Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

28

Click here to load reader

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Ketoasidosis Diabektikum adalah dokumpensasi metabolik akibat defisiensi insulin

absolut atau reaktif dan merupakan komplikasi akut DM yang serius.

2. Insiden

Angka kematian yang dilaporkan oleh Dresch Feld 1986-1992 = 100%

Angka tersebut menurun hingga 29% sampai tahun 1932.

Angka tersebut menurun hingga 5 % sampai tahun 1960

Angka kematian yang dilaporkan oleh NHI (National Institute of Health)

sebelum tahun 1983 adalah 10%.

Kini dengan bertambah baiknya pengertian tentang pathogenesis KAD, angka

kematian menurun sampai dibawah 5%.

3. Penyebab

a. Defisiensi insulin

b. Stressor hormone

4. Patofiologi

Defisiensi insulin baik relatif maupun mutlak diakibatkan oleh kegagalan sekresi

insulin endogen dan kekurangan pemberin insulin eksogen atau peningkatan berapa

infeksi, trauma kehamilan stress emosional akibat defisiensi insulin akan terjadi

gangguan pada metabolism (karbohidrat, protein, lemak) dalam keadaan defisiensi

terjadi penurunan penggunaan insulin oleh otot, hati, jaringan diposa. Sementara

dihati sendiri terjadi produksi yang berlebihan. Keadaan ini mengakibatkan tubuh

mengalami keadaan Hiperglikemia. Hiperglikemia bertambah berat ginjal akan

berusaha mensekresikan glukosa bersama air dan elektrolit urin bercampur

mengakibatkan tubuh mengalami dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Akibat

defisiensi yang lain adalah terjadi peningkatan pemecahan lemak (lipolisis) terjadi

asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton

oleh hati produksi badan keton manjadi berlebihan sehingga terjadi katonemia.

Selanjutnya terjadi ketouria penumpukan badan keton menimbulkan keadaan asidosis

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

metabolik. Keadaan ketoasidosis ini dapat mengakibatkan penurunan status mental

(sadar, letargi, coma) dan pernafasan kussmul (pernafasan berbau seperti buah) cepat

dan dalam. Ketonemia juga mengakibatkan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen.

Selain itu defisiensi insulin merangsang peningkatan pemecahan protein (proteiolisis)

yang mengakibatkan peningkatam pembentukan asam animo dan peningkatan

kehilangan nitrogen. Pemecahan protein untuk menghasilkan asam animo sebagai

prekusor glikosa disebut sebagai glukoneogenesis. Selain itu terjadi pula glikogenesis

(pemecahan glikogen menjadi glukosa). Hal ini juga merangsang terjadinya

hiperglikemia. Ketoasidosis juga disebabkan karena stressor hormone yang dapat

menimbulkan hiperglikemia.

5. Gejala klinis.

Hiperglikemia

Glukosuria

Hiperosmolaritas

Penipisan volume intra vaskuler

Asidosis metabolic

Penumpukan keton bodies

Letargi, kelelahan, koma

Hiperventilasi, nafas kussmaul

6. Pemeriksaan fisik

Kepala, rambut, hidung, telinga, dan leher: dalam batas normal

Mata: penglihatan pasien kabur

Mulut: nafas berbau keton

Thorax

Inspeksi : terjadi peningkatan frekuensi nafas

Palpasi : gerakan dinding thorax cepat dan dalam

Auskultasi : bunyi paru hilang dan timbul

Abdomen

Inspeksi : abdomen tampak tegang

Palpasi : ada nyeri tekan

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

Auskultasi : bunyi usus tidak normal

Perkusi : ada distensi pada abdomen

7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang

Glukosa darah > 300 mg/dl

Keton serum : positif secara mendadak

Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya < 330 mosm/L

AGD : PH < 7,3

HCO3 < 15 MEQ/L

PaCO2 10-30 mmHg

Kadarr natrium dan kalium: bisa rendah, normal atau tinggi

Uriner: gula dan keton positif

Selain itu defisiensi insulin merangsang peningkatan pemecahan protein (proteolisis)

yang mengakibatkan peningkatan kehilangan nitrogen. Pemecahan protein untuk

menghasilkan asam amino sebagai prekusor glikosa disebut sebagai glukoneogenesis.

Selain itu, terjadi pula glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa). Hal ini

juga akan merangsang terjadinya Hiperglikemia.

8. Pengobatan

a. Pengobatan umum

Sasaran pengobatan KAD adalah memperbaiki volume sirkulasi dan perfusi

jaringan, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki asam ketodiserum dan

urine keadaan normal dan mengoreksi gangguan elektrolit.

