Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

22
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RINOSINUSITIS A. DEFINISI Rinosinusitis merupakan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal, yang selalu dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi, obstruksi mekanik atau alergi (Hwang dkk, 2009; Jorissen dkk, 2000; Baroody, 2007) Rinosinusitis merupakan penyakit peradangan yang menyerang organ sinus paranasal dan kavitas nasal. Sejak pertengahan tahun 1990, kata sinusitis telah diganti menjadi istilah rinosinusitis, dimana jarang ditemukan kasus sinusitis tanpa rhinitis dan juga penyakit rhinitis yang selalu disertai dengan sinusitis. (Lee, 2008) Rinosinusitis kronik (RSK) atau sering disebut sinusitis kronik didefinisikan sebagai gangguan akibat peradangan dan infeksi mukosa sinus paranasalis dan pada mukosa hidung yang telah mengalami perubahan reversibel maupun irreversible dengan berbagai etiologi dan faktor predisposisi dan 1,2,3 berlangsung lebih dari 12 minggu RSK masih merupakan tantangan dan masalah dalam praktek umum maupun spesialis mengingat

Transcript of Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

Page 1: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN RINOSINUSITIS

A. DEFINISI

Rinosinusitis merupakan peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal,

yang selalu dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh

infeksi, obstruksi mekanik atau alergi (Hwang dkk, 2009; Jorissen dkk, 2000;

Baroody, 2007)

Rinosinusitis merupakan penyakit peradangan yang menyerang organ

sinus paranasal dan kavitas nasal. Sejak pertengahan tahun 1990, kata sinusitis

telah diganti menjadi istilah rinosinusitis, dimana jarang ditemukan kasus sinusitis

tanpa rhinitis dan juga penyakit rhinitis yang selalu disertai dengan sinusitis. (Lee,

2008)

Rinosinusitis kronik (RSK) atau sering disebut sinusitis kronik

didefinisikan sebagai gangguan akibat peradangan dan infeksi mukosa sinus

paranasalis dan pada mukosa hidung yang telah mengalami perubahan reversibel

maupun irreversible dengan berbagai etiologi dan faktor predisposisi dan 1,2,3

berlangsung lebih dari 12 minggu RSK masih merupakan tantangan dan masalah

dalam praktek umum maupun spesialis mengingat anatomi, etiologi serta

penanganannya yang kompleks (Harowi dkk, 2011)

Rinosinusitis kronis adalah inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal

yang dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari

12 minggu, dan sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2

kriteria minor (Stankiewicz, 2001; Busquets, 2006; Soetjipto, 2006; Setiadi M,

2009).

B. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi rinosinusitis kronik terkait 3 faktor: patensi ostium, fungsi

silia dan kualitas sekret. Gangguan salah satu faktor tersebut atau kombinasi

faktor-faktor tersebut merubah fisiologi dan menimbulkan sinusitis. Kegagalan

Page 2: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

transpor mukus dan menurunnya ventilasi sinus merupakan faktor utama

berkembangnya rinosinusitis kronik.

Patofisiologi rinosinusitis kronik dimulai dari blokade akibat udem hasil

proses radang di area kompleks ostiomeatal. Blokade daerah kompleks

ostiomeatal menyebabkan gangguan drainase dan ventilasi sinus-sinus anterior.

Sumbatan yang berlangsung terus menerus akan mengakibatkan terjadinya

hipoksi dan retensi sekret serta perubahan pH sekret yang merupakan media yang

baik bagi bakteri anaerob untuk berkembang biak. Bakteri juga memproduksi

toksin yang akan merusak silia. Selanjutnya dapat terjadi hipertrofi mukosa yang

memperberat blokade kompleks ostiomeatal. Siklus ini dapat dihentikan dengan

membuka blokade kompleks ostiomeatal untuk memperbaiki drainase dan aerasi

sinus.

