Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

17
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Pengertian Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun kronis (Barbara C. Long,1996). Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut diding kandung empadu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan badan panas. (Hadi. Sujono, 1995). Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu. (Mansjoer,1999). Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan baik secara akut ataupun kronis. 2.1.2. Etiologi 2.1.2.1. Kolesistitis dapat terjadi akibat :

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Konsep Dasar

2.1.1.      Pengertian

Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun kronis

(Barbara C. Long,1996).

Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut diding kandung empadu yang disertai

keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan badan panas.

(Hadi. Sujono, 1995).

Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu. (Mansjoer,1999).

Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut

kanan atas, nyeri tekan dan panas badan baik secara akut ataupun kronis.

2.1.2.      Etiologi

2.1.2.1.          Kolesistitis dapat terjadi akibat :

2.1.2.1.1.             Adanya obstruksi pada duktus sebagian akibat adanya batu empedu yang biasa di temukan

pada 96% penderita dengan kolesistitis.

2.1.2.1.2.             Enzim pankreas mungkin juga dapat menyebabkan timbulnya kholeosistitis akut, sebagai

akibat reguritasi yang di sebabkan adanya obstruksi fungsional pada duktus kholeodukhus

dan duktus pankreatikus.

2.1.2.1.3.             Inflamasi oleh bakteri mungkin saja merupakan bagian integral dari kholeosistitis akut.

(Hadi. Sujono, 1995).

2.1.3.      Patofisiologi

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

Faktor yang mempengaruhi serangan kolesistitis adalah status cairan empedu, infeksi

kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis adalah batu

empedu (90%) yang terletak di atas duktus sistikus yang menyebabkan kasus timbul tanpa

adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat

menyebabkan kolesistitis akut, masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang

berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolestrol, lisositin dan progtagladin yang

merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.

Kolesistitis akut dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapatkan

nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandunga empedu, batu di saluran

empedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoit dan diabetes

militus.

2.1.1.      Manifestasi Klinis

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut sebelah

kanan atau atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang – kadang rasa

sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa

reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kalainan inflamasi

yang ringan sampai dengan ganggren atau perforasi kandung empedu. (Hadi. Sujono, 1995).

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan

peninggian serum transaminase fosfatase alkali. Apabila keluhan nyeri bertambah hebat

disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan

perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan. (Hadi. Sujono, 1995).

2.1.2.      Komplikasi

2.1.2.1.              Timbulnya empiema dari kandung empedu, ditemukan 1/9 penderita kolesistitis akut.

2.1.2.2.              Pankreatitis akut, timbul sekitar 30% penderita yang umumnya memberikan keluhan ringan.

2.1.2.3.              Timbulnya kolangitis bila batunya masuk kedalam duktus koledokus.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.1.2.4.              Hemobilia, komplikasi ini jarang ditemukan.

(Hadi, Sujono, 1995).

2.1.3.      Pemeriksaan penunjang

2.1.6.1. Ultrasonografi (USG).

2.1.6.2. Metode Agen Radioaktif IV.

2.1.6.3. Kolesistografi oral.

2.1.6.4. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopacreato Graphy).

2.1.6.5. Pemeriksaan CT Scan Abdomen.

2.1.6.6. ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Lithotrypsy).

2.1.6.7. Batu dilarutkan dengan eter dan EDTA.( Noer.Sjaifoellah, 2002).

2.1.4.      Penatalaksanaan medis

2.1.4.1.          Penatalaksanaan Non Bedah

         Indoskopi

         Pemberian agen pelarut kolesterol

         Obat-obatan antibiotik, analgetik, antasida

         Diit rendah lemak

         Penatalaksanaan keseimbangan cairan

         Penatalaksanaan muntah k/p NGT

2.1.4.2.          Penatalaksanaan Bedah

           Extra corpeal shock wave litotripsi lesw

           Kolesitosistoli totomi perkutan

           Kolistatomi

(www.Medicastore.com)

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.       Manajemen Keperawatan

Asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan mempunyai 5

(lima) tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. (Carpenito : 1999).