1) Penderita dirawat diruang rawat darurat catat data-data tentang kadar glukosa

darah, ketonserum, elektrolit, BUN, kreatinin serum, kalsium, fosfat, gas

darah, glukosa urine, dan keton urine catat cairan keluar dan masuk.

2) Pasang NGT dan kateter urine jika pasien mengalami penurunan kesadaran.

b. Pengobatan cairan, elektrolit dan insulin

1) Cairan

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

NaCl 0,9 % diberikan ± 1-2 pada jam pertama, lalu 1 L pada jam kedua, lalu

0,5 L pada jam ketiga dan keempat, dan 0,25 L pada jam kelima dan keenam,

selanjutnya sesuai kebutuhan.

- Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 L

- Jika Na ± > 155 mEq/L-ganti cairan dengan NaCl 0,45%

- Jika GD < 200 mg/dl-ganti cairan dengan dextrose 5%

2) Insulin (regular insulin = RI) :

Diberikan setelah 2 jamrehidrasi cairan

RI bolus 180 mU/KgB IV, dilanjutkan

RI drip 90 mU/KgBB/jam dalam NaCl 0,9%

Jika GD , 200 mg/dL – kecepatan dikurangi –RI drip 45 mU/kgBB/jam

dalam

&&&

NaCl10,9%

Jika GDstabil 200-300 mg/dL selama 12 jam –RI drip 1-2 U/jam IV,

disertai slinding scale setiap 6 jam

Jika kadar GD ada yang < 100 mg/dL; drip RI dihentikan

Setelah sliding scale tiap 6 jam, dapat diperhitungkan kebutuhan insulin

sehari.

Dibagi 3 dosis sehari subkutan, sebelum makan (bila pasien sudah makan).

3) Elektrolit

Kalium

Kalium (KCl) drip dimulai bersamaan dengan drip RI, dengan dosis 50

mEq/6 jam, syarat ada gagal ginjal, tidak ditemukan gelombang T

yang lancip dan tinggi pada EKG, dan jumlah urine cukup adekuat.

Bila kadar K + pada pemeriksaan elektrolit kedua:

< 3,5 ................ drip KCl 75 mEq/6 jam

3,0 ….. 4,5 ….. drip KCl 50 mEq/6 jam

4,5 ….. 6,0 ….. drip KCl 25 mEq/6 jam

> 6.0 ………… drip dihentikan

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

Bila sudah sadar, diberikan K+ oral selama seminggu, natrium

bikarbonat

- Drip 100 mEq bila pH < 7,0, disertai KCl 26 mEq drip

- 50 mEq bila pH 7,0 – 7,1, disertai KCl 13 mEq drip

- Juga diberikan pada asidosis laktat dan hiperkalemi yang

mengancam

B. Konsep Dasar Askep KAD

1. Pengkajian

a. Pengkajian

Pasien mengeluh : mual, muntah, sakit perut, sesak nafas, merasa ngantuk, sering

kencing

b. data obyektif

- pasien muntah

- bau mulut khas (keton)

- nafsu makan menurun

- dehidrasi

- kadar kalium total tubuh menurun karena poliuria

- penurunan berat badan

2. Diagnosa keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan badan keton ditandai

dengan respirasi cepat dan dalam.

b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan dieresis

osmotic ditandai dengan dehidrasi, poliuria, mual, muntah, turgor kulit menurut.

c. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

penurunan masukan oral: anoreksia, mual, muntah, lambung penuh, nyeri

abdomen, perubahan kesadaran ditandai oleh penurunan berat badan.

d. Nyeri akut berhubungan dengan asidosis yang ditandai dengan pasien meringis,

mengeluh nyeri dibagian abdomen.

e. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perubahan metabolic

ditandai oleh perubahan kesadaaran.

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

f. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa.

INtervensi

NODiagnosa

keperawatanTujuan Intervensi Rasional

1 2 3 4 5

1 Pola nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan

peningkatan

badan keton

ditandai dengan

respirasi cepat

dan dalam

1. Menunjukkan

pola

pernafasan

normal/efektif

.

2. Respirasi

dalam batas

normal.

2. Kaji pola nafas

seperti adanya

pernafasan

kussmaul atau

pernafasan yang

berbau keton.

3. Frekuensi dan

kualitas

pernafasan,

penggunaan oto

10. Paru-paru

mengeluarkan asam

karbonat melalui

pernafasan yang

menghasilkan

kompensasi

alkalosis respiratoris

terhadap keadaan

ketoasidosis,

pernafasan yang

berau aseton

berhubungan

pemecahan asam

aseto-asetat dan

harus berkurang bila

ketosis harus

terkoreksi.