Faktor predisposisi rinosinusitis kronik antara lain adanya; obstruksi

mekanik seperti septum deviasi, hipertrofi konkha media, benda asing di hidung,

polip serta tumor di dalam rongga hidung. Faktor sistemik yang mempengaruhi

seperti malnutrisi, terapi steroid jangka panjang, diabetes, kemoterapi dan

defisiensi imun. Faktor lingkungan seperti polusi udara, debu, udara dingin dan

kering dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa dan kerusakan silia.

C. ETIOLOGI

1. Faktor Host

a. Umur, Jenis Kelamin dan Ras

Rinosinusitis kronik merupakan penyakit yang dapat mengenai semua kelompok

umur, semua jenis kelamin dan semua ras.

b. Riwayat Rinosinusitis Akut

Rinosinusitis akut biasanya didahului oleh adanya infeksi saluran pernafasan atas

seperti batuk dan influenza. Infeksi saluran pernafasan atas dapat menyebabkan

edema pada mukosa hidung, hipersekresi dan penurunan aktivitas mukosiliar.

Rinosinusitis akut yang tidak diobati secara adekuat akan menyebabkan

Page 3: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

regenerasi epitel permukaan bersilia yang tidak lengkap, akibatnya terjadi

kegagalan mengeluarkan sekret sinus dan menciptakan predisposisi infeksi.

c. Infeksi Gigi

Infeksi gigi merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis

maksila. Hal ini terjadi karena sinus maksila mempunyai hubungan yang sangat

dekat dengan akar gigi premolar dan molar atas. Hubungan ini dapat

menimbulkan masalah klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula

oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus maksila.

d. Rinitis Alergi

Alergi merupakan suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan bahan

asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan pada

kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun.39 Rinitis alergi adalah

suatu penyakit manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I (Gell & Comb) yang

diperantarai oleh IgE dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran utama.

Gejalanya berupa hidung beringus, bersin-bersin, hidung tersumbat dan gatal.

Peranan alergi pada rinosinusitis kronik adalah akibat reaksi anti gen anti bodi

menimbulkan pembengkakan mukosa sinus dan hipersekresi. Mukosa sinus yang

membengkak dapat menyumbat ostium sinus dan mengganggu drainase sehingga

menyebabkan timbulnya infeksi, yang selanjutnya menghancurkan epitel

permukaan. Kejadian yang berulang terus-menerus dapat menyebabkan

rinosinusitis kronis.

e. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis

kronik. Hal ini disebabkan penderita diabetes mellitus berada dalam

kondisi immunocompromised atau turunnya sistem kekebalan tubuh sehingga

lebih rentan terkena penyakit infeksi seperti rinosinusitis.

f. Asma

Page 4: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

Asma merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis kronik.

Sebesar 25-30 % penderita asma dapat berkembang menjadi polip hidung

sehingga mengganggu aliran mukus.

g. Kelainan anatomi hidung

Kelainan anatomi seperti septum deviasi, bula etmoid yang membesar, hipertrofi

atau paradoksal konka media dan konka bulosa dapat mempengaruhi aliran

ostium sinus, menyebabkan penyempitan pada kompleks osteomeatal dan

menggangu clearance mukosilia sehingga memungkinkan terjadinya

rinosinusitis.

h. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital seperti sindroma kartagener dan fibrosis kistik

dapatmengganggu transport mukosiliar (sistem pembersih). Sindrom kartagener

atau sindrom silia immortal merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik,

dimana terjadi kekurangan/ketiadaan lengan dynein sehingga menyebabkan

terjadinya gangguan pada koordinasi gerakan silia dan disorientasi arah dari

denyut silia. Gangguan pada transport mukosiliar dan frekuensi denyut silia

menyebabkan infeksi kronis yang berulang sehingga terjadi bronkiektasis dan

rinosinusitis. Pada fibrosis kistik terjadi perubahan sekresi kelenjar yang

menghasilkan mukus yang kental sehingga menyulitkan pembersihan sekret. Hal

ini menimbulkan stase mukus yang selanjutnya akan terjadi kolonisasi kuman dan

timbul infeksi.