Adapun penerapan 5 (lima) tahap dari proses keperawatan adalah sebagai berikut :

2.2.1. Pengkajian

Menurut doengoes (1999). Hal yang perlu di kaji pada penderita kolesistitis adalah :

2.2.1.1.Aktivitas/ istirahat

Gejala : Kelemahan.

Tanda : Gelisah.

2.2.1.2.            Sirkulasi

Tanda : Takikardia, berkeringat.

2.2.1.3.            Eliminasi

Gejala : Perubahan warna urin dan feses.

Tanda : Distensi abdomen.

Teraba massa pada kuadran kanan atas.

Urine gelao, pekat.

Feses warna tanah liat, steatorea.

2.2.1.4.            Makanan/ cairan Gejala : Anoreksia, mual/muntah.

Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembuat gas”; regurgitas berulang, nyeri

epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.

Bertahak.

Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.1.5.            Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau

bahu kanan.

Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.

Nyeri mulai tiba – tiba dan biasanya memuncak dalam 30

menit.

Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas

ditekan ; tanda Murphy positif.

2.2.1.6.            Pernapasan

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan.

Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.

2.2.1.7.            Keamanan

Tanda : Demam,menggigil.

Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).

Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).

2.2.1.8.            Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi bata empedu.

Adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.

Pertimbangan : DRG menunjukkan rata – rata lama dirawat 3 – 4 hari.

Rencana pemulangan : Memerlukan dukungandalam perubahan diet/ penurunan berat badan.

2.2.2.      Diagnosa Keperawatan.

Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada kasus kolesistitis

antara lain :

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.2.1.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

2.2.2.2.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

2.2.2.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.

2.2.2.4.      kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

2.2.3.      Perencanaan

2.2.3.1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan :

Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

2.2.3.1.1.        Observasi dan catat lokasi nyeri.

2.2.3.1.2.        Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

2.2.3.1.3.        Tingkatkan tirah baring, berikan pasien melakukan posisi yang nyaman.

2.2.3.1.4.        Ajarkan menggunakan teknik relaksasi.

2.2.3.1.5.        Gunakan sprei halus/katun ; kompres dingin/lembab sesuai indikasi.

2.2.3.2.     Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

Tujuan :

Untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.

2.2.3.2.1.        Pertahankan masukan dan haluaran akurat.

2.2.3.2.2.        Awasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya mual/ muntah.

2.2.3.2.3.        Hindarkan dari lingkungan yang berbau.

2.2.3.2.4.        Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut.

2.2.3.2.5.        Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.

2.2.3.3.     Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.

Tujuan :

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

Untuk melaporkan mual /muntah hilang.

2.2.3.3.1.   Perkirakan/ hitungan pemasukan kalori.

2.2.3.3.2.   Timbang sesuai indikasi.

2.2.3.3.3.   Kaji makanan kesukaan/ketidaksukaan pasien.

2.2.3.3.4.   Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.

2.2.3.3.5.   Tawarkan minuman seduhan saat makan,

bila toleran.

2.2.3.3.6.   Kolaborasi dalam pemberian diet dengan ahli gizi.

2.2.3.4.     kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :

Untuk merubah pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2.2.3.4.1.   Kaji ulang proses penyakit, diskusikan perawatan dan pengobatan dorong pertanyaan,

ekspresi masalah.

2.2.3.4.2.   Berikan penjelasan/ alas an tes dan persiapanya.

2.2.3.4.3.   Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping.

2.2.3.4.4.   Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.

2.2.4.      Implementasi

2.2.4.1.     Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan :

Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

2.2.4.1.1.   Mengobservasi dan catat lokasi nyeri.

2.2.4.1.2.   Mencatat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

2.2.4.1.3.   Menganjurkan tirah baring, berikan pasien melakukan posisi yang nyaman.

2.2.4.1.4.   Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi.

2.2.4.1.5.   Menggunakan sprei halus/katun ; kompres dingin/lembab sesuai indikasi.

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.4.2.          Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

Tujuan :

Untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.

2.2.4.2.1.   Mempertahankan masukan dan haluaran akurat.

2.2.4.2.2.   Mengawasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya mual/ muntah.

2.2.4.2.3.   Menghindarkan dari lingkungan yang berbau.

2.2.4.2.4.   Melakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut.

2.2.4.2.5.   Berkolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.

2.2.4.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.

