyeri pasien
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang pada leher kiri
atas pasien
ALBERT
10.00
3) Mengajarkan pasien teknik
relaksasi dan distraksi jika
sedang nyeri
4) Menganjurkan pasien posisi
yang nyaman untuk mengurangi
nyeri
5) Kolaborasi :
Terapi analgetik
O : TD= 110/70 mmHg, Nadi=86 x/menit, RR= 18x/menit,
Suhu= 36,5ºC Wajah pasien terlihat tenang, tampak benjolan
besar pada leher kiri pasien, terdapat nyeri tekan pada leher
kiri atas pasien, skala nyeri 2
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Kolaborasi :
Terapi analgetik mefinal
08.10
08.10
08.20
2 1) Mengkaji pola pernafasan
pasien
2) Memantau TTV pasien,
terutama pernafasannya
3) Menganjurkan posisi semi
fowler
4) Mengobservasi warna kulit
membrane mukosa
S : pasien mengatakan sudah tidak sesak
O : tidak tampak napas dalam dan berat, RR: 18 x/menit,
tidak terdapat otot-otot bantu pernafasan
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi :
ALBERT
08.10
08.20
4 1) Mengkaji tingkat cemas
2) Memberikan pejelasan untuk
setiap tindakan secara lengkap
S :
O : Wajah pasien tampak tenang, tidak gelisah
A : masalah teratasi
ALBERT
08.25 3) Mengajarkan teknik nafas
dalam agar cemas berkurang
P : hentikan intervensi
08.10
08.20
08.20
08.20
10.00
5 1) Mengkaji tanda dan gejala
infeksi
2) Melakukan tindakan aseptik
untuk setiap tindakan
3) Melakukan perawatan luka
4) Mencuci tangan sebelum dan
setelah tindakan, serta memakai
alat pelindung diri (masker,
baraskot, handscoon)
5) Kolaborasi :
Terapi antibiotik, pemeriksaan
LAB
S :
O : terdapat balutan di leher kiri atas pasien, infus sudah di
aff, tanda infeksi : panas tidak ada Suhu= 36,5ºC,
kemerahan tidak ada, hasil lab.Tgl 18-12-14 : hemoglobin :
13,0 leukosit : 13,89 trombosit : 370 erittosit : 4,50
hematokrit : 37,3
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Kaji tanda dan gejala infeksi
Lakukan tindakan aseptik untuk setiap tindakan
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi :
Terapi antibiotik cefotaxime
ALBERT
08.10
08.15
08.20
11.00
6 1) Mengkaji tanda dan gejala
perdarahan
2) Memantau TTV
3) Melakukan perawatan luka
4) Memantau hasil pemeriksaan
laboratorium
S : pasien mengatakan luka tidak rembes
O : TD= 110/70 mmHg, Nadi=86 x/menit, RR= 18x/menit,
Suhu= 36,5ºC terdapat balutan di leher kiri atas, balutan
tidak berwarna merah, pasien tidak tampak lemah
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Kaji tanda dan gejala perdarahan
Lakukan perawatan luka
ALBERT
E. EVALUASI (SUMATIF) KEPERAWATAN
Tanggal/ jam Catatan Perkembangan
19-12-2014
13:00 wib
S: Pasienmengatakan nyeri sudah berkurang, sudah tidak sesak,
dan luka tidak rembes.
O: TD= 110/70 mmHg, Nadi=86 x/menit, RR= 18x/menit, Suhu=
36,5ºC. Wajah pasien terlihat tenang, tampak benjolan besar
pada leher kiri pasien, terdapat nyeri tekan pada leher kiri atas
pasien, skala nyeri 2, : terdapat balutan di leher kiri atas pasien,
infus sudah di aff, tanda infeksi : panas tidak ada Suhu=
36,5ºC, kemerahan tidak ada, balutan tidak berwarna merah,
pasien tidak tampak lemah
A:
Masalah gangguan rasa nyaman (nyeri) teratasi sebagian
Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
Masalah resiko perdarahan teratasi sebagian
P: Lanjuntkan intervensi :
Manajemen gangguan rasa nyaman (nyeri)
Manajemen pengendalian infeksi
Manajemen pengendalian perdarahan
Pasien sudah dibolehkan pulang oleh dokter, kemudian kontrol ulang setelah ada
hasil biopsi. Membawa obat mefinal 500 mg diminum 2x1/ hari (06-18).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karsinoma nasofaring termasuk tumor ganas daerah kepala dan leher.KNF
menempati urutan pertama pada tumor ganas daerah kepala dan leher.
Beberapa faktor dianggap berpengaruh menjadi mediator untuk timbulnya
KNF adalah:
Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin
Sosial ekonomi, lingkungan dan kebiasaan hidup
Sering kontak dengan bahan karsinogen antara lain benzopyren,
benzoantrhancence, gas kimia, asap industri, asap kayu dan beberapa
ekstrak tumbuhan
Deteksi dini, dengan cara mengamati bila ada keluahan seperti:
Hidung sering terasa tersumbat/ sering pilek
Sering epistaksis/ mimisan
Suara berubah/ suara hidung
Penatalaksanaan medis:
Kemoterapi
Radiasi
Pembedahan