2. Faktor Agent

Rinosinusitis kronik dapat disebabkan oleh beberapa bakteri patogen

seperti Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, Moraxella

catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Bacteroides,

Peptostreptococcus, Fusobacterium dan Basil gram (-). Selain bakteri,

rinosinusitis juga dapat disebabkan oleh virus (Rhinovirus, influenza virus,

parainfluenza virus dan Adenovirus) dan jamur (Aspergillus dan Candida).

Page 5: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang memengaruhi terjadinya rinosinusitis kronik yaitu polusi

udara dan udara dingin. Paparan dari polusi udara dapat mengiritasi saluran

hidung, menyebabkan perubahan mukosa dan memperlambat gerakan silia.

Apabila berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan rinosinusitis kronik.

Udara dingin akan memperparah infeksi karena menyebabkan mukosa sinus

membengkak. Hal ini membuat jalannya mukus terhambat dan terjebak di dalam

sinus, yang kemudian menyebabkan bakteri berkembang di daerah tersebut

D. PATHWAY

Page 6: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

E. TANDA DAN GEJALA

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 2 atau lebih gejala mayor atau 1 gejala

mayor dan 2 gejala minor. Pemeriksaan fisik THT dengan menggunakan

nasoendoskopi dan foto polos hidung dan sinus paranasal atau SPN (Busquets JM

, 2000 ; Draft , 1995 ; Stankiewicz, 2001)

1. Gejala Mayor :

a. Hidung tersumbat

b. Sekret pada hidung / sekret belakang hidung / PND

c. Sakit kepala

d. Nyeri / rasa tekan pada wajah

e. Kelainan penciuman (hiposmia / anosmia)

2. Gejala Minor :

a. Demam, halitosis

b. Pada anak; batuk, iritabilitas

c. Sakit gigi

d. Sakit telinga / nyeri tekan pada telinga / rasa penuh pada telinga.

Gejala dan Tanda Klinis : (Ballenger, 1997 cit Setiadi 2009)

1. Gejala Subjektif

a. Nyeri

Sesuai dengan daerah sinus yang terkena dapat ada atau mungkin tidak.

Secara anatomi, apeks gigi-gigi depan atas (kecuali gigi insisivus)

dipisahkan dari lumen sinus hanya oleh lapisan tipis tulang atau mungkin

tanpa tulang hanya oleh mukosa, karenanya sinusitis maksila sering

menimbulkan nyeri hebat pada gigi-gigi ini.

b. Sakit kepala

Merupakan tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis.

Wolff menyatakan bahwa nyeri kepala yang timbul merupakan akibat

adanya kongesti dan udema di ostium sinus dan sekitarnya. Penyebab sakit

Page 7: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

kepala bermacam-macam, oleh karena itu bukanlah suatu tanda khas dari

peradangan atau penyakit pada sinus. Jika sakit kepala akibat kelelahan

dari mata, maka biasanya bilateral dan makin berat pada sore hari,

sedangkan pada penyakit sinus sakit kepala lebih sering unilateral dan

meluas kesisi lainnya. Sakit kepala yang bersumber di sinus akan

meningkat jika membungkukkan badan kedepan dan jika badan tiba-tiba

digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat

istirahat ataupun saat berada dikamar gelap.

Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan akan

berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui

dengan pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan

ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adanya statis vena.

c. Nyeri pada penekanan

Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada

penyakit di sinus-sinus yang berhubungan dengan permukaan wajah

d. Gangguan penghindu

Indra penghindu dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang

tidak tercium oleh hidung normal. Keluhan yang lebih sering adalah

hilangnya penghindu (anosmia). Hal ini disebabkan adanya sumbatan pada

fisura olfaktorius didaerah konka media. Oleh karena itu ventilasi pada

meatus superior hidung terhalang, sehingga menyebabkan hilangnya indra

penghindu. Pada kasus kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi

filament terminal nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus,

indra penghindu dapat kembali normal setelah infeksi hilang.

