asuhan keperawatan morbili

download asuhan keperawatan morbili

of 15

description

askep

Transcript of asuhan keperawatan morbili

  • LAPORAN PENDAHULUAN

    A S U H A N K E P E R A WATA N

    Askep morbili

    Definisi

    Penyakit infeksi virus akut menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu :

    a. Stadium Kataral

    b. Stadium Erupsi, dan

    c. Stadium Konvalesensi

    Dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi

    2, th 1991. FKUI ). Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan

    gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran

    serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 ).

    Etiologi

    Penyebabnya adalah virus morbili yaitu Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah

    selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA

    yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. virus ini memiliki RNA rantai

    tunggal, sampai saat ini hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan penyakit pada

    manusia.

    Cara penularan dengan droplet infeksi.

    Epidemiologi

    Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur

    hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan

    secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan

    mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili

    ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita

    morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan

    kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian

    meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain :

    1.percikan ludah yang mengandung virus

    2.kontak langsung dengan penderita

    3.penggunaan peralatan makan & minum bersama.

    Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan

    selama ruam kulit ada.

    Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada

    seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang

    rentan terhadap campak adalah:

    1.bayi berumur lebih dari 1 tahun

    2.bayi yang tidak mendapatkan imunisasi 1

    http://devilsavehuman.blogspot.com/

  • 3.Daya tahan tubuh yang lemah

    4.Belum pernah terkena campak

    5.Belum pernah mendapat vaksinasi campak.

    6.remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

    Patofisiologi

    Droplet Infection (virus masuk)

    Berkembang biak dalam RES

    Keluar dari RES keluar sirkulasi

    Pirogen :

    pengaruhi termostat dalam hipotalamus

    Titik setel termostat meningkat

    Suhu tubuh meningkat

    pengaruhi nervus vagus pusat

    muntah di medula oblongata.

    muntah

    anorexia

    malaise

    Mengendap pada organ-organ yang

    secara embriologis berasal dari ektoderm seperti pada :

    Mukosa mulut

    infiltrasi sel-sel radang mononuklear pada kelenjar sub mukosa mulut

    Koplik`s spot

    Kulit

    Ploriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam korium

    Terjadi eksudasi serum dan kadang-kadang eritrsit dalam epidermis

    Rash/ ruam kulit

    Konjunctiva

    terjadi reaksi peradangan umum

    Konjuctivitis

    Fotofobia

    mukosa nasofaring dan broncus

    infiltrasi sel-sel sub epitel dan sel raksasa berinti banyak

    Reaksi peradangan secara umum

    Pembentukan eksudat serosa disertai proliferasi sel monokuler dan sejumlah kecil pori

    morfonuklear

    Coriza/ pilek, cough/ batuk

    Sal. Cerna

    Hiperplasi jaringan limfoid terutama pada usus buntu mukosa usus teriritasi kecepatan sekresi

    bertambah pergerakan usus meningkat diare

    Secara sederhana dan dengan pembuatan pohon masalah, patofisiologi morbili dapat dijelaskan

    sebagai berikut :2

  • Patologi Anatomi

    Pada organ limfoid dijumpai:

    Hiperplasia folikuler yang nyata

    Sentrum germinativum yang besar

    Sel Warthin-Finkeldey

    Sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak

    Sel ini memiliki nukleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma

    Sel ini merupakan tanda patognomonik campak

    Pada bercak Koplik dijumpai:

    Nekrosis

    Neutrofil

    Neovaskularisasi

    Manifestasi klinis

    Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul

    gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium

    1.Stadium kataral (prodormal)

    Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk

    kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

    sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat

    jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh

    eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat

    menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula

    ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut

    muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal

    bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni.

    Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.

    2.Stadium erupsi

    Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum

    mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh.

    Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian

    belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka

    bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher

    belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari

    morbili yang biasa ini adalah Black Measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit,

    mulut, hidung dan traktus digestivus.