11. Koreksi

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

2

Gangguan

keseimbangan

cairan dan

elektrolit

berhubungan

dengan dieresis

osmotic ditandai

dengan

1. Mendemon-

strasikan

hidrasi

adekuat

dibuktikan

oleh tanda

vital stabil,

nadi perifer

dapat dirasa,

bantu nafas dan

adanya periode

apnea dan

munculnya

sianosis.

4. Beri posisi yang

nyaman

menurut pasien

(semi fowler)

5. Kolaborasi

dalam

pemberian O2

1. Pantau TTV,

catat adanya

perubahan TD

ortostatik.

2. Suhu, warna

kulit, atau

kelembabannya.

hiperglikemi dan

asidosis akan

menyebabkan pola

dan frekuensi:

pernafasan

mendekati normal.

Tetapi peningkatan

kerja pernafasan:

pernafasan dangkal,

pernafasan cepat:

dan munculnya

sianosis mungkin

merupakan indikasi

dari kelelahan

pernafasan dan/atau

mungkin pasien itu

kehilangan

kemampuannya

untuk melakukan

kompensasi pada

asidosis.

12. Posisi yang nyaman

(semi fowler)

membantu

melancarkan C2

masuk, sehingga

sesak berkurang.

13. Dengan

penambahan O2

meningkatkan

penghilang distress

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

dehidrasi,

poliuria, mual,

muntah, turgor

kulit menurun.

turgor kulit

dan pengisian

kapiler baik,

haluaran urine

tapat secara

individu dan

kadar

elektrolit

dalam batas

normal.

3. Kaji nadi

perifer,

pengisian

kapiler, turgor

kulit, dan

membrane

mukosa.

4. Pantau masukan

dan

pengeluaran,

catat berat jenis

urine.

5. Ukur berat

badan stiap hari

6. Pertahankan

untuk

memberikan

cairan paling

sedikit 2500

respirasi.

1. Hipovolemia dapat

dimanifestasikan

oleh hipotensi dan

takikardia.

2. Meskipun demam,

menggigil dan

diaphoresis

merupakan hal

umum terjadi pada

proses infeksi,

demam dengan kulit

yang kemerahan,

kering mungkin

sebagai cerminan

dari dehidrasi.

3. Merupakan

indicator dari

tingkat dehidrasi,

atau volume

sirkulasi yang

adekuat.

4. Memberikan

perkiraan kebutuhan

akan cairan

pengganti, fungsi

ginjal, dan

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

3.

ml/hari dalam

batas yang

dapat

ditoleransi,

jantung jika

pemasukan

cairan melalui

oral sudah dapat

diberikan.

7. Tingkatkan

lingkungan

yang dapat

menimbulkan

rasa nyaman.

Selimuti pasien

dengan selimut

tipis.

8. Kaji adanya

perubahan

mental/sensori.

9. Catat hal-hal

keefektifan dari

terapi yang

diberikan.

5. Memberika hasil

pengkajian yang

terbaik dari status

cairan yang sedang

berlangsung dan

selanjutnya dalam

memberikan cairan

pengganti.

6. Mempertahankan

dehidrasi//volume

sirkulasi.

7. Menghindari

pemanasan yang

berlebihan terhadap

pasien lebih lanjut

akan dapat

menimbulkan

kehilangan cairan.

8. Perubahan mental

dapat berhubungan

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

Perubahan

pemenuhan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

berhubungan

dengan

penurunan

masukan oral

anoreksia, mual,

muntah,

lambung penuh,

nyeri abdomen,

perubahan

kesadaran

ditandai oleh

penurunan berat

badan.

1. Mencerna

jumlah kalori/

nutrient yang

tepat.

2. Menunjukkan

tingkat energy

biasanya.

3. Mendemonstra-

sikan berat

badan stabil

atau

penambahan

kearah rentang

biasanya/yang

diinginkan

dengan nilai

laboratorium

normal.

yang dilaporkan

seperti mual,

nyeri abdomen,

muntah dan

distensi

lambung.

1. Timbang berat

badan setiap

hari atau sesuai

dengan indikasi

2. Tentukan

program diet

dan pola makan

pasien dan

bandingkan

dengan

makanan yang

dapat

dihabiskan

pasien.