2. Gejala Objektif

a. Pembengkakan dan udem

Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut, dapat terjadi

pembengkakan dan udem kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi

Page 8: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

dengan jari mendapati sensasi seperti pada penebalan ringan atau seperti

meraba beludru.

b. Sekret nasal

Mukosa hidung jarang merupakan pusat fokus peradangan supuratif,

sinus-sinuslah yang merupakan pusat fokus peradangan semacam ini.

Adanya pus dalam rongga hidung seharusnya sudah menimbulkan

kecurigaan adanya suatu peradangan dalam sinus. Pus di meatus medius

biasanya merupakan tanda terkenanya sinus maksila, sinus frontal atau

sinus etmoid anterior, karena sinus-sinus ini bermuara ke dalam meatus

medius.

F. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Biodata Pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama dan pelkerjaan

b. Keluhan Utama

Biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

c. Riwayat Keperawatan sekarang

Penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas,

bicara bendeng. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri

kepala sinus, tenggorokan.

d. Riwayat keperawatan dahulu

Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

Pernah mempunyai riwayat penyakit THT Pernah menedrita sakit gigi

geraham.

e. Riwayat keperawatan keluarga

Penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada

hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

f. Pola Fungsional

Page 9: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

1) Manajemen Kesehatan

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

3) Pola Eliminasi

4) Pola Aktivitas dan Latihan

5) Pola Istirahat dan Tidur

6) Pola Hubungan dan Peran

7) Pola Seksual dan Reproduksi

8) Pola Sensori dan kognitif

9) Pola mekanisme penanggulangan stress dan koping

10) Persepsi dan Konsep Diri

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

g. Pemeriksaan fisik status

Kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.

Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi

(mukosa merah dan bengkak).

h. Pemeriksaan Penunjang

1) Transiluminasi

Transluminasi mempuyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai

untuk pemeriksaan sinus maksila dan sinus frontal, bila fasilitas

pemeriksaan radiologik tidak tersedia.

2) Pemeriksaan radiologi

a) Foto rontgen sinus paranasal

Pemeriksaan radiologik yang dapat dibuat antara lain: Waters, PA

dan Lateral. Tepi mukosa sinus yang sehat tidak tampak pada foto

rontgen, tetapi jika ada infeksi tepi mukosa akan tampak karena

udema permukaan mukosa. Permukaan mukosa yang membengkak

dan udema tampak seperti suatu densitas yang paralel dengan

dinding sinus.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

Pembengkakan permukaan mukosa yang berbatas tegas pada

resesus alveolaris antrum maksila biasanya terjadi akibat infeksi

yang berasal dari gigi atau daerah periodontal.

Jika cairan tidak mengisi seluruh rongga sinus, selalu dapat dilihat

adanya batas cairan (air fluid level) pada foto dengan posisi tegak.

b) CT-Scan (Computer Tomography) sinus paranasal

Sinus maksila, rongga hidung, septum nasi dan konka terlihat pada

penampang CT-Scan aksial dan koronal. Pada sinusitis dengan

komplikasi, CT-Scan adalah cara yang terbaik untuk

memperlihatkan sifat dan sumber masalah.

3)  Nasoendoskopi

Nasoendoskopi ini akan mempermudah dan memperjelas pemeriksaan

karena dapat melihat bagian-bagian rongga hidung yang berhubungan

dengan faktor lokal penyebab sinusitis.