    3.Stadium konvalesensi

    Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang

    sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.

    Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain

    dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun

    sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi3

  • Pemeriksaan Diagnostik

    Ruam kulit pada campak harus dibedakan dari :

    Eksantema subitum - toxoplasmosis

    Rubela - meningokoksemia

    Infeksi virus ekho - demam skarlatina

    Virus koksaki - penyakit riketsia

    Virus adeno - penyakit serum

    Mononukleosus infeksiosa - alergi obat

    Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Pada tahap awal, sulit untuk

    menegakkan diagnosa campak. Adanya konjungtivitis merupakan petunjuk berharga dalam upaya

    pengambilan diagnosa. Bila kita berhasil menemukan bercak Koplik, maka diagnosa dini dapat

    kita tegakkan.

    Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa:

    1.Riwayat kontak dengan penderita campak

    2.Gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis

    3.Bercak Koplik (patognomonik)

    4.Erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang khas

    5.Bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh

    Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan:

    pemeriksaan darah

    pembiakan virus

    serologi campak.

    Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Teknik

    pemeriksaan yang dapat digunakan adalah:

    Fiksasi komplemen

    Inhibisi hemaglutinasi

    Metode antibodi fluoresensi tidak langsung

    Komplikasi

    Berbagai penyakit dapat terjadi pada penderita campak. Penyakit tersebut antara lain:

    Konjungtivitis

    Stomatitis

    Bronkopnemonia

    Diare

    Otitis media akut

    Laringitis

    Malnutrisi

    Purpura trombositopenia

    Ensefalitis

    Subakut sklerosing panensefalitis

    Malnutrisi merupakan komplikasi yang tidak boleh dipandang enteng. Malnutrisi dan campak

    membentuk suatu lingkaran setan. Malnutrisi memudahkan terjadinya sekaligus memperberat 4

  • campak, sedangkan campak akan menyebabkan penderita mengalami malnutrisi. Campak dapat

    menyebabkan hal tersebut karena:

    Penderita (terutama anak) malas makan akibat mulut sakit (akibat stomatitis)

    Diare menyebabkan turunnya kemampuan penyerapan makanan

    Demam meningkatkan metabolisme tubuh sehingga energi yang didapat dari makanan akan

    terbuang

    Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1000 sampai 2000 kasus, ditandai dengan demam

    tinggi, kejang dan koma. Hal ini biasanya terjadi antara 2 hari sampai 3 minggu setelah ruam

    muncul. Ensefalitis biasanya berlangsung singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu, tapi

    kadang-kadang bisa berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya kerusakan otak yang serius

    bahkan kematian.

    Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi. Keadaan ini

    disebabkan oleh virus "detektif" yang mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang

    bertahun-tahun kemudian, khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

    Pencegahan

    1.Imunisasi aktif

    Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin

    hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain

    Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten

    secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang

    berlangsung lama.

    Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah

    vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15

    bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara

    baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara

    endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

    2.Imunusasi pasif

    Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan

    yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat

    memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat

    dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan

    selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

    Penatalaksanaan Medis

    Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi penyakit campak. Pada kasus

    yang ringan, tujuan terapi hanya untuk mengurangi demam dan batuk, sehingga penderita merasa

    lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang

    baik, penyakit campak (pada kasus yang ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan

    komplikasi yang berbahaya.

    Bila ringan, penderita campak tidak perlu dirawat. Penderita dapat dipulangkan dengan nasehat 5

  • agar selalu mengupayakan peningkatan daya tahan tubuh, dan segera kontrol bila penyakit

    bertambah berat.

    Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

    Isolasi untuk mencegah penularan

    Tirah baring dalam ruangan yang temaram (agar tidak menyilaukan)

    Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman

    Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Bila tidak mampu makan banyak, berikan porsi kecil tapi

    sering (small but frequent)

    Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi

    Kompres hangat bila panas badan tinggi

    Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:

    Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen

    Pengurang batuk (antitusif)

    Vitamin A dosis tunggal

    Di bawah 1 tahun: 100.000 unit

    Di atas 1 tahun: 200.000 unit

    Antibiotika

    Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti otitis media

    dan pnemonia)

    Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Morbili

    I.Pengkajian

    A.Identitas diri :

    B.Pemeriksaan Fisik :

    1.Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

    2.Kepala : sakit kepala

    3.Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,

    perdarahan hidung (pada stad eripsi).

    4.Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa

    pahit.

    5.Kulit : Permukaan kulit (kering ), turgor kulit, rasa gatal,

    ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas

    (demam).

    6.Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,

    sputum

    7.Tumbang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

    8.Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

    9.Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan

    C.Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

    II.Nursing Care Plan 6

  • A.Dx. Kep yang mungkin muncul

    1.Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh b.d proses inflamasi

    2.Resiko kurang volume cairan b.d kehilangan sekunder terhadap demam

    3.Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : asupan makanan yang kurang b.d.

    anorexia

    4.Gangguan pola nafas b.d inflamasi saluran nafas

    5.Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan umum

    6.Gangguan persepsi sensori b.d radang konjungtiva

    7.Gangguan integritas kulit b.d rash pada seluruh tubuh

    8.Gangguan istirahat tidur b.d. rash pada seluruh tubuh, deskuamasi rasa gatal

    B.Perencanaan Asuhan Keperawatan

    Diagnosa Keperawatan

    Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi

    Data Subjektif : -Pasien mengeluh pusing

    -Pasien mengeluh panas

    Data Objektif : Suhu tubuh

    Pasien tampak gelisah

    Mukosa mulut kering

    Keringat berlebihan

    Frekuensi pernafasan meningkat

    Kejang

    Takikardi

    Kulit terasa panas

    Tujuan

    Suhu tubuh normal dalam jangka waktu.

    Kriteria Hasil

    Suhu tubuh 36,6 37,4 0C

    Bibir lembab

    Nadi normal

    Kulit tidak terasa panas

    Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )

    Aktivitas sisi kemampuan

    Intervensi Keperawatan

    Identifikasi penyebab atau factor yang dapat menimbulkan peningkatan suhu tubuh: dehidrasi,

    infeksi, efek obat, hipertiroid.

    Observasi TNSR per ..

    Observasi fungsi neurologis : status mental, reaksi terhadap stimulasi dan reaksi pupil.

    Observasi cairan masuk dan keluar, hitung balance cairan

    Observasi tanda kejang mendadak

    Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi 7

  • Berikan kompres air hangat

    Berikan cairan dan karbohidrat yang cukup untuk meningkatkan hipermetabolisme akibat

    peningkatan suhu.

    Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.

    Anjurkan dan bantu pasien menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat.

    Kolaborasi :

    Pemberian anti piretik

    Pemberian anti biotic

    Pemeriksaan penunjang

    Diagnosa Keperawatan

    Resiko kekurangan volume cairan tubuh B. D kehilangan sekunder terhadap demam.

    Data Subjektif : Pasien mengeluh haus

    Pasien mengeluh lemas

    Pasien mengeluh mencret .x/hr

    Pasien mengeluh muntah x/hr

    Data Objektif : TDmmttg, N..x/mnt, 0S.. C, RRx/mnt

    Turgor kulit jelek

    Perubahan produksi urinecc/ 24 jam

    Penurunan pengisian vena ( capillary refill )

    Volume dan tekanan nadi menurun

    Denyut nadi meningkat

    Demam

    Kulit kering

    Bibir kering

    Mata cekung

    Akral dingin

    Tujuan

    Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh dalam jangka waktu .

    Kriteria Hasil

    Turgor baik

    Produksi urine cc/jam

  • Observasi TNSR

    Observasi tanda tanda dehidrasi

    Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban, membran mukosa

    Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur

    produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine. Catat dan ukur jumlah dan jenis

    cairan masuk dan keluar per.

    Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila

    pasien terpasang infus

    Timbang BB setiap hari

    Pertahankan bedrest selama fase akut

    Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang cairan

    Kolaborasi :

    Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

    Pemberian obat sesuai indikasi

    Observasi kadar elektronik, Hb,Ht

    Diagnosa Keperawatan

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Asupan makanan yang kurang b.d anorexia

    Data Subjektif : Pasien mengatakan mual

    Pasien mengatakan tidak nafsu makan

    Data Objektif : Bising usus.x/mnt

    Mukosa mulut kering

    Vomitus .cc

    Porsi makan : ..porsi

    Hb ., Albumin..

    Konjungtiva dan selaput lendir pucat

    Terdapat bercak bercak merah pada mukosa mulut

    Tujuan

    Pasien dapat memperbaiki status gizi (nutrisi ) dalam jangka waktu

    Kriteria Hasil

    BB meningkat

    Mual berkurang / hilang

    Tidak ada muntah

    Pasien menghabiskan makan 1 porsi

    Nafsu makan meningkat

    Pasien menyebutkan manfaat nutrisi

    Pasien mengungkapkan kesediaan mematuhi diit

    Tidak ada tanda tanda malnutrisi

    Nilai Hb, Protein dalam batas normal

    Intervensi Keperawatan

    Kaji pola makan pasien 9

  • Observasi mual dan muntah

    Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat untuk kesembuhan

    Kaji kemampuan untuk mengunyah dan menelan

    Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan atau hilangnya bising usus.

    Beri posisi semi fowler / fowler saat makan

    Identifikasi factor pencetus mual , muntah , diare, nyeri abdomen

    Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai sesuai diit

    Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

    Bantu pasien untuk makan , catat jumlah makanan yang masuk

    Hindari makanan dan minuman yang merangsang

    Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.

    Kolaborasi :

    Penatalaksanaan diit yang sesuai (dengan ahli gizi)

    Pemberian nutrisi parenteral

    Pemberian anti emetik

    Pemberian multivitamin, cara pemberian makanan / tambahan.

    Diagnosa Keperawatan

    Gangguan pola nafas b.d inflamasi saluran nafas

    Subjektif : -Dispnea

    -Napas pendek

    Objektif -Perubahan gerakan dada

    -Mengambil posisi tiga titik

    -Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

    -Penurunan ventilasi semenit

    -Penurunan kapasitas vital

    -Napas dalam (dewasa VT 500 mL pada saat istirahat, bayi 6-8

    mL/k)

    -Peningkatan diameter anterior-posterior.

    -Napas cuping hidung

    -Kecepatan respirasi (usia dewasa 14 tahun atau lebih

    [kali per menit], bayi 25-60, usia 1-4

    25).

    -Rasio waktu

    -Penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas

    Tujuan

    Pasien menunjukkan Status Respirasi: Ventilasi: Pergerakan udara ke dalam dan ke luar dari paru-

    paru yang normal.

    10

  • Kriteria hasil

    Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya:

    ventulasi dan status tanda vital.

    Menunjukkan status pernapasan: Ventilasi tidak terganggu, diotandai dengan indikator gangguan

    sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5L ekstrem, kuat, sedang, ringan , tidak).

    Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.

    Ekspansi dada simetris.

    Tidak ada penggunaan itot bantu.

    Bunyi napas tambahan tidak ada.

    Napas pendek tidak ada.

    Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasnag ventilator mekanis;

    Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal;

    Mempunyai fungsi paru vatas normal untuk pasien;

    Membutuhkan bantuan pernapasan sata dibutukan;

    Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan di rumah.

    Intervensi Keperawatan

    Pantau adanya pucat dan sianosis

    Pantau efek obat pada status respirasi.

    Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang dada.

    Kaji kebutuhan insersi jalan napas.

    Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan ventilator.