3. Auskultasi

bising usus,

catat adanya

nyeri

abdomen/perut

kembung, mual,

muntahan

dengan glukosa

yang tinggi atau

yang rendah

(hiperglikemi atau

hipoglikemia)

elektrolit yang

abnormal, asidosis,

penurunan perfusi

serebral, dan

berkembangnya

hipoksia. Penyebab

yang tidak

tertangani,

gangguan kesadaran

dapat menjadi

predisposisi

(pencetus) aspirasi

pada pasien.

9. Kekurangan cairan

dan elektrolit

mengubah motilitas

lambung, yang

seringkali akan

menimbulkan

muntah dan secara

potensial akan

menimbulkan

kekurangan cairan

dan elektrolit.

1. Mengkaji

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

4.

makanan yang

belum sempat

dicerna,

pertahankan

keadaan puasa

sesuai dengan

indikasi.

4. Berikan

makanan cair

yang

mengandung zat

makanan

(nutrient) dan

elektrolit

dengan segera

jika pasien

sudah dapat

mentoleransinya

melalui

pemberian

cairan melalui

oral.

5. Libatkan

keluarga pasien

pada

pencernaan

makan ini sesuai

dengan indikasi.

6. Observasi

pemasukan

makanan yang

adekuat (termasuk

absorbsi dan

utilisasinya).

2. Mengidentifikasi-

kan kekurangan dan

penyimpangan dari

kebutuhan

terapeutik.

3. Hiperglikemia dan

gangguan

keseimbangan

cairan dan elektrolit

dapat menurunkan

mortilitas/fungsi

lambung (distensi

atau ileus paralitik)

yang akan

mempengaruhi

pilihan intervensi.

4. Pemberian makan

melalui oral ;ebih

baik jika pasien

sadar dan fungsi

gastrointestinal

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

5.

Nyeri

berhubungan

dengan asidosis

yang ditandai

dengan pasien

meringis,

mengeluh nyeri

dibagian

abdomen.

Perubahan

perfusi jaringan

serebral

1. Melaporkan

nyeri berkurang

atau terkontrol.

2.. Menunjukkan

atau

menggunakan

perilaku untuk

mengurangi

kelembaban.

1. Mempertahan-

kan tingkat

kesadaran

tanda-tanda

hipoglikemia

seperti

perubahan

tingkat

kesadaran, kulit

lembab/dingin,

denyut nadi

cepat lapar,

peka rangsang,

cemas, sakit

kepala, pusing,

sempoyongan,

7. Lakukan

konsultasi

dengan ahli diet.

1. Kaji keluhan

nyeri, catat

intensitasnya,

karakteristik-

nya, lokasi dan

baik.

5. Meningkatkan rasa

keterlibatannya;

memberikan

informasi pada

keluarga untuk

memahami

kebutuhan nutrisi

pasien.

6. Karena metabolism

karbohidrat mulut

terjadi (gula darah

akan berkurang, dan

sementara tetap

diberikan insulin,

maka hipoglikemi

dapat terjadi jika

pasien dalam

keadaan koma,

hipoglikemi

mungkin terjadi

tanpa

memperlihatkan

perubahan fungsi

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

6.

berhubungan

dengan

perubahan

metabolic

ditandai oleh

perubahan

kesadaran.

Resiko tinggi

terhadap

perubahan

persepsi sensori

berhubungan

dengan

ketidakseimba-

ngan glukosa.

biasanya/memb

aik, fungsi

kognitif dan

motorik/sensosi.

2. mendemostrasi-

kan TTV dalam

keadaan normal

1.mempertahankan

tingkat mental

biasanya,

2. mengenali dan

mengkompen-

sasi adanya

kerusakan

sensori.

lamanya nyeri.

2. Gunakan teknik

sentuan yang

terapeutik

visualisasi

(teknik distraksi

dan relaksasi).

3. Kolaborasi

dalam

pemberian

analgetik

1. Tentukan

faktor-faktor

yang

berhubungan

dengan

keadaan/penye-

bab khusus

selama

penurunan

perfusi

sereberal.

2. Pantau TTV

3. Letakkan kepala

kesadaran.

7. Sangat bermanfaat

dalam perhitungan

dan penyesuaian

diet untuk

memenuhi

kebutuhan nutrisi

pasien; menjawab

pertanyaan dan

dapat pula

membantu pasien

atau orang terdekat

dalam

mengembangkan

perencanaan

makanan.

1. Nyeri merupakan

pengalaman

subyektif dan harus

dijelaskan oleh

pasien dan untuk

mengevaluasi

keefektifan dan

terapi yang

diberikan.

2. Memberikan pasien

sejumlah pengendali

nyeri dan/atau dapat

mengubah

mekanisme sensasi

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

dengan posisi

agak

ditinggikan dan

dalam posisi

anatomis

4. Kolaborasi

dalam

pemberian

oksigen.