Pemeriksaan nasoendoskopi dapat melihat adanya kelainan septum

nasi, meatus media, konka media dan inferior, juga dapat mengetahui

adanya polip atau tumor.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi berlebihan sekunder

akibat proses inflamasi

b. Nyeri b.d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi

c. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap atau perubahan dalam

status kesehatan

Page 11: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

3. Perencanaan Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Keperawatan Rasional

1. Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

b.d sekresi

berlebihan

sekunder akibat

proses inflamasi

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama.... x 24 jam

jalan nafas pasien

kembali efektif setelah

secret (seous, purulen)

dikeluarkan dengan

kriteria hasil :

Klien tidak bernafas

lagi melalui mulut

Jalan nafas kembali

normal terutama

hidung

Kaji penumpukan

secret yang ada

Observasi tanda-tanda

vital

Kolaborasi dengan tim

medis untuk

pembersihan sekret

Mengetahui tingkat

keparahan dan tindakan

selanjutnya

Mengetahui perkembangan

klien sebelum dilakukan

operasi

Kerjasama untuk

menghilangkan

penumpukan

secret/masalah

2. Nyeri b.d iritasi

jalan nafas atas

sekunder akibat

infeksi

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama.... x 24 jam

Nyeri klien berkurang

atau hilang dengan

kriteria hasil :

Klien

mengungkapakan

nyeri yang

dirasakan berkurang

atau hilang

Klien tidak

Kaji tingkat nyeri

klien

Jelaskan sebab dan

akibat nyeri pada klien

serta keluarganya

Ajarkan tehnik

relaksasi dan distraksi

Mengetahui tingkat nyeri

klien dalam menentukan

tindakan selanjutnya

Dengan sebab dan akibat

nyeri diharapkan klien

berpartisipasi dalam

perawatan untuk

mengurangi nyeri

Klien mengetahui tehnik

distraksi dn relaksasi

sehinggga dapat

mempraktekkannya bila

Page 12: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

menyeringai

kesakitan Observasi tanda tanda

vital dan keluhan klien

Kolaborasi dengan tim

medis : Terapi

konservatif : Obat

Acetaminopen;

Aspirin, dekongestan

hidung Drainase sinus

Pembedahan : Irigasi

Antral : Untuk

sinusitis maksilaris

Operasi Cadwell Luc

mengalami nyeri

Mengetahui keadaan umum

dan perkembangan kondisi

klien

Menghilangkan

/mengurangi keluhan nyeri

klien

3. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama.... x 24 jam

cemas klien berkurang /

hilang dengan Kriteria

hasil :

Klien akan

menggambarkan

tingkat kecemasan

dan pola kopingnya

Klien mengetahui

dan mengerti

tentang penyakit

yang dideritanya

Kaji tingkat

kecemasan klien

Berikan kenyamanan

dan ketentraman pada

klien : Temani klien

Perlihatkan rasa

empati(datang dengan

menyentuh klien)

Berikan penjelasan

pada klien tentang

penyakit yang

dideritanya perlahan,

tenang seta gunakan

kalimat yang jelas,

Menentukan tindakan

selanjutnya

Memudahkan penerimaan

klien terhadap informasi

yang diberikan

Meningkatkan pemahaman

klien tentang penyakit dan

terapi untuk penyakit

tersebut sehingga klien lebih

kooperatif

Page 13: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

serta

pengobatannya.

singkat mudah

dimengerti

Singkirkan stimulasi

yang berlebihan

misalnya : Tempatkan

klien diruangan yang

lebih tenang batasi

kontak dengan orang

lain /klien lain yang

kemungkinan

mengalami kecemasan

Observasi tanda-tanda

vital

Kolaborasi dengan tim

medis

Dengan menghilangkan

stimulus yang

mencemaskan akan

meningkatkan ketenangan

klien

Mengetahui perkembangan

klien secara dini

Obat dapat menurunkan

tingkat kecemasan klien

4. Evaluasi Keperawatan

a. Potensi jalan nafas pasien efektif dengan mudahnya secret dikeluarkan

b. Nyeri klien berkurang atau hilang

c. Cemas pasien berkurang atau hilang

G. REFERENSI

Nanda. 2013. Diagnose Keperawatan. Yogyakarta : Media Action

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Page 14: Asuhan Keperawatan Pasien Rinosinusitis

LAMPIRAN