    Pemantauan Pernapasan :

    Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan suaha respirasi; perhatikan pergerakan dada, amati

    kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot suprakla vikular dan interkostal;

    pantau respirasi yang berbunyi, seperti mendengar;

    Pantau pola pernapasa: bradip nea; takipnea; hiperventilasi; pernapasan Kussmaul; pernapasan

    Cheyne-Stokes; dan apneastik. Biot dan pola ataksik;

    Perhatikan lokasi trakea;

    Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan /tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi napas

    tambahan ;

    Pantau peningkatan kegelisahan, ansietasm dan tersengal-sengal; catat perubahan pada SaO2,

    SvO2, CO2 akhir-tidak, dan nilai gas darah arteri (GDA), dengan tepat.

    Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola

    pernapasan. Spesifikasikan teknik.

    Ajarkan cara batuk secara efektif.

    Informasikan kepada pasien/ keluarga bahwa tidak boleh merokok di ruangan

    Instruksikan kepada pasien/keluarga bahwa mereka harus memberitahu perawat pada saat terjadi

    ketidakefektifan pola pernapasan.

    Rujuk kepada ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadaan fungsi ventilator mekanis.

    Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, dan pernapasan, nilai GDA, sputum, dan seterusnya, 11

  • sesuai dengan kebutuhan atau protokol.

    Berikan tindakan (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan priogram atau protokol.

    Berikan tindakan nebulizer ultrasonik dan udara pelembap atau oksigen sesuai dengan program

    protokol institusi.

    Berikan obat nyeri untuk pengoptimalkan pola pernapasan. Spesifikkan jadwal.

    Hubungkan dan dokumentasikan semua data pengkajian (misalnya, sensori, bunyi naoas, pola

    pernapasan, nilai Gda, sputum, dan efek obat pada pasien).

    Bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif, sesuai dengan kebutuhan.

    Yakinkan kembali pasien selama periode distres pernapasan.

    Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distres pernapasan.

    Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan sekresi.

    Minta pasien untuk berpindah, batuk dan napas dalam setiap

    Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur yang dimaksudkan, untuk menurunkan

    ansietas dan meningkatkan perasaan kontrol.

    Pertahankan oksigen aliran rendah kanula nasal, masker, sungkup, atau tenda. Spesifikkan

    kecepatan aliran.

    Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Spefikkan posisi.

    Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan ventilasi.

    Diagnosa Keperawatan

    Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan umum

    Subjektif : tdaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengeragan tenaga.

    Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.

    Objektif

    Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas.

    Perubahan EKG selama aktivitas yang menunjukkan aritmia atau iskemia.

    Faktor yang Berhubungan

    Tirah baring/imobilitas

    Nyeri kronis

    Kelemahan umum

    Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

    Gaya hidup menoton

    Tujuan/ Kriteria Evaluasi

    Contoh Penggunaan Bahasa NOC

    Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan Daya tahan, penghematan

    energi, dan perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI).

    Menunjukkan Penghematan energi, ditandai dengan indikator sebagai berikut (dengan ketentuan

    1-5: tidak sama sekali, ringan, sedang, berat , atau sangat berat ).

    Menyadari keterbatasan energi

    Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat.

    Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas.12

  • Contoh lain

    Pasien akan :

    Mengidentifikasi aktivitas dan/atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkonsetribusi

    oada intoleransi aktivitas;

    Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibuthhkan dengan peningkatan yang memadai pada

    denwyut jantung, frekuensi respirasi, dan tekanan darah dan pola yang dipantu dalam b atas

    normal;

    Mengungkapkan secara verbal pema haman tentang kebiutuhan oksigen, pengobatan, dan / atau

    peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas;

    Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (aks0 dengan beberapa bantuan (mislanya, eliminasi

    dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi);

    Menanmpilakn pengelolaan pemeliharaan di rumah dengan beberapa bantuan (misalnya,

    membutuhkan bantuan untuk kebersihan stiap minggu).

    Intervensi Prioritas NIC

    Terapi Aktivitas: saran tentang dan bantuan dalama aktivitas fisik, kognitif, sosial dan spritual

    yang spesifiik untuk meningkatkan rentang, frekuensiu atau durasi aktivitas individu (atau

    kelompok). Pengelolaan Energi: Pengurangan penggunmaan energi untuk merawat atau mencegah

    kelelahan dan mengoptiomalkan fungsi.

    Aktivitas Keperawatan

    Pengakajian

    Kaji respons emosi, sosial, dan spritual terhadap aktivitas.

    Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.

    Pengelolaan Energi (NIC):

    Tentukan penyebab keletihan (misalnya, karena perawatan, nyeri, dan pengobatan);

    Pantau respons kardiorespi ratori terhadap aktivitas (mislanya, takikardia, distrimia lain, diaforesis

    , pucat, tekanan hemadinamik, dan frekuensi respirasi);

    Pantau respons oksigen (misalnya, nadi, irama, jantung, dan frekuensji respirasi) terhadap aktivitas

    perawatan diri; pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi;

    Pantau / dokumentasikan pola istirajat pasien dan lamanya waktu tidur.

    Pendidikan untuk Pasien / keluarga

    Instruksikan kepada pasien/keluarga dalam:

    Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas;

    Penggunaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi, visualisasi) selama aktivitas.

    Pengelolaan Energi (NIC):

    Ajarkan kepada pasien dan orang yang penting bagi pasien tentang teknik perawatan diri yang

    akan meminimalkan konsumsi oksigen (misalnya, memantau diri dan teknik berjalan untuk

    melakukan AKS);

    Aktivitas Kolaboratif

    Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivita s.13

  • Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik dan/atau rekreasi untuk merencanakan dan

    memantau program aktivitas, sesuai dengan kebutuhan.

    Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan

    rumah, sesuai dengan kebutuhan.

    Rujuk pada ahli gizi unmtuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan makanan yang

    tinggi energi.

    Aktivitas lain

    Hindari menjadwalkan aktivitas perawatyan selama periode istirahat.

    Bantu pasien untuk mengibah posisi secara berkala, bersandar, dudul, berdiri, dan ambulasi yang

    dapat ditoleransi.

    Rencanakan aktivitas dengan pasien/keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan.

    Misalnya :

    Anjurkan periode alternatif untuk istirahat dan aktivitas;

    Simpan objek yang sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau;

    Buat tujuan yang sederhana, realistis, dan dapat dicapai oleh pasien yang meningkatkan

    kemandirian dan harga diri.

    Rencana keperawatan untuk bayi/anak untuk meminimalkan kebutuhan oksigen bagi tubuh:

    Antisipasi kenbutuhan makanan, cairan, kenyamanan, digendong, dan stimulasi untuk mencegah

    tangisan yang tidak perlu:

    Hindari lingkungan yang mempunyai konsentrasi oksigen rendah (mislanya, pada daerah dataran

    tinggi, pesawat terbang yang bertekanan tidak normal);

    Minimalkan ansietas dan stres;

    Cegah hipertemia dan hipotermia;

    Cegah infeksi;

    Berikan instirahat yang adekuat.

    Pengelolaan Energi (NIC):

    Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas; rencanakan aktivitas pada periode pasien

    mempunyai energi paling banyak;

    Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya, ambulasi, transfer, posisi, dan perawatan personal)

    sesuai kebutuhan;

    Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan kebisingan) untuk memfasilitasi relaksasi;

    Bantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan menggunakan dokumentasi tentang

    CATATAN asupan kalori dan energi, sesuai kebutuhan.

    DAFTAR PUSTAKA14

  • Hartanto, Huriawati, dr., dkk., Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan, EGC, Jakarta,

    2006.

    Rudolph, Abraham M. , Julien I. E. Hoffman, Colin D. Rudolph.Buku Ajar PediatrikRudolph.

    Edisi Dua Puluh, Volume 1, EGC, Jakarta, 2006.

    Betz, Cecity L., Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawan Pediatri, EGC, Jakarta, 2002.

    Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ilmu Kesehatan

    Anak 2, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985.

    15