1. Pantau TTV dan

status mental.

2. Panggil pasien

dengan nama,

orientasikan

kembali sesuai

dengan

kebutuhannya.

Berikan

penjelasan yang

singkat dengan

bicara perlahan

dan jelas.

3. Jaadwalkan

intervensi

keperawatan

nyeri dan mengubah

persepsi nyeri.

3. Analgetik

meupakan obat

yang dapat

mengurangi /

menghilangkan rasa

nyeri.

1. Mempengaruhi

penetapan

intervensi.

2. Variasi mungkin

terjadi oleh karena

tekanan/trauma

serebral pada daerah

vasomotor otak

3. Menurukan tekanan

arteri dengan

meningkatkan

sirkulasi/perfusi

serebral.

4. Menurunkan

hipoksia yang dapat

menyebabkan

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

agar tidak

mengganggu

waktu istirahat

pasien.

4. Pelihara

aktivitas rutin

pasien

sekonsisten

mungkin,

dorong untuk

melakukan

kegiatan sehari-

hari sesuai

kemampuannya.

5. Lindungi pasien

dari cedera

(gunakan

pengikat) ketika

tingkat

kesadaran

pasien

terganggu.

Berikan

bantalan lunak

pada pagar

tempat tidur dan

berikan jalan

nafas buatuan

yang lunak pada

pagar tempat

tidur dan

vasolidasi serebral

dan tekanan

meningkat/terben-

tuknya edema.

1. Sebagai dasar untuk

membandingkan

temuan abnormal,

seperti suhu yang

meningkat dapat

mempengaruhi

fungsi mental.

2. Menurunkan

kebingungan dan

membantu untuk

mempertahankan

kontak dengan

realitas.

3. Meningkatkan tidur,

menurunkan rasa

letih, dan dapat

memperbaiki daya

pikir.

4. Membantu

memelihara pasien

tetap berhubungan

dengan realitas dan

mempertahankan

orientasi pada

lingkungannya .

5. Pasien mengalami

disorientasi

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

berikan jalan

nafas buatan

yang lunak jika

pasien

kemungkinan

mengalami

kejang.

6. Evaluasi lapang

pandang

penglihatan

sesuai dengan

indikasi,

7. Selidiki adanya

keluhan

parestesia,

nyeri, atau

kehilangan

sensori pada

paha/kaki. Lihat

adanya ulkus,

daerah

kemerahan,

tempat-tempat

tertekan,

kehilangan

denyut nadi

perifer.

8. Berikan tempat

tidur yang

lembut. Pelihara

kehangatan

merupakan awal

kemungkinan

timbulnya cedera,

terutama malam

hari dan perlu

pencegahan sesuai

indikasi. Munculnya

kejang perlu

diantisipasi untuk

mencegah trauma

fisik, aspirasi, dsb.

6. Edema/lepaskan

retina hemoragis,

katarak, atau

paralisis otot

ekstraokuler

sementara

mengganggu

penglihatan yang

memerlukan terapi

korektif dan/atau

perawatan

penyokong.

7. Neuropati perifer

dapat

mengakibatkan rasa

tidak nyaman yang

berat, kehilangan

sensasi

sentuhan/distorsi

yang mempunyai

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

kaki/tangan,

hindari terpajan

terhadap air

panas atau

dingin atau

penggunaan

bantalan/peman

an.

9. Batu pasien

dalam ambulasi

atau perubahan

posisi.

10. Berikan

pengobatan

sesuai dengan

obat yang

ditentukan

untuk mengatasi

11. Pantau nilai

laboratorium

seperti glukosa

darah,

osmolaritas

darah, Hb/Hi,

ureum kratinin.

resiko tinggi

terhadap kerusakan

kulit dan gangguan

keseimbangan.

8. Meningkatkan rasa

nyaman dan

menurunkan

kemungkinan

kerusakan kulit

karena panas.

9. Meningkatkan

keamanan pasien

terutama ketika rasa

keseimabangan

dipengaruhi.

10. Gangguan dalam

proses

pikir/potensialterha

dap aktivitas kejang

biasanya hilang bila

keadaan

hiperosmolaritas

teratasi.

11. Ketidakseimbangan

nilai laboratorium

ini dapat

menurunkan fungsi

mental. Catatan:

jika cairan diganti

dengan cepat,

kelebihan cairan

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetikum

dapat masuk ke sel

otak dan dapat

menyebabkan

gangguan pada

tingkat kesadaran

(intoksikasi air).