ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGNAN ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/878/1/KTI ROSMINI...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGNAN ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/878/1/KTI ROSMINI...
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program Diploma III Keperawatan
ROSMINI
14401 2017 00066 7
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C DENGNAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS DI
BLUD RS. BENYAMIN GULUH
KABUPATEN KOLAKA
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang Bertanda Tangan Dibwah Ini:
Nama : Rosmini
Nim : 14401 2017 00066 7
Intensitas Pendidikan : Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul Proposal : Asuhan Keperawatan Pada Ny. C Dengan
Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus Di
BLUD Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal yang saya tulis
benar benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari didapatkan bahwa proposal ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, ……..Agustus 2018
Yang membuat pernyataan
Rosmini
14401 2017 00066 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama : Rosmini
2. Tempat/TanggalLahir : Bone, 2 April 1968
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Kel.Wawotobi Kec.Wawotobi
Kab.Konawe
B. JENJANG PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Wawotobi, Tamat Tahun 1982
2. SMP Negeri 1Wawotobi Kendari, Tamat Tahun 1985
3. SPK Depkes Kendari, Tamat Tahun 1989
4. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2017 -
Sekarang
Motto
Aku bukanlah orang yang hebat
Tapi aku mau belajar
Dari orang-orang yang hebat ………..
Aku adalah orang biasa
Tapi aku ingin menjadi orang yang luar
biasa
Dan aku bukanlah orang yang istimewa
Tapi aku ingin membuat seseorang menjadi
istimewa…….
Kuperesembahkan Untuk Almamaterku
Keluarga Besarku
Juga Demi Bangsa Dan Negaraku ……….
ABSTRAK
Rosmini (12.081) “Asuhan Keperawatan Ny.C dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Melitus di BLUD RS. Benyamin Guluh Kab.Kolaka”.
Pembimbing (Ibu Hj.Nurjannah, B.Sc.,S.Pd.,M.Kes 61 halaman + x + 3
lampiran. Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai
dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan
berbagai komplikasi akut serta kronik. Data di BLUD RS. Benyamin Guluh
Kab.Kolaka tercatat penderita diabetes melitus tahun 2015 berjumlah 132
penderita, tahun 2016 berjumlah 141 penderita, tahun 2017 berjumlah 154
pendrita. pada tahun 2018 periode Januari sampai April berjumlah 41 Penderita.
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah melaporkan kasus diabetes mellitus
dengan luka gangren dan mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif. Pada
pengkajian ditemukan keluhan utama yaitu klien mengatakan nyeri pada area luka
diabetik kaki sebelah kiri, yang dialami sejak 1 bulan yang lalu, faktor pencetus
yaitu keluarga klien mengatakan akibat kadar gula klien yang tinggi, yang
semakin hari semakin membesar dan sukar di sembuhkan. Diagnosa keperawatan
yang ditegakkan yaitu, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, dan Hambatan mobilitas fisik b/d adanya luka. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari mulai tanggal 18 – 20 Juli 2018 dari dua diagnosa
keperawatan yang muncul semuanya dapat teratasi dengan baik hal ini disebakan
karena respon klien yang kooperatif dalam menerima tindakan keperawatan yang
diberikan. Disarankan kepada pihak BLUD RS. Benyamin Guluh Kab.Kolaka
agar khsusunya di ruang Perawatan agar senantiasa menerapkan asuhan
keperawatan seoptimal mungkin, meningkatkan frekuensi kontak dengan klien,
mendokumentasikan tindakan keperawatan dengan lengkap dan akurat pada buku
catatan perkembangan klien dan meningkatkan kerjasaman dengan tim kesehatan
lain dalam rangka percepatan pemulihan atau kesembuhan klien .
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Sistem Endokrin, DiabetesMelitus,
Daftar Pustaka : 15 literatur (2000 - 2015)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. C Dengan Gangguan
Sistem Endokrin Diabetes Melitus Di Blud Rs Benyamin Guluh Kolaka”.
Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan.
Rasa hormat, terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada suami dan anak-anakku tercinta atas semua bantuan moril maupun
material, motivasi, dukungan, dan cinta kasih yang tulus serta doa yang tiada
henti dipanjatkan demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut
ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada
ibu Hj. Nurjannah, B.Sc.,S.Pd.,M.Kes selaku pembimbing telah memberikan
bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu
dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga
tujukan kepada:
1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari
2. Direktur RSBG Kolaka yang telah memberikan izin penelitian.
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
4. Tim penguji ibu Lena Atoy, SST.,MPH, Pak Indriono hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes
dan ibu Reni Devianti Usman M.Kep.,Sp.Kep.MB dan Bapak dan Ibu Dosen
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta seluruh staf dan
karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang diberikan selama
penulis menuntut ilmu.
5. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada suami
dan anak-anakku yang selama ini telah banyak berkorban baik materi maupun
non materi demi kesuksesan penulis serta terima kasih kepada keluarga besar
saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
6. Rekan - rekan Mahasiswa RPL Poltekkes Kemenkes Kendari angkatan 2017
kelas A dan B yang senantiasa menyemangati saat proses perkuliahan dan
penulisan KTI.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Kendari, ……., Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................... ................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KEASLIAN PENELITIAN ........................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Metode dan Teknik Penelitian .............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Diabetes Melitus ...................................................... 8
B. Fokus Askep ......................................................................................... 22
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................. 35
B. Data Fokus ............................................................................................. 40
C. Perumusan Masalah ............................................................................... 41 D. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 43
E. Implementasi dan Evaluasi ................................................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian ............................................................................................ 51
B. Diagonsa ............................................................................................... 53
C. Intervensi ............................................................................................... 55
D. Implementasi ......................................................................................... 56
E. Evaluasi ................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk
dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan
meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Di Amerika Serikat ditemukan 20
– 25% pasien dirawat dengan masalah pada kaki dengan rara-rata waktu
opname 25 hari dan jumlah pasein yang amputasi sekitar 35000 kasus
pertahun. Sedangkan di Indonesia mendapatkan adanya manifestasi gangren
pada 71,2% penderita ulkus kaki diabetes yang menjalani perawatan di
RSUD Koja Jakarta Utara setiap tahunnya. Permasalahan yang penting
dihadapi adalah menurunnya kualitas hidup dari penderita kaki diabetes yang
telah diamputasi terkait dengan konsep diri.
Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita
diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk. Hal ini
menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Namun perhatian terhadap
penanganan diabetes mellitus di negara berkembang masih kurang, terutama
tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes mellitus.
Menurut Riset Keshatan Dasar (Riskesdas,2013) di Indonesia penyakit
Diabetes Melitus atau DM terdiagnosis dokter, gejala sebesar 2,1%.
Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI-
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan
Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 %.
Berdasarkan data yang peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kendari,
penyakit diabetes mellitus pada tahun 2016 berjumlah 553 kunjungan, terdiri
dari Laki-laki yang berjumlah 184 orang dan perempuan berjumlah 369
orang, yang dimulai dari rentan usia 22 tahun sampai 70 tahun keatas.
Data di RSGB Kolaka Pada tahun 2015 penderita diabetes melitus
sebanyak 132 orang, sedangkan pada tahun 2016 pasien diabetes mellitus
berjumlah 141 orang. Kemudian pada tahun 2017 jumlahnya bertambah
menjadi 154 orang. Sedangkan pada tahun 2018 pada periode Januari sampai
April 2018 berjumlah 41 orang pasien diabetes mellitus ( RSBG
Kolaka,2018).
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal. Ada tiga ciri pada penderita diabetes
melitus yaitu Polipagi (banyak makan), Polidipsi (banyak minum) dan Poliuri
(banyak kencing).
Pada Penderita diabetes mellitus terjadi gangguan berupa kerusakan
sistem saraf, kerusakan sistem saraf (neurophati) dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan sistem saraf
otonom dan kerusakan sistem saraf motorik. Kerusakan sistem saraf perifer
pada umumnya dapat menyebabkan kesemutan, nyeri pada tangan dan kaki,
serta berkurangnya sensitivitas atau mati rasa. Kaki yang mati rasa
(insensitivity) akan berbahaya karena penderita tidak dapat merasakan apa-
apa sekalipun kakinya terluka, sehingga pada umumnya penderita diabetes
mellitus terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka pada kakinya,
hal ini semakin diperparah karena kaki yang terluka tersebut tidak dirawat
dan mendapat perhatian serius, serta ditambah dengan adanya gangguan
aliran darah ke perifer kaki yang disebabkan karena komplikasi
makrovaskular, mengakibatkan luka tersebut sukar untuk sembuh dan akan
menjadi borok / ulkus (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
Ulkus tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan, yang
apabila tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat menyebabkan
gangren, yang pada penderita diabetes mellitus disebut dengan gangren
diabetik. Gangren diabetik merupakan suatu komplikasi yang ditimbulkan
akibat infeksi atau suatu proses peradangan luka pada tahap lanjut yang
disebabkan karena perubahan degeneratif atau perawatan yang kurang
intensive, yang dikaitkan dengan penyakit diabetes mellitus. Infeksi pada
kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang umumnya dapat
disebabkan oleh kerusakan dari pembuluh darah, syaraf dan menurunnya
aliran darah kedaerah luka (Erman, 1998).
Manifestasi gangren terjadi karena adanya trombosis pada pembuluh
darah arteri yang memberikan suplai darah ke daerah luka. Trombosis yang
terjadi akan menghambat aliran darah yang mengangkut zat makanan,
oksigen dan nutrisi yang diperlukan dalam proses regenerasi ke daerah luka
tersebut sehingga menimbulkan kematian jaringan dan mempermudah
berkembangnya infeksi kuman saprofit pada jaringan yang rusak tersebut.
Pada persoalan diabetes mellitus sering timbul penyakit vaskuler diperifer
dan pada akhirnya akan menyebabkan suatu tindakan amputasi (Erman,
1998).
Dalam penelitian yang dilakukan trauma pada kaki sering menjadi
faktor pencetus terjadinya kaki diabetes pada negara berkembang yang
diakibatkan oleh pemakaian alas kaki, hal ini disebabkan karena belum
adanya kesadaran akan pentingnya perawatan kaki dan kontrol gula darah
secara rutin. Kompleksitas permasalahan kaki diabetes, mulai dari risiko
terjadi amputasi sampai kematian karena ulkus kaki diabetes memerlukan
pendekatan terpadu dari berbagai disiplin ilmu berupa kolaborasi antara
dokter, perawat, laboran, fisioterapis dan ahli gizi. Penyuluhan tentang
komplikasi dari diabetes mellitus, status gizi, pemeriksaan kaki secara
berkala menjadi bagian dari pencegahan primer ulkus kaki diabetes. Selain
dari beberapa hal di atas ternyata perawatan kaki diabetes (Diabetic Foot
Care) akan sangat berpengaruh terhadap pencegahan terjadinya komplikasi
kronik kaki diabetes seperti ulkus atau bahkan gangren. Hal ini akan
menyelamatkan pasien dari tindakan amputasi yang sampai saat ini masih
menjadi momok bagi penderita diabetes melitus. Berdasarkan pertimbangan
diatas maka penulis tertarik membuat laporan karya tulis ilmiah berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem Endokrin : Diabetes
Melitus Pada Ny.C di RSBG Kolaka”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Sistem
Endokrin : Diabetes Melitus hari kedua di RSBG Kolaka.
2. Tujuan Khusus:
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien diabetes mellitus
b. Mampu merumuskan dan menegakan diagnosa keperawatan pada
pasien diabetes mellitus
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien diabetes mellitus
d. Memberikan tindakan keperawatan pada pasien diabetes mellitus
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khsusnya
pengetahuan tentang Diabetes Melitus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat atau pasien dapat menambah wawasan dan
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dengan kasus diabetes
melitus dengan luka gangren
b. Bagi institusi sebagai bahan bacaan ilmiah ataupun kerangka
perbandingan dalam mengembangkan ilmu keperawatan dan usaha
penyempurnaan asuhan keperawatan yang telah ada saat ini
c. Bagi rumah sakit sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami penyakit diabetes mellitus dengan luka gangren
D. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan
1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus
a. Studi kasus ini dilaksanakan di RSBG Kolaka
b. Studi kasus ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2018
2. Tehnik pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini yaitu
metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun karya
tulis ini yaitu (Synder, 2010) :
a. Studi Kepustakaan : Mempelajari isi literatur-literatur yang
berhubungan dengan karya tulis ini
b. Studi Kasus : Menggunakan pendekatan proses keperawatan pada
klien dengan keluarga yang meliputi pengkajian, analisa data,
penerapan diagnosa keperawatan, dan penyusunan rencana tindakan
dan evaluasi asuhan keperawatan. Untuk melengkapi data/informasi
dalam pengkajian menggunakan beberapa cara antara lain :
1) Observasi
Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara
melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan
keadaan klien.
2) Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien dan keluarga, dengan
mengadakan pengamatan langsung.
3) Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan terhadap klien melalui : inspkesi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
4) Studi Dokumentasi
Penulis memperoleh data dan medikal record dan hasil
pemeriksaan laboratorium.
5) Metode Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang
bertugas di RSBG Kolaka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, DM berasal dari (bahasa Yunani: διαβαίνειν,
diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis)
yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis
adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis, termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
(Price, S.A, 1995).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai keluhan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada berbagai organ dan system tubuh seperti
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, dan lain-lain (Arif Mansjoer dkk,
2000).
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai
berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron (Arif Mansjoer dkk, 2000).
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolism karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. Diabetes melitus adalah sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Diabetes Melitus
(DM) merupakan suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
2. Anantomi Fisiologi
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas adalah organ
pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon seperti
insulin.Pankreas terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu (Smeltzer C, Suzanne,
2001) :
a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
b. Pulau pankreas, menghasilkan hormone.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan
melepaskan hormon kedalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pangkreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
Hormon yang dihasil oleh pangkreas adalah :
a. Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
b. Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah.
c. Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormone
lainnya (insulin dan glukagon).
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap
pulau langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi
pembuluh darah kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel
utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60
% dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang
lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin
karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin.
Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut
ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat
membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang
tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan
eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta
kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran
darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel
mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel
mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000).
Kelenjar pankreas dalammengatur metabolisme glukosa dalam tubuh
berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel – sel di pulau
langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon
yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang
dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon. Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa
jenis hormon lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon,
somatostatin menghambat sekresi glucagon dan insulin. Insulin dilepaskan
pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan
utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah
80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin
dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk
menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat
segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam
hati (Guyton & Hall, 2002).
Insulin dan glukagon merupakan organ sasaran kedua hormon ini
adalah hati, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang
peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat di pengaruhi oleh hormon
ini saling bertolak belakang. Secara umum, insulin menurunkan kadar gula
darah sebaliknya glukagon meningkatkan kadar gula darah.perangsangan
kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon akan merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi
asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan
glukosa dari yang bukan karbohidrat) (Guyton & Hall, 2002).
3. Etiologi Diabetes Melitus
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter rmemegang peranan penting.
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut
Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya
hperglikemia (meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetic dan
lingkungan merupakan factor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan
dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM.
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau– pulau
langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat
pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan
menyerang sel beta pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya
memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002)
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran
terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat
besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu factor determinan
terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan.
Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.
Terjadinya hiperglikemia disaat pancreas tidak cukup \menghasilkan
insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin
menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada
klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.
Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal.
Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga
dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya
sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan
adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan
kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal,
memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan
peningkatan gula darah (Brunner &Suddart, 2002).
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas
menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans.
Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post
prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka
akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis
osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliurra) dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi
penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera makan
(polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan
sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan
keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah
terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000)
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan
pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah
tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi
insulin.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan.Namun demikian jika sel-sel beta tidak
mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000).
5. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma
meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi
kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah keginjal
meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic (poliuria) (Corwin, 2000).
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi keringdan sensor
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia) (Corwin, 2000).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energy akan
menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang terjadi adalah seseorang akan
lebih banyak makan (poliphagia) (Corwin, 2000).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
mengalami atrofidan penurunan secara otomatis (Corwin, 2000).
e. Malaise atau kelemahan (Corwin, 2000).
6. PemeriksaanPenunjang Diabetes Melitus
a. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict
(reduksi) yang tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada
diabetes.
b. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam
darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi< 140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama< 200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine = glukosa positif, ketonpositif, aseton positif atau negative
(Bare &suzanne, 2002)
7. Komplikasi Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung,
pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain. Komplikasi jangka lama termasuk
penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab
utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta
kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan
risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol
kadar gula darah buruk (corwin, 2000).
8. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai
usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
a. PerencanaanMakanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemaksebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan :
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25
kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-
30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus
ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi
tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki
biasa selama 30 menit, olahraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan
olah raga berat.
c. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerjadengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan
orang tua karena resiko hipoglikema yang berkepanjangan, demikian
juga gibenklamid.
2) Biguanid
Preparat yang ada dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih
(imt 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea.
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupunNIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengankehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis
rendah dan dinaikkan perlahan-lahan sesuai dengan hasil glukosa
darah pasien.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk
mencapai keadaan sehat yang optimal. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare &Suzanne, 2002).
9. Pathway Diabetes Melitus
Ketidakseimbangan
produksi insulin
Gula dalam darah
tidak dapat dibawa
masuk dalam
Glukosuria
Batas melebihi
ambang ginjal
Hiperglikemia
Merangsang
hipotalamus
Kehilangan
elektrolit dalam
sel
Poliuri
Dieresis osmotik
Dehidrasi
Resiko syok
Kerusakan sel beta
Syok
hiperglikemik
Nekrosis luka
Resiko infeksi
Kekebalan tubuh
menurun
Kerusakan pada
antibody
Anabolisme
protein menurun
Faktor genetik infeksi
virus pengrusakan
imunologik
Kehilangan kalori
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Iskemik jaringan
Aliran darah lambat
Vikositas darah meningkat
Gangren Protein dan lemak dibakar
Sel kekurangan bahan
untuk metaboliosme
BB menurun
Koma diabetik
Neuropati sensori
perifer
Klien tidak merasa
sakit
Kerusakan
integritas
jaringan Pusat lapar dan
haus
Kelemahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Polidipsia
polipagia
Keton
Keteasidosis
Asam lemak
Katabolisme
lemak
Pemecahan protein
Ureum
(Hardhi, 2012)
B. Fokus Asuhan Keperawatan
Menurut (Synder, 2010) tahapan proses keperawatan terdiri dari
1. Pengkajian
a. Anamnese
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yaitu yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalnya hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengak dan berdarah, penglihatan kabur, diplopia, lensa mata keruh.
X X X
X
55
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernapasan
Adakah sesak napas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskular
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah dan berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstermitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parathesia, anastesia, letargi, mengantuk,
refleks lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan yang didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (+ + ),
merah bata (+ + + +).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
C. Fokus Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
4. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Harga Diri Rendah berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh (Wilkinson, 2016)
D. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas
Tujuan :Tercapainya proses penyembuhan luka,
Kriteria hasil :
- Berkurangnya oedema sekitar luka
- Pus dan jaringan berkurang
- Adanya jaringan granulasi
Intervensi Rasional
1. Kaji luas dan keadaan luka serta
proses penyembuhan
2. Rawat luka dengan baik dan benar:
membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak
iritatif, angkat sisa balutan yang
menempel pada luka dan
nekrotomi jaringan yang mati
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian insulin, pemeriksaan
1. Pengkajian yang tepat
terhadap luka dan proses
penyembuhan akan
membantu dalam
menentukan tindakan
selanjutnya
2. Merawat luka dengan tehnik
aseptik dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan
iritatif akan merusak jaringan
granulasi yang timbul, sisa
balutan jaringan nekrosis
dapat menghambat proses
granulasi
3. Insulin akan menurunkan
kadar gula darah,
pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan
kultur pus, pemeriksaan gula darah,
dan pemberian antibiotic
antibiotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan
kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan
penyakit
2. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan :Rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
Penderita secara verbal mengatakan nyeri hilang/berkurang
Penderiita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri
Pergerakan pendertia bertambah luas
Tidak ada keringat dingin, tanda – tanda vital dalam batas normal ( S :
36° - 37,5° C, N : 60 – 80x/menit, TD : 100 – 130 mmHg, RR : 18 –
20x/menit)
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan
reaksi nyeri yang dialami pasien
2. Jelaskan pada pasien tentang
sebab – sebab timbulnya nyeri
1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien
2. Pemahaman pasien tentang
penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien
dan memudahkan pasien untuk
diajak bekerja sama dalam
melakukan tindakan
3. Rangsangan yang berlebihan dari
lingkungan akan memperberat
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi
5. Atur posisi pasien senyaman
mungkin sesuai keinginan pasien
6. Lakukan massage dan kompres
luka dengan BWC saat rawat
luka
7. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesic
rasa nyeri
4. Tehnik distraksi dan relaksasi
dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
5. Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin
6. Massage dapat meningkatkan
vaskulerisasi dan pengeluaran pus
sedangkan BWC sebagai
desinfektan yang dapat
memberikan rasa nyaman
7. Obat – obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri
pasien
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal
Kriteria hasil :
- Pergerakan pasien bertambah luas\
- Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk,
berdiri, berjalan)
- Rasa nyeri berkurang
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan
Intervensi Rasional
1. Kaji dan identifikasi tingkat
kekuatan otot pada kaki pasien
2. Beri penjelasan tentang
pentingnya melakukan aktivitas
untuk menjaga kadar gula darah
dalam keadaan normal
3. Anjurkan pasien untuk
menggerakkan / mengangkat
ekstermitas bawah sesuai
kemampuan
4. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
5. Kerja sama dengan tim
kesehatan lain ; dokter
(pemberian analgesik) dan
tenaga fisioterapi
1. Untuk mengetahui derajat
kekuatan otot – otot kaki pasien
2. Pasien mengerti pentingnya
melakukan aktivitas sehingga
dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan
3. Untuk melatih otot – otot kaki
sehingga berfungsi dengan baik
4. Agar kebutuhan pasien tetap
dapat terpenuhi
5. Analgesik dapat membantu
mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
- Berat badan dan tinggi badan ideal
- Pasien mematuhi dietnya
- Kadar gula darah dalam batas normal
- Tidak ada tanda – tanda hiperglikemia/ hipoglikemia
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan
makan
2. Anjurkan pasien untuk
memenuhi diet yang telah
diprogramkan
3. Timbang berat badan setiap
seminggu sekali
4. Identifikasi perubahan pola
makan
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetic
1. Untuk mengetahui tentang
keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan
tindakan dan pengaturan diet
yang adekuat
2. Kepatuhan terhadap diet dapat
mencegah komplikasi terjadinya
hiperglikemia/ hipoglikemia
3. Mengetahui perkembangan berat
badan pasien (berat badan
merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan diet)
4. Mengetahu apakah pasien telah
melaksanakan program diet yang
ditetapkan
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan
glukosa kedalam jaringan
sehingga gula darah menurun,
pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula
darah dan mencegah komplikasi
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
Tujuan :Rasa cemas berkurang/hilang
Kriteria hasil :
- Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan
- Emosi stabil, pasien tenang
- Istirahat cukup
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien
2. Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan rasa
cemasnya
3. Gunakan komunikasi terapeutik
4. Beri informasi yang akurat
tentang proses penyakit dan
anjurkan pasien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan
5. Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim
kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang
terbaik dan seoptimal mungkin
6. Berikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi
1. Menentukan tingkat kecemasan
yang dialami pasien sehingga
perawat bisa memberikan
intervensi yang cepat dan tepat
2. Dapat meringankan beban pikiran
pasien
3. Agar terbina rasa saling percaya
antara perawat – pasien sehingga
paien kooperatif dalam tindakan
keperawatan
4. Informasi yang akurat tentang
penyakitnya dan keikutsertaan
pasien dalam melakukan tindakan
dapat mengurangi beban pikiran
pasien
5. Sikap positif dari tim kesehatan
akan membantu menurunkan
kecemasan yang dirasakan pasien
6. Pasien akan merasa lebih tenang
bila ada anggota keluarga yang
menunggu
7. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat membantu
pasien secara bergantian
7. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman
mengurangi rasa cemas pasien
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan :Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya,
Kriteria hasil :
- Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan menjelaskan kembali bila ditanya
- Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang
penyakit DM dan gangren
2. Kaji latar belakang pendidikan
pasien
3. Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan pada pasien dengan
bahasa yang mudah dimengerti
4. Jelaskan prosedur yang akan
1. Untuk memberikan informasi
pada pasien/keluarga, perawat
perlu mengetahui sejauh mana
informasi atau pengetahuan yang
diketahui pasien/keluarga
2. Agar perawat dapat memberikan
penjelasan dengan menggunakan
kata – kata yang mudah
dimengerti
3. Agar informasi dapat diterima
dengan mudah dan tepat sehingga
tidak menimbulkan kesalah
pahaman
4. Dengan penjelasan yang ada dan
ikut secara langsung dalam
tindakan yang dilakukan, pasien
akan lebih kooperatif dan
dilakukan, manfaatnya bagi
pasien dan libatkan pasien
didalamnya
5. Gunakan gambar – gambar
dalam memberikan penjelasan
(jika ada/memungkinkan)
cemasnya berkurang
5. Gambar – gambar dapat
membantu mengingat penjelasan
yang telah diberikan
6.
7. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan-perubahan bentuk salah satu
anggota tubuhnya secara positif
Kriteria hasil :
- Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, tanpa rasa
malu dan rendah diri
- Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan/ persepsi pasien
tentang perubahan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan
anggota tubuhnya yang kurang
berfungsi secara normal
2. Bina hubungan saling percaya
dengan pasien
3. Tunjukkan rasa empati, perhatian
dan penerimaan pada pasien
4. Bantu pasien untuk mengadakan
1. Menetahui adanya rasa negatif
pasien terhadap dirinya
2. Memudahkan dalam menggali
permasalahan pasien
3. Pasien akan merasa dirinya
hubungan dengan orang lain
5. Beri kesempatan kepada pasien
untuk mengekspresikan perasaan
kehilangan
6. Beri dorongan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan
diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari
pasien
dihargai
4. Dapat meningkatkan kemampuan
dalam mengadakan hubungan
dengan orang lain dan
menghilangkan perasaan
terisolasi
5. Untuk mendapatkan dukungan
dalam proses berkabung yang
normal
6. Untuk meningkatkan perilaku
yang adiktif dari pasien
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian yang pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung,
pemeriksaan fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang
dilakukan pada tanggal 18 Juli 2018 pukul 10.30 WITA, dari pengkajian
tersebut didapatkan data melalui penjelasan berikut ini.
1. Biodata:
a. Identitas Klien
Inisial : Ny. C
Umur : 55 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kel. Balandite
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
Tanggal Masuk : 16 Juli 2018
Tanggal Pengkajian: 18 Juli 2018
b. Identitas Penanggung Jawab:
Inisial : Tn.A
Umur : 58 thn
Pekerjaan : PNS
Hubungan dengan Klien : Suami
c. Riwayat Kesehatan:
Keluhan Utama : Klien Mengatakan Nyeri Pada Area Luka
Riwayat Keluhan Utama:
P = Klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kiri sejak 1 bulan
yang lalu
Q = klien megatakan kualitas nyeri Seperti Teriris
R = klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kiri
S = klien mengatakan skala nyeri 6
T = klien mengatakan nyerinya saat melakukan aktivitas
Upaya yang telah dilakukan keluarga sebelum dirawat di rumah sakit yaitu
mengompres dengan air hangat pada luka klien, dan memberikan obat
antibiotik (ampicillin), namun upaya yang telah dilakukan ini tidak
menunjukkan adanya perubahan pada luka klien sehingga keluarga membawa
42
klien ke Dokter praktek terdekat. Klien juga mengatakan bahwa dirinya pernah
dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit yang sama yaitu Diabetes Melitus,
berat badan klien sebelum sakit 60 kg.
Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa dalam keluarga klien
dari garis keturunan ayah, ada anggota keluarga yang juga menderita diabetes
melitus. Hasil observasi dan pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum (KU) klien
lemah, tingkat kesadaran composmentis, dimana Tekanan Darah (TD) : 100/80
mmHg, Nadi (N) : 100x/menit, Suhu (S) : 37.5°C, Pernafasan (P): 20x/menit,
Berat Badan (BB) saat ini 57 kg dan Tinggi Badan (TB) 160 cm.
Pada pengkajian sistem pernafasan B1 (breathing) didapatkan data bentuk
dada simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi septum hidung, hasil auskultasi
suara nafas bronkil dan tidak ditemukan suara nafas tambahan.
Pengkajian sistem kardiovaskuler B2 (bleeding) yaitu saat dilakukan
palpasi tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, penulis melakukan auskultasi
suara jantung normal, akral teraba dingin, CRT > 3 detik.
Pengkajian sistem persyarafan B3 (brain) nilai Glasgow coma skale
(GCS): 15 keadaan kepala dan wajah simetris, ekspresi wajah tampak lemah,
sclera ikterus, pupil isokor kanan kiri, konjungtiva anemis, kelopak mata
membuka dan menutup, keadaan telinga simetris, leher dan bahu: mengangkat
bahu dan memalingkan kepala. Pendengaran kanan dan kiri normal, penciuman
normal, pengecapan: rasa asin normal, rasa manis normal, rasa pahit normal.
Penglihatan kanan dan kiri normal, perabaan panas, dingin, tekan normal dan
status mental terorientasi.
Pengkajian sistem perkemihan B4 (bledder) produksi urin berwarna
kekuningan dengan bau yang khas (amoniak), frekuensi berkemih 5-7 kali/hari,
produksi urine setiap hari ± 1500cc.
Pengkajian sistem pencernaan B5 (bowel) hasil inspeksi pada mulut tidak
ditemukan adanya tanda-tanda radang, tidak ada halositosis, tidak ada
stomatitis, dan tidak terdapat nyeri tekan pada tenggorokan, rektum normal,
BAB sekali sehari (tidak menentu) dengan konsistensi feses lunak.
Pengkajian sistem muskuloskeletal B6 (Bone) pergerakan sendi klien
tampak terbatas, skala kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan
tahanan penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu melawan
gravitasi) dan ekstemitas kiri bawah skala 2 (melawan gravitasi dengan
topangan). Tonus otot ekstermitas bagian atas tidak ada masalah, sedangkan
pada ekstermitas bawah terdapat nyeri otot, adanya udema pada daerah
punggung kaki, akral teraba dingin, turgor kulit baik, kulit dan badan klien
tampak kotor, kepala dan rambutnya juga tampak kotor, dan tampak luka
gangren pada daerah kaki sebelah kiri dengan karakteristik luka tampak merah
muda pada bagian tengah, sekitar luka Nampak pucat, pus (+), panjang luka ±
65 cm, lebar luka ± 35 cm dengan kedalaman ± 1 cm menembus lapisan otot,
luas jaringan baru 1 cm pada pinggir luka, nampak kelihatan tulang tumit kaki
kiri, luka berbau amis.
Sedangkan pada pola aktivitas klien mengatakan pola makan sebelum sakit
dengan porsi makan 2-3 x/hari dengan porsi dihabiskan, jenis menu makan
bubur, buah-buahan dan sayur, klien mempunyai pantangan makanan yang
tinggi serat, klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan. Sedangkan pola
makan saat sakit porsi makan klien 1-2x/hari, dengan porsi makan tidak di
habiskan, jenis menu makan bubur, dan sayur, klien tidak diperbolehkan
makan makanan yang berkadar gula tinggi. Selama dirumah sakit klien
mengatakan mandi hanya 1x /hari.
Untuk pola minum klien sebelum sakit frekuensi klien minum 6-8
gelas/hari dihabiskan, jenis minuman klien air putih, teh, minuman yang
disukai air putih, klien tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, tidak
diperbolehkan minum-minuman yang manis-manis. Sedangkan pola minum
saat sakit frekuensi minum klien 3-4 gelas/hari dihabiskan, jenis minuman air
putih.
Pola istirahat dan aktivitas klien sebelum sakit untuk tidur siang dan tidur
malam baik, sedangkan saat sakit, tidur siang dan tidur malam terganggu (± 3 -
4 jam) karena klien sering terbangun.
Pada interaksi sosial, klien sering dijaga oleh anaknya, selama sakit klien
juga sering dibesuk oleh kerabat dan tetangga. Beberapa kali klien sering
mengungkapkan keinginan untuk pulang kerumah, dan sering bertanya
mengenai penyakit yang dialaminya. Klien nampak cemas dan berharap agar
cepat sembuh dari penyakitnya, dan selama dirawat kegiatan beribadah tidak
terlaksana.
Terapi/obat-obatan yang diberikan antara lain IVDF RL 20 tetes/menit,
ceftriaxone 1 gr/iv//12 jam, ranitidine 1 m/iv/12 jam. Pada pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada tanggal 11 april 2015 dapat dilihat melalui
tabel berikut ini :
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 6,9 g/dl 12-16
Leukosit 28,8 mm² 4-10
Hematokrit 19,6 mm² 4-6
Eritrosi 2,23 mm² 150-400
Berdasarkan pemeriksaan diagnostik pada tanggal 29 Juli 2018, hasil
pemeriksaan glukosa sewaktu adalah 434 mg/dl.
B. Data Fokus
Nama Pasien : Ny. C Nama Mahasiswa: Rosmini
No. RM : 07.0630 Nim : 14401 2017 00067 7
Ruang rawat : Penyakit Dalam
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien Mengatakan Nyeri
Pada Area Luka
Klien mengatakan nyeri
pada kaki sebelah kiri sejak
1 bulan yang lalu
klien megatakan kualitas
nyeri Seperti Teriris
klien mengatakan nyeri
pada daerah kaki kiri
klien mengatakan skala
nyeri 6
klien mengatakan nyerinya
Skala nyeri 6
Tekanan Darah (TD) :
100/80 mmHg
Nadi (N) : 100x/menit
Suhu (S) : 37.5°C
Pernafasan (P): 20x/menit,
Berat Badan (BB) saat ini 57
kg
Tinggi Badan (TB) 160 cm.
saat melakukan aktivitas
C. Perumusan Masalah
Nama Pasien : Ny. C Nama Mahasiswa: Rosmini
No. RM : 07.0630 Nim : 14401 2017 00067 7
Ruang rawat : Pewnyakit Dalam
No Masalah Data Etiologi
1 Nyeri Akut
Berhubungan
dengan Agen
Cedera Fisik
DS:
Klien Mengatakan Nyeri Pada
Area Luka
Klien mengatakan nyeri pada
kaki sebelah kiri sejak 1 bulan
yang lalu
klien megatakan kualitas nyeri
Seperti Teriris
klien mengatakan nyeri pada
daerah kaki kiri
klien mengatakan skala nyeri 6
klien mengatakan nyerinya saat
melakukan aktivitas
DO:
Skala nyeri 6
Diabetes Melitus
Insersi Paku
Luka Pada Kaki
Hiperglikemi
Peningkatan Osmolaritas
Gangren
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
E. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri Akut
Berhubungan dengan
agen cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam maka
diharapkan klien:
Memperlihatkan pengendalian
nyeri, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (1-5:
tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering atau selalu).
Dengan kriteria hasil:
Klien Mengatakan Nyerinya
Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Berikan posisi yang meringankan nyeri
Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti
teknik relaksasi, atau distraksi
berkurang atau terkontrol
F. IMPLEMENTASI & EVALUASI
No Diagnosa Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Nyeri Akut
Berhubungan
dengan agen cedera
fisik
Jumat
17 – 8 - 2018
08:40 Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Berikan posisi yang meringankan nyeri
S = Klien
Mengatakan Nyeri
Pada area luka
O = skala nyeri 6
A = Intervensi
belum teratasi
Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti
teknik relaksasi (napas dalam)
Memberikan obat analgesic
P = Intervensi di
Lanjutkan
2 Nyeri Akut
Berhubungan
dengan agen cedera
fisik
Sabtu
18 – 8 - 2018
08:32 Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Berikan posisi yang meringankan nyeri
Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti
S = Klien
Mengatakan Nyeri
Pada area luka
O = skala nyeri 5
A = Intervensi
teknik relaksasi (napas dalam)
Memberikan obat analgesic
P = Intervensi di
Lanjutkan
3 Nyeri Akut
Berhubungan
dengan agen cedera
fisik
Sabtu
19 – 8 - 2018
08:20 Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Berikan posisi yang meringankan nyeri
Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti
teknik relaksasi (napas dalam)
S = Klien
Mengatakan Nyeri
Pada area luka
O = skala nyeri 4
A = Intervensi
belum teratasi
Memberikan obat analgesic
P = Intervensi di
Lanjutkan
4 Nyeri Akut
Berhubungan
dengan agen cedera
fisik
Minggu
20 – 8 - 2018
08:30 Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Berikan posisi yang meringankan nyeri
Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti
teknik relaksasi (napas dalam)
S = Klien
Mengatakan Nyeri
Pada area luka
O = skala nyeri 3
A = Intervensi
belum teratasi
Memberikan obat analgesic
P = Intervensi di
Lanjutkan
5 Nyeri Akut
Berhubungan
dengan agen cedera
fisik
Minggu
22 – 8 - 2018
08:10 Melakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Berikan posisi yang meringankan nyeri
Mengajarkan teknik nonfarmakologis seperti
teknik relaksasi (napas dalam)
S = Klien
Mengatakan Nyeri
Pada area luka
O = skala nyeri 3
A = Masalah
Terkontrol
Memberikan obat analgesic
P = Intervensi di
Pertahankan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada
pasien Ny. C dengan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisik yang dilakukan sejak tanggal 17 Juli 2018 s/d 22 Juli 2018 di ruangan
Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab.Kolaka.
a. Pengkajian Keperawatan
1) Keluhan Saat Pengkajian
Penelitian yang dilakukan pada Ny. C ditemukan data saat
pengkajian Klien Mengatakan Nyeri Pada Area Luka, nyeri pada
kaki sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu , klien megatakan kualitas
nyeri Seperti Teriris, klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kiri
dengan skala nyeri 6, dan klien juga mengatakan nyerinya saat
melakukan aktivitas.
Hal ini sesuai dengan teori Smeltzer & Bare (2001),
menjelaskan bahwa, Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme
yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal.
Kaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang
merupakan komplikasi kronik DM. Manifestasi kaki diabetes
iskemia:Kaki dingin, Nyeri nocturnal, Tidak terabanya denyut nadi,
Adanya pemucatan ekstrimitas inferior, Kulit mengkilap, Hilangnya
rambut dari jari kaki, Penebalan kuku, Gangrene kecil atau luas.
Asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara teori dan
praktek yang di temukan dilapangan. Disini sudah didapatkan
kesesuaian antara kasus dengan konsep teori bahwa tanda dan gejala
yang muncul atau yang dialami oleh kedua partisipan terdapat dalam
teori.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan pada Ny.C, ditemukan diagnosa
Medis Diabetes Melitus dengan diagnosa keperawatan yaitu Nyeri Akut
Berhubungan dengan Agen cedera fisik. Teori Wilkinson (2016),
menyatakan bahwa salah satu diagnosa yang kemungkinan muncul pada
pasien diabetes mellitus yaitu nyeri akut.
c. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. C
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, perawat
membuat rencana keperawatan yang terstandar dengan membuat strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap pasien.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa prioritas
pertama dengan Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik pada
Ny. C terdiri dari lima intervensi yaitu Pertama Melakukan pengkajian
nyeri secara komperehensif, Kedua Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif, Ketiga Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur,
Keempat Berikan posisi yang meringankan nyeri, Kelima Mengajarkan
teknik nonfarmakologis seperti teknik relaksasi, atau distraksi
Kolaborasi denagn dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil. Penyusunan rencana keperawatan pada Ny. C telah sesuai
dengan rencana teoritis menurut Dermawan (2013). Namun tetap
disesuaikan kembali dengan kondisi pasien serta dievaluasi secara terus
menerus sehingga tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dapat
tercapai. Peneliti juga mengikuti langkah-langkah perencanaan yang
telah disusun mulai dari menentukan prioritas masalah sampai dengan
kriteria hasil yang diharapkan. Dalam perencanaan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek dalam memprioritaskan masalah
dan perencanaan tindakan keperawatan.
Asumsi peneliti bahwa tidak terdapat perbedaan perencanaan
tindakan keperawatan menggunakan strategi pelaksanaan sesuai dengan
masalah yang dimiliki partisipan. Selalu memantau kondisi pasien serta
dievaluasi secara terus menerus dapat mendukung keberhasilan
perkembangan pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
dapat tercapai
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada Ny. C disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian pada Ny. C
dengan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, peneliti
lakukan beberapa tindakan keperawatan diantaranya :
Pada Tangal 17 Juli s.d 22 Juli 2018 intervensi keperawatan yang
dilakukan yaitu Melakukan pengkajian nyeri secara komperehensif,
Mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif, Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur,
Berikan posisi yang meringankan nyeri, Mengajarkan teknik nonfarmakologis
seperti teknik relaksasi, atau distraksi
Pada Ny. C peneliti melakukan beberapa tindakan keperawatan
diantaranya : lima Intervensi keperawatan. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
menvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now). Peneliti tidak
menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu
klien kooperatif saat berkomunikasi dan menjawab pertanyaan yang
diberikan peneliti. Pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas
dalam, hanya saja pasien masih malas untuk melakukan apabila tidak ada
kontak antara perawat dengan pasien secara berkesinambungan.
e. Evaluasi Keperawatan
Pada kasus penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
dilakukan dari tanggal 17 Juli 2018 sampai 22 Juli 2018. Evaluasi yang
peneliti lakukan pada Ny. C adalah klien mampu melakukan teknik
relaksasi napas dalam selama lima menit dan melaporkan bahwa nyeri
yang dirasakan berkurang. Klien mengatakan sebelum diajarkan teknik
relaksasi napas dalam skala nyeri 6, setelah diajarkan teknik relaksasi
napas dalam selama 6 hari klien mengatakan skala nyerinya berkurang
menjadi skala nyeri 2.
Evaluasi akhir menurut peneliti setelah dilakukan tindakan strategi
pelaksanaan pada Ny. C dapat menangkap atau merespon tindakan yang
telah diajarkan. Keadaan ini sesuai dengan teori Smeltzer & Bare (2011),
mengatakan bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan
stress, nyeri, kelelahan dll.
Hal ini sejalan dengan konsep teori Black & Hawks (2014) menyatakan
bahwa napas dalam merupakan salah satu teknik pernapasan secara mandiri
untuk meningkatkan ventilasi parudan meningkatkan perfusi oksigen ke jaringan
perifer dan merupakan salah satu bentuk terapi yang mampu meringankan nyeri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkah hasil studi kasus dan pembahasan di atas maka dapat di
tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Penelitian yang dilakukan pada Ny. C ditemukan data saat
pengkajian Klien Mengatakan Nyeri Pada Area Luka, nyeri pada kaki
sebelah kiri sejak 1 bulan yang lalu , klien megatakan kualitas nyeri
Seperti Teriris, klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kiri dengan
skala nyeri 6, dan klien juga mengatakan nyerinya saat melakukan
aktivitas.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan pada Ny.C, ditemukan diagnosa
Medis Diabetes Melitus dengan diagnosa keperawatan yaitu Nyeri Akut
Berhubungan dengan Agen cedera fisik. Teori Wilkinson (2016),
menyatakan bahwa salah satu diagnosa yang kemungkinan muncul pada
pasien diabetes mellitus yaitu nyeri akut. Penulis tidak menemukan
hambatan karena Ny. M cukup kooperatif saat berinteraksi dengan
penulis.
3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang ditemukan untuk diagnosa keperawatan. Dalam
menyusun perencanaan keperawatan, peneliti telah membuat
perencanaan sesuai teoritis yang ada dan diharapkan dapat mengatasi
masalah pasien. Disini peneliti berusaha memprioritaskan masalah sesuai
dengan pohon masalah yang telah ada baik itu dari penyebab maupun
akibat yang muncul.
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan
yang telah peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah diagnosa nyeri akut, yang
dilaksanakan sampai 6 sesuai dengan pelaksanaan yang telah
direncanakan.
5. Evaluasi keperawatan
Pada evaluasi untuk masalah keperawatan, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 6 hari, Ny. C mampu mendomonstrasikan
teknik napas dalam dan melaporkan bahwa nyeri yang dialami klien
berkurang. dari skala nyeri 6 berkurang menjadi skala nyeri 3 yang
dilakukan selama enam hari.. Faktor pendukung bagi penulis dalam
mengumpulkan data dimana Ny. C cukup kooperatif dalam memberi
informasi yang dibutuhkan untuk kelengkapan data. Untuk
pendokumentasian asuhan keperawatan pada Ny. C, maka penulis dapat
melakukannya sesuai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan dan
dibantu oleh perawat ruangan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan
khususnya pada pasien diabetes mellitus. dalam intervensi terdapat teknik
relasasi napas dalam hanya saja perawat perlu lebih mengimplemntasikan
tindakan tersebut.
2. Bagi Institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi studi kasus perpustakaan untuk
menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang keperawatan. bagi
mahasiswa yang bersangkutan di Poltekkes Kemenkes Kendari
khususnya pada pasien diabetes melitus.
3. Bagi Penulis
Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan dengan
mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan
khususnya pada pasien dengan diabetes melitus.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai data dan informasi dasar untuk
melaksanakan penelitian lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1
Desember 2013. di Akses pada tanggal 15 April 2018 Pukul 14:20 Wita
Bare & Suzanne. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2 edisi
8. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC
Carpenito, L. J., (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi. Jakarta: EGC
Erman (1998). Manifestasi Gangren Diabetik. Sumatera Utara. diunduh pada
tanggal 22 Juni 2018 Pukul 15:20 Wita
Guyton & Hall. (1999). Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Indonesian, P., Registry, R., Renal, I., Indonesia, P. N., Kesehatan, D., Kesehatan,
D., … Irr, L. (2015). Program Indonesian Renal Regestry (IRR), 1–45. di
Akses pada tanggal 21 April 2018 Pukul 11:08 Wita
M.Wilkinson, J. (2016). Diagnosis Keperawatan. In S. K. Ns.Wuri Praptiani (Ed.),
Pearson Nursing Diagnosis Handbook (10th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Mansjoer, A, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2. Jakarta : Prima
Medika
Marilyin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Nanda (NiC - NOC). (2013). Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
professional. Jakarta : EGC
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4.
Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Jakarta : EGC
Synder, 2010. Buku Ajar Fundemental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik.
Jakarta: Buku Kedokteran: EGC