Tujuan :

Untuk melaporkan mual /muntah hilang.

2.2.4.3.1.      Memperkirakan/ hitungan pemasukan

kalori.

2.2.4.3.2.      Menimbang sesuai indikasi.

2.2.4.3.3.      Mengkaji makanan kesukaan/ketidaksukaan pasien.

2.2.4.3.4.      Memberikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.

2.2.4.3.5.      Manawarkan minuman seduhan saat

makan, bila toleran.

2.2.4.3.6.    Berkolaborasi dalam pemberian diet dengan ahli gizi.

2.2.4.4.     Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan :

Untuk merubah pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2.2.4.4.1.      Mengkaji ulang proses penyakit, diskusikan perawatan dan pengobatan dorong pertanyaan,

ekspresi masalah.

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.4.4.2.      Memberikan penjelasan/ alasan tes dan persiapanya.

2.2.4.4.3.      Mengkaji ulang program obat, kemungkinan efek samping.

2.2.4.4.4.      Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.

2.2.5.      Evaluasi.

Evaluasi mengacu pada hasil yang diharapkan dari intervensi dan implementasi pada kasus di

atas yaitu :

2.2.5.1.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

         Melaporkan nyeri/ terkontrol

2.2.5.2.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

         Menunjukkan keseimbangn cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, membran

mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, secara individu mengeluarkan urine

cukup, dan tak ada muntah.

2.2.5.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.

         Melaporkan mual/ muntah hilang.

         Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan berat badan individu

yang tepat.

2.2.5.4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

         Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis.

         Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2.2.6.      Dokumentasi Keperawatan

2.2.6.1.     Pengertian

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan kegiatan dan pelayanan

keperawatan yang dapat dipergunakan untuk mengungkapkan suatu fakta yang aktual dan

dapat dipertanggung jawabkan (Doenges, 1999).

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.6.2.     Prinsip - prinsip Dokumentasi

Doenges (1999) mengungkapkan bahwa dalam membuat dokumentasi harus

memperhatikan aspek-aspek keakuratan data, diringkas dan mudah dibaca.

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam dokumentasi dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

   Dokumen merupakan suatu bagian integral dalam pemberian asuhan keperawatan.

   Praktek dokumentasi adalah konsisten.

   Tersedianya format dalam praktek dokumentasi.

   Dokumentasi hanya dibuat oleh orang yang melakukan tindakan atau mengobservasi langsung.

   Dokumentasi harus dibuat sesegera mungkin.

   Catatan harus ditulis secara kronologis.

   Penulisan singkatan harus dilakukan secara umum dan seragam.

   Masukkan tanggal, jam, tanda tangan dan inisial penulis.

   Catatan harus akurat, benar, komplit, jelas, ringkas, dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.

   Dokumentasi adalah rahasia dan dapat dirahasiakan.

2.2.6.3.     Hal Pokok yang Perlu Diperhatikan dalam Keperawatan

2.2.6.3.1.        Dokumen harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada

setiap langkah kegiatan keperawatan.

2.2.6.3.2.        Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien/keluarganya tentang informasi/data yang

penting tentang keadaannya.

2.2.6.3.3.        Pastikan kebenaran setiap data yang dicatat.

2.2.6.3.4.      Data pasien harus obyektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini saat

merawat pasien mulai pengkajian sampai evaluasi

2.2.6.4.     Dokumentasi dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

2.2.6.4.1.        Adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan

perawat.

2.2.6.4.2.        Harus dihindari dokumentasi yang baku, sebab sifat individu adalah unik dan setiap pasien

mempunyai masalah yang berbeda.

2.2.6.4.3.        Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dan setiap catatan yang dibuat, harus

disepakati atas kebijaksanaan institusi setiap setempat.

2.2.6.4.4.        Data harus secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pensil agar tidak

mudah di hapus

2.2.6.4.5.        Tidak dibenarkan merubah dokumentasi untuk merubah atau menutupi kesalahan. Dan

apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditandatangani.

2.2.6.4.6.        Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu, tanda tangan dan nama jelas penulis.

2.2.6.4.7.        Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.