--- Asuhan ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Keperawatan Keluarga Tn
asuhan keperawatan masalah ketidaksei dari kebutuhan tubu ...
Transcript of asuhan keperawatan masalah ketidaksei dari kebutuhan tubu ...
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
DANISYA, S.KEP0806333695
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS
DEPOKJULI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
DANISYA, S.KEP0806333695
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS
DEPOKJULI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
DANISYA, S.KEP0806333695
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS
DEPOKJULI 2013
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERSDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners
DANISYA, S.KEP0806333695
FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS
DEPOKJULI 2013
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk
telah saya nyatakan benar
Nam : DanisyaNPM : 080633695Tanda Tangan :
Tanggal : 09 Juli 2013
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:Nama : Danisya, S.KepNPM : 0806333695Program Studi : NersJudul Karya Ilmiah : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B dengan
Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dariKebutuhan Tubuh pada Anak Balita di RW 07Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ns. Tri Widyastuti, S.Kep ( )
Penguji 1 : Ns. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
Penguji 2 : Ns. Intan Asri Nurani, S.Kep, M.Kep ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 10 Juli 2013
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas Ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas akhir karya
ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ners Keperawatan pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Sayamerasa sangat terbantu oleh banyak
pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
(1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
(2) Ibu Ns. Tri Widyastuti, S.Kep, selaku dosen pembimbing karya ilmiah
akhir saya yang selalu memberikan bimbingan dengan teliti dan sangat
peduli dengan mahasiswa bimbingannya
(3) Keluarga saya, terutama mama, papa, dan kakak saya yang selalu dengan
sabar memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan selalu
menjadi sumber semangat saya dalam menjalani proses ini
(4) Sahabat dan teman-teman saya Reyna, Lita, Ajeng, Ncel, Sheila, Tofa,
Risa, Keluarga ekspresif, KKI BEM UI 2012, dll. terimakasih atas
dukungan, semangat, dan uluran tangan yang diberikan
(5) Kelompok peminatan KKMP komunitas terutama kelompok gizi balita
Sheila, Shella, Mpit, Lita, dan kakWiji, terimakasih telah menjadi tim yang
kompak dan saling mendukung
(6) Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung, sadar maupun
tidak sadar telah saya repotkan atau membantu saya dalam pengerjaan
karya ilmiah akhir ini
(7) Seluruh teman-teman seperjuangan, FIK UI angkatan 2008 yang menjalani
selama 5 tahun perkuliahan bersama-sama
Akhir kata, saya berharap karya ilmiah ini dapat membawa manfaat positif bagi
banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.
Depok, 9 Juli 2012
Penulis
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan
dibawah ini:
Nama : Danisya, S.Kep
NPM : 0806333695
Program Studi : Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak
Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty
nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikianpernyataaninisayabuatdengansebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2013
Yang Menyatakan
( Danisya, S.Kep )
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Danisya, S.KepProgram Studi : NersJudul: Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari KebutuhanTubuh pada Anak Balita di RW 07 Kelurahan CisalakPasar, Kota Depok
Kawasan perkotaan mengalami perkembangan yang pesat yang dapatmenyebabkan berbagai dampak pada lingkungan dan juga masyarakatnya salahsatunya dampak dalm pemenuhan nutrisi. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untukmemberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga Bapak Bdengan ketidakseimbangan nutrisi pada balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar,Kota Depok. Intervensi keperawatan yang dijadikan intervensi unggulan adalahpemilihan dan pengolahan selingan sehat. Intervensi ini merupakan cara yangefektif untuk memenuhi nutrisi sehari-hari balita. Hasil evaluasi menunjukkanperubahan sikap dan perilaku keluarga terhadap pemberian selingan untuk balitadimana keluarga mengolah sendiri dan memperhatikan kandungan gizididalamnya. Intervensi ini juga efektif meningkatkan berat badan pada balitakelolaan sebanyak 8 ons.
Kata kunci: ketidakseimbangan nutrisi, balita, selingan
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Danisya, S.KepStudy Program : NersTitle : Nursing Care Process of Mr. B’s Family with Health
Problem Nutrition Imbalance: Less than BodyRequirment on Toddler at RW 07 Kelurahan CisalakPasar, Kota Depok
Urban area experiencing a very fast development which causing changes to itsenvironment and also society, including changes in nutrition pattern. The aim ofthis final assignment is to give a description about nursing care of Mr. B’s familywith nutrition imbalance on toddler children. Nursing interventions that becomethe main intervention is how to choose and make healthy snacks. This interventionis an effective way to fulfill nutritions demand. Evaluation shows that familyexeriperiencing changes in attitude and behavior towards choosing snacks fortheir children, family become more selective and making snacks by themselves.This intervension also effective to make toddler gain 8 ons.
Keywords:nutrition imbalance, toddler, snacks
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 8
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 9
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 10
1.4.1 Praktik .......................................................................... 10
1.4.2 Aplikatif ....................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perkotaan......................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Perkotaan ....................................................... 11
2.1.2 Masalah Perkotaan …………………………………….. 12
2.2 Keluarga dengan Balita ............................................................ 14
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................ 17
2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 18
2.4.1.1 Pengkajian Antropometri pada Balita……….. 19
x Universitas Indonesia
2.3.2 Penegakan Diagnosis dan Prioritas Masalah ............... 21
2.3.3 Perencanaan.................................................................. 23
2.3.4 Intervensi...................................................................... 24
2.3.4.1 Pemilihan dan Pengolahan Selingan Sehat untuk
Mengatasi Gizi kurang pada Balita……………. 25
2.3.5 Evaluasi ........................................................................ 27
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Data Fokus Pengkajian Keluarga ............................................. 30
3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 33
3.3 Perencanaan.............................................................................. 33
3.4 Implementasi ........................................................................... 34
3.5 Evaluasi ................................................................................... 37
3.5.1 Evaluasi Formatif ......................................................... 37
3.5.1.1 Evaluasi Subjektif ............................................ 37
3.5.1.2 Evaluasi Objektif.............................................. 38
3.5.1.3 Analisis Hasil ................................................... 39
3.5.1.4 Planning ........................................................... 39
3.5.2 Evaluasi Sumatif .......................................................... 39
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga ..................... 39
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 41
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan
Konsep kasus terkait................................................................. 45
4.3 Analisis Intervensi Pemilihan dan Pengolahan Makanan Selingan
dengan Konsep Penelitian dan PenelitianTerkait ..................... 49
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .......................... 50
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................... 52
5.2 Saran .......................................................................................... 53
5.2.1 Keluarga dengan Balita ................................................. 53
xi Universitas Indonesia
5.2.2 Puskesmas...................................................................... 53
5.2.3 Perawat .......................................................................... 54
DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 55
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber Data PengkajianKeluarga ................................................... 18
Tabel 2.2 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U ............................. 20
Tabel 2.3 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U ............................. 21
Tabel 2.4 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/BB........................... 21
Tabel 2.5 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga.................................... 23
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
Lampiran 2 Analisis Masalah
Lampiran 3 Skoring Masalah
Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 5 Catatan Perkembangan
Lampiran 6 Evaluasi Sumatif
Lampiran 7 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah perkotaan merupakan kawasan pemukiman dengan kepadatan
penduduk mencapai 50 jiwa per ha, atau lebih, yang sebagian besar
penduduknya berusaha atau bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan
jasa (Bappenas, 2009).Menurut Biro Sensus Amerika Serikat (2002, dalam
Allender, Rector, & Warner, 2010) kawasan perkotaan atau dalam istilah
bahasa Inggris urban, merupakan daerah, populasi, dan unit-unit
perumahan yang berlokasi pada area padat penduduk yaitu 1000 orang
atau lebih per mil persegi. Kepadatan penduduk pada area perkotaan
diakibatkan oleh adanya pembangunan yang pesat.Kawasan perkotaan
mengalami pembangunan yang pesat, namun pembangunan ini cenderung
kurang memperhatikan dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan dan
masyarakat perkotaan (Iswanto, 2010).Perkembangan yang pesat termasuk
perkembangan industri menyebabkan perkotaan tampak memberikan
banyak harapan untuk menjadi lahan mencari sumber penghidupan
termasuk bagi masyarakat pedesaan sehingga terjadilah arus urbanisasi.
Urbanisasi, atau perpindahan masyarakat dari desa ke kota menyebabkan
heterogenitas dan kepadatan penduduk semakin meningkat pada
perkotaan.Masyarakat tidak menyadari bahwa persaingan di daerah
perkotaan sangat besar, sehingga menyebabkan kesenjangan sosial pada
kehidupan masyarakat kota termasuk dalam hal ekonomi. Jumlah
pengangguran, pekerja dengan gaji rendah, orang-orang berpenyakit, dan
kadaan rumah yang tidak layak sering terjadi di daerah perkotaan sebagai
dampak persaingan dalam hal ekonomi (Allender, Rector, & Warner,
2010).Menurut Sarlito (1992 dalam Sumardjito, 2000), salah satu
persoalan yang sampai saat ini terus dirasakan adalah adanya perbedaan
kelas sosial ekonomi yang makin lama makin menyolok.Golongan yang
mampu makin berkuasa dan makin kaya sedangkan golongan miskin
bertambah miskin.
2
Universitas Indonesia
Kemiskinan yang terjadi di perkotaan dapat menyebabkan berbagai
dampak pada masyarakat antara lain kekurangan akses terhadap
pemenuhan kebutuhan pokok, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat
berlindung, dan air minum. Menurut Hitchcock, Schubert, dan Thomas
(1999), keluarga miskin cenderung melewatkan makan atau mengabaikan
rasa lapar atau memakan makanan yang tidak bernutrisi saat tidak
memiliki uang. Kedaan ini diperparah dengan kondisi lingkungan
perkotaan dimana bahan makanan memiliki harga yang lebih tinggi,
sehingga pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat berada pada resiko
mengalami permasalahan(Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Gizi diartikan sebagai sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan
(Depkes, 2003). Manusia mengkonsumsi makanan yang kemudian diolah
menjadi sari makanan yang mengandung zat gizi oleh tubuh, kombinasi
dan jumlah zat gizi tersebut yang menentukan kesehatan seseorang
(Brown, et all, 2011). Irianto (2006) menjabarkan pengertian gizi yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrititon secara lebih luas
sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh
serta untuk menghasilkan tenaga. Pengertian gizi yang dipaparkan diatas
menunjukkan bahwa untuk mempertahankan hidup dan kesehatan,
manusia membutuhkan zat gizi yang terkandung didalam makanan.
Manusia membutuhkan makanan sebagai kebutuhan dasar. Menurut
hierarki Maslow (1968, dalam Potter & Perry, 2005) kebutuhan fisiologis
yang termasuk kebutuhan terhadap nutrisi berada pada bagian dasar yang
berarti menjadi kebutuhan utama yang harus terpenuhi.Kebutuhan
terhadap satu atau beberapa zat gizi yangtidak terpenuhi sesuai kebutuhan
normal atau zat gizi yang hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada
3
Universitas Indonesia
yang didapat menyebabkanmanusia tidak dapat mencapai fungsi
maksimalnya. Kondisi kekurangan gizi ini dapat terjadi pada setiap
kelompok umur terutama pada kelompok umur yang rawan yaitu balita
(Potter & Perry, 2005).
Menurut penelitian Nur’aeni (2008), anak balita merupakan kelompok usia
yang rawan masalah gizi dan rawan penyakit dan yang paling banyak
menderita gangguan akibat gizi seperti masalah Kekurangan Energi
Protein (KEP). Kelompok usia balita berada dalam masa transisi, pada
masa ini terjadi perubahan pola makan dari makanan bayi ke makanan
dewasa yang menyebabkan kelompok usia ini rentan terhadap masalah
yang berkaitan dengan pemberian makan.Fenomena ini sangat
disayangkan karena terdapat banyak hal penting yang terjadi selama masa
balita.
Balita merupakan periode emas perkembangan, terutama perkembangan
otak. Menurut Fitriyani (2009), pada masa balita terjadi proses
perkembangan otak secara pesat yaitu pada saat anak dalam kandungan
hingga berumur dua tahun. Periode ini merupakan masa kritis untuk
tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial. Zat gizi yang didapat oleh
balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dicapai
termasuk perkembangan otak (Brown, et all, 2011). Gizi yang adekuat
juga dibutuhkan untuk pertahanan tubuh anak dari penyakit selain untuk
perkembangan otak.Menurut UNICEF (2000), anak kurang gizi memiliki
kemungkinan resiko kematian yang tinggi, menghambat pertumbuhan dan
mempengaruhi status kesehatnnya di kemudian hari. Pernyataan-
pernyataan diatas menunjukkan bahwa gizi cukup pada balita merupakan
aspek krusial yang menentukan kualitas hidup kedepannya.
Kondisi keadaan gizi pada balita di negara-negara berkembang menurut
penelitian dari UNICEF (2009) sangat mengkhawatirkan karena
menunjukkan angka prevalensi yang sangat tinggi.Underweight atau
4
Universitas Indonesia
kekurangan berat badan terjadi pada kurang lebih 129 juta balita atau satu
dari anak balita di negara berkembang. Balita yang menderita kekurangan
berat badan kronis sebanyak 10% di negara berkembang. Penelitian
tersebut juga menyatakan bahwa di 17 negara prevalensi kekurangan berat
badan pada balita mencapai lebih dari 30% dengan kasus terbanyak berada
pada benua Asia, dan diikuti oleh benua Afrika.Masalah kekurangan
nutrisi juga dapat digambarkan dengan kasus balita yang mengalami tubuh
pendek.Balita dengan tubuh pendek ditemukan terjadi pada kurang lebih
195 juta di negara berkembang atau sekitar 1 dari 3 balita.Benua dengan
prevalensi balita dengan tubuh pendek adalah benua Asia dan Afrika.
Keadaan gizi di benua Asia tergambar dengan adanya 42% anak dengan
kekurangan berat badan di negara India.Jumlah ini merupakan jumlah
prevalensi kekurangan berat badan pada baitaterbanyak di negara
berkembang (UNICEF, 2009).Indonesia sendiri mengalami penurunan
prevalensi kejadian kekurangan berat badan atau underweight dari tahun
ke tahunnya. Tahun 1997terjadi prevalensi sekitar 34% kejadian
underweight pada balita, dan 42,2% balita mengalami tubuh pendek
(WHO, 1997).Indonesia termasuk dalam 10 besar kasus kekurangan
nutrisi terbesar di negara berkembang pada tahun 1997 ini. Prevalensi
underweight pada balita di Indonesia pada tahun 2003 mencapai angka
28%.Pada tahun 2009, prevalensi underweight turun hinga 18%, dan
kejadian tubuh pendek yang terjadi sebesar 37% (UNICEF,
2009).Prevalensi kejadian balita pendek di Indonesia masih menduduki
peringkat kelima terbesar di dunia walaupun sudah mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya.
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (Depkes, 2010)
menunjukkan bahwa presentase balita dengan gizi kurang di Indonesia
adalah sebesar 13%, balita gizi buruk sebesar 4,9%. Prevalensi balita
pendek sebesar 17,1% dan prevalensi balita sangat pendek sebesar 18,5%.
Prevalensitotal balita underweight sebesar 17,9%, dan total balita pendek
5
Universitas Indonesia
sebesar 35,6%. Data Riskesdas ini menunjukkan adanya penurunan angka
balita gizi kurang dari tahun ke tahunnya di Indonesia.Indonesia sendiri
telah menetapkan target Millennium Development Goal’s (MDG’s) untuk
prevalensi gizi kurang balita yaitu sebesar 15,5% pada tahun 2015.
MDG’s atau Millennium Development Goal’s merupakan deklarasi yang
berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada
peningkatan kualitas hidup (UNICEF, 2000).MDG’s menetapkan 8 tujuan
pembangunan yang salah satunya adalah menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan.Tujuan nomor satu dalam MDG’s ini salah satu targetnya adalah
menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi
setengahnya antara 1990-2015. Indikator tercapainya tujuan ini adalah
mengurangi prevalensi balita kurang gizi (UNICEF, 2000). Indonesia
harus menurunkan prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi
setengah dari keadaan tahun 1990.Indonesia belum dapat mencapai salah
satu target MDG’s tersebut hingga tahun 2013 ini.Kejadian gizi buruk
masih terjadi merata pada berbagai wilayah di Negara Indonesia.
Kondisi gizi kurang pada balita di Indonesia tidak hanya terjadi di
perdesaan, berdasarkan Riskesdas (2010) prevalensi gizi buruk dan gizi
kurang juga terjadi di daerah perkotaan. Prevalensi gizi kurang di
perkotaan mencapai 11,3%, sedangkan gizi buruk mencapai 3,9%, hal ini
berarti prevalensi total balita underweight sebesar 15,2%. Angka ini tidak
jauh berbeda dengan total prevalensi balita di perdesaan yaitu sebesar
20,7%. Perbedaan antara daerah perkotaan dan perdesaan yang cukup
mencolok tidak teralu mempengaruhi angka prevalensi kejadian gizi buruk
pada balita.
Menurut Anonim (2009) terdapat perbedaan yang mencolok antara
masyarakat perkotaan dengan masyarakat perdesaan terutama dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Masyarakat perkotaan memiliki pilihan
yang jauh lebih beragam untuk pemenuhan kebutuhan disbanding di
6
Universitas Indonesia
perdesaan, jumlah barang yang tersedia pun dalam jumlah yang melimpah,
berbeda dengan di perdesaan dimana jumlah ketersediaan barang
terbatas.Masalah gizi kurang pada balita ini juga masih terjadi pada daerah
perkotaan yang berbatasan langsung dengan ibukota Negara, termasuk
kota Depok.
Kota Depok, dilaporkanmemiliki jumlah gizi buruk pada balita pada tahun
2005 mencapai 1.133 orang balita, tahun 2006 sebanyak 933 balita, dan
pada tahun 2007 mencapai 959 balita penderita gizi buruk (Dinkes Depok,
2007 dalam Safi’I, 2008). Data tersebut juga menyatakan bahwa
kecamatan Cimanggis menempati urutan kedua dalam jumlah kejadian
gizi buruk pada balita di kota Depok dengan jumlah 228 balita dengan gizi
kurang.Kejadian gizi buruk pada balita di Kecamatan Cimanggis tersebar
dalam dua kelurahan yang tercakup didalamnya yaitu Kelurahan Curug
dan Kelurahan Cisalak Pasar. Kelurahan Cisalak Pasar, sebagai wilayah
cakupan dari kecamatan Cimanggis, memiliki jumlah balita gizi kurang
sebanyak 25% (Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2013).
Jumlah ini tersebar dalam 8 Rukun Warga (RW) yang ada di kelurahan
Cisalak Pasar.
Gizi buruk pada balita di Kelurahan ini terjadi disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan, serta burknya sikap dan perilaku dalam pemenuhan gizi
balita. Menurut penelitian mahasiswa program spesialis keperawatan
komunitas FIK UI (2013), sebanyak 55% orang tua dengan balita memiliki
pengetahuan yang kurang baik mengenai gizi kurang, 52% orang tua tidak
pernah membuat sendiri cemilan untuk balita, 52% orang tua jarang
melarang balita untuk jajan, dan 43% orang tua setuju untuk memberikan
makanan seperti mie dan sosis cepat saji kepada balita. Kantong balita gizi
kurang terbanyak di Kelurahan Cisalak Pasar adalah di RW 07, dengan
jumlah balita gizi kurang sebanyak 7 orang dan gizi buruk sebanyak 8
orang.Mahasiswa profesi praktik klinik FIK UI melakukan asuhan
7
Universitas Indonesia
keperawatan di RW 07 sesuai dengan masalah utama yang ditemukan di
daerah tersebut yaitu gizi kurang pada balita.
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa di RW 07,
Cisalak Pasar merupakan penerapan dari konsep untuk mengatasi masalah
kesehatan terutama masalah aktual yang terjadi yaitu masalah gizi
balita.Asuhan keperawatan keluarga yang diterapkan oleh mahasiswa
menggunakan pendekatan model asuhan keperawatan keluarga yang
dikembangkan oleh Friedman, Bowden, dan Jones (2003).Model
inimenggunakan model asuhan keperawatan Family Centered Nursing
(FCN) dimana seluruh asuhan keperawatan berfokus pada keluarga dan
diselesaikan bersama dengan keluarga (Friedman, Bowden, & James,
2003). Asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan tahapan yang
berurutan dimulai dengan pengkajian keluarga, menentukan masalah
kesehatan keluarga berdasarkan data maladaptif yang ditemukan,
perencanaan intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan asuhan
keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa terutama kepada
keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita.
Keluarga kelolaan mahasiswa yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini
merupakan warga asli Kelurahan Cisalak Pasar yaitu keluarga Bapak B
(44 tahun) yang memiliki balita berumur 30 bulan. Data awal masalah gizi
kurang didapatkan dari kader posyandu RW 07 yang mengatakan anak
keluarga Bapak B yaitu anak K tidak mengalami kenaikan berat badan
selama berbulan-bulan.Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa
mendapatkan bahwa anak K menderita gizi kurang dan keluarga belum
memiliki pengetahuan mengenai gizi kurang.
Mahasiswa melakukan sebanyak 12 kali pertemuan dengan keluarga
dengan melakukan intervensi perawatan terhadap gizi kurang sebanyak 5
kali. Intervensi ini meliputi pemilihan makanan berdasarkan triguna
makanan, pengolahan variasi makanan, pengolahan bahan makanan yang
8
Universitas Indonesia
baik, pemilihan dan pengolahan selingan sehat, dan menentukan porsi
makan untuk anak usia 30 bulan. Intervensi yang dijadikan intervensi
unggulan oleh mahasiswa adalah pemilihan dan pengolahan selingan
sehat.Intervensi ini sesuai untuk mengatasi penyebab masalah gizi kurang
yang ditemukan oleh penelitian program spesialis keperawatan komunitas
FIK UI (2013) mengenai makanan cemilan yang mayoritas tidak dibuat
sendiri oleh orang tua dan anak cenderung jajan sembarangan. Penelitian
dari Fitriyani (2009) menyebutkan bahwa pemberian makanan cemilan
merupakan salah satu prinsip pemberian makan yang dapat dilakukan oleh
keluarga dan merupakan tindakan yang sesuai sebagai cara mengatasi gizi
kurang pada balita. Soenardi (2008) mengatakan bahwa selingan untuk
balita lebih baik dibuat sendiri oleh ibu dirumah, makanan jajanan yang
dibeli diluaran lebih banyak mengandung bahan-bahan yang tidak baik
untuk anak sehingga efek yang diberikan kebalikan dari pemenuhan gizi
balita.Balita kelolaan mahasiswa mengalami kenaikan berat badan sebesar
8 ons setelah dilakukan intervensi oleh mahasiswa selama tujuh minggu
dan telah termasuk kedalam kategori gizi baik.
1.2 Perumusan Masalah
Gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Balita
merupakan kelompok usia yang paling mudah terkena masalah pemenuhan
gizi. Hal ini disayangkan karena pada usia ini terjadi periode emas yaitu
periode perkembangan dan pertumbuhan fisik, mental, dan sosial. Hasil
penelitian WHO menunjukkan prevalensi yang tinggi terjadinya masalah
gizi kurang pada balita terutama pada negara berkembang termasuk
Indonesia.Indonesia memiliki angka prevalensi kejadian gizi kurang pada
balita yang terus menunjukkan penurunan, akan tetapi belum memenuhi
target MDG’s. Masalah gizi kurang di Indonesia tidak hanya terjadi di
daerah perdesaan, namun angka prevalensi yang cukup tinggi juga terjadi
di daerah perkotaan termasuk kota Depok. Menurut hasil riset Dinkes kota
Depok tahun 2007, daerah kedua dengan angka gizi kurang pada balita
adalah pada kecamatan Cimanggis yang memiliki daerah cakupan
9
Universitas Indonesia
Kelurahan Curug dan Cisalak Pasar. Kelurahan Cisalak Pasar sendiri
memiliki prevalensi angka kejadian gizi kurang pada balita sebesar 25%,
dengan kantong balita gizi kurang terbanyak berada pada RW 07 yaitu
sebanyak 15 balita dengan penyebab utama pengetahuan yang kurang dan
perilaku terhadap pemberian makan termasuk pemberian makanan cemilan
yang buruk. Mahasiswa praktik klinik keperawatan kesehatan masalah
perkotaan FIK UI melakukan asuhan keperawatan keluarga di RW 07
kelurahan Cisalak Pasar, dengan tujuan menyelesaikan masalah gizi balita
yang terjadi pada keluarga.Salah satu keluarga dengan masalah gizi kurang
pada balita adalah keluarga Bapak B( 44 tahun). Mahasiswa melakukan
asuhan keperawatan kepada keluarga Bapak B dengan masalah gizi kurang
pada balita berusia 30 bulan dan menjadikan pemilihan dan pengolahan
selingan sehat sebagai intervensi unggulan dari mahasiswa.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran proses asuhan keperawatan pada keluarga
Bapak B dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita di
RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan ini adalah:
a. Memberikan gambaran mengenai pengkajian keluarga dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh pada balita
b. Memberikan gambaran mengenai perencanaan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh pada balita
c. Memberikan gambaran mengenai intervensi keluarga yang
dilakukan untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh pada balitadi perkotaan
10
Universitas Indonesia
d. Memberikan gambaran mengenai intervensi inovasi yang
dilakukan untuk mengatasi masalahketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh pada balita
e. Memberikan gambaran mengenai hasil evaluasi asuhan
keperawatan dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada balita
f. Memberikan gambaran mengenai perbandingan teori dan
konsep dengan pelaksanaan asuhan keperawatan
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Praktik
a. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan yang dapat
digunakan keluarga untuk mengatasi gizi kurang pada balita
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah kota
Depok dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dalam
penanggulangan masalah gizi pada balita
b. Memberikan gambaran data yang ditemukan pada lahan praktik
untuk dapat dijadikan data dasar untuk penelitian
1.4.2 Manfaat Aplikatif
a. Menambah referensi, pemahaman, dan wawasan kepada kader
dan petugas kesehatan di wilayah setempat mengenai gizi
kurang pada balita dan penanganan yang dapat dilakukan oleh
keluarga secara mandiri
b. Perawat terutama perawat komunitas atau tim kesehatan
lainnya dapat menggunakan laporan ini sebagai dasar
melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan status gizi
balita dengan memanfaatkan kemandirian keluarga dan
pemberdayaan masyarakat
11 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perkotaan
2.1.1 Pengertian Perkotaan
Kawasan perkotaan merupakan wilayah dengan karakteristik kepadatan
penduduk mencapai 50 jiwa per ha, atau lebih, yang sebagian besar
penduduknya berusaha atau bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan
jasa (Bappenas, 2009).Menurut Bintarto (1989 dalam Sumardjito, 2000)
menyatakan bahwa dari segi geografis, kota dapat diartikan sebagai suatu
sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang
heterogen dan coraknya yang materialistis.Menurut Biro Sensus Amerika
Serikat (2002, dalam Allender, Rector, & Warner, 2010) kawasan perkotaan
atau dalam istilah bahasa Inggris urban, merupakan daerah, populasi, dan
unit-unit perumahan yang berlokasi pada area padat penduduk yaitu 1000
orang atau lebih per mil persegi. Pengertian-pengertian diatas menunjukkan
bahwa daerah perkotaan mempunyai karakteristik dan ciri khas tersendiri
yang berbeda dengan wilayah lain, salah satu karakteristiknya adalah
perkembangan penduduk yang pesat sehingga menyebabkan kepadatan
penduduk dengan ciri penduduk yang heterogen.
Daerah perkotaan memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan tempat
pusat pemukiman dan kegiatan penduduk, tempat dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, memiliki watak dan corak heterogen, memiliki ciri
khas kehidupan kota, mempunyai batas wilayah administrasi, dan memiliki
hak otonomi (Sumardjito, 2000). Kesehatan perkotaan mempertimbangkan
karakteristik-karakteristik dari lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
masyarakatnya (Allender, Rector, & Warner, 2010). Perawat komunitas di
perkotaan perlu memperhatikan heterogenitas masyarakat di perkotaan,
perawat harus meningkatkan kepekaan terhadap perbedaan nilai kultural,
perbedaan strata sosial, perbedaan kebiasaan berkaitan dengan ras dan juga
12
Universitas Indonesia
agama (Allender, Rector, & Warner, 2010).Heterogenitas pada daerah
perkotaan dapat terjadi sebagai akibat dari perkembangan daerah perkotaan
yang pesat.
Kawasan perkotaan mengalami perkembangan yang pesat.Perkembangan
kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari perkembangan penduduk
maupun kegiatan masyarakat perkotaan yang semakin sulit dikontrol
sehingga sering menimbulkan persoalan-persoalan yang menyangkut
persoalan terhadap kota itu sendiri (fasilitas, sistem dan area), maupun
terhadap penduduk atau penghuninya. Perkembangan yang terjadi secara
pesat pada kawasan perkotaan tidak memperhatikan dampak yang dapat
terjadi terhadap lingkungan dan masyarakat perkotaan sehingga banyak
permasalahan yang terjadi pada perkotaan (Iswanto, 2010).
2.1.2 Masalah Perkotaan
Perkotaan, pada umumnya diasosiasikan dengan pengangguran, kemiskinan,
polusi, kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja,
seksualitas dan sebagainya. Bukan hanya dalam hal lingkungan fisik kota itu
saja yang tidak menyenangkan tetapi juga dalam lingkungan sosialnya.
Menurut Sumardjito (2000), salah satu persoalan yang sampai saat ini terus
dirasakan adalah adanya perbedaan kelas sosial ekonomi yang makin lama
makin menyolok. Golongan yang mampu makin berkuasa dan makin kaya
sedangkan golongan miskin bertambah miskin.Semakin besar, semakin
padat dan heterogen penduduknya, semakin jelaslah ciri-ciri tersebut.
Fenomena lain pada kehidupan kota adalah adanya sifat kompetitif yang
sangat besar, dan sifat hubungan antar personal yang lebih dititikberatkan
pada pertimbangan keuntungan secara ekonomis.
Masalah ekonomi yang terjadi pada masyarakat perkotaan mempengaruhi
pola pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.antara lain kekurangan akses
terhadap pemenuhan kebutuhan pokok, akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi makanan, pakaian,
13
Universitas Indonesia
tempat berlindung, dan air minum.Menurut Hitchcock, Schubert, & Thomas,
(1999), keluarga miskin cenderung melewatkan makan atau mengabaikan
rasa lapar atau memakan makanan yang tidak bernutrisi saat tidak memiliki
uang.Keadaan ini diperparah dengan kondisi lingkungan perkotaan dimana
bahan makanan memiliki harga yang lebih tinggi, sehingga pemenuhan
kebutuhan gizi masyarakat berada pada resiko mengalami permasalahan
(Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Pemenuhan nutrisi pada masyarakat perkotaan mengalami beberapa
konsekuensi akibat perkembangan perkotaan yang sangat pesat (Argenti,
2000).Konsekuensi pertama adalah berkurangnya lahan pertanian di
perkotaan akibat banyaknya pembangunan perumahan, lahan industri dan
juga infrastruktur perkotaan.Hal ini mengakibatkan tergantungnya
pemenuhan kebutuhan bahan makanan perkotaan terhadap daerah
pedesaan.Konsekuensi kedua adalah meningkatnya kuantitas bahan
makanan yang dibutuhkan oleh daerah perkotaan.Konsekuensi ketiga berupa
perubahan terhadap pola konsumsi dan perilaku pembelian makanan.
Konsumen pada daerah perkotaan, yang rata-rata membayar 30% lebih
mahal untuk bahan makanan dibanding masyarakat pedesaan, memiliki
waktu yang lebih sempit untuk mengolah dan menyiapkan makanan
sehingga meningkatkan permintaan untuk makanan cepat saji, dan
terkadang tanpa memperhatikan kualitas bahan yang digunakan.
Konsekuensi terakhir adalah pada masyarakat dengan ekonomi lemah,
pemenuhan kebutuhan nutrisi akan dikesampingkan, kemiskinan membuat
mereka tidak peduli zat gizi dan kualitas makanan dan hanya memenuhi
kebutuhan akan rasa laparnya saja (Argenti, 2000). Masalah pemenuhan
nutrisi pada masyarakat perkotaan dapat terjadi pada seluruh kelompok usia
terutama pada kelompok usia balita yang merupakan konsumen pasif
didalam keluarga (Potter & Perry, 2005).
14
Universitas Indonesia
2.2 Keluarga dengan Balita
Anak balita merupakan anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau
merupakan kepanjangan dari anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Masa
balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa ini menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode sebelumnya.Masa tumbuh
kembang ini berlangsung cepat dan tidak dapat terulang karena itu masa ini
sering juga disebut dengan golden age atau periode keemasan (Potter &
Perry, 2005).Balita merupakan kelompok usia yang merupakan konsumen
pasif dan bergantung kepada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
harinya.
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003). Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya unit
dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan
menentukan keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003).Keluarga dengan anak usia balita atau prasekolah
memiliki tugas perkembangan antara lain:
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
Membantu anak bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain
(tua) juga harus terpenuhi
Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga
(keluarga lain di lingkungan sekitar)
Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak
15
Universitas Indonesia
Keluarga dengan balita harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan pada
balitanya karena balita merupakan kelompok usia at riskatau berisiko
terhadap masalah kesehatan.
Populasi at risk merupakan sekelompok individu yang mudah untuk
mengalami masalah kesehatan karena dipengaruhi oleh berbagai faktor
(Allender& Spradley, 2001).Menurut Stanhope dan Lancaster (2000), faktor-
faktor yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada agregat at risk
antara lain biologic risk, social risk, economic risk, life-style risk dan life
event risk. Biologic risk berasal dari faktor genetik atau ciri fisik. Social risk
berasal dari faktor lingkungan seperti polusi udara, kebisingan, tingkat
kriminalitas, dan sebagainya. Economic risk adalah tidak seimbangnya
kebutuhan dan penghasilan atau adanya krisis ekonomi sehingga
mempengaruhi pemunuhan kebutuhan dasar seperti pakaian, rumah,
makanan, dan kesehatan. Life-style risk merupakan gaya hidup yang
berpengaruh terhadap kesehatan sedangkan life event risk merupajan
kejadian-kejadian dalam hidup yang dapat memepengaruhi kesehatan seperti
pindah tempat tinggal.
Balita sebagai salah satu populasi at risk, memiliki resiko tinggi terhadap
beberapa masalah seperti kecelakaan dan injuryseperti yang daikibatkan dari
jatuh, terbakar, keracunan, dan kecelakaan. Masalah lain adalah salah
perlakuan yang dapat dilakukan oleh orang tua, pengasuh, maupun
lingkungan. Masalah yang juga sering terjadi pada kelompok balitaa adalah
communicable disease atau penyakit menular. Penyakit menular yang sering
terjadi balita seperti demam, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi saluran
pencernaan. Penyakit kronis juga sering menjadi permasalahan pada balita
selain penyakit penular. Penyakit kronis yang sering terjadi seperti asma,
autisme, alergi makanan, dan anemia sel sabit. Masalah kesehatan lain yang
sering terjadi pada kelompok usia balita adalah penyakit gigi dan masalah
nutrisi (Allender, Rector, & Warner, 2010). Dalam karya ilmiah ini akan
dibahas secara lebih mendalam mengenai masalah nutrisi pada balita.
16
Universitas Indonesia
Gizi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “al Gizzai” yang memiliki arti
makanan dan manfaat untuk kesehatan.Al Gizzai juga dapat diartikan sebagai
sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan (Depkes, 2003). Sementara,
menurut istilah bahasa Inggris gizi diartikan sebagai nutrition yang berarti
bahan makanan atau sering juga diartikan sebagai ilmu gizi (Brown, et all.,
2011).Gizi seimbang mencakup berbagai macam zat gizi antara lain zat
energi, zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 2003). Menu seimbang
bagi balita adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanandalam
jumlah dan proporsi yang sesuai dengan kebutuhan balita, sehingga
memenuhi kebutuhan giziseseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel
tubuh dan proses kehidupan sertapertumbuhan dan perkembangan
(Almatsier, 2009).
Zat energi berasal dari karbohidrat dan lemak, biasanya terdapat dalam bahan
makanan pokok seperti nasi, kentang, jagung, singkong, umbi-umbian beserta
produknya. Zat pembangun berasal dari protein, baik protein hewani maupun
protein nabati, yang berfungsi untuk metabolisme tubuh dan pembangunan
struktur sel. Zat pengatur didapat dari bahan makanan sayur-sayuran dan
buah-buahan, berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mengatur
metabolisme tubuh (FKM UI, 2010). Pada usia anak toddler, anak
membutuhkan 1200 kilo kalori, dan pada usia prasekolah, anak
membutuhkan 1700 kilo kalori (Depkes, 2003). Kekurangan salah satu atau
lebih dari zat gizi yang berasal dari bahan-bahan makanan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kondisi gizi kurang (Depkes, 2003).
Gizi kurang pada balita mengacu pada kondisi dimana balita tidak
mendapatkan asupan gizi sesuai dengan kebutuhan pada usianya atau zat gizi
tersebut hilang dalam jumlah yang banyak (Depkes, 2003). Menurut Fitriyani
(2009), balita merupakan kelompok usia yang paling berisiko terhdap
kekurangan zat gizi. Prevalensi kejadian gizi kurang di Indonesia masih
berada dibawah target MDG’s yaitu sebanyak 17,9% (Riskesdas, 2010).
17
Universitas Indonesia
Gangguan gizi pada anak usia balita merupakan dampak kumulatif dari
berbagai faktor antara lain konsumsi zat gizi, penyakit infeksi, dan berbagai
faktor yang berasal dari keluarga seperti pola asuh keluarga, pengetahuan
keluarga, dan status ekonomi keluarga.Gangguan gizi dimanifestasikan dalam
beberapa tanda dan gejala yang dapat dinilai dengan pemeriksaan pada balita
dan keluarga.
Tanda dan gejala gizi kurang pada balita diawali dengan sulit makan atau
asupan yang kurang.Berat badan yang menurun, tidak naik, atau hanya naik
sebesar 200 gram setiap bulannya merupakan gejala lanjutan (Adiningsih,
2010).Berat badan yang tidak mengalami kenaikan menyebabkan anak
tampak kurus dan berada pada kuning atau hijau pada KMS dan juga berada
dibawah persentil -2 pada tabel NCHS. Gejala lebih lanjut yang dapat
teramati adalah balita menjadi mudah sakit, tidak aktif bermain, dan tampak
lemah (Adiningsih, 2010).
Perawat memiliki beberapa peran yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah pada balita yang berfokus pada promosi dan intervensi awal
(Allender, Rector, & Warner, 2010). Intervensi yang dapat diberikan adalah
dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi kepada orang tua, selain itu
memotivasi orang tua dalam melakukan perilaku sehat dalam pemenuhan
nutrisi. Peran lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadvokasi
kebutuhan dari keluarga dengan balita dan mengadakan kerjasama lintas
program dan lintas sektor untuk peningkatan status kesehatan balita terutama
dalam masalah gizi (Allender, Rector, & Warner, 2010).
2.3 Asuhan Keperawatan Keluargadengan Balita Gizi Kurang
Salah satu lingkup praktik keperawatan adalah asuhan keperawatan keluarga
karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai
individu-individu penerima pelayanan asuhan keperawatan.Menurut
Suprajitno (2004), asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada
18
Universitas Indonesia
berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,
berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).Proses
asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosis,
perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang dilakukan kepada individu dalam
keluarga.
2.3.1 Pengkajian Keluarga
Proses pengkajian keluarga merupakan proses kontinu pengumpulan
informasi dan penilaian secara professional mengenai arti dari informasi
yang telah didapatkan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).Metode dalam
melakukan pengkajian keluarga bermacam-macam yaitu melalui interview
atau wawancara, observasi langsung, dan juga dengan menggunakan metode
pengumpulan data yang terdokumentasi seperti checklist terstruktur,
inventaris, dan kuesioner (Holman, 1983 dalam Friedman, Bowden, &
Jones, 2003).
Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga
Data Sumber Data
Wawancara anggota keluarga
mengenai kejadian dari masa lalu
hingga saat ini yang signifikan
- Bertanya dan mendengarkan
- Genogram
- Ecomap
Data objektif - Observasi rumah keluarga
- Observasi interaksi keluarga
-
Data Subjektif - Pengalaman yang diceritakan
anggota keluarga
19
Universitas Indonesia
- Pengalaman observasi kerabat
yang diceritakan
- Instrument pengkajian yang
diisi oleh keluarga
(Sumber: Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
Perawat yang telah melakukan pengumpulan informasi mengenai keluarga
kemudian menganalisa dan mengklasifikasi data-data tersebut untuk
kemudian mengartikan maknanya. Masalah potensial yang ditemukan
perawat akan digali lebih dalam pada area yang berhubungan dengan
masalah tersebut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Pengkajian
keluarga berdasarkan model asuhan keperawatanfamily centered nursing
yang dikembangkan oleh Friedman et all. (2003) mencakup delapan
komponen antara lain data umum, riwayat dan tahap perkembangan
keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga. Perawat yang mengkaji
keluarga harus mampu memutuskan kategori mana yang relevan dengan
kasus yang dihadapi sehingga dapat digali lebih dalam pada saat
kunjungan dengan demikian masalah dalam keluarga dapat mudah
diidentifikasi(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Masalah gizi yang terjadi pada balita di keluarga digali lebih dalam dengan
pengkajian status gizi.Pengkajian status gizi secara langsung dapat
dilakukan dengan pemeriksaan antropometri, biokimia, klinis, dan pola
diet, sedangkan secara tidak langsung pengkajian status gizi dapat
dilakukan dengan survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor
ekologi (Zega, 2012).Pada anak, penilaian melalui antropometri
merupakan metode yang paling sering dilakukan (Sunarti, 2004).
2.3.1.1 Pengkajian Antropometri pada Balita
Indikator antropometri yang dapat digunakan untuk menilai status gizi
pada anak balita antara lain berat badan menurut umur (BB/U), panjang
20
Universitas Indonesia
badan menurut umur (PB/U), serta berat badan menurut panjang badan
(BB/PB). Selain itu lingkar kepala dan lingkar lengan atas juga dapat
dijadikan acuan penilaian status gizi balita (Sunarti, 2004).
a. Berat badan menurut umur
Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan
tubuh.Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan
yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan
kondisi kesehatan (Zega, 2010).Karena berat badan sensitif dengan
perubahan sedikit saja pada tubuh, berat badan menurut umur
menggambarkan kondisi status gizi saat ini. Menurut tabel NCHS
dari WHO (2004, dalam Kementrian Kesehatan RI, 2011),
penilaian status berat badan menurut umur diklasifikasikan
menjadi: gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih.
Tabel 2.2 Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U
Indeks Pengelompokan Status Gizi
BB/U < - 3 SD
-3SD s/d < -2 SD
-2 SD s/d +2 SD
>+2 SD
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011)
b. Tinggi Badan menurut Umur
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup
penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan
meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi
yang optimal. Tinggi badan dalam keadaan normal,
akanmengalami penambahan seiring dengan pertambahan umur.
Tinggi badan dapat dijadikan acuan untuk status gizi dalam jangka
waktu yang lama, karena defisiensi zat gizi memberikan pengaruh
dalam jangka waktu yang lama kepada tinggi badan. (Supariasa
dkk., 2002 dalam Zega, 2012). Menurut WHO (2004, dalam
21
Universitas Indonesia
Kementrian Kesehatan RI, 2011) pembagian klasifikasi tinggi
badan menurut umur antara lain sangat pendek, pendek, normal,
dan tinggi.
Tabel 2.3 Penilaian status gizi berdasarkan indeks TB/U
Indeks Pengelompokan Status Gizi
TB/U < -3 SD
- 3SD s/d < -2SD
- 2SD s/d +2 SD
>+2 SD
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011)
c. Tinggi Badan menurut Berat Badan
Dalam keadaan normal, perkembangan brat badan akan searah
dengan perkembangan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
Menurut Sunarti (2004) tinggi badan menurut berat badan
merupakan indikator global keadaan gizi. Menurut WHO (2004,
dalam Kementrian Kesehatan RI, 2011), klasifikasi gizi tinggi
badan menurut berat badan antara lain sangat kurus, kurus, normal,
dan gemuk.
Tabel 2.4 Penilaian status gizi berdasarkan indeks TB/BB
Indeks Pengelompokan Status Gizi
TB/BB < -3 SD
-3 SD s/d <-2 SD
-2 SD s/d 2 SD
> 2 SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011)
2.3.2 Penegakan Diagnosis dan Prioritas Masalah
Diagnosis keperawatan keluarga mencakup Diagnosis keperawatan untuk
keluarga sebagai sistem dan subsistem yang dimiliki dan merupakan hasil
22
Universitas Indonesia
dari pengkajian keperawatan yang dilakukan sebelumnya (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003).NANDA (20012) mengartikan bahwa diagnosis
keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses hidup
yang aktual maupun potensial. Pernyataan diagnosis keperawatan keluarga
menurut NANDA (2012) mencakup pernyataan diagnosis keperawatan yang
diangkat dan identitas keluarga yang mengalami masalah.
Proses keperawatan keluarga menitikberatkan kepada adanya partisipasi
aktif dari anggota keluarga dalam setiap prosesnya. Penegakan diagnosis
melibatkan proses analisa informasi bersama keluarga untuk merumuskan
masalah-masalah yang ada dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Diagnosis keperawatan keluarga yang akurat
akan dapat ditegakkan ketika ketika perawat telah berhasil mengumpulkan
informasi yang adekuat dan mengklarifikasi kepada keluarga. Diagnosis
yang ditegakkan kemudian mengarah kepada tujuan dan intervensi yang
bertujuan kepada membantu keluarga untuk dapat berespon lebih efektif
terhadap masalah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Prioritas masalah juga perlu ditentukan dalam tahap ini untuk menetapkan
masalah apa yang dapat diselesaikan, harus diselesaikan, dan merupakan
masalah yang tepat untuk diselesaikan bersama perawat keluarga. Prioritas
masalah dapat ditentukan berdasarkan perhitungan dan skoring yang
dilakukan bersama-sama dengan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,
2003).
23
Universitas Indonesia
Tabel 2.5 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga
No Kriteria Skor Bobot1 Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera
321
1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah Mudah Sebagian Tidak dapat
210
2
3 Potensi masalah untuk dicegah Tinggi Sedang Rendah
321
1
4 Menonjolnya masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani Masalah tidak dirasakan
21
0
1
(Sumber: Friedman et all. et all., 2003)
Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:
Skoring :Skor x Bobot
Angka tertinggi
Diagnosis keperawatan NANDA (2012) yang dapat ditegakkan untuk keluarga
dengan masalah gizi antara lain:
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2.3.3 Perencanaan
Tahap ini mencakup perawat dan keluarga terlibat dalam pengembangan
rencana keperawatan yang akan dilakukan sehingga menghasilkan intervensi
dengan hasil yang diharapkan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan
24
Universitas Indonesia
tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek
(tujuan khusus) dan disertai dengan kriteria hasil dan metode (Friedman et
all., 2003). Menurut Lawson & Peate (2009) menetapkan tujuan dan kriteria
hasil dalam keperawatan menggunakan prinsip SMART yaitu:
Spesific: tujuan harus tepat, objektif, dan eksplisit untuk klien dan
tenaga kesehatan
Measurable: harus teridentifikasi cara yang jelas untuk mengukur
apakah tujuan sudah tercapai atau belum
Achievable: tujuan harus dapat dicapai oleh keluarga berdasarkan
pada kemampuan dan kondisi keluarga
Realistic: tujuan harus realistis sesuai dengan kondisi yang ada
Time-oriented: tujuan harus memiliki target waktu yang jelas kapan
akan dicapai dan dapat berupa jangka panjang maupun jangka
pendek.
Setelah menetapkan tujuan, perawat dan keluarga menentukan cara-cara
alternatif untuk mencapai tujuan. Sumber-sumber yang dapat mendukung
pelaksanaan intervensi diidentifikasi. Sumber yang dapat digunakan seperti
kekuatan internal keluarga yang mencakup sistem pendukung keluarga,
sumber perawatan mandiri keluarga, dan dukungan komuntas dan
lingkungan fisik.
2.3.4 Intervensi
Intervensi keperawatan keluarga dibangun berdasarkan pengkajian keluarga,
Diagnosis keperawatan keluarga, perencanaan, kekuatan keluarga, dan
strategi intervensi alternatif dan sumber yang telah teridentifikasi
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Intervensi keperawatan keluarga
dibuat khusus untuk keluarga kelolaan secara spesifik,bukan suatu hal yang
rutin dilakukan, juga bukan hal acak, ataupun hal yang telah
terstandar.Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas
kesehatan keluarga menurut yaitu (Maglaya, et all., 2009):
25
Universitas Indonesia
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan untuk melakukan perawatan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi akibat dari tidak melakukan
perawatan terhadap masalah yang dihadapi
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber
yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan
dengan seoptimal mungkin.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk masalah gizi kurang pada balita
adalah terutama dengan peningkatan pengetahuan orang tua dan keluarga.
Peningkatan pengetahuan dapat berimbas pada sikap dan perilaku orang tua
dalam pemenuhan gizi balita.Pengetahuan mengenai gizi balita yang dapat
diberikan kepada orang tua mencakup porsi makan, frekuensi makan, dan
jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita termasuk jenis makanan
selingan (Nur’aeni, 2008).
2.3.4.1 Pemilihan dan PengolahanSelingan Sehat untuk Mengatasi Gizi
Kurang pada Balita
Faktor yang menjadi pengaruh utama dalam pemenuhan gizi balita adalah
konsumsi zat gizi. Pemenuhan zat gizi dapat dilakukan dengan pemberian
26
Universitas Indonesia
ASI eksklusif (untuk anak sampai usia 6 bulan), setelah mencapai 6 bulan,
anak mengkonsumsi ASI ditambah dengan makanan pendamping ASI,
kemudian anak mulai diberikan makanan sehari-hari. Prinsip pemberian
makan adalah sesuai porsi dan mencukupi gizi yang diperlukan tubuh.
Menurut Wong (2008), pemberian makan untuk balita lebih
mementingkan kualitas dibandingkan dengan kuantitas sehingga dapat
dikatakan bahwa apa yang jenis makanan yang dikonsumsi balita lebih
penting dibandingkan dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi.
Penyebab mendasar dari masalah kurang gizi ialah ketidakcukupan dan
ketidakseimbangan pasokan gizi terutama energi dan protein (FKM UI,
2010).Makanan selingan perlu diberikan kepada balita terutama jika porsi
makanutama yang dikonsumsi belum mencukupi zat gizi yang dibutuhkan
balita. Pemberian makanan selingan tidak bolehberlebihan karena akan
mengakibatkan berkurangnya nafsu makan akibat terlalukenyang makan
makanan selingan. Pemilihan makanan selingan disesuaikan
denganfungsinya yaitu mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang
pada saat pemberian makan pagi, siang, dan sore, memperkenalkan aneka
ragam jenis makanan yang terdapat dalam makanan selingan, mengatasi
anak yang sulit makan nasi, mencukupi kebutuhan kalori terutama pada
anak yang banyak melakukan aktivitas (FKM UI, 2010).
Menurut penelitian Fitriyani (2009), pemberian makanan cemilan
merupakan salah satu prinsip pemberian makan yang dapat dilakukan oleh
keluarga dan merupakan tindakan yang sesuai sebagai cara mengatasi gizi
kurang pada balita. Pemberian makanan selingan juga harus
memperhatikan kandungan gizi yang terkandung didalamnya.Soenardi
(2008) mengatakan bahwa selingan untuk balita lebih baik dibuat sendiri
oleh ibu dirumah, makanan jajanan yang dibeli diluaran lebih banyak
mengandung bahan-bahan yang tidak baik untuk anak sehingga efek yang
diberikan kebalikan dari pemenuhan gizi balita. Untuk dapat memberi
27
Universitas Indonesia
secara tepat, ibu harus tahu makanan selingan apa yang dapat diberikan
untuk balitanya.
Makanan selingan yang diberikan secara tepat jenis, tepat pengolahan dan
waktu merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan gizi balita.
Jenis makanan selingan sehat yang ideal untuk balita merupakan makanan
yang dibuat sendiri oleh Ibu dirumah.Makanan selingan yang sehat
mengandung bahan-bahan makanan mudah dicerna yang mengandung zat
gizi yang sesuai untuk balita (Thompson, 2003).Waktu pemberian
makanan selingan menurut Thompson (2003) adalah diantara waktu
makan yaitu sebanyak 3 kali dalam sehari.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi pada keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan kriteria hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya.Perawat melakukan perbandingan antara
hasil implementasi dengan perencanaan yang telah dibuat.Tahapan evaluasi
dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan
selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah
evaluasi akhir. (Friedman, Bowden, & Jones,2003). Evaluasi formatif
disusun menggunakan SOAP dimana:
S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secarasubyektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasikeperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawatmenggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui responsubyektif dan
obyektif.
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
Evluasi sumatif merupakan evaluasi yag dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan untuk
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan.Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
28
Universitas Indonesia
melakukan wawancara pada akhir asuhan keperawatan untuk menanyakan
respon klien dan keluarga terkait asuhan keperawatan (Asmadi, 2005).
Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan, antara lain:
Tujuan Tercapai: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
Tujuan tercapai sebagian: jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagian krteria yang telah ditetapkan
Tujuan tidak tercapai: jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.
Selain dengan evaluasi formatif dan sumatif, keberhasilan intervensi
keperawatan juga dapat dinilai dengan peningkatan tingkat kemandirian
keluarga.Menurut Depkes RI (2006 dalam Efendi, dkk. 2009) kemandirian
keluarga dibagi menjadi empat tingkatan yang dibagi berdasarkan
kemampuan keluarga memenuhi kriteria kemandirian. Adapun kriteria
kemandirian keluarga antara lain:
1. Menerima petugas perawatan kesehatan
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar
4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5. Melakukan perawatan sederhana yang dianjurkan
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Tingkat kemandirian keluarga dibagi menjadi empat tingakatan. Keluarga
yang dapat memenuhi kriteria kemandirian 1 dan 2 dikategorikan pada
tingkat kemandirian I. Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 hingga 5
dikategorikan pada tingkat kemandirian II. Pemenuhan kriteria 1 hingga 6
oleh keluarga dimasukkan kedalam tingkat kemandirian III.Keluarga yang
dapat memenuhi seluruh kriteria kemandirian masuk dalam tingkat
29
Universitas Indonesia
kemandirian IV, yang merupakan tingkat kemandirian paling tinggi.
Diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadap keluarga,
tingkat kemandirian keluarga dapat meningkat dari sebelumnya (Depkes,
2006).
30 Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Data Fokus Pengkajian Keluarga
Keluarga Bapak B (42 tahun) dan Ibu I (41 tahun)memiliki tiga orang anak
yaitu An F (21 tahun) An H (15 tahun) dan An. K (30 bulan). Bapak B
merupakan anak pertama dari dua bersaudara, sementara Ibu I merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara.Keluarga Bapak B merupakan warga asli
Cisalak Pasar, Bapak B dan Ibu I telah tinggal didaerah RW 07 sejak muda.
Bapak B dan Ibu I berasal dari suku betawi dan menganut agama Islam,
menurut Ibu I tidak ada pantangan mengenai makanan menurut kepercayaan
sukunya, tetapi memiliki kebiasaan dari keluarganya yaitu senang
mengkonsumsi ikan asin.Keluarga Bp. B sempat tinggal di RT. 01 RW.07
bersama keluarga Ibu I. kemudian pindah ke RT. 02. Saat ini dalam satu
rumah hanya tinggal Bapak B, Ibu I, Anak F, Anak H, dan Anak K sehingga
keluarga ini merupakan tipe nuclear family atau keluarga inti.
Saat ini Bapak Bbekerja sebagai buruh pabrik elektronik, sedangkan Ibu I
merupakan ibu rumah tangga yang sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah
dan mengurus anak. Penghasilan Bapak B, menurut Ibu I cukup untuk sehari-
hari namun tidak berlebihan.Dalam sebulan penghasilan Bapak B± 2 juta
rupiah. Selain Bapak B, Anak F juga telah bekerja semenjak lulus SMA.
Menurut Ibu I setiap bulannya anak F memberikan ± 300 ribu kepada Ibu I
yang biasa digunakan untuk keperluan keluarga.Ibu I mengatakan sering
dibantu keluarganya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari bila tidak
memiliki uang.Untuk makanan sehari-hari Ibu I selalu berbelanja di tukang
sayur dekat rumah dan memasak sendiri, menurut Ibu I dengan begitu dapat
lebih hemat, Bapak B juga selalu pulang kerumah setiap jam istirahat makan
siang untuk makan siang.
Keluarga Bapak B berada dalam tahap tumbuh kembang dewasa awal, dimana
tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah memperluas keluarga inti
31
Universitas indonesia
menjadi keluarga besar karena anak F belum menikah, sehingga keluarga juga
belum dapat menerapkan tugas perkembangan berperan sebagai suami-istri,
kakek ataupun nenek. Ayah dari Ibu I memiliki riwayat hipertensi dan
meninggal dunia karena stroke. Keluarga Bp B tidak memiliki riwayat
penyakit turunan.Ibu I dan Bapak B bertemu di Cisalak Pasar karena rumah
mereka tidak terlalu jauh.
Ibu I membawa anak K setiap bulannya ke posyandu secara rutin. Hasil
pengukuran BB An Kpada bulan Mei adalah 10 kg, melalui kartu KMS An K
berada pada garis kuning dan termasuk dalam kategori gizi kurang. Hasil
pengukuran yang dilakukan perawat, TB anak I yaitu 82 cm dan lingkar
lengan 13 cm. Bila dilihat menurut tabel antropometri, lingkar lengan
dibandingkan dengan umur, anak K termasuk diantara -3 SD dan -2 SD yang
berarti kurang, berat badan dibandingkan dengan umur termasuk diantara – 3
SD dan -2 SD atau gizi kurang, dan panjang badan dibandingkan dengan
umur, termasuk diantara -3 SD dan -2 SD yang berarti pendek. Ibu I
mengatakan berat badan anaknya sulit naik, sekalinya naik beberapa bulan
akan turun kembali. Ibu I mengeluhkan anak K sering memilih milih
makanan, bila sudah suka satu makanan hanya mau makan itu itu saja.Anak K
jarang makan lauk pauk, biasanya meminta makan nasi dengan sop saja.Jika
meminta jajanan terkadang Ibu I tidak dapat menolak dan memberikan kapan
saja dan sesuai dengan kemauan anak sehingga terkadang jajanan tidak sehat
dan makanan utama tidak termakan.Ibu I juga mengeluhkan Anak K sering
mengalami sariawan, dan bila sedang mengalami sariawan nafsu makan Anak
K menurun drastis sehingga berat badannya biasanya turun.
Menurut Ibu I, anak K sehari hari tidak sulit makan, kecuali ketika sedang
sakit. Dalam sehari, Anak I makan nasi 3 kali sekali makan 3-6 sendok nasi
beserta sayur. Diantara makan, Anak K sering meminta jajanan, antara lain
makanan ringan kemasan yang berbumbu, teh dalam gelas, permen, dan
jajanan yang dijual oleh tukang jualan yang lewat didepan rumah seperti
cuangki dan cilok. Ibu tampak mengikuti kemauan anaknya dan membelikan
32
Universitas indonesia
jajanan-jajanan yang ada di sekitar rumah.Seringnya anak K mengkonsumsi
permen dan minuman manis menyebabkan gigi anak K tampak kehitaman. Ibu
I mengatakan anaknya susah diajak menggosok gigi, anak K selalu menolak
untuk menggosok gigi sehingga Ibu I lama kelamaan tidak pernah mencoba
menggosok gigi atau melakukan perawatan mulut untuk anak K.
Anak K saat ini sedang dalam proses penyapihan, selama ini anak K masih
minum ASI, dan tidak mau meminum susu formula kecuali susu kotak atau
susu kental manis. Ibu I mengatakan Anak K terkadang masih merengek
meminta ASI kepada ibunya sehingga terkadang masih diberikan. Menurut
Ibu I, ASI nya masih ada. Ibu I mengatakan hanya terkadang memberikan
susu kental manis kepada anaknya.
Anak K terlihat aktif, sering bermain dengan anak-anak sebayanya yang
tinggal di lingkungan rumahnya.Anak K mudah bergaul, tampak ceria dan
sangat dekat dengan Ibunya.Ibu I mengatakan Anak K dekat dengan kakak
keduanya yaitu An. H, sehari-hari sering bermain dengan An. H bila
dirumah.Ibu I mengatakan anak K juga dekat dengan Bapak S walaupun
sehari-hari Bapak S bekerja dan sering pulang malam.Ibu I juga sering
membawa anaknya berkumpul bersama tetangga-tetangganya, keluarga Bapak
S tampak dekat dengan masyarakat sekitar. Keluarga saling merawat satu
sama lain saat anggota keluarga mengalami masalah kesehatan. Menurut Ibu I
ketika anak K sakit seluruh anggota keluarga ikut mengurusi anak K. Keluarga
pada saat pengkajian menyatakan bahwa anaknya berada di garis kuning pada
KMS, tetapi merasa tidak ada masalah pada anak K, keluarga belum mengerti
apa itu gizi seimbang dan bagaimana melakukan perawatan pada anak gizi
kurang, keluarga juga belum mengerti modifikasi lingkungan apa yang dapat
dilakukan dalam pemberian makan untuk anak dengan gizi kurang. Keluarga
mengatakan rutin membawa anak K ke posyandu setiap bulannya sehingga
berat badan anak K selalu terpantau, ketika anak K sakit keluarga biasa
memberikan obat warung atau obat tradisional.
33
Universitas indonesia
3.2. Diagnosis Keperawatan
Data-data yang didapatkan saat pengkajian menjadi dasar data untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Berdasarkan data-data maladaptif,
perawat menegakkan dua diagnosis yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh pada anak K, dan kerusakan gigi pada anak K. Perawat
bersama dengan keluarga kemudian melakukan skoring prioritas masalah yang
akan diselesaikan bersama. Skoring prioritas masalah menghasilkan masalah
utama yang akan diatasi adalah masalah nutrisi pada anak K yaitu diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K.
3.3 Perencanaan
Perawat melakukan perencanaan intervensi keperawatan yang akan
dilakukan bersama dengan keluarga Bapak B berdasarkan lima fungsi
keluarga. Tujuan umum dari intervensi yaitu keluarga dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi anak K, diharapkan dapat dicapai dalam waktu 5x45 menit
pertemuan perawat dengan keluarga. Tujuan khusus pertama yang
direncanakan adalah keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang ada
pada keluarga yaitu gizi kurang. Pencapaian tujuan pertama direncanakan
dicapai dengan keluarga dapat menjelaskan mengenai pengertian gizi kurang,
menjelaskan pengertian gizi kurang, menjelaskan penyebab gizi kurang,
menjelaskan 4 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang serta mengidentifikasi
tanda dan gejala gizi kurang yang ada pada anggota keluarga.
Tujuan khusus kedua yaitu keluarga memutuskan untuk merawat keluarga
dengan masalah gizi kurang.Tujuan kedua ini dicapai dengan kriteria
keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat dari gizi kurang dan keluarga
menyatakan kesediaan untuk melakukan perawatan kepada anggota keluarga
dengan gizi kurang.Diharapkan keluarga menjadi lebih termotivasi dan
berkomitmen untuk melakukan perawatan pada anggota keuarga dengan gizi
kurang.
34
Universitas indonesia
Tujuan khusus ketiga yaitu agar keluarga memiliki kemampuan untuk
melakukan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang mengalami
gizi kurang. Perawat menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan ini
dengan berbagai macam perawatan sederhana yang dapat dilakukan oleh
keluarga sehingga keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan gizi
kurang, menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang,
menyebutkan pengertian selingan sehat, menyebutkan 2 dari 3 manfaat
selingan sehat, menyebutkan 3 contoh selingan sehat yang dapat diberikan
untuk anak K, menyebutkan cara pengolahan bahan makanan yang baik, dan
menyebutkan porsi makan sehari untuk anak usia 30 bulan. Selain secara
kognitif, keluarga diharapkan juga mampu mendemonstrasikan pemilahan
makanan berdasarkan triguna makanan, mendemonstrasikan pembuatan
selingan sehat, mendemonstrasikan cara pengolahan bahan makanan yang
baik, dan mendemonstrasikan cara menyusun menu untuk anak usia 30
bulan.
Tujuan khusus keempat dan kelima disusun agar keluarga mampu melakukan
modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. Modifikasi lingkungan
dicapai dengan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara modfikasi
lingkungan yang dapat dilakukan keluarga serta tampak melakukan
modifikasi lingkungan tersebut. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
dicapai dengan keluarga mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat dijangkau oleh keluarga, menyebutkan 3 dari 5 manfaat
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, menyebutkan kapan balita harus
dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan serta keluarga mengunjungi fasilitas
kesehatan.
3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya.Perawat mendiskusikan bersama kelurga mengenai pengertian,
penyebab dan tanda dan gejala gizi kurang agar keluarga mengenal masalah
35
Universitas indonesia
kesehatan yang ada dalam keluarga.Penjelasan yang dilakukan oleh perawat
menggunakan media lembar balik, dan metode berupa diskusi Perawat
selanjutnya memotivasi keluarga untuk melaukan identifikasi tanda dan
gejala gizi kurang yang terdapat pada anak K sesuai dengan tanda dan gejala
yang dijelaskan sebelumnya.Setelah berdiskusi dan keluarga melakukan
identifikasi, perawat melakukan evaluasi objektif dan juga subjektif terhadap
pemahaman keluarga mengenai penjelasan perawat dan apakah kriteria hasil
yang disusun dalam perencaanaan sudah dapat dicapai atau belum.
Implementasi yang dilakukan untuk tujuan khusus kedua yaitu keluarga
memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurag
dilakukan dengan mendiskusikan mengenai akibat gizi kurang.Perawat
melakukan penjelasan mengenai akibat gizi kurang dengan lembar balik
kemudian keluarga boleh menambahkan atau menanyakan jika ada
penjelasan yang kurang dimengerti.Perawat menanyakan kepada keluarga
mengenai kemauan keluarga untuk merawat anak K yang mengalami
masalah gizi kurang.Perawat juga memotivasi keluarga untuk menyanggupi
melakukan perawatan untuk mencegah akibat yang dapat terjadi karena gizi
kurang.
Tujuan khusus ketiga dicapai dengan melakukan perawatan sederhana yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh keluarga dirumah. Perawat pertama
tama mendiskusikan bersama keluarga cara-cara pencegahan gizi kurang,
kemudian mendiskusikan bersama keluarga cara pemilihan bahan makanan
berdasarkan triguna makanan, mendiskusikan cara mengolah bahan
makanan yang baik, mendiskusikan bersama keluarga pengertian, kriteria,
dan cara memilih selingan sehat untuk balita, mendiskusikan bersama
keluarga akibat dari selingan tidak sehat bagi balita, mendiskusikan bersama
keluarga contoh selingan sehat dan tidak sehat bagi balita, mendiskusikan
bersama keluarga porsi makan sehari untuk balita. Perawat menggunakan
media lembar balik untuk menjelaskan, kemudian memberikan waktu untuk
keluarga menambahkan atau bertanya bila ada penjelasan yang kurang
36
Universitas indonesia
jelas.Setelah tercapai secara kognitif, perawat melakukan demonstrasi untuk
melakukan perawatan sederhana. Demonstrasi yang dilakukan perawat
antara lain demonstrasi pengolahan contoh lauk sehat untuk balita yaitu
nugget sayur, cara memilah makanan berdasarkan triguna makanan,
demonstrasi cara pengolahan makanan yang baik, demonstrasi pembuatan
salah satu contoh selingan sehat yaitu puding tinggi karbohidrat tinggi
protein, dan demonstrasi penyusunan menu untuk balita. Setelah
demonstrasi perawat memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi
kemudian melakukan evaluasi baik subjektif maupun objektif mengenai
pemahaman keluarga.
Tujuan khusus keempat yaitu modifikasi lingkungan dicapai dengan
mendiskusikan bersama keluarga cara modifikasi lingkungan dan juga
modifikasi perilaku yang dapat dilakukan keluarga untuk pemberian makan
balita. Perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada keluarga
dengan media lembar balik kemudian memberi kesempatan untuk keluarga
bertanya atau menambahkan. Perawat juga member motivasi kepada
keluarga untuk melakukan modifikasi tersebut dan mengidentifikasi
bersama-sama modifikasi apa yang tepat untuk anak K. Perawat kemudian
mengevaluasi kembali pemahaman keluarga.
Tujuan khusus kelima yaitu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dilakukan dengan mendiskusikan bersama keluarga fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat dijangkau keluarga. Perawat lebih memberikan
kesempatan bagi keluarga untuk mengidentifikasi sendiri pelayanan
kesehatan apa yang dapat dijangkau oleh keluarga menurut jarak tempuh dan
ekonomi keluarga. Perawat juga menjelaskan mengenai manfaat yang
didapat dari berkunjung ke pelayanan kesehatan, dan menjelaskan waktu-
waktu untuk membawa anak K ke pelayanan kesehatan.Media yang
digunakan perawat adalah lembar balik dan keluarga diberi kesempatan
untuk menambahkan atau bertanya.Pada akhir pertemuan perawat
37
Universitas indonesia
mengevaluasi kembali pemahaman keluarga dan apakah tujuan telah
tercapai sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.
Intervensi yang merupakan intervensi inovasi dari mahasiswa adalah
pemilihan dan pengolahan selingan sehat.Intervensi ini dilakukan selama 1 x
45 menit dengan metode diskusi dan demonstrasi.Media yang digunakan
perawat adalah lembar balik, leaflet, bahan makanan dan alat
masak.Penjelasan dilakukan mengenai definisi, ciri, dan contoh selingan
sehat sedangkan demonstrasi dan redemonstrasi mengenai pembuatan salah
satu selingan sehat yaitu pudding tinggi karbohidrat tinggi protein.
3.5 Evaluasi
Selama tujuh minggu melakukan asuhan keperawatan, mahasiswa melakukan
12 kali pertemuan dengan keluarga yang terdiri dari 4 pertemuan tahap
pengkajian, dan 8 pertemuan untuk melakukan implementasi. Implementasi
untuk diagnosa pertama dilakukan selama 5 kali pertemuan.Setelah
implementasi selesai dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi perawat
melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan yang telah
ditetapkan oleh perawat sebelumnya.
3.5.1 Evaluasi Formatif
3.5.1.1 Evaluasi Subjektif
Keluarga telah menyatakan mengerti mengenai gizi seimbang, dan gizi
kurang pada balita.Keluarga juga mengatakan merasa terbantu dengan
kehadiran perawat, dan keluarga mengatakan tanda gizi kurang yang
terdapat pada anak K adalah berada di garis kuning pada KMS dan mudah
sakit.Keluarga mengatakan akan merawat anak K dengan gizi kurang
untuk mencegah terjadinya masalah yang lebih rumit lagi. Ibu I
mengatakan akan memasak makanan untuk anak K berbagai macam menu
sesuai dengan triguna makanan. Ibu I juga mengatakan bahwa akan
mengatur makanan selingan untuk anak K, setelah mengerti pentingnya
selingan Ibu I mengatakan akan memulai memasak makanan selingan
38
Universitas indonesia
sendiri seperti bubur kacang hijau dan puding. Ibu I juga mengatakan
kepada anak K untuk tidak makan jajanan sembarangan, anak K
menyatakan suka dengan selingan yang dibuat. Saat ini menurut Ibu I
jajanan yang berpengawet dan mengandung penyedap rasa sudah jarang
diberikan kepada anak K, walaupun tidak memasak selingan sendiri
namun Ibu I membeli mkanan selingan yang bergizi seperti bubur kacang
hijau, biskuit, dan susu kedelai.Ibu I mengatakan sudah melakukan
modifikasi pemberian makan seperti memberi makan sambil bercerita,
memakai alat makan dengan gambar-gambar, dan memberi makan sedikit
tetapi sering.Ibu I mengatakan akan terus membawa anak K ke posyandu
setiap bulannya untuk memantau berat badan anak K dan status gizinya.
Ibu I menyatakan anak K dalam sebulan ini sudah jarang sakit dan tampak
lebih gemuk.
3.5.1.2 Evaluasi Objektif
Pada setiap perawat melakukan implementasi, keluarga tampak antusias
dan selalu menyambut baik kehadiran perawat.Keluarga Bapak S terlibat
aktif dalam diskusi terutama Ibu I. Keluarga telah dapat menyebutkan
kembali pengertian, penyebab dan tanda gejala gizi kurang.Keluarga dapat
menyebutkan kembali 3 dari 5 akibat gizi kurang dan tampak setuju untuk
melakukan perawatan.Keluarga dapat menyebutkan kembali 3 dari 4 cara
melakukan perawatan sederhana pada balita dengan gizi kurang. Keluarga
tampak aktif dalam melakukan redemonstrasi setiap demonstrasi yang
dilakukan perawat.Ibu telah memberikan makan anak sesuai triguna
makanan, saat kunjungan perawat mengobservasi bahwa Ibu memberikan
anak nasi, sayur bayam, ayam goreng, dan buah pisang. Setelah intervensi,
anak K tampak selalu menghabiskan makanannya sesuai porsi karena
pemberian makanan utama tidak berdekatan dengan makanan selingan.
Anak K tampak lahap menghabiskan selingan sehat yang dibuat ibu saat
implementasi sehingga membuat Ibu I semakin semangat untuk terus
melanjutkan pemberian selingan sehat. Pada penimbangan posyandu bulan
berikutnya, yaitu tanggal 10 Juni 2013 didapatkan data bahwa anak K
39
Universitas indonesia
mengalami peningkatan berat badan sebanyak 8 ons menjadi 10,8 kg
dimana menurut BB/U anak K telah masuk kedalam kategori gizi baik.
3.5.1.3 Analisis Hasil
Kemampuan yang terobservasi atau yang dilaporkan oleh keluarga
dijadikan dasar oleh perawat untuk menyimpulkan bahwa tujuan yang
telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai.Masalah
gizi kurang pada anak K juga telah teratasi ditunjukkan dengan
peningkatan berat badan sehingga saat ini anak K masuk kedalam kategori
gizi baik.
3.5.1.4 Planning
Untuk tindak lanjut perawat telah memotivasi keluarga untuk meneruskan
perilaku sehat dan perawatan kepada anak K sesuai dengan pengetahuan
yang telah dimiliki keluarga. Keluarga diharapkan melakukan penyusunan
jadwal makan mingguan yang termasuk didalamnya jadwal pemberian
selingan dan jenis selingan untuk anak K.
3.5.2 Evaluasi Sumatif
Asuhan keperawatan yang dilakuakan perawat terhadap keluarga Bapak B
juga dinilai dengan evaluasi sumatif yang dilakukan pada akhir asuhan
keperawatan ketika seluruh intervensi selesai dilaksanakan.Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa keluarga Bapak B telah dapat mengerti,
menyebutkan, dan aktif dalam melakukan apa yang telah diajarkan
perawat pada saat tahap implementasi sehingga dapat disimpulkan bahwa
tujuan asuhan keperawatan telah tercapai.
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
Sebelum dilakukan intervensi keperawatan, keluarga Bapak B berada pada
tingkat kemandirian I, dimana keluarga dapat menerima kehadiran perawat
dan mau mengikuti proses asuhan keperawatan yang dirancanakan namun
belum menyatakan masalah gizi yang dialami oleh anak K. Setelah
40
Universitas indonesia
dilakukan intervensi keperawatan, tingkat kemandirian keluarga Bapak B
meningkat menjadi tingkat kemandirian III. Tingkat kemandirian ini
tercermin dengan mampunya keluarga mengidentifikasi dan menyatakan
masalah kesehatan pada anak K yaitu masalah gizi kurang dan kerusakan
gigi, membawa anak K ke posyandu pada hari penimbangan dan
berkonsultasi dengan perawat mengenai gizi anak K, keluarga juga sudah
menerapkan pearawatan sederhana yang diajarkan perawat terutama dalam
hal memilih dan mengolah selingan sehat untuk anak K, selain itu keluarga
juga sesudah dapat melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan
pemantauan kesehatan anak K dan melakukan modifikasi lingkungan yang
tepat untuk pemberian makan pada balita termasuk mengenai kebersihan
makanan dan memperhatikan kandungan gizi dalam setiap makanannya
termasuk makanan selingan.
41 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan
Cimanggis Kota Depok.Wilayah Cisalak Pasar berbatasan langsung dengan
kelurahan mekarsari dan DKI Jakarta di bagian Utara, berbatasan dengan
kelurahan Harjamukti di bagian Timur, berbatasan dengan Kelurahan Curug
dan Tapos di bagian Selatan, dan berbatasan dengan Kelurahan Sukmajaya di
bagian Barat. Kelurahan ini memiliki 8 rukun warga (RW), menurut sekertaris
kelurahan, RW 08 merupakan kompleks perumahan yang mayoritas dihuni
oleh warga dengan status ekonomi menengah keatas sedangkan 7 RW lainnya
merupakan kampung yang mayoritas stautus ekonomi warganya adalah
menengah kebawah. Berdasarkan rekapitulasi registrasi penduduk kelurahan
Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok pada bulan Desember 2012, RW 07
memiliki jumlah penduduk 2248 jiwa yang terdiri dari 1243 jiwa laki-laki dan
1005 jiwa perempuan.Mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA), beragama Islam, dan berasal dari suku Jawa. Warga
mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta, adapun pekerjaan lainnya seperti
buruh, wiraswasta, PNS, penarik ojek yang memiliki pendapatan > Rp
1.000.000.
Kelurahan Cisalak Pasar belum memiliki puskesmas kelurahan, sehingga
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dapat dijangkau oleh
warganya adalah puskesmas kecamatan Cimanggis yang berjarak kurang lebih
1,5 km dari kelurahan Cisalak Pasar. Terdapat satu pasar di kelurahan ini yang
terletak di RW 04 dan jaraknya dekat dengan rumah warga.Menurut hasil
pengkajian mahasiswa residen spesialis komunitas FIK UI, didapatkan bahwa
masalah gizi kurang pada balita paling banyak terjadi di RW 07 dengan
kejadian masalah gizi sebanyak 13 balita, 8 diantaranya menderita gizi kurang,
dan 5 balita mengalami gizi buruk.
42
Pemukiman warga di RW 07 tampak padat, mayoritas merupakan rumah
pribadi, dan merupakan bangunan permanen.Terdapat beberapa rumah
kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang. Sebagian
besar memiliki halaman depan atau teras walaupun tidak luas. Padatnya
perumahan, dan wilayah yang tidak terlalu luas, mengakibatkan pencahayaan
sinar matahari tidak masuk pada sebagian besar rumah.Tempat pembuangan
sampah umum tidak terlihat dan mayoritas masyarakat tidak memiliki tempat
pembuangan sampah permanen di depan rumah, biasanya hanya menggunakan
kardus atau plastik yang selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan yang
dikelola oleh RW. Terdapat juga warga yang membakar sampah dedaunan
yang berserakan di halaman atau di pinggir jalan. Di beberapa tanah kosong
masih juga dijumpai tumpukan sampah yang sengaja di tumpuk Keadaan got
di sekitar rumah di sekitar RW 07 khususnya RT 02, 03, 04 dan 07 mengalir
lancar dan sistemnya menggunakan sistem terbuka, tetapi ada juga gotyang
tersumbat akibat sampah dedaunan yang mengalir yang biasanya terjadi bila
hujan lebat. Air mengalir dengan lancar dan jernih, warga kebanyakan
mendapatkan air dari sumur di rumah-rumah.
Wilayah RW 07 termasuk salah satu RW terbesar di Cisalak Pasar, untuk
mencapai RW 07 melewati jalan raya yang telah diaspal dan cukup luas dapat
dilewati dua kendaraan roda empat.Jalan kecil atau gang menuju perumahan
warga hanya dapat dilewati 1 kendaraan roda dua dan terbuat dari semen dan
terdapat beberapa jalan yang rusak dan berlubang.Di RT 02 terdapat daerah
tempat penampungan barang bekas yang tampak bertumpuk, becek dan
berbau.. Banyaknya kendaraan yang lewat juga menyebabkan banyak asap di
RW 07.Sumber-sumber bagi warga RW 07 untuk mendapatkan kebutuhan
sehari-hari sangat memadai. Di setiap RT terdapat tukang sayur yang
berjualan, banyak warung makanan yang menjual makanan jadi, juga terdapat
warung-warung yang menjual kebutuhan pokok dan makanan ringan, selain
itu juga banyak penjaja makanan yang berkeliling melewati wilayah RW 07,
dan juga RW 07 dekat dengan pasar cisalak kurang lebih jarak ke pasar 1 km.
43
Fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan oleh warga RW 07 antara
lain puskesmas kecamatan Cimanggis, praktik bidan, posyandu dan posbindu.
Posyandu dan posbindu diselenggarakan satu bulan sekali di RW 07.Posbindu
RW 07 hanya terdapat satu dan biasa dilaksanakan di RT 07.Posyandu dibagi
menjadi tiga posyandu karena banyaknya jumlah balita di RW 07, posyandu
dibagi menjadi flamboyan 1, flamboyan 2, dan flamboyan 3. Tidak semua
warga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, kebanyakan
hanya meminum obat warung ketika mengalami masalah kesehatan dengan
alasan malas, dan keluhan dapat hilang dengan obat warung,
Posyandu flamboyan I mengelola balita yang ada di RT 01 RW 07 Kelurahan
Cisalak Pasar. Setiap bulannya rata-rata 60 balita datang berkunjung ke
posyandu ini. Posyandu dilakukan setiap tanggal 11, kecuali jika tanggal
tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke
hari berikutnya. Posyandu flamboyan I diadakan di salah satu rumah kader RT
01 dengan luas 2m x 1,5m. Lahan posyandu yang terbatas dan cenderung
sempit menjadikan pelaksanaan system 5 meja tidak dapat berlangsung
optimal. Meja 4 tidak dilakukan fungsinya oleh kader sedangkan pada meja 5
tidak diisi oleh petugas kesehatan.Kader di RT 01 ada sebanyak 5 orang,
termasuk Ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan adalah sosis cepat saji,
wafer, dan biskuit. Rata-rata balita di posyandu sering mengalami sakit
batuk,pilek, dan diare, dan terkait masalah nutrisi, beberapa diantaranya
mengalami kesulitan makan dan gizi buruk, serta gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat 1 balita yang telah mendapatkan perawatan saat ada
mahasiswa yang praktik dan telah dirujuk ke puskesmas, namun orang tua
tidak melakukan yang disarankan dan perawatan pun berhenti ketika tidak ada
mahasiswa praktik yang mengelola keluarga tersebut. Penilaian status gizi
yang dilakukan di posyandu inimenghasilkan data 3 balita memiliki status gizi
buruk, 4 balita overweight, dan 5 balita memiliki status gizi kurang.
Posyandu flamboyan 2 mencakup balita yang berada di RT 3, 4, 5, 6, dan 7.
Walaupun RT yang dicakup lebih banyak, rata-rata balita yang hadir saat
44
posyandu setiap bulannya sama dengan falmboyan 1 yaitu sebanyak 60 balita.
Posyandu dilakukan setiap tanggal 19, tetapi apabila bertepatan dengan
tanggal merah atau hari minggu, waktunya akan dimajukan sehari. Flamboyan
2 memiliki tempat sendiri yang cukup luas untuk pengoperasian 5 meja
posyandu, tetapi meja 4 untuk penyuluhan tidak pernah ada kecuali jika ada
mahasiswa yang sedang praktik di wilayah RW 07. Petugas kesehatan yang
jarang hadir saat pelaksanaan posyandu menyebabkan pelaksanaan meja 5
menjadi jarang dilakukan.Kader di posyandu ini ada sekitar 6 termasuk ibu
RT. Makan tambahan yang disediakan beragam seperti telur rebus, bubur,
biskuit, dan susu. Rata-rata balita di poyandu sering sakit batuk, pilek, dan
diare. Menurut kader, ada 1 balita yang berat badannya tidak pernah naik, dari
kader sendiri sudah menyarankan untuk mengunjungi puskesmas tetapi orang
tua tidak pernah melakukan apa yang disarankan. Hasil pengkajian yang
didapat saat pelaksanaan posyandu bulan Mei yang dilakukan pada hari sabtu
18 Mei 2013 pada pukul 8.30 – 10.40 WIB. Balita yang datang berjumlah 54
orang, dengan 29 perempuan dan 25 laki-laki. Dari penilaian statu gizi
didapatkan data 1 balita berada di bawah garis merah, 1 balita overweight, dan
sisanya gizi baik. Makanan tambahan yang diberikan adalah susu kotak untuk
setiap balita yang datang.
Posyandu flamboyan 3 yang membawahi pemeriksaan balita di RT 02 RW 07
biasa diadakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Kader yang bertugas di
posyandu ini berjumlah 5 orang, setiap posyandu biasa dihadiri 3 hingga 5
kader. Kader mengatakan tidak memiliki data lengkap mengenai jumlah balita
dan usia balita di RT tersebut, kader hanya mengetahui berdasarkan
pengunjung posyandu dan berdasarkan balita yang mereka kenal. Menurut
kader jumlah balita yang biasa hadir setiap posyandu sekitar 40 hingga 50
balita, sedangkan jumah balita seluruhnya kurang lebih 60. Pelayanan yang
dilakukan di posyandu ini antara lain, penimbangan, pengisian KMS,
pemberian makanan tambahan, dan pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
Pengukuran panjang badan atau tinggi badan hanya dilakukan saat pemberian
vitamin A, dan berdasarkan wawancara dengan kader, penyuluhan hanya
45
kadang-kadang dilakukan, penyuluhan baru dilakukan apabila kader hadir
seluruhnya saat posyandu.. Makananan tambahan yang diberikan bergantian
antara bubur kacang hijau, telur rebus atau susu, kader mengatakan biasa
memasak sendiri makanan tambahan yang diberikan saat posyandu. Menurut
kader penyakit yang sering diderita balita di RT 02 RW 07 antara lain batuk,
pilek, diare, dan terdapat 1 balita yang sering mengalami kejang demam. Bila
balita sakit biasa dibawa ke praktik Bidan atau puskesmas Mekarsari yang
lebih dekat dari RW 07.Berdasarkan observasi yang dilakukan pada
pelaksanaan posyandu di bulan Mei, didapatkan data jumlah balita yang
berkunjung sebanyak 51 balita. Berdasarkan table pada kartu KMS terdapat 1
balita obesitas, 4 balita overweight, 3 balita dalam garis kuning atau resiko
gizi kurang, dan 3 balita berada dibawah garis merah atau kurang gizi.
Makanan tambahan yang diberikan berupa bubur kacang hijau. Timbangan
yang digunakan hanya timbangan dewasa dan timbangan bayi, tanpa
timbangan dacin.
Kader mengatakan belum pernah diadakan penyuluhan mengenai gizi kurang
kepada kader maupun kepada warga RW 07.Kader juga mengatakan tidak
terlalu mengenal program-program gizi yang ada di puskesmas.Warga tampak
semangat bertanya kepada mahasiswa mengenai gizi balita saat diadakan
posyandu.Kader aktif mengarahkan mahasiswa kepada balita-balita dengan
gizi kurang atau balita yang membutuhkan perhatian khusus untuk masalah
kesehatannya.Keluarga mayoritas menerima kehadiran mahasiswa maupun
petugas kesehatan yang berkunjung.Mayoritas keluarga koperatif dalam
memberikan data masalah kesehatan dan tampak antusias bertanya mengenai
masalah kesehatan pada balita.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori terkait KKMP
Wilayah perkotaan merupakan wilayah dengan perkembangan yang pesat dan
kepadatan penduduk yang tinggi.Kepadatan penduduk yang tinggi dapat
dilihat dari keadaan di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar yang memiliki jumlah
penduduk 2248 jiwa.Mayoritas pekerjaan penduduknya adalah karyawan
46
swasta, buruh, atau wiraswasta dengan penghasilan > 1.000.000.Tidak jarang
warganya juga memiliki pendapatan dibawah Upah Minimum Regional
(UMR).Pendapatan yang terkadang tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari menyebabkan warganya lebih memilih untuk memperhatikan harga
daripada nilai gizi saat memilih bahan makanan.Keadaaan ini tercermin pada
keluarga kelolaan mahasiswa yaitu keluarga Bapak B.
Keluarga Bapak B (44 tahun) dalam pemenuhan makan sehari-hari lebih
memilih makanan yang praktis dan murah sesuai dengan ekonomi
keluarga.Makanan praktis merupakan makanan yang pengolahannya tidak
membutuhkan waktu yang lama.Keadaan ini membuat keluarga Bapak B
sering makan jajanan yang dijajakan disekitar rumah, karena menurut keluarga
Bapak B jajanan ini murah dan juga cukup mengenyangkan.Banyaknya
warung dan penjaja makanan cepat saji di sekitar rumah juga memperparah
kondisi ini.Keluarga, terutama anak K sering mengkonsumsi makanan yang
dijajakan disekitar rumah seperti cuangki, cilok, atau teh dalam
kemasan.Bahan makanan yang bervariasi dan mudah didapat tidak terlalu
mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan keluarga Bapak B. Menurut Ibu
I, dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga dirinya lebih memilih
makanan yang harganya terjangkau dan sesuai selera keluarga.
Kondisi yang dijabarkan diatas sesuai dengan teori yang dikemukanan
olehArgenti (2000), yang menyatakan pemenuhan nutrisi pada masyarakat
perkotaan mengalami beberapa konsekuensi akibat perkembangan perkotaan
yang sangat pesat.Salah satu konsekuensi yang dikemukakan adalah
berubahnya pola konsumsi dan perilaku pembelian makan dimana masyarakat
perkotaan lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji atau membeli
makanan jadi tanpa memperhatikan kualitas bahan yang digunakan. Kondisi
bahan makanan yang secara kuantitas tersedia dan mudah diakses bagi
keluarga sesuai denganteori yang dikemukakan oleh Anonim (2009) bahwa
masyarakat perkotaan memiliki akses yang mudah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan akan bahan makanan. Namun,
47
Hitchcock (1999) menyatakan daerah perkotaan memiliki harga bahan
makanan yang lebih tinggi, menyebabkan masyarakat dengan ekonomi lemah
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Masalah nutrisi yang terjadi dalam keluarga diselesaikan dengan melakukan
asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan model Family Centered
Nursing (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Tahap pengkajian di lakukan
selama 3 kali pertemuan, pada pertemuan awal, mahasiswa melakukan
pengkajian wawancara mengenai masalah-masalah kesehatan yang dirasakan
oleh keluarga, masalah yang dialami masa lalu juga yang dirasakan saat ini.
Dua kali pengkajian berikutnya digunakan untuk melengkapi data baik data
mengenai keluarga maupun individu dalam keluarga dengan wawancara,
observasi, mendengarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan menggunakan
instrumen pengkajian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Friedman, Bowden, dan Jones(2003) bahwa data pengkajian dapat diperoleh
dari wawancara, data objektif yang teramati dan terukur oleh perawat, dan
data subjektif yang dilaporkan oleh keluarga. Pengkajian awal mendapatkan
data bahwa anak K mengalami gizi kurang, keluarga belum menyadari bahwa
anak K mengalami gizi kurang, memberikan makan tidak berdasarkan triguna
makanan, memberikan selingan yang tidak sehat, dan tidak memiliki jadwal
makan untuk anak K.
Diagnosa yang ditegakkan untuk masalah kesehatan keluarga yang terkaji
adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K
dan kerusakan gigi pada anak K. Diagnosa ditegakkan berdasarkan definisi
dan batasan karakteristik pada NANDA (2012). Skoring prioritas masalah dan
perencanaan intervensi keperawatan disetujui bersama dengan keluarga dalam
1 kali pertemuan selama 45 menit. Skoring prioritas masalah dilakukan
bersama keluarga dengan mempertimbangkan sifat masalah, kemungkinan
masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah, dan menonjolnya
masalah berdasarkan teori dari Friedman, Bowden, dan Jones(2003).
Keluarga dan perawat mendapatkan hasil bahwa masalah utama yang akan
48
diatasi adalah masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh pada anak K. Keluarga menyetujui perencanaan yang dibuat perawat
bahwa masalah akan diselesaikan dalam 5 kali pertemuan selama 45 menit.
Intervensi keperawatan yang dilakukan keluarga dilakukan berdasarkan 5
tugas kesehatan keluarga berdasarkan teori dari Maglaya, et all. (2009) yaitu
mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, melakukan perawatan
sederhana , melakukan modifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan. Pertemuan pertama dilakukan agar keluarga dapat
mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, dan melakukan satu
perawatan sederhana yaitu pemilahan makanan berdasarkan triguna makanan.
Keluarga yang sebelumnya belum menyadari bahwa anak K mengalami gizi
kurang kemudian menyadari masalah pada anak K berdasarkan tanda dan
gejala gizi kurang. Pertemuan kedua keluarga diajarkan cara mengolah
makanan dengan baik. Pada pertemuan kedua terobservasi keluarga telah
menerapkan pemberian makan berdasarkan triguna makanan seperti yang
diajarkan sebelumnya. Pertemuan ketiga keluarga mempelajari cara perawatan
pemilihan dan pengolahan selingan sehat untuk balita. Pertemuan keempat
keluarga mempelajari cara penyusunan menu seimbang untuk balita dan
keluarga telah membuat jadwal makan anak untuk seminggu agar pola makan
anak lebih teratur dan tidak berdekatan antara pemberian makanan utama dan
makanan selingan. Cara-cara perawatan sederhana yang diajarkan perawat
sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Nur’aeni (2008), bahwa
pengetahuan gizi balita yang dapat diberikan kepada orang tua mencakup
porsi makan, frekuensi makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita
termasuk jenis makanan selingannya. Pertemuan kelima keluarga
mendapatkan penjelasan mengenai modifikasi lingkungan yang dapat
dilakukan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
Evaluasi dilakukan secara formatif, sumatif, dan evaluasi tingkat kemandirian.
Evaluasi formatif dengan menggunakan format SOAP yaitu Subjektif,
Objektif, Analisis, dan Planning dilakukan pada setiap pertemuan. Evaluasi
49
sumatif dilakukan pada akhir asuhan keperawatan setelah seluruh perencanaan
dilakukan, evaluasi sumatif dilakukan bersamaan dengan evaluasi tingkat
kemandirian. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Asmadi
(2005) bahwa evalluasi sumatif dilakukan setelah seluruh aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan.
4.3 Analisis Intervensi Pemilihan dan Pengolahan Selingan Sehat dengan
Konsep dan Penelitian Terkait
Makanan selingan sehat merupakan makanan selingan yang diberikan secara
tepat, baik tepat waktu pemberian, tepat jenis, dan tepat cara pengolahan.
Pemberian makanan selingan yang tepat bagi balita dapat dilakukan oleh Ibu
dengan pengetahuan yang memadai mengenai selingan.Mahasiswa
melakukan intervensi mengenai pemilihan dan pengolahan cemilan sehat
pada keluarga Bapak B untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak K
(30 bulan) yang selalu mengkonsumsi jajanan yang dibeli dari warung atau
penjaja makanan disekitar rumah.
Intervensi yang dilakukan mahasiswa dengan mendiskusikan dengan
keluarga pengertian selingan sehat dan manfaat selingan sehat. Perawat
memberikan contoh selingan sehat yang dapat diberikan kepada anak K
seperti bubur kacang hijau, kue atau roti, dan puding atau agar-agar, perawat
kemudian memotivasi keluarga untuk membuat sendiri selingan untuk anak
K. Demonstrasi pembuatan selingan sehat dilakukan dengan membuat puding
tinggi karbihidrat dan tinggi protein, kemudian Ibu melakukan redemonstrasi
pembuatan puding tinggi karbohidrat tinggi protein tersebut. Setelah
dilakukan intervensi, mahasiswa terus mengevaluasi perkembangan anak K
dan perilaku pemberian selingan di keluarga.Ibu tampak telah memasak
sendiri makanan selingan untuk anak K seperti bubur kacang hijau dan agar-
agar.Frekuensi anak K mengkonsumsi makanan yang dibeli di warung atau
penjaja makanan menurun dan hampir tidak pernah lagi. Anak K mengalami
kenaikan berat badan sebesar 8 ons setelah 7 minggu mahasiswa melakukan
50
asuhan keperawatan keluarga, dan saat ini anak K termasuk dalam kategori
gizi baik.
Hasil yang didapatkan dari intervensi ini sesuai dengan penelitian dari
Fitriyani (2009) yang menyatakan bahwa pemberian makanan cemilan
merupakan salah satu prinsip pemberian makan yang dapat dilakukan oleh
keluarga dan merupakan tindakan yang sesuai sebagai cara mengatasi gizi
kurang pada balita. Intervensi dengan memotivasi ibu untuk membuat
selingan untuk balitanya juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
.Soenardi (2008) mengatakan bahwa selingan untuk balita lebih baik dibuat
sendiri oleh ibu dirumah, makanan jajanan yang dibeli diluaran lebih banyak
mengandung bahan-bahan yang tidak baik untuk anak sehingga efek yang
diberikan kebalikan dari pemenuhan gizi balita. Dengan motivasi untuk
membuat selingan sendiri, akan mengurangi frekuensi anak mengkonsumsi
jajanan yang banyak mengandung bahan-bahan yang tidak baik bagi tubuh.
Makanan selingan yang diberikan dengan memperhatikan gizi yang
terkandung didalamnya dan waktu pemberiannya dapat menjadi pemecahan
yang tepat untuk pemenuhan kalori balita (FKM UI, 2010).Intervensi ini
dirasa cocok diterapkan pada masyarakat di daerah perkotaan yang menurut
Argenti (2000) lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan praktis tanpa
memperhatikan kandungannya.Peningkatan pengetahuan mengenai fungsi
selingan bagi balita yang dialami oleh Ibu,akan membuat ibu akan berpikir
dua kali untuk memberikan makanan praktis bagi balita yang banyak
dijajakan di sekitar lingkungan rumah.
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan
Mahasiswa menganjurkan adanya tindak lanjut dari petugas kesehatan yang
bertugas di RW 07 termasuk kader posyandu.Kader posyandu harus dapat
menjadi role model dalam perilaku hidup sehat untuk pemenuhan gizi balita.
Salah satu cara dengan menjadikan selingan sehat yang diolah sendiri sebagai
makanan tambahan pada saat posyandu. Diharapkan, dengan cara tersebut
51
dapat memberikan contoh langsung kepada masyarakat makanan selingan
yang mudah pengolahannya dan juga sehat bagi balita. Cara ini sudah
diterapkan pada posyandu flamboyan 1, 2, dan 3 pada pelaksanaan posyandu
di bulan Juni 2013. Keluarga juga dapat mengkombinasikan antara jadwal dan
menu makan yang dibuat perminggu dengan jadwal pemberian selingan,
dengan cara ini diharapkan pola makan anak lebih teratur dan sesuai
kebutuhan. Perawat komunitas dapat menjadikan selingan sehat sebagai salah
satu upaya mengatasi gizi kurang pada balita dengan melakukan pembekalan
cara membuat balita tertarik dengan makanan selingan yang diolah sendiri
dirumah.
52 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mengalami perkembangan
secara pesat. Pembangunan dan perkembangan yang dialami oleh wilayah
perkotaan memiliki dampak baik bagi lingkungan fisik perkotaan dan juga
bagi masyarakat perkotaan. Salah satu dampak yang dapat terjadi adalah
dalam hal pemenuhan nutrisi masyarakat perkotaan. Sebagai kelompok umur
yang merupakan konsumen pasif dalam keluarga, balita menjadi kelompok
usia yang beresiko mengalami masalah pemenuhan nutrisi. Daerah perkotaan
yang juga terkena dampak pemenuhan nutrisi dalam perkotaan adalah Kota
Depok dimana salah satu kecamatan dengan angka gizi buruk terbanyak
adalah Kecamatan Cimanggis yang mencakup Kelurahan Curug dan
Kelurahan Cisalak Pasar.
Mahasiswa, yang mengaplikasikan teori dan konsep keperawatan komunitas
melakukan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga pada salah satu RW
yang merupakan kantong balita gizi buruk di Kelurahan Cisalak Pasar, yaitu
RW 07. Keluarga yang dikelola oleh mahasiswa adalah keluarga Bapak B
dengan masalah gizi kurang pada balita yaitu anak K. Asuhan keperawatan
yang dilakukan meenggunakan pendekatan model Family Centered
Nursing.Pengkajian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan
pemeriksaan fisik dilakukan selama 4 kali pertemuan.
Anak K yang berusia 30 bulan termasuk dalam kategori gizi kurang
berdasarkan tabel NCHS. Perencanaan intervensi dilakukan bersama keluarga
setelah masalah teridentifikasi dan disepakati akan menyelesaikan bersama
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K
selama 5 kali pertemuan intervensi. Intervensi yang dilakukan antara lain
memilah makanan berdasarkan triguna makanan, pengolahan makanan
bergizi, cara pengolahan bahan makanan yang baik, menentukan porsi makan
53
Universitas Indonesia
untuk balita, dan pemilihan dan pengolahan selingan sehat. Intervensi yang
menjadi intervensi unggulan oleh mahasiswa adalah pemilihan dan
pengolahan selingan sehat.
Hasil evaluasi yang didapatkan oleh mahasiswa, keluarga telah dapat mengerti
mengenai pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi
kurang, menyatakan bahwa anak K mengalami masalah gizi kurang. Keluarga
juga sudah mengerti dan dapat mendemonstrasikan kembali cara-cara
perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gizi kurang pada anak di
rumah. Modifikasi lingkungan juga telah dilakukan keluarga untuk pemberian
makan pada anak, dan keluarga telah mengerti manfaat pelayanan kesehatan
dan pelayanan kesehatan apa saja yang dapat dicapai oleh keluarga. Tingkat
kemandirian keluarga meningkat dari tingkat I menjadi tingkat III. Anak K
mengalami kenaikan berat badan sebanyak 8 ons setelah 6 minggu pertemuan,
dan saat ini termasuk dalam kategori gizi baik.
5.2 Saran
Berdasarkan proses dan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan
ini, mahasiswa dapat memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
membantu dalam penelitian selanjutnya, atau penerapan asuhan bagi balita
gizi kurang
5.2.1Puskesmas
Puskesmas disarankan agar dapat memberikan perhatian khusus pada
keadaan gizi balita di Kelurahan Cisalak Pasar. Puskesmas juga dapat
berperan aktif di masyarakat dengan memberikan motivasi dan pendidikan
kesehatan kepada keluarga untuk mengatasi atau mencegah gizi kurang pada
balita.
5.2.1 Keluarga dengan Balita
Keluarga disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai gizi
kurang pada balita dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gizi
54
Universitas Indonesia
kurang terutama dengan menggunakan selingan sehat. Mahasiswa juga
menyarankan agar keluarga mengawasi makanan apa saja yang dikonsumsi
balitanya, atau keluarga dapat membuat jadwal menu makan yang
terintegrasi dengan jadwal pemberian selingan agar pola makan anak lebih
terkontrol dan adekuat.
5.2.3 Perawat
Penulis menyarankan agar perawat komunitas terus mengembangkan
pengetahuan dan inovasi-inovasi untuk mengatasi gizi kurang pada balita
khususnya di wilayah perkotaan.
55 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. (2010). Waspadai gizi balita anda. Jakarta: Gramedia
Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing:promoting & protecting the public’s health. Philadelphia : LippincottWilliams & Wilkins.
Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. (2009). Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 21 Juni 2013.Universitas Gunadarma. http://elearning.gunadarma.ac.id
Argenti, O. (2000). Feeding the cities: food supply and distributions. AchievingUrban Food and Nutrition Security in the Developing World,5 (10). 23 Juni 2013.http://www.ifpri.org/sites/default/files/pubs/2020/focus/focus03/focus03_05.pdf
Asmadi. (2005). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC
Brown, J., et all. (2011). Nutrition through the life cycle (4th ed). Belmont:Wadsworth.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). (2009). Megapolitan-paparan bappenas. 21 Juni 2013.http://www.ipdn.ac.id/arikel/paparan_bappenas.pdf
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2010). Gizi danKesehatan Masyarakat. Jakarta: Grafindo
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.(2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. BadanPerencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.(2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta.http://www.yanmedik.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.(2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta:Departemen Kesehatan.
Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktikdalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
56
Universitas Indonesia
Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhikebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:caring in action. Delmar Publishers. International Thomson PublishingCompany.
Irianto, D. P. (2006). Pedoman gizi lengkap keluarga dan olahragawan.Yogyakarta: Andi
Iswanto, J. (2010). Konsep kesehatan perkotaan. 21 Juni 2013.http://www.slideshare.net/alunand350/konsep-kesehatan-perkotaan
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Keputusan menteri kesehatan republikindonesia tentang standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta:Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat BinaGizi
Lawson, L., Peate, I. (2009). Essential nursing care: a workbook for clinicalpractice. West Sussex: John Wiley & Sons
Maglaya, A. S., et all. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).Philippine : Argonauta Corporation.
Mulyaningsih, E. S. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein, dan faktorlain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin KabupatenBandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan
NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC
Nur’aeni. (2008). Hubungan antara asupan energi, protein dan faktor laindengan status gizi baduta (0-23 bulan) di wilayah kerja puskesmas depokjaya tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia. Tidak Diterbitkan
Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI. (2013). Lokakarya minikesehatan tingkat kelurahan cisalak pasar. Dipresentaskan saat LokakaryaMini Kesehatan Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.
57
Universitas Indonesia
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Safi’I, A. (2008). Gambaran penyelenggaraan pelatihan tatalaksana gizi burukdalam rangka persiapan theurapeutic feeding center di dinas kesehatankota depok jawa barat tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia. Tidak Dipublikasikan
Soenardi, T. (2008). Variasi makanan balita: kiat atasi masalah makan padaanak. Jakarta: Gramedia
Sumardjito. (2000). Permasalahan perkotaan dan kecenderungan perilakuindividualis penduduknya. Yogyakarta: FPTK IKIP
Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan hati: tantangan yang menyenangkan.Jakarta: Gramedia
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC
Thompson, J. (2003). Toddlercare: pedoman merawat balita (Novita Jonathan,Penerjemah). Jakarta: Erlangga
UNICEF. (2009). Tracking progress on child and maternal nutrition. New York:United Nations Children’s Fund
UNICEF. (2000). Millenium Development Goals: a Compact among Nations toEnd Human Poverty in 2015. http://mdgs.un.org.
WHO. (1997). WHO global database on child growth and malnutrition. Jenewa:WHO
Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6.Jakarta: EGC.
Zega, H. R. (2012). Status gizi balita dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010(analisis data sekunder riskesdas 2010). Skripsi. Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama KK : Bapak B
2. Alamat : RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,
Kota Depok
3. Komposisi Anggota Keluarga
No. Nama Jenis Kelamin HubunganKeluarga
Usia PendidikanTerakhir
1. Bapak B Laki-laki Suami/Ayah 44 tahun STM
2. Ibu I Perempuan Istri/Ibu 43 tahun SMA
3. An. F Laki-laki Anak 21 tahun SMA
4. An. H Laki-laki Anak 15 tahun SMP
5. An. K Perempuan Anak 30 bulan -
Genogram:
-
Ibu I(43)tahun
Bp. B(44tahun)
An. H(15tahun)
An. F(21tahun)
An. K(30Bulan)
Keterangan :- Bapak B (44 tahun) tinggal serumah dengan ibu S (43 tahun), An.
F (21 tahun), An. H (15 tahun), dan an. K (30 bulan). Anak K
mengalami masalah kesehatan gizi kurang dan kerusakan gigi,
sementara Ibu I mengalami riwayat nyeri sendi yang saat ini sudah
tidak dirasakan lagi
- Ayah Ibu I meninggal dunia sekitar 4 bulan yang lalu akibat sakit
jantung koroner.
- Tidak ada penyakit turunan yang teridentifikasi dalam keluarga
4. Tipe Keluarga
Keluarga Bpk B adalah keluarga dengan tipe nuclear family atau
keluarga inti dimana dalam satu rumah hanya terdapat ayah, ibu, dan
juga anak.
5. Suku
Bapak B berasal dari Jawa sedangkan Ibu I merupakan warga asli
Betawi. Kerabat Ibu I banyak tinggal di sekitar rumah keluarga Bapak
B dan kekerabatannya sangat erat terlihat dengan seringnya keluarga
Ibu I berkumpul. Ibu I mengatakan tidak ada kebiasaan khusus
mengenai makanan atau kebiasaann sehari-hari terkait suku keluarga.
6. Agama
Keluarga Bpk B menganut agama Islam. Bpk. B, Ibu I, dan anak H rajin
dalam menjalankan kewajiban dalam beribadah (sholat 5 waktu, puasa
Ramadhan, membaca Al-Qur’an). Menurut Ibu I anak F agak bandel
dalam menjalankan ajaran agama, tetapi keluarga tidak memarahi
karena menurut keluarga anak F sudah dewasa dan semestinya telah
dapat mengatur kehidupannya sendiri. Keluarga juga menghindari
makan makanan yang dilarang oleh agama.
7. Status Sosial Ekonomi
Keluarga Bapak B merupakan keluarga dengan status sosial ekonomi kelas
menengah kebawah. Bapak B saat ini bekerja sebagai buruh pabrik,
dengan penghasilan ± Rp. 2.000.000,- selain dari penghasilan Bapak B
keluarga juga mendapatkan tambahan dari anak F yang telah bekerja
sebagai wiraswasta bersama teman-temannya, menurut Ibu I anak F sering
memberi ± 500.000 dalam sebulan. Fasilitas yang dimiliki keluarga adalah
rumah, dan sepeda motor yang sering digunakan oleh anak F. Selain itu, di
rumah keluarga tampak terdapat televise, kulkas, dan keluarga juga
menggunakan handphone masing-masing untuk berkomunikasi. Anak K
juga memiliki banyak mainan dirumah.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bapak B jarang melakukan rekreasi. Menurut Ibu I, rekreasi
yang dilakukan keluarga hanya berjalan-jalan di swalayan dekat rumah.
Pergi ketempat rekreasi paling banyak 3 kali dalam setahun.
II. Riwayat Tumbuh Kembang Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Inti
Keluarga Bapak B merupakan keluarga dewasa awal dengan tugas
perkembangan antara lain: memperluas keluarga inti menjadi keluarga
besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua
memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri di masyarakat, dan
penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah
mengembangkan keluarga menjadi keluarga besar karena anak tertua
keluarga ini yaitu anak F belum menikah
3. Riwayat Keluarga Inti
Bapak B dan Ibu I bertemu di daerah Cisalak Pasar, saat Bapak B sedang
merantau dari Jawa. Ibu I sudah tinggal di daerah Cisalak Pasar semenjak
kecil. Bapak B dan Ibu I sempat berpacaran namun tidak lama kemudian
memutuskan untuk menikah. Ibu I sempat menderita nyeri sendi kurang
lebih 6 bulan lalu, saat itu Ibu I samapi tidak dapat menggerakkan
badannya. Menurut Ibu I dirinya dicurigai menderita chikungunya, namun
ia tidak melakukan pemeriksaan lanjutan karena takut. Ia hanya dirawat
dirumah, beristirahat dan meminum obat dari bidan. Saat ini Ibu I
mengatakan dirinya sudah sembuh total.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Ibu I mengatakan ayahnya meninggal dunia karena penyakit jantung
koroner, namun tidak menderita hipertensi maupun DM. Keluarga Bapak
B juga tidak ada yang menderita hipertensi ataupun DM. Menurut Ibu I,
anak H saat kecil juga berbadan kurus, namun tidak pernah bermasalah.
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Tipe rumah Bpk B adalah bangunan permanen dengan status
kepemilikan sendiri. Rumah Bpk B memiliki 4 ruangan, yaitu dua
kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. Kamar
mandi keluarga menggunakan model toilet jongkok. Rumah Bpk B juga
memiliki teras di bagian depan rumah yang tidak terlalu luas, biasa
digunakan untuk memarkir motor atau untuk duduk duduk. Tidak ada
lahan sisa disamping rumah, rumah keluarga Bapak B berbatasan
langsung dengan rumah keluarganya. Lantai rumah terbuat peluran
semen. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan,
jendela depan yang selalu dibuka hingga malam hari, menurut anak F
lingkungan rumahnya aman walaupun pintu dan jendela terbuka.
Keluarga tidak memiliki ruang makan khusus, saat makan biasanya
menggunakan ruang tamu yang sekaligus berfungsi sebagai ruang
keluarga, sedangkan saat member makan untuk anak K Ibu I biasa
berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah. Sumber air yang digunakan
sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran
pembuangan air adalah selokan yang mengalir di depan rumah. Tempat
pembuangan sampah adalah tong sampah yang sampahnya diambil oleh
petugas kebersihan setiap dua kali satu minggu, yaitu setiap hari senin
dan kamis.
Denah rumah
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
RT. 02 RW 07 mayoritas berasal dari suku Betawi. Keluarga Bapak B
banyak mengenal tetangga sekitarnya karena Ibu I tinggal di lingkungan
tersebut semenjak kecil. Keluarga Ibu I juga tinggal tidak jauh dari rumah
Kamartidur
DapurKamarMandi
Ruangtamu
Teras
Ket:
Jendela
Kamartidur
keluarga Bapak B yaitu di RT. 01 RW 07. Masyarakat sekitar sering
berkumpul terutama Ibu-ibunya. Mereka sering berkumpul didekat masjid
RT 01 yang dekat dengan RT 02. Banyak terdapat warung dan penjual
jajanan di seitar rumah.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga bapak B sebelumnya tinggal bersama keluarga Ibu I di RT 01
RW 07 selama ± 19 tahun. Menempati rumah yang saat ini ditempati
selama kurang lebih 2 tahun
4. Perkumpulan Keluarga & Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga seringberkumpul di malam hari saat Bapak B dan anak F
telah pulang dari bekerja. Sehari-hari anak K diasuh oleh Ibu I dan
sering diajak bermain bersama kakak keduanya yaitu anak H. Keluarga
selalu makan malam bersama. Ibu I dan anak K sering berkumpul
bersama warga lingkungan sekitar sementara Bapak B kurang aktif
dalam kegiatan di lingkungan rumahnya.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Seluruh anggota keluarga Bapak B terdaftar dalam program Jamkesda.
Sementara Bapak B juga terdaftar dalam Jamsostek dari tempat kerjanya.
Ibu I mengatakan keluarga Ibu I sering membantu jika keluarga Bapak B
mengalami kesulitasn dan membutuhkan bantuan terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi pada keluarga Bpk. B dilakukan secara terbuka. Pada saat
keluarga sedang berkumpul yaitu pada malam hari keluarga selalu
bercerita mengenai apa yang dialami pada hari itu. Jika ada masalah
biasa dikomunikasikan dan dipecahkan bersama-sama. Ibu I
mengatakan Bapak B merupakan orang yang demokratis dan dekat
dengan anak-anaknya karena berkomunikasi dengan baik dan tidak
otoriter.
2. Struktur Kekuatan keluarga
Pengambil keputusan pada keluarga Bpk. B, namun Bapak B masih
mempertimbangkan pendapat dari anggota keluarga walaupun ia yang
memutuskan keputusan akhir.
3. Struktur Peran Keluarga
Bapak B memiliki peran sebagai kepala keluarga, suami Ibu I, dan
merupakan bapak dari ketiga anakya. Bapak B merupakan tulang
punggung keluarga dan pengambil keputusan utama dalam keluarga.
Ibu I memiliki peran sebagai istri Bpk B, dan pengatur rumah tangga.
Ibu I sehari-hari mengurus rumah dan anak.
Anak F sabagai anak tertua dan sebagai pendukung ekonomi keluarga
Anak H sebagai anak kedua, biasanya membantu Ibu I dalam
mengurus adiknya dan mengurus rumah
Anak K sebagai anak bungsu dalam keluarga
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan
nilai dalam agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat di
sekitarnya. Keluarga saling menghormati satu sama lain terutama
menghormati yang lebih tua.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afeksi
Sesama anggota keluarga saling menyanyangi dan saling
memperhatikan kebutuhan masing-masing. Ibu I mengurusi kebutuhan
seluruh anggota keluarga dan saat ada anggota keluarga yang sakit
seluruh anggota keluarga ikut mengurusi. Keluarga Bapak B dekat satu
sama lain, walaupun Bapak B dan anak F sehari-hari bekerja, Ibu I
mengatakan tidak merasa jauh karena selalu berkumpul pada malam
hari. Anak K juga dekat dengan kakak-kakaknya walaupun perbedaan
usia mereka cukup jauh. Anak K sering diajak bermain oleh kakak-
kakaknya, dan dibelikan mainan oleh anak F. Ibu I tampak sangat
menuruti anak K, apa yang diminta anak K akan diberi terutama dalam
makan dan jajan. Anak K setiap hari jajan di warung atau jajan di
penjual jajanan sekitar rumah.
2. Fungsi Sosialisasi
Setiap anggota keluarga berinteraksi baik dengan sesama anggota
keluarga. Anggota keluarga didukung untuk memiliki banyak teman
termasuk Ibu I. Teman-teman anak H dan anak F sering bermain
kerumah keluarga Bapak B. Ibu I juga dekat dengan tetangga-
tetangganya, sering mengikuti kegiatan di lingkungan seperti pengajian
atau arisan.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Anak K mengalami masalah gizi kurang dari hasil penimbangan di
posyandu, Ibu telah mengetahui bahwa berat anaknya kurang berdasarkan
KMS namum tidak menyadari bahwa anaknya mengalami gizi kurang. Ibu
I mengatakan tidak merasa ada masalah pada anak K hanya beratnya
kurang. Ibu I selama ini memasakkan satu jenis lauk untuk makanan
keluarga termasuk anak K. Terkadang anak K tidak makan nasi karena
kenyang dengan jajanan warung dan menurut Ibu I hal ini tidak masalah
yang penting anak K terisi perutnya. Bapak B juga mengatakan yang
penting makan dan kenyang dengan makanan yang tidak mahal. Keluarga
memberikan imunisasi secara lengkap pada anak K, dan membawa anak K
ke posyandu setiap bulannya untuk ditimbang. Ketika sakit, biasanya
anggota keluarga meminum obat warung saja termasuk untuk anak K.
Menurut keluarga dengna meminum obat warung, sakit yang dialami
keluarga sudah dapat diatasi sehingga tidak perlu ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Keluarga mau menerima kehadiran perawat dan mau
mendengar penjelasan mengenai perawatan untuk masalah kesehatan
keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
Bapak B bekerja sebagai buruh pabrik dan anak F bekerja membantu
usaha temannya. Sumber penghasilan utama keluarga adalah Bapak B
dan Ibu I mengatur keuangan keluarga setiap bulannya.
VI. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Pendek
Keluarga merasa anak F seharusnya dapat meneruskan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi, namun karena keadaan ekonomi keluarga anak F
harus bekerja. Bapak B mengatakan terkadang merasa sedih namun
melihat anak F yang giat bekerja dirinya merasa sangat terbantu
2. Stressor Jangka Panjang
Ibu I dan Bapak B merasa takut tidak dapat menjag anak K sampai dewasa
karena usia mereka yang sudah tua. Ibu I dan Bapak K merasa harus
menabung untuk anak K karena mereka takut akan meninggalkan anak K
sebelum anak K dewasa
3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
Keluarga saling berkomunikasi dengan baik mengenai apa yang mereka
rasakan
4. Strategi Koping yang Digunakan
Ibu I mengatakan cara mengurangi stress nya adalah dengan bercerita,
mencari kegiatan agar tidak berpikiran yang macam-macam atau
berkumpul bersama tetangganya. Selain itu berkumpul dan bercanda
dengan seluruh anggota keluarga sering dilakukan untuk menghibur diri
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Tidak ada
VII. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan adanya praktik mahasiswa ilmu keperawatan
keluarga, keluarga dapat mendapatkan informasi tentang kesehatan,
terutama cara-cara untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami
keluarga sehingga dapat tercapai peningkatan kesehatan dalam keluarga.
VIII. Pemeriksaan Fisik
Jenis
Pemeriksaa
n
Bpk B Ibu I Anak H Anak K
Suhu 37ºC 36,8 ºC 37,3 ºC 36,5 ºC
Nadi 80x/menit 82x/menit 76x/menit 94x/menit
RR 20x/menit 18x/menit 20x/menit 26x/menit
TD 120/80
mmHg
100/70
mmHg
120/80
mmHg
-
BB 68 kg 50 kg 55 kg 10 kg
TB 165 cm 153 cm 157 cm 82 cm
Kepala lesi (-),
massa (-)
penyebaran
rambut
merata,
rambut
Lesi (-),
massa (-)
penyebaran
rambut
merata,
rambut
lesi (-),
massa (-)
penyebaran
rambut
merata,
rambut
Lesi (-),
massa (-),
rambut
berwarna
kemerahan,
tipis,
normal, muai
tampak
rambut putih
di beberapa
bagian
rambut
ketombe (-)
berwarna
kehitaman
lebat, tidak
mudah
rontok,
ketombe (-)
berwarna
kehitaman
lebat,
tampak
berminyak,
tidak mudah
rontok,
ketombe (-)
tampak
bersih
persebaran
merata,
tidak mudah
rontok,
tampak
bersih
Mata Anemis (-),
ikterik (-),
diplopia (-),
pupil isokor,
simetris
Anemis (-),
ikterik (-),
diplopia (-),
pupil isokor,
simetris
Anemis (-),
ikterik (-),
diplopia (-),
pupil isokor,
simetris
Anemis (-),
ikterik (-),
diplopia (-),
pupil isokor,
simetris
Telinga Berdengung
(-), simetris,
bersih,
serumen (-)
Berdengung
(-), simetris,
bersih,
serumen (-)
Berdengung
(-), simetris,
bersih,
serumen (-)
Berdengung
(-), simetris,
bersih,
serumen (-)
Hidung Tidak ada
sumbatan,
sekret (-) ,
simetris
Tidak ada
sumbatan,
sekret (-),
simetris
Tidak ada
sumbatan,
sekret (-),
simetris
Tidak ada
sumbatan,
sekret (-),
simetris
Mulut dan
gigi
Mulut
tampak
lembab, gigi
putih, caries
(+), sariawan
(-)
Mulut
tampak
lembab, gigi
putih, caries
(-), sariawan
(-)
Mulut
tampak
lembab, gigi
putih, caries
(-), sariawan
(-)
Mulut
tampak
lembab, gigi
putih, caries
(+), gigi
nampak
coklat
kehitaman
sariawan (+)
Leher Nyeri
tengkuk (-),
pembesaran
kelenjar
getah bening
(-), distensi
vena
jugularis (-)
Nyeri
tengkuk (-),
pembesaran
kelenjar
getah bening
(-), distensi
vena
jugularis (-)
Nyeri
tengkuk (-
),
pembesaran
kelenjar
getah
bening (-),
distensi
vena
jugularis (-)
Nyeri
tengkuk (-
),
pembesaran
kelenjar
getah
bening (-),
distensi
vena
jugularis (-)
Dada/thora
x
Simetris,
ronkhi (-),
wheezing (-),
sesak (-), S1
dan S2
normal,
gallop (-)
Simetris,
ronkhi (-),
wheezing (-),
sesak (-), S1
dan S2
normal,
gallop (-)
Simetris,
ronkhi (-),
wheezing (-
), sesak (-),
S1 dan S2
normal,
gallop (-)
Simetris,
ronkhi (-),
wheezing (-
), sesak (-),
S1 dan S2
normal,
gallop (-)
Abdomen Nyeri tekan
(-), massa (-),
lesi (-),
hepatomegali
(-), bising
usus 10
x/menit
Nyeri tekan
(-), massa (-),
lesi (-),
hepatomegali
(-), bising
usus 8
x/menit
Nyeri tekan
(-), massa (-
), lesi (-),
hepatomega
li (-), bising
usus 12
x/menit
Nyeri tekan
(-), massa (-
), lesi (-),
hepatomega
li (-)
Ekstremita
s
Sianosis (-),
Edema (-),
lesi (-), luka
lama sembuh
(-), rentang
gerak aktif,
tidak ada
keterbatasan
Sianosis (-),
Edema (-),
lesi (-), luka
lama sembuh
(-), rentang
gerak aktif,
tidak ada
keterbatasan
Sianosis (-),
Edema (-),
lesi (-), luka
lama
sembuh (-),
rentang
gerak aktif,
tidak ada
Sianosis (-),
Edema (-),
lesi (-), luka
lama
sembuh (-),
rentang
gerak aktif,
tidak ada
gerak pada
bagian tubuh,
refleks (+),
kekuatan otot
penuh
gerak pada
bagian tubuh,
refleks (+),
kekuatan otot
penuh
keterbatasan
gerak pada
bagian
tubuh,
refleks (+),
kekuatan
otot penuh
keterbatasan
gerak pada
bagian
tubuh,
refleks (+),
kekuatan
otot penuh
Kulit Tampak
bersih, gatal
(-), turgor
baik, warna
sawo
matang,
tampak
kering
Bersih, gatal
(-), turgor
baik, warna
kuning
langsat,
tekstur halus,
lembab
Tampak
bersih, gatal
(-), turgor
baik, warna
sawo
matang,
lembab
Tampak
bersih,
gatal-gatal
(-), lesi (-),
kemerahan
(-), kuning
langsat,
tidak
kusam,
lembab
Kuku Bersih,
sianosis (-),
ada yang
panjang
Bersih,
sianosis (-),
tidak ada
yang panjang
sianosis (-),
tampak
kuku
panjang dan
agak kotor
Bersih,
sianosis (-),
kuku
pendek
Lampiran 2: Analisis Masalah
ANALISIS DATA MASALAH KEPERAWATAN
DATA MASALAH KEPERAWATANDATA SUBJEKTIF:
- Ibu mengatakan anaknya hanya maumakan dengan satu lauk saja
- Ibu mengatakan anaknya sering jajanmakanan ringan di warung dan tukangjualan yang lewat didepan rumahnya
- Ibu mengatakan anaknya susah naikberat badannya dan sering sakit
- Anak K makan nasi dua kali sehari,dengan porsi 3-6 sendok makan danbiasa makan dengan lauk sop ayam danjarang makan buah
- Ibu memasak sendiri, biasanya satulauk dan tidak pernah memasakselingan
- anak K masih sering meminta ASI,walaupun ASI ibunya sudah sedikit,tidak mau minum susu formula, hanyamau susu kotak
- Ibu mengatakan dirinya memberimakan anaknya mengikuti kemauananaknya saja
DATA OBJEKTIF:- BB : 10 kg- TB: 82 cm- Lingkar lengan atas(LiLa): 13 cm
- KMS: Garis kuning- BB/U: Gizi kurang (antara -3SD - -
2SD)- TB/U: Pendek (antara – 3SD - - 2SD)- TB/BB: Normal (-1SD)- LiLa : Kurang (antara – 3 SD- - 2 SD)- Tampak jajan makanan warung dan
jajanan di sekitar rumah seperti cilok,cuangki, teh dalam kemasan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang darikebutuhan tubuh pada anak K.
DATA SUBJEKTIF:- Ibu mengatakan anak K tidak mau
menggosok gigi
Kerusakan gigi pada anak K
- Ibu mengatakan anak K seringmengalami sariawan
- Ibu mengatakan jika menggosok gigipasta gisi akan ditelan oleh anak K
- Ibu mengatakan tidak melakukankebersihan gigi dan mulut untuk anakK sehari-hari
- Ibu mengatakan anak K suka makanyang manis-manis seperti kue, permen,dan teh
DATA OBJEKTIF:- Gigi anak K tampak kehitaman- Tampak sering mengkonsumsi permen
lollipop dan teh dalam kemasan- Tampak sariawan di mulut anak K
Lampiran 3: Skoring Masalah
SKORING MASALAH KEPERAWATAN
1. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K
Kriteria Skor AngkaTertinggi
Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifatmasalah=kurang sehat
3 3 1 3/3x1= 1 Anak K termasukdalam kategori gizikurang menurut tabelKMS dan juga tabelNCHS
Kemungkinanmasalahuntuk dapatdiubah=DenganMudah
2 2 2 2/2x2= 2 Keluarga antusiasuntuk menanganimasalah, Ibu jugamemasak untuk anakK setiap harinya
Potensimasalahuntuk dapatdicegah=Tinggi
3 3 1 3/3X1= 1 Anak K memilikinafsu makan yangcukup baik, maumemakan yangdiberikan ibunya
Menonjolnyamasalah=Masalahberat, harussegeraditangani
2 2 1 2/2x1= 1 Anak K sering sakitterutama diare danISPA, nutrisi yangadekuat sangatdibutuhkan pada anakK (30 bulan)
Total = 5
2. Kerusakan gigi pada anak K.
Prioritas Masalah Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak K2. Kerusakan Gigi pada Anak K
Kriteria Skor AngkaTertinggi
Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifatmasalah=kurang sehat
3 3 1 3/3x1= 1 Gigi anak K tampakmenghitam, Ibu tidakmelakukan kebersihangigi untuk anak Ksehari-hari
Kemungkinanmasalahuntuk dapatdiubah=hanyasebagian
1 2 2 1/2x2= 1 Ibu mengatakan anakK sudah terbiasa tidakmenggosok gigi,keluarga juga tidakbiasa menggosok gigisetelah makan dansebelum tidur
Potensimasalahuntuk dapatdicegah=cukup
2 3 1 2/3X1= 2/3 Anak K makanmakanan manishampir setiap hari
Menonjolnyamasalah= adamasalahtetapi tidakperlu segeraditangani
1 2 1 1/2x1= 1/2 Ibu mengatakan gigianak K akan tanggalkarena masih gigisusu sehingga Ibutidak ingin memaksaanak K untukmenggosok gigi
Total = 3 1/6
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGAN GIZI KURANG
No DiagnosaKeperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi KeperawatanJangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
1. Gangguanpemenuhankebutuhan nutrisi:kurang darikebutuhan tubuhpada An. K
Setelahdilakukanpertemuansebanyak 4 kalikunjungan,keluarga mampumemenuhikebutuhan nutrisianak K yangditandai denganpeningkatan BB
1. Setelah dilakukanpertemuan Isebanyak 1x45menit, keluargamampu mengenalmasalah kuranggizi.
1.1 Menyebutkandefinisi gizi.
1.2 Menyebutkandefinisi kurang gizi
Respon verbal
Respon verbal
Keluarga menyebutkanGizi yaitu zat-zat yangada di dalam makananyang diperlukan tubuhuntuk kelangsungankehidupannya.
Keluarga menyebutkanKurang gizi adalahsuatu keadaan dimanatubuh tidakmendapatkan zat-zat
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai pengertiangizi.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenai pengertiangizi yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai pengertian gizi denganmenggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materiyang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai pengertiankurang gizi.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
1.3 Menyebutkan tandadan gejala masalahkurang gizi.
1.4 Menyebutkanpenyebab timbulnyamasalahkurang gizi.
Respon verbal
Respon verbal
tubuh tertentu darimakanan.
Anggota keluargamampu menyebutkan 4dari 5 tanda dan gejalakurang gizi, yaitu:a. badan kurus.b. Rambut tipis dan
mudah dicabut.c. Lemah dan pucat.d. Kulit kering dan
kusam.e. Kaki, tangan, dan
sekitar matabengkak.
Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 penyebab kurang
pemahaman keluarga mengenai pengertiankurang gizi yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai pengertian kurang gizi denganmenggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materiyang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai tanda dangejala kurang gizi.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenai tanda dangejala kurang gizi.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai tanda dan gejala kurang gizidengan menggunakan media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai penyebab
1.5 Mengidentifikasianggota keluarga yangmengalami kurang gizi.
Respon verbal
gizi, yaitu:a. makanan yang
masuk ke dalamtubuh kurang darikebutuhan tubuh.
b. Makanan yangmasuk ke dalamtubuh tidakseimbang.
c. Makan tidakteratur.
d. Adanya penyakittertentu.
Keluarga mengatakananak mengalamikurang gizi denganmenyebutkan tanda dangejala tubuh yangkekurangan zat gizi.
kurang gizi.b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai penyebabkurang gizi yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai penyebab timbulnya kurang gizidengan menggunakan media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluarga untukbertanya tentang materi yang disampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulang materiyang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggotakeluarga yang mempunyai tanda dan gejalatubuh kekurangan gizi.
b. Berikan reinforcement positif atas apa yangtelah dikemukan keluarga yang tepat danbenar.
2. Setelah dilakukanpertemuan ke 1sebanyak 1x40menit, keluargamampu mengambilkeputusan dalammerawat anggotakeluarga yangmengalami kuranggizi.
2.1Menyebutkanakibat kurang gizi. Respon verbal Anggota keluarga
mampu menyebutkan 2a. Diskusikan bersama keluarga apa yang
diketahui keluarga mengenai akibat
2.2Pengambilankeputusan untukmengatasi anggotakeluarga yangmengalami kuranggizi.
Respon afektif
dari 3 akibat kuranggizi, yaitu:a. gangguan
pertumbuhan.b. Mudah terserang
penyakit.c. Menurunkan daya
pikir/kecerdasan
Keluarga memutuskanuntuk merawat anakyang mengalamikurang gizi.
kurang gizi.b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai akibatkurang gizi.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai kurang gizi denganmenggunakan media flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadapmateri yang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Bantu keluarga untuk mengenal danmenyadari adanya masalah kurang gizisesuai dengan materi yang telahdiberikan.
b. Bantu keluarga untuk memutuskanmerawat anggota keluarga yangmengalami kurang gizi
c. Berikan reinforcement atas keputusanyang telah diambil
3. Setelah dilakukanpertemuan ke 2sebanyak 1x40menit, keluargamampu merawatanggota keluargayang mengalamikurang gizi.
3.1. Menyebutkantriguna makanan.
Respon verbal Keluarga menyebutkankomponen Triguna
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai triguna
3.2Menyebutkan caramengatasi masalahkurang gizi.
Respon verbal& psikomotor
makanan beserta 2contohnya :1. zat tenaga, sebagai
sumber tenagauntuk beraktivitasdan sumbermakanan pokok(karbohidrat)seperti, nasi, roti,gula, singkong, ubi,dll.
2. Zat pembangun,sebagai pupukuntuk prosesberpikir, terdapatdalam lauk pauk(protein danlemak), sepertiikan, telur, tempe,daging, susu, dll.
3. zat pengatur,sebagai pengaturlalu lintas (polisi)makanan, terdapatdalam buah dansayur (vitamin danmineral) seperti,wortel, jeruk,nanas, bayam,kangkung, dll.
Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara mengatasikurang gizi, yaitu:a.makan makanan yang
seimbang (triguna
makanan.b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga mengenai trigunamakanan yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai triguna makanan denganmenggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apayang dilakukan untuk meningkatkan beratbadan anak K
b. Diskusikan cara mengatasi kurang giziatau cara untuk meningkatkan berat badananak K
3.3Menyebutkan caramemilih makanan.
3.4 Menyebutkan caramengolah makanan.
Responpsikomotor
Respon verbal& psikomotor
makanan).b.Makanan sesuai
dengan kebutuhanbalita (1200 kkal).
c.Makan yang teratur.d.Menggunakan prinsip
penyajian makanan.
Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara memilihmakanan, yaitu:a. harganya terjangkau.b.Nila gizinya baik
atau seimbang.c. Masih segar, tidak
layu, tidak berbaubusuk.
d.Mudah didapat.
Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara mengolahmakanan, yaitu:1. sayuran dan buah
dicuci di air yangmengalir terlebihdahulu barudipotong-potong.
2. Sayuran dimasakjangan terlalu lama.
3. Alat-alat masak danmakan dicucibersih.
Cuci tangan sebelummasak dan makan.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara mengatasi kurang gizi ataucara untuk meningkatkan berat badan anakK dengan menggunakan media flip chart.
d. Motivasi keluarga untuk menjelaskankembali materi yang telah disampaikan.
e. Berikan reinforcement terhadapkemampuan yang dicapai oleh keluarga.
a. Dorong keluarga untuk menceritakanbagaimana memilih bahan makanan.
b. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara memilih bahan makanandengan menggunakan media flip chart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskankembali materi yang telah disampaikan.
d. Berikan reinforcement terhadapkemampuan yang dicapai oleh keluarga.
a. Dorong keluarga untuk menceritakan caramengolah makanan.
b. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara mengolah makanan denganmenggunakan media flip chart.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskankembali materi yang telah disampaikan.
d. Berikan reinforcement terhadapkemampuan yang dicapai oleh keluarga.
3.5Mendemonstrasikancara mengolahmakanan.
3.6 Menyebutkanpengertian selingansehat
Responpsikomotor
Respon Verbal
Mahasiswa dankeluarga mengolahmakanan yangsederhana, yaitumemasak sayur bayam.Caranya sebagaiberikut: Sayuran dicucidi air mengalirkemudian dipotong-potong dan dimasukkansaat air mendidih.Sebelumnya masukkanterlebih dahulu bawangmerah, bawang putih,cabai, garam, dansecukupnya. dandiangkat saat sayurantidak menjadi layu.
Pengertian selingansehat: makananselingan yangdisediakan di sela jammakan balita yangterbuat dari bahanmakanan yang amanyang mengandungkomponen gizi untukmembantu memenuhikebutuhan giziseimbang balita
a. Demonstrasikan cara mengolah makanankepada keluarga.
b. Anjurkan keluarga untukmendemonstrasikan mengolah makananbersama mahasiswa.
c. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya mengenai materi yangdiberikan
d. Motivasi keluarga untukmendemonstrasikan secara mandiri.
e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai pengertianselingan sehat.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenaipengertian selingan sehat yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai pengertian selingan sehatdengan menggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
3.7 Menyebutkanmanfaat selingan sehatuntuk Balita
3.8 Menyebutkan cirimakanan selingansehat
3.9 Menyebutkancontoh selingan sehat
Respon Verbal
Respon Verbal
Respon Verbal
Manfaat selingan sehat:Membantu memenuhikebutuhan nutrisi anakterutama bagi anakyang sulit makan
Anggota keluargamampu menyebutkan 2dari 4 ciri makananselingan sehat, yaitu:1. Aman bagi balita2. Mengandung
komponen gizi3. Dibuat sendiri oleh
ibu dirumah4. Bahan mudah
diperoleh denganharga terjangkau
Keluarga mampumenyebutkan 4 dari 8contoh makananselingan sehat, yaitu:
1. Nagasari2. Bubur sumsum
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Berikan informasi kepada keluargamengenai manfaat selingan sehat denganmenggunakan media flip chart.
b. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
c. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
d. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Berikan informasi kepada keluargamengenai ciri selingan sehat denganmenggunakan media flip chart.
b. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
c. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
d. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Diskusikan bersama keluarga contohselingan sehat yang diketahui olehkeluarga
b. Beri reinforcement positif untukpemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluarga
3.10 Menyebutkancontoh selingan tidaksehat
3.11 Melakukanredemonstrasipembuatan salah satuselingan sehat yaitupuding tinggikarbohidrat tinggiprotein (TKTP)
Respon Verbal
ResponPsikomotor
3. Bubur kacanghijau
4. Buah5. Bubur gandum6. Susu7. Puding atau
agar8. Roti
Keluarga mampumenyebutkan 2 dari 4contoh selingan tidaksehat yaitu
1. Chiki2. Gorengan3. Minuman
bersoda4. Teh dalam
kemasan
Keluarga mampumelakukanredemonstrasipembuatan pudingtinggi karbohidrattinggi protein
mengenai contoh selingan sehat denganmenggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Diskusikan bersama keluarga contohselingan tidak sehat yang diketahui olehkeluarga
b. Beri reinforcement positif untukpemahaman keluarga yang benar
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai contoh selingan tidak sehatdengan menggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Demonstrasikan cara mengolah pudingTKTP kepada keluarga.
b. Anjurkan keluarga untukmendemonstrasikan mengolah makananbersama mahasiswa.
c. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya mengenai materi yangdiberikan
3.12 menjelaskankecukupan gizi balita(jumlah dan jenismakanan dan jadwalpemberian makan yangdianjurkan),mendemonstrasikanpenyusunan menuharian
Respon Verbaldan ResponPsikomotor
Kecukupan gizi yangdianjurkan adalah zatgizi yang dibutuhkansesuai dengankebutuhan tubuh yaitukarbohidrat, protein,lemak, mineral, sertavitamin. Kebutuhangizi balita:
- Karbohidrat:1300 kal (250grnasi)
- Protein : 150gr(100gr hewanidan 50gr nabati)
- Sayur: 100gr- Buah: 100gr- Susu: 30gr
Jadwal makan:- Pagi hari waktu
sarapan:- Pukul 10
selingan berikansusu
- Pukul 12berikan makansiang
- Pukul 16berikan selingan
- Pukul 18berikan makanmalam
- Sebelum tidur
d. Motivasi keluarga untukmendemonstrasikan secara mandiri.
e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentangpengertian keluarga mengenai kecukupangizi balita
b. Beri reinforcement positif ataspemahaman keluarga yangbenar
c. Jelaskan mengenai kebutuhan gizi seharibalita dengan ukuran rumah tangga
d. Berikan kesempatan bagi keluarga untukbertanya
e. Jelaskan mengenai penyusunan menusehari untuk anak K
f. Bersama keluarga menyusun menu seharian. K
g. Motivasi keluarga untuk membuat menusesuai dengan kebutuhan anak K
h. Beri reinforcement positif terhadap usahakeluarga
malam,tambahkan susu
4. Setelah dilakukanpertemuan ke 3sebanyak 1x40menit, keluargamampumemodifikasilingkungan untukmerawat.
4.1Menyebutkan carapenyajianmakanan.
4.2Menyebutkan caramengatasi anak yangtidak bersedia makan.
Respon verbal& afektif
Respon verbal& afektif
Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara menyajikanmakanan, yaitu:a. jenis makanan
bervariasi setiapharinya.
b. Mengkombinasikanjenis makananhewani dan nabati.
c. Perhatikan jadwalmenu makanan.
d. Jumlah makanansesuai dengankebutuhan
Anggota keluargamampu menyebutkan 4dari 5 prinsip caramengatasi anak yangtidak bersedia makan,yaitu:a. jangan dipaksa tapi,
ikuti keinginananak misalnya,
a. Diskusikan bersama keluarga bagaimanacara menyajikan makanan.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara menyajikan makanandengan menggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.
a. Diskusikan bersama keluarga bagaimanacara mengatasi anak yang tidak bersediamakan
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara mengatasi anak yang tidakbersedia makan dengan menggunakanmedia flip chart.
4.3 Memodifikasilingkungan yangmendukung untukmeningkatkan statusgizi balita.
Respon Verbal& afektif
sambil bermain.b. Beri makan sesuai
selera anak Zantidakmembosankan.
c. Jangan memberimakanan yangmanis sebelummakan.
d. Sajikan makanandalam bentukmenarik.
e. Berikan makanandalam porsi keciltapi, sering.
Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 lingkungan yangmendukung untukmeningkatkan statusgizi balita, yaitu:a. makan bersama
anggota keluargayang lain.
b. Menggunakan alatmakan yangmenarik.
c. Makan sambilbercerita.
d. Jenis makananbervariasi danmenarik.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.
a. Diskusikan bersama keluarga tentangmodifikasi lingkungan untukmeningkatkan status gizi balita.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai modifikasi lingkungan untukmeningkatkan status gizi balita denganmenggunakan media flip chart.
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya mengenai materi yangdibahas
e. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dibahas
f. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.
5. Setelah dilakukanpertemuan 4,selama 1x40 menitkeluarga mampu
menggunakanfasilitas kesehatanyang ada untukmeningkatkan gizibalita.
5.1 Menyebutkanfasilitas pelayanankesehatan yangterdapat disekitarlingkungan tempattinggal terkait denganpeningkatan status gizibalita.
5.2 Menjelaskanmanfaat mengunjungifasilitas pelayanankesehatan sesuaijadwal.
5.3 Mengunjungifasilitas pelayanan
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
Keluarga dapatmenyebutkan fasilitaskesehatan yang dapatdikunjungi:- Puskesmas- Rumah sakit- Klinik dokter
Keluarga dapatmenyebutkan manfaatkunjungan:- Mendapatkan
pemeriksaankesehatan anak.
- Mendapatkanpenyuluhan ataupendidikankesehatan.
Keluarga rutinmengunjungi pelayanan
a. Diskusikan bersama keluarga mengenaifasilitas kesehatan yang ada disekitartempat tinggal
b. Motivasi keluarga untuk mengulangfasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi
c. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai manfaatmengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenai manfaattersebut
c. Berikan informasi kepada keluargamengenai manfaat mengunjungi fasilitaspelayanan kesehatan dengan menggunakanmedia flip chart
d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan
e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti
f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan
g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke
kesehatan kesehatan untukpemeriksaan kesehatananak
fasilitas kesehatan.b. berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga untuk menggunakan fasilitaspelayanan kesehatan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGAN KARIES GIGI
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Tujuan khusus Kriteria Standar
Kerusakan gigi
pada An.K
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
dalam waktu
2 minggu
keluarga
dapat
melakukan
oral hygiene
secara
adekuat
Setelah pertemuan 4x
45 menit, keluarga
mampu :
1.Mengenal caries gigi
pada anggota keluarga
dengan :
a. Menjelaskan
pengertian caries
gigi
b. Menyebutkan
penyebab caries
gigi
Respon
Verbal
Verbal
Caries gigi adalah
kerusakan gigi berupa
gigi berlubang karena
lapisan atas gigi (email)
rusak akibat asam yang
terjadi sebagai hasil
pembusukan sisa
makanan.
3 dari 5 Penyebab caries
gigi adalah
1. Malas gosok gigi
2. Menggosok gigi tidak
bersih
Dengan menggunakan lembar balik
1.1.1 Jelaskan pada keluarga tentang pengertian caries
gigi.
1.1.2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan
kembali pengertian caries gigi
1.1.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang
diberikan keluarga.
1.2.2 Diskusikan dengan keluarga penyebab
terjadinya caries gigi.
1.2.3 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
penyebab caries gigi.
1.2.4 Jelaskan kembali penyebab caries gigi dengan
c. Menyebutkan
tanda/gejala caries
gigi
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan untuk
merawat caries gigi
pada anggota
Verbal
3. Sering makan
makanan yang manis
seperti permen,
coklat dan es cream.
4. Kuman atau bakteri
5. Sisa makanan di gigi.
3 dari 5 Tanda-tanda
caries gigi :
1. Gigi berlubang dan
berwarna coklat
sampai hitam.
2. Gigi terasa sakit
3. Gusi bengkak dan
berwarna merah
4. Gusi berdarah
5. Nafas bau busuk
bahasa yang lebih sederhana jika keluarga belum
mencapai standar yang ditentukan.
1.2.5 Beri reinforcement positif atas jawaban yang
diberikan kel.
1.3.1 Jelaskan pada keluarga tanda tanda caries gigi.
1.3.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.
1.3.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang tanda-
tanda caries gigi yang telah di jelaskan.
1.3.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga
1.3.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
keluarga :
a.Menjelaskan akibat
caries gigi.
b. Mengambil
keputusan
merawat anggota
keluarga dengan
caries gigi
3. Keluarga mampu
merawat caries gigi
pada anggota
Verbal
Verbal.
Akibat dari caries gigi:
1. Gigi mudah patah
2. Nafsu makan menurun
3. Infeksi mulut dan
anggota badan yang
lain.
4. Menyerang saraf dan
dapat menyebabkan
lumpuh dan
penglihatan kabur.
Ungkapan merawat
caries gigi pada anggota
keluarga.
2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat
caries gigi
2.1.2 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali
akibat jika caries gigi tidak ditangani.
2.1.4 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
2.2.1Gali pendapat keluarga bagaimana cara merawat
caries gigi pada anggota keluarga yang telah
dilakukan.
2.2.2Bimbing dan motivasi keluarga untuk
memutuskan merawat caries gigi pada anggota
keluarga dengan tepat.
2.2.3Beri reinforcement positif atas keputusan
keluarga.
keluarga dengan
a. Menjelaskan
cara perawatan
caries gigi
Verbal Menyebutkan 2 dari 4
Cara-cara merawat caries
gigi:
1. Biasakan menggosok
gigi dari kecil.
2. Gosok gigi secara
teratur yaitu setelah
makan, sebelum tidur
3. Kurangi makan
makanan yang
merusak gigi..
4. Makan makanan yang
menyehatkan gigi
(buah, sayur, ikan
laut, daging dan
susu).
Menyebutkan 1 dari 3
cara perawatan keluarga
yang mengalami sakit
gigi akibat karies gigi
1. Kumur-kumur
dengan air garam
hangat.
2. Minum obat
3.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang cara
perawatan anggota keluarga dengan caries gigi.
3.1.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
apa yang telah disampaikan.
3.1.3 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga
belum mampu mengungkapkan sesuai dengan
standar.
3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
keluarga.
b. Mendemonstrasikan
cara merawat caries
gigi pada anggota
keluarga.
Verbal dan
Psikomotor
peredaasa sakit
seperti antalgin.
3. segera ke dokter gigi
jika sakitnya tidak
tertangani.
Merawat caries gigi pada
anggota keluarga:
Cara menggosok gigi
yang benar:
1. Pakailah pasta gigi
yang mengandung
fluoride.
2. Gunakan sikat gigi
berbulu halus dan
rata.
3. Berkumur-kumur
sebelum menggosok
gigi.
4. Sikatlah semua
permukaan gigi pada
rahang atas dan
bawah dengan
gerakan memutar
atau gerakan atas
3.2.1 Demonstrasikan cara merawat caries gigi pada
anggota keluarga.
3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
kembali apa yang telah diajarkan.
3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih
memerlukan.
3.2.4 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
c. Merawat caries gigi
pada anggota
keluarga
4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
untuk merawat
Caries gigi.
a. Menyebutkan
modifikasi
lingkungan yang
dalam merawat
Kunjungan
tidak
terencana
Verbal
bawah selama 2
menit.
5. Lakukan masing-
masing permukaan
gigi sebanyak 8
gerakan.
6. Setelah semua
permukaan disikat
kumurlah dengan air
bersih.
Melakukan perawatan
caries gigi
Modifikasi lingkungan
dalam merawat caries
gigi :
1. Setiap anggota
3.3.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat
caries gigi pada anggota keluarga
3.3.2 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.
3.1.1 Diskusikan dengan keluaraga cara memodifikasi
lingkungan untuk merawat caries gigi
3.1.2 Motivasi keluarga untuk mengungkapkan
kembali hal yang telah di diskusikan.
caries gigi.
b. Melakukan
modifikasi
lingkungan untuk
merawat caries
gigi
5. Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
dan sosial untuk
merawat anggota
keluarga dengan
caries gigi.
a. Menyebutkan
fasilitas
Kunjungan
tidak
terencana
Verbal
keluarga memiliki
sikat gigi sendiri.
2. Mengingatkan anak
untuk sikat gigi
secara teratur.
3. Sikat gigi di simpan
dalam posisi tegak.
4. Periksa gigi setiap 6
bulan sekali.
Melakukan modifikasi
lingkungan merawat
caries gigi.
Menyebutkan 2 dari 4
fasilitas kesehatan dan
3.1.3 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
keluarga.
4.2.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan dalam merawat caries
gigi pada anggota keluarga.
4.2.2 Beri reinforcement positf atas perilaku yang
positif yang telah dilakukan keluarga.
5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan
yang digunakan keluarga dalam merawat anggota
kesehatan yang
tersedia.
b. Menyebutkan
manfaat fasilitas
kesehatan.
c. Memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
Verbal
Pada
kunjungan
tidak
terencana
sosial yang dapat
digunakan keluarga
untuk menangani caries
gigi pada anggota
keluarga
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
3. Dokter praktik
4. Praktik swasta lainnya
Menyebutkan 2 manfaat
fasilitas kesehatan:
1. Memberi informasi/
tentang cara merawat
caries gigi.
2. Memeriksakan karies
gigi
Kunjungan keluarga ke
fasilitas kesehatan/sosial
untuk membawa anggota
merawat caries gigi.
keluarga dengan caries gigi.
5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan
yang akan digunakan.
5.1.3 Beri pujian atas pilihan keluarga.
5.2.1 Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang
manfaat fasilitas kesehatan.
5.2.2 Diskusikan dengan keluarga manfaat fasilitas
kesehatan.
5.2.3 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat
fasilitas kesehatan.
5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan
keluarga.
5.3.1 Motivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kes.
5.3.2 Evaluasi penyalahgunaan fasilitas kesehatan
oleh keluarga.
5.3.3 Beri reinforcement positif jika keluarga telah
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Lampiran 5: Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA
Insial KK : Bp. B
Alamat : RT 02/ RW 07 Cisalak Pasar
Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. K
Tgl &
WaktuImplementasi
Evaluasi
17 Mei
2013,
09.00
TUK 1:
Dengan menggunakan lembar balik:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang
pengertian gizi seimbang dan gizi kurang
Menanyakan kembali tentang pengertian
gizi dan gizi kurang
Mendiskusikan dengan keluarga tentang
penyebab gizi kurang yaitu, jumlah
makanan yang kurang, jenis makanan
tidak seimbang, makan tidak teratur,
penyakit
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab gizi kurang
Mendiskusikan dengan keluarga tentang
tanda dan gejala gizi kurang, yaitu badan
kurus, rambut tipis dan mudah dicabut,
lemah dan pucat, kulit kering dan kusam,
kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali tanda dan gejala
dari gizi kurang
Mendorong keluarga untuk
S :
Keluarga menyetujui kunjungan
saat ini selama 45 menit untuk
membahas masalah gizi
Keluarga mengatakan gizi adalah
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
Keluarga mengatakan gizi kurang
adalah kurangnya zat-zat gizi oleh
tubuh
Keluarga mengatakan penyebab
gizi kurang adalah jumlah
makanan yang kurang, jenis
makanan tidak seimbang
Keluarga mengatakan tanda dan
gejala gizi kurang adalah badan
kurus, rambut tipis dan rontok,
lemah dan pucat, kulit kering dan
kusam
Keluarga mengatakan tanda dan
gejala yang ada pada An. K adalah
badan kurus, selain itu badan anak
K terlihat pendek
mengidentifikasi tanda dan gejala gizi
kurang yang terdapat pada anak K
Bersama keluarga menyimpulkan
masalah yang dihadapi oleh keluarga
TUK 2:
Menjelaskan kepada keluarga tentang
akibat dari gizi kurang jika tidak segera
ditangani, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu, anak
mudah sakit, kecerdasan anak
kurang/lambat,
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali akibat dari gizi
kurang
Mendiskusikan kesediaan keluarga
untuk merawat anggota keluarga dengan
gizi kurang yaitu anak M
Memberikan pujian atas jawaban
keluarga dan keputusan untuk merawat
anggota keluarga dengan gizi kurang
TUK 3
Mendiskusikan cara pencegahan gizi
kurang
Mendiskusikan cara perawatan pada
anak gizi kurang
Menyebutkan komponen Triguna
makanan beserta 2 contohnya :
- zat tenaga, sebagai sumber tenaga
untuk beraktivitas dan sumber
makanan pokok (karbohidrat) seperti,
nasi, roti, gula, singkong, ubi, dll.
Keluarga mengatakan akibat gizi
kurang adalah pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu,
anak mudah sakit, kecerdasan
anak kurang
Keluarga mengatakan akan
merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang yaitu anak
K
Keluarga mengatakan cara
mencegah gizi kurang yaitu makan
makanan yang seimbang, berikan
makanan dalam porsi kecil tapi,
sering, jangan memberikan
makanan yang manis sebelum
makan
Keluarga mengatakan 3 zat utama
dalam tubuh yaitu karbohidrat
sebagai zat tenaga, protein dan
lemak sebagai zat pembangun, dan
vitamin sebagai zat pengatur
Keluarga mengatakan contoh
karbohidrat adalah nasi, kentang,
roti, ubi
Keluarga mengatakan contoh
protein adalah ikan, tempe, tahu,
contoh lemak: daging
Keluarga mengatakan sumber
vitamin ada pada buah, sayur
O :
Keluarga mampu menyebutkan
kembali pengertian gizi seimbang
dan gizi kurang
- Zat pembangun, sebagai pupuk untuk
proses berpikir, terdapat dalam lauk
pauk (protein dan lemak), seperti
ikan, telur, tempe, daging, susu, dll.
- zat pengatur, sebagai pengatur lalu
lintas (polisi) makanan, terdapat
dalam buah dan sayur (vitamin dan
mineral) seperti, wortel, jeruk, nanas,
bayam, kangkung, dll.
Mendemonstrasikan pemilihan jenis-
jenis makanan sesuai dengan komponen
triguna makanan (zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur)
Memotivasi keluarga untuk melakukan
re-demonstrasi
Keluarga mampu menyebutkan
kembali 2 dari 4 penyebab gizi
kurang
Keluarga mampu menyebutkan
kembali 4 dari 5 tanda dan gejala
gizi kurang.
Keluarga mampu menyebutkan
kembali 3 dari 3 akibat gizi kurang
Keluarga mampu mengidentifikasi
tanda dan gejala gizi kurang yang
terdapat pada anak K
Keluarga memutuskan untuk
merawat gizi kurang yang dialami
An. K
Keluarga mampu menyebutkan
dan memilih komponen Triguna
makanan beserta contohnya
Keluarga mampu melakukan
redemonstrasi pemilihan makanan
berdasarkan triguna makanan
berdasarkan contoh makanan ynag
dibawa oleh perawat
Keluarga kooperatif dalam
kegiatan diskusi
Keluarga mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh
mahasiswa
A:
Keluarga telah mengenal masalah
kesehatan yang ada pada keluarga
yaitu gizi kurang pada balita
Keluarga telah memutuskan untuk
merawat anggota keluarga dengan
gizi kurang yaitu anak M
Keluarga telah dapat mengerti
secara kognitif dan psikomotor
salah satu cara perawatan pada
balita kurng gizi yaitu dengan
pemberian makan berdasarkan
triguna makanan
P:
Membuat kontrak selanjutnya
Mengevaluasi hasil pertemuan
sebelumnya
Melanjutkan intervensi TUK 3
lain, TUK 4, dan TUK 5 untuk
masalah gizi kurang
20 Mei
2013,
14.00
TUK 3
Membuat kontrak
Mengevaluasi pemahaman keluarga akan
diskusi yang sebelumnya dilakukan
(TUK 1, 2, dan 3 memilah berdasarkan
triguna makanan)
Menjelaskan cara memilih makanan,
yaitu harganya terjangkau, nilai gizinya
baik atau seimbang, masih segar, tidak
layu, tidak berbau busuk, mudah didapat.
Menjelaskan cara mengolah makanan,
yaitu sayuran dan buah dicuci di air yang
mengalir terlebih dahulu baru dipotong-
potong, sayuran dimasak jangan terlalu
lama, alat-alat masak dan makan dicuci
bersih, cuci tangan sebelum masak dan
S
Keluarga menyetujui kunjungan
saat ini selama 45 menit untuk
membahas pengolahan makanan
untuk anak gizi kurang
Keluarga mengatakan ingin
mendengarkan penjelasan perawat
Keluarga mengatakan biasanya
memotong sayur-sayuran terlebih
dahulu baru dicuci
Keluarga menyebutkan cara
pengolahan yang baik adalah
dengan mencuci terlebih dahulu
baru dipotong-potong
Keluarga mengatakan mengerti
dengan penjelasan perawat
Keluarga mengatakan akan
makan, merebus makanan jangan terlalu
lama
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali cara memilih dan
mengolah makanan
Mendemonstrasikan cara pengolahan
makanan yang baik
Memotivasi keluarga untuk melakukan
redemonstrasi cara melakukan
pengolahan makanan yang baik yaitu
cara mencuci sayur-sayuran
Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga menjelaskan cara memilih dan
mengolah makanan
Memberi kesempatan keluarga untuk
bertanya
mempraktekkan cara mengolah
makanan yang baik dirumah
O
Keluarga mampu menyebutkan
kembali pengertian gizi seimbang,
pengertian gizi kurang, 2
penyebab gizi kurang, tanda dan
gejala gizi kurang yang terdapat
pada balita dan pemilahan
makanan berdasarkan triguna
makanan yang didiskusikan di
pertemuan sebelumnya
Keluarga mampu menyebutkan
kembali cara pengolahan
makanan yang baik
Keluarga mampu melakukan re-
demonstrasi cara pengolahan
makanan yang baik dengan
mencuci sayur terlebih dahulu
baru memotong motong
Keluarga mampu menyebutkan
kembali ciri bahan makanan yang
sehat
A
Keluarga mampu memahami
penjelasan mengenai
pengolahan makanan secara
kognitif dan telah
mempraktekkan secara
psikomotor
P
Lanjutkan TUK 3
(menentukan porsi makan)
TUK 3
Membuat kontrak
Mengevaluasi pemahaman keluarga
mengenai pertemuan sebelumnya
(TUK 3 mengolah makanan)
Mendiskusikan bersama keluarga
pengertian selingan sehat yaitu
makanan yang disediakan di sela jam
makan balita
Mendiskusikan bersama keluarga
manfaat selingan sehat yaitu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi anak
terutama bagi anak yang sulit makan
Mendiskusikan bersama keluarga ciri
makanan selingan sehat
Mendiskusikan bersama keluarga
contoh makanan selingan sehat
Mendiskusikan bersama keluarga
contoh makanan selingan yang tidak
sehat
Mendemonstrasikan kepada keluarga
cara mengolah salah satu contoh
selingan sehat yaitu puding tinggi
karbohidrat dan tinggi protein
Memotivasi keluarga untuk
melakukan redemonstrasi pembuatan
selingan sehat yaitu puding tinggi
karbohidrat dan tinggi protein
Mengevaluasi pemahaman keluarga
S
Keluarga menyetujui
pertemuan dengan perawat
selama 45 menit
Keluarga mengatakan telah
melakukan cara pengolahan
makanan sesuai diskusi
sebelumnya
Keluarga mengatakan selingan
sehat adalah makanan yang
diberikan diantara makan dan
mengandung zat gizi
Keluarga mengatakan manfaat
selingan sehat adalah untuk
memenuhi gizi anak
Keluarga mengatakan ciri
selingan sehat adalah yang
bergizi, aman, dan dibuat
sendiri
Keluarga mengatakan contoh
selingan sehat adalah bubur
kacang hijau, buah, roti, susu
Keluarga mengatakan cotoh
selingan tidak sehat adalah
chiki, dan gorengan
Keluarga mengatakan selama
ini anak K sering
mengkonsumsi selingan yang
tidak sehat
O:
Keluarga mampu
menyebutkan kembali cara
mengolah makanan sehat
seperti dipertemuan
sebelumnya
Keluarga mampu
menyebutkan kembali definisi
selingan sehat
Keluarga mampu
menyebutkan kembali manfaat
selingan sehat
Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 4 ciri
selingan sehat
Keluarga mampu
menyebutkan kembali 4 dari 8
contoh selingan sehat
Keluarga mampu
menyebutkan kembali 2 dari 4
contoh selingan tidak sehat
Keluarga mampu melakukan
redemonstrasi pembuatan
puding TKTP
A:
Keluarga telah mengerti cara
perawatan gizi kurang dengan
selingan sehat
Keluarga mampu mengerti
pengertian, manfaat, ciri, dan
contoh selingan sehat
Keluarga telah melakukan
pembuatan salah satu selingan
sehat
P:
Lanjutkan TUK 3 penyusunan
porsi makan
25 Mei
2013,
13.00
Mengucapkan salam dan berjabat tangan
Memvalidasi keadaan keluarga saat ini
Mengingatkan kontrak sebelumnya
untuk membahas gizi kurang
Mengevaluasi hasil pertemuan
sebelumnya (TUK 1, TUK2, TUK 3)
TUK 3:
Menjelaskan porsi makanan untuk anak
dalam satu kali makan yaitu ¾ gelas
nasi, 1potong sedang lauk protein
hewani, 2 potong sedang lauk protein
nabati, 1 gelas sayur, 1 potong buah
Mendemonstrasikan cara pembuatan
jadwal makan anak sesuai porsi makan
dan variasi menu
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali porsi makan
untuk anak usia 4 tahun
Memotivasi keluarga untuk
meredemonstrasi penyusunan jadwal
makan anak sesuai porsi dan variasi
menu
Memberikan pujian atas kemampuan
keluarga menjelaskan
S :
Keluarga mengatakan dalam
kondisi baik
Keluarga menyetujui kunjungan
saat ini selama 45 menit untuk
membahas gizi kurang
Keluarga mengatakan cara
menyajikan makanan, yaitu jenis
makanan bervariasi setiap harinya,
kombinasikan jenis makanan
hewani dan nabati, jumlah
makanan sesuai dengan
kebutuhan.
Keluarga menyebutkan porsi
makan untuk An. K adalah ¾ gelas
nasi, 1 potong lauk potein hewani,
2 potong sedang lauk protein
nabati, 1 gelas sayur, dan 1 potong
buah
O :
Keluarga menjawab salam dan
berjabat tangan dengan mahasiswa
Keluarga mampu menyebutkan
kembali apa yang sudah
didiskusikan pada pertemuan
sebelumnya yaitu pengertian gizi
kurang, penyebab, tanda dan
gejala, akibat gizi kurang, dan cara
memilih dan mengolah makanan
Keluarga dapat menyebutkan
kembali porsi makan untuk anak
dalam sekali makan
Keluarga mampu
mendemonstraksikan penyusunan
jadwal makan sehari sesuai porsi
dan variasi makan untuk anak
Keluarga kooperatif dalam
kegiatan diskusi
Keluarga mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh
mahasiswa
A:
TUK 3 porsi makan dan jadwal
makan telah tercapai secara
kognitif dan psikomotor
P:
Membuat kontrak selanjutnya
untuk TUK 4 dan 5
Mengevaluasi hasil pertemuan
sebelumnya
29 Mei
2013,
14.00
TUK 4:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara
memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk
penderita gizi kurang, yaitu:
Menyebutkan cara menyajikan makanan,
yaitu:
- jenis makanan bervariasi setiap
harinya.
- Mengkombinasikan jenis makanan
hewani dan nabati.
- Perhatikan jadwal menu makanan.
S :
Keluarga mengatakan dalam
kondisi baik
Keluarga menyetujui kunjungan
saat ini selama 45 menit untuk
membahas gizi kurang
Keluarga mengatakan porsi makan
untuk An. K adalah ¾ gelas nasi, 1
potong lauk potein hewani, 2
potong sedang lauk protein nabati,
1 gelas sayur, dan 1 potong buah
- Jumlah makanan sesuai dengan
kebutuhan.
Menyebutkan prinsip cara mengatasi
anak yang tidak bersedia makan, yaitu:
- jangan dipaksa tapi, ikuti keinginan
anak misalnya, sambil bermain.
- Beri makan sesuai selera anak dan
tidak membosankan.
- Jangan memberi makanan yang manis
sebelum makan.
- Sajikan makanan dalam bentuk
menarik.
- Berikan makanan dalam porsi kecil
tapi, sering.
Menyebutkan lingkungan yang
mendukung untuk meningkatkan status
gizi balita, yaitu makan bersama anggota
keluarga yang lain, menggunakan alat
makan yang menarik, makan sambil
bercerita, jenis makanan bervariasi dan
menarik.
Keluarga mampu melakukan modifikasi
lingkungan bersama mahasiswa
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara memodifikasi lingkungan
untuk gizi kurang: cara menyajikan
makanan, prinsip cara mengatasi anak
yang tidak bersedia makan, lingkungan
yang mendukung untuk meningkatkan
status gizi balita
Memberikan pujian atas usaha keluarga
untuk menyebutkan kembali cara
modifikasi lingkungan untuk gizi kurang
Keluarga mengatakan cara
mengatasi anak yang tidak
bersedia makan, yaitu jangan
dipaksa makan, makan sambil
bermain, beri makan sesuai selera
anak, jangan memberi makanan
yang manis sebelum makan,
sajikan makanan dalam bentuk
menarik.
Keluarga mengatakan lingkungan
yang mendukung untuk
meningkatkan status gizi, yaitu
makan bersama anggota keluarga
yang lain, menggunakan alat
makan yang menarik, makan
sambil bercerita
Keluarga mengatakan tanda anak
yang harus segera dirujuk ke
pelayanan kesehatan, yaitu BB
anak semakin turun, anak terlihat
lemah, anak tidak mau makan
sama sekali
Keluarga mengatakan fasilitas
kesehatan yang bisa dikunjungi
keluarga yaitu Puskesmas, klinik
dokter, dan rumah sakit
Keluarga mengatakan manfaat
mengunjungi fasilitas kesehatan
yaitu mendapat pengobatan,
pemeriksaan, dan informasi
kesehatan mengenai kesehatan
O :
TUK 5:
Menyebutkan 3 dari 4 tanda-tanda anak
yang harus segera dirujuk ke pelayanan
kesehatan, yaitu:
- BB anak semakin turun
- Anak terlihat lemah
- Anak tidak mau makan dan menyusu
- Anak rewel atau tidak sadar
Menjelaskan kepada keluarga tentang
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan yaitu puskesmas, rumah
sakit, dan klinik dokter.
Menjelaskan kepada keluarga tentang
manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan:
- sebagai sarana untuk pemeriksaan,
perawatan/pengobatan gizi kurang
- sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi yang akurat dan tepat
untuk mengatasi masalah gizi kurang
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali jenis-jenis
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali manfaat fasilitas
kesehatan
Memberikan pujian atas usaha keluarga
menyebutkan kembali jenis dan manfaat
fasilitas pelayanan kesehatan
Memberi kesempatan keluarga untuk
bertanya
Keluarga menjawab salam dan
berjabat tangan dengan mahasiswa
Keluarga mampu menyebutkan
kembali apa yang sudah
didiskusikan pada pertemuan
sebelumnya
Keluarga mampu menyebutkan
kembali 4 dari 5 prinsip cara
mengatasi anak yang tidak
bersedia makan
Keluarga mampu menyebutkan
kembali 3 dari 4 lingkungan yang
mendukung untuk meningkatkan
status gizi balita
Keluarga mampu mengenali 3 dari
4 tanda-tanda anak perlu segera
dirujuk ke pelayanan kesehatan
Keluarga mampu menyebutkan
fasilitas kesehatan yang bisa
dikunjungi keluarga
Keluarga mampu menyebutkan
manfaat mengunjungi fasilitas
kesehatan
Keluarga kooperatif dalam
kegiatan diskusi
Keluarga mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh
mahasiswa
A:
Keluarga telah mengerti cara
melakukan modifikasi lingkungan
untuk anak dengan gizi kurang
Keluarga telah mengerti manfaat,
waktu dan pelayanan kesehatan
apa saja yang dapatdikunjungi
Keluarga melakukan kunjungan ke
posyandu untuk menimbang anak
M
P:
Membuat kontrak selanjutnya
untuk diagnosa 2
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA
Insial KK : Bp. B
Alamat : RT 02/ RW 07 Cisalak Pasar
Diagnosa 2:
Kerusakan gigi pada anak K
Tgl &
Waktu
Implementasi Evaluasi
4 Juni
2013,
09.00
Membuat kontrak bersama
keluarga
TUK 1
Menjelaskan kepada keluarga
pengertian karies gigi
Mengevaluasi pemahaman
keluarga mengenai penjelasan
perawat
Mendiskusikan bersama
keluarga penyebab terjadinya
karies gigi
Mengevaluasi pemahaman
keluarga mengenai penyebab
karies gigi
Menjelaskan kepada keluarga
mengenai tanda dan gejala
karies gigi
Mengevaluasi pemahaman
keluarga mengenai tanda dan
gejala karies gigi
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali tanda dan
S
Keluarga mengatakan ingin
mendengarkan penjelasan
mengenai karies gigi
Keluarga mengatakan karies gigi
adalah rusaknya gigi seperti
berlubang akibat sisa makanan
yang membusuk
Keluarga mengatakan penyebab
karies gigi seperti malas
menggosok gigi, menggosok gigi
tidak bersih, dan makan yang
manis terlalu banyak
Keluarga mengatakan tanda dan
gejala karies gigi seperti gigi
berlubang kecoklatan atau
kehitaman, sakit gigi, dan gusi
bengkak
Keluarga mengatakan gejala
karies gigi yang ada pada
anggota keluarga adalah gigi
berlubang dan kehitaman dan
gejala karies gigi
Mendorong keluarga untuk
mengidentifikasi tanda dan gejala
karies gigi yang dialami anggota
keluarga
Bersama keluarga menyimpulkan
masalah yang dihadapi oleh
keluarga
Memberi reinforcement positif
atas usaha keluarga
TUK 2:
Menjelaskan kepada keluarga
tentang akibat dari karies gigi jika
tidak ditangani
Memotivasi keluarga untuk
menyebutkan kembali akibat dari
karies gigi
Mendiskusikan kesediaan
keluarga untuk merawat anggota
keluarga dengan karies gigi yaitu
anak K
Memberikan pujian atas jawaban
keluarga dan keputusan untuk
merawat anggota keluarga dengan
karies gigi
TUK 3
Mendiskusikan bersama
keluarga cara-cara yang dapat
terkadang gusi kemerahan yaitu
pada anak K
Keluarga mengatakan anak K
mengalami masalah karies gigi
Keluarga mengatakan akibat dari
karies gigi seperti gigi mudah
patah dan nafsu makan menurun
Keluarga mengatakan ingin
melakukan perawatan untuk
masalah karies gigi pada anak K
Keluarga mengatakan cara
merawat karies gigi adalah
dengan menggosok gigi secara
teratur dan mengurangi makan
makanan yang merusak gigi
Keluarga mengatakan cara
merawat gigi yang sakit pada
anak adalah dengan dikumur-
kumur dengan air garam hangat
O
Keluarga menerima kehadiran
perawat
Keluarga mampu menyebutkan
kembali pengertian karies gigi
Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 5 penyebab karies gigi
Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 5 tanda dan gejala karies gigi
Keluarga mampu
mengidentifikasi tanda dan gejala
karies gigi yang ada pada
anggota kelarga yaitu anak K
Keluarga mempu menyebutkan
dilakukan untuk merawat
karies gigi
Mendiskusikan bersama
keluarga cara-cara yang dapat
dilakukan saat anggota
keluarga mengalami sakit gigi
akibat karies gigi
kembali 2 dari 4 akibat karies
gigi
Keluarga telah memutuskan
untuk merawat anak K dengan
karies gigi
Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 4 cara perawatan karies gigi
Keluarga mampu menyebutkan 1
dari 3 cara perawatan jika
keluarga mengalami sakit gigi
akibat karies gigi
A
Keluarga telah mampu mengenal
masalah karies gigi pada
keluarga
Keluarga telah mampu
mengidentifikasi anggota
keluarga dengan masalah karies
gigi dan memutuskan untuk
merawat anggota keluarga
dengan karies gigi
Keluarga telah memahami cara
perawatan karies gigi secara
kognitif
P: lanjutkan TUK 3 secara psikomotor
7 Juni
2013,
09.00
Membuat kontrak bersama
keluarga
Mengevaluasi pemahaman
keluarga terhadap diskusi
pertemuan sebelumnya (TUK
1, 2 dan sebagian TUK 3)
TUK 3
Mendiskusikan bersama
S
Keluarga mengatakan setuju
untuk melakukan diskusi dan
praktik mengenai cara perawatan
karies gigi
Keluarga mengatakan cara
menggosok gigi yang biasa
dilakukan adalah dengan
keluarga cara menggosok gigi
yang benar
Menjelaskan kepada keluarga
caramenggosok gigi yangbenar
Memotivasi keluarga untuk
mengulang penjelasan perawat
mengenai cara menggosok gigi
yang benar
Mendemonstrasikan cara
menggosok gigi yang benar
kepada keluarga
Memotivasi keluarga untuk
melakukan re-demonstrasi dan
melakukan pada gigi anak K
Memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga
menggosok secara mendatar
Keluarga menyebutkan cara
menggosok gigi yang benar yaitu
menggunakan pasta gigi,
menggunakan sikat gigi berbulu
halus, menyikat dengan gerakan
keatas dan kebawah atau
memutar, dan sikat ke seluruh
permukaan gigi, setelah itu
berkumur dengan air bersih
Keluarga mengatakan akan
mempraktekkan menggosok gigi
yang benar pada anak K dan akan
membiasakan anak K menggosok
gigi
Keluarga mengatakan mengerti
akan penjelasan perawat
O
Keluarga mampu menyebutkan
kembali definisi, penyebab dan
tanda gejala karies gigi seperti
pada pertemuan sebelumnya
Keluarga mampu menyebutkan
kembali cara-cara perawatan
karies gigi seperti pada
pertemuan sebelumnya
Keluarga mampu menyebutkan
kembali cara menggosok gigi
yang benar
Keluarga mampu melakukan
redemonstrasi cara melakukan
gosok gigi yang benar bersama
anak K
Keluarga tampak aktif adalam
diskusi dan demonstrasi
A
Keluarga mampu mengulang
penjelasa pertemuan sebelumnya
Keluarga telah mampu
melakukan perawatan karies gigi
secara psikomotor
P: evaluasi kembali pemahaman
keluarga, lanjutkan untuk TUK 4 dan
TUK 5
13 Juni
2013,
14.00
Membuat kontrak bersama
keluarga
Mengevaluasi pemahaman
keluarga mengenai diskusi
sebelumnya (cara perawatan
karies gigi)
TUK 4
Mendiskusikan bersama
keluarga cara modifikasi
lingkungan yang dapat
dilakukan untuk merawat
karies gigi
Mengevaluasi kembali
pemahaman keluarga
mengenai modifikasi
lingkungan untuk merawat
karies gigi
Member kesempatan keluarga
untuk bertanya
Memberi reinforcement positif
atas pemahaman keluarga yang
benar
S
Keluarga mengatakan setuju
untuk berdiskusi mengenai
modifikasi lingkungan dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan
Keluarga mengatakan telah
membiasakan anak K untuk
menggosok gigi dengan cara
yang bemnar setelah makan dn
sebelum tidur
Keluarga mengatakan modifikasi
lingkungan yang dapat dilakukan
antara lain memberikan sikat gigi
khusus untuk anak K,
mengingatkan untuk menggosok
gigi secara teratur, dan periksa
gigi secara teratur
Keluarga mengatakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan keluarga untuk
merawat karies gigi adalah
TUK 5
Mendiskusikan bersama
keluarga jenis-jenis fasilitas
pelayanan kesehatan yang
dapat dimanfaatkan keluarga
untuk merawat karies gigi
Membantu keluarga untuk
mengidentifikasi fasilitas
pelayanan kesehatan yang
dapat dijangkau oleh keluarga
untuk merawat karies gigi
Memberi reinforcement positif
untuk pilihan keluarga
Jelaskan kepada keluarga
mengenai manfaat
mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
Mengevaluasi kembali
pemahaman keluarga terhadap
penjelasan perawat mengenai
manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
Memberi reinforcement positif
atas pemahaman keluarga yang
benar
Memberi reinforcement positif
saat keluarga memanfaatkan
pelayanan fasilitas kesehatan
puskesmas, rumah sakit, dokter
gigi
Keluarga mengatakan akan
membawa anak K ke puskesmas
jika memeriksakan gigi
Keluarga mengatakan manfaatn
mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan adalah memeriksakan
karies gigi dan mendapat
informasi mengenai karies gigi
O:
Keluarga mampu menyebutkan
kembali cara menggosok gigi
yang benar seperti pada
pertemuan sebelumnya
Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 4 modifikasi lingkungan
yang dapat dilakukan untuk
perawatan karies gigi
Keluarga mampu menyebutkan 2
dari 4 fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat dikunjungi
untuk menangani karies gigi
Keluarga mampu menyebutkan 2
manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
A
Keluarga telah mampu
memahami cara modifikasi
lingkungan yang dapat dilakukan
untuk merawat karies gigi
Keluarga telah memahamai
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi keluarga dan manfaat
mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan
P:
Motivasi keluarga untuk
meneruskan perilaku sehat
Evaluasi sumatif
Evaluasi tingkat kemandirian
keluarga
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif
EVALUASI SUMATIF
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa 1: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An.
K
No Respon Keluarga Hasil Rencana Tindak
LanjutYa Tidak
1.
2.
3.
Keluarga mampu
menyebutkan Gizi yaitu zat-
zat yang ada di dalam
makanan yang diperlukan
tubuh untuk kelangsungan
kehidupannya
Keluarga mampu
menyebutkan Kurang gizi
adalah suatu keadaan dimana
tubuh tidak mendapatkan zat-
zat tubuh tertentu dari
makanan.
Anggota keluarga mampu
menyebutkan 4 dari 5 tanda
dan gejala kurang gizi, yaitu:
a. badan kurus.
b. Rambut tipis dan mudah
dicabut.
c. Lemah dan pucat.
d. Kulit kering dan kusam.
e. Kaki, tangan, dan sekitar
mata bengkak.
Ya
Ya
Ya
Memotivasi keluarga untuk
melanjutkan perilaku sehat.
4.
5.
6.
7.
8.
Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4penyebab kurang gizi, yaitu:a. makanan yang masuk ke
dalam tubuh kurang darikebutuhan tubuh.
b. Makanan yang masuk kedalam tubuh tidakseimbang.
c. Makan tidak teratur.d. Adanya penyakit tertentu.
Keluarga dapat mengatakananak mengalami kurang gizidengan menyebutkan tandadan gejala tubuh yangkekurangan zat gizi.
Anggota keluarga mampumenyebutkan 2 dari 3 akibatkurang gizi, yaitu:a. gangguan pertumbuhan.b. Mudah terserang penyakit.c. Menurunkan daya
pikir/kecerdasan
Keluarga mampumemutuskan untuk merawatanak yang mengalami kuranggizi.
Keluarga mampumenyebutkan komponenTriguna makanan beserta 2contohnya :1. zat tenaga, sebagai
sumber tenaga untukberaktivitas dan sumbermakanan pokok(karbohidrat) seperti, nasi,roti, gula, singkong, ubi,dll.
2. Zat pembangun, sebagai
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
9.
10.
11.
pupuk untuk prosesberpikir, terdapat dalamlauk pauk (protein danlemak), seperti ikan, telur,tempe, daging, susu, dll.
3. zat pengatur, sebagaipengatur lalu lintas(polisi) makanan, terdapatdalam buah dan sayur(vitamin dan mineral)seperti, wortel, jeruk,nanas, bayam, kangkung,dll.
Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramengatasi kurang gizi, yaitu:a.makan makanan yang
seimbang (trigunamakanan).
b.Makanan sesuai dengankebutuhan balita (1200kkal).
c.Makan yang teratur.d.Menggunakan prinsip
penyajian makanan
Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramemilih makanan, yaitu:a. harganya terjangkau.b.Nila gizinya baik atau
seimbang.c. Masih segar, tidak layu,
tidak berbau busuk.d.Mudah didapat.
Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramengolah makanan, yaitu:1. sayuran dan buah dicuci
di air yang mengalirterlebih dahulu baru
Ya
Ya
Ya
12.
13.
14.
dipotong-potong.2. Sayuran dimasak jangan
terlalu lama.3. Alat-alat masak dan
makan dicuci bersih.4. Cuci tangan sebelum
masak dan makan.
Keluarga dibantu denganmahasiswa mampu mengolahmakanan yang sederhana,yaitu memasak sayur bayam.Caranya sebagai berikut:Sayuran dicuci di air mengalirkemudian dipotong-potongdan dimasukkan saat airmendidih. Sebelumnyamasukkan terlebih dahulubawang merah, bawang putih,cabai, garam, dan secukupnya.dan diangkat saat sayurantidak menjadi layu.
Keluarga mampumenyebutkan pengertianselingan sehat: makananselingan yang disediakan disela jam makan balita yangterbuat dari bahan makananyang aman yang mengandungkomponen gizi untukmembantu memenuhikebutuhan gizi seimbangbalita
Keluarga mampumenyebutkan manfaatselingan sehat:Membantu memenuhikebutuhan nutrisi anakterutama bagi anak yang sulitmakan
Ya
Ya
Ya
15.
16.
17.
18.
19.
Anggota keluarga mampumenyebutkan 2 dari 4 cirimakanan selingan sehat, yaitu:1. Aman bagi balita2. Mengandung komponen
gizi3. Dibuat sendiri oleh ibu
dirumah4. Bahan mudah diperoleh
dengan harga terjangkau
Keluarga mampumenyebutkan 4 dari 8 contohmakanan selingan sehat, yaitu:
1. Nagasari2. Bubur sumsum3. Bubur kacang hijau4. Buah5. Bubur gandum6. Susu7. Puding atau agar8. Roti
Keluarga mampumenyebutkan 2 dari 4 contohselingan tidak sehat yaitu
1. Chiki2. Gorengan3. Minuman bersoda4. Teh dalam kemasan
Keluarga mampu melakukanredemonstrasi pembuatanpuding tinggi karbohidrattinggi protein
Keluarga mampumenyebutkan kecukupan giziyang dianjurkan adalah zatgizi yang dibutuhkan sesuaidengan kebutuhan tubuh yaitukarbohidrat, protein, lemak,mineral, serta vitamin.
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
20.
21.
Kebutuhan gizi balita:- Karbohidrat: 1300 kal
(250gr nasi)- Protein : 150gr (100gr
hewani dan 50grnabati)
- Sayur: 100gr- Buah: 100gr- Susu: 30gr
Jadwal makan:- Pagi hari waktu
sarapan:- Pukul 10 selingan
berikan susu- Pukul 12 berikan
makan siang- Pukul 16 berikan
selingan- Pukul 18 berikan
makan malam- Sebelum tidur malam,
tambahkan susu
Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramenyajikan makanan, yaitu:a. jenis makanan bervariasi
setiap harinya.b. Mengkombinasikan jenis
makanan hewani dannabati.
c. Perhatikan jadwal menumakanan.
d. Jumlah makanan sesuaidengan kebutuhan
Anggota keluarga mampumenyebutkan 4 dari 5 prinsipcara mengatasi anak yangtidak bersedia makan, yaitu:a. jangan dipaksa tapi, ikuti
keinginan anak misalnya,sambil bermain.
Ya
Ya
22.
23.
24.
25.
b. Beri makan sesuai seleraanak Zan tidakmembosankan.
c. Jangan memberi makananyang manis sebelummakan.
d. Sajikan makanan dalambentuk menarik.
e. Berikan makanan dalamporsi kecil tapi, sering.
Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4lingkungan yang mendukunguntuk meningkatkan statusgizi balita, yaitu:a. makan bersama anggota
keluarga yang lain.b. Menggunakan alat makan
yang menarik.c. Makan sambil bercerita.d. Jenis makanan bervariasi
dan menarik.
Keluarga dapat menyebutkanfasilitas kesehatan yang dapatdikunjungi:- Puskesmas- Rumah sakit- Klinik dokter
Keluarga dapat menyebutkanmanfaat kunjungan:- Mendapatkan pemeriksaan
kesehatan anak.- Mendapatkan penyuluhan
atau pendidikan kesehatan.
Keluarga rutin mengunjungipelayanan kesehatan untukpemeriksaan kesehatan anak
Ya
Ya
Ya
Ya
Diagnosa 2 : Kerusakan gigi pada An.K
No Respon Keluarga Hasil Rencana Tindak
LanjutYa Tidak
1.
2.
3.
Keluarga mampu
menyebutkan perngertian
caries gigi adalah kerusakan
gigi berupa gigi berlubang
karena lapisan atas gigi
(email) rusak akibat asam
yang terjadi sebagai hasil
pembusukan sisa makanan.
Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5
Penyebab caries gigi adalah
1. Malas gosok gigi
2. Menggosok gigi tidak
bersih
3. Sering makan makanan
yang manis seperti
permen, coklat dan es
cream.
4. Kuman atau bakteri
5. Sisa makanan di gigi.
Keluarga mampu
menyebutkan 3 dari 5 Tanda-
tanda caries gigi :
1. Gigi berlubang dan
berwarna coklat sampai
hitam.
2. Gigi terasa sakit
3. Gusi bengkak dan
Ya
Ya
Ya
Memotivasi keluarga untuk
melanjutkan perilaku sehat.
4.
5.
6.
berwarna merah
4. Gusi berdarah
5. Nafas bau busuk
Keluarga mampu
menyebutkan akibat dari
caries gigi:
1. Gigi mudah patah
2. Nafsu makan menurun
3. Infeksi mulut dan anggota
badan yang lain.
4. Menyerang saraf dan dapat
menyebabkan lumpuh dan
penglihatan kabur.
Keluarga dapat
mengungkapan merawat
caries gigi pada anggota
keluarga.
Keluarga mampu
Menyebutkan 2 dari 4
Cara-cara merawat caries gigi:
1. Biasakan menggosok gigi
dari kecil.
2. Gosok gigi secara teratur
yaitu setelah makan,
sebelum tidur
3. Kurangi makan makanan
yang merusak gigi..
4. Makan makanan yang
menyehatkan gigi (buah,
sayur, ikan laut, daging
Ya
Ya
Ya
7.
8.
dan susu).
Keluarga dapat menyebutkan
1 dari 3 cara perawatan
keluarga yang mengalami
sakit gigi akibat karies gigi
1. Kumur-kumur dengan air
garam hangat.
2. Minum obat peredaasa
sakit seperti antalgin.
3. segera ke dokter gigi jika
sakitnya tidak tertangani.
Keluarga dapat menyebutkan
cara merawat caries gigi pada
anggota keluarga:
Cara menggosok gigi yang
benar:
1. Pakailah pasta gigi yang
mengandung fluoride.
2. Gunakan sikat gigi
berbulu halus dan rata.
3. Berkumur-kumur sebelum
menggosok gigi.
4. Sikatlah semua permukaan
gigi pada rahang atas dan
bawah dengan gerakan
memutar atau gerakan atas
bawah selama 2 menit.
5. Lakukan masing-masing
permukaan gigi sebanyak
8 gerakan.
6. Setelah semua permukaan
Ya
Ya
9.
10.
11.
12.
disikat kumurlah dengan
air bersih.
Keluarga mampu melakukan
perawatan caries gigi
Keluarga mampu melakukan
Modifikasi lingkungan dalam
merawat caries gigi :
1. Setiap anggota keluarga
memiliki sikat gigi
sendiri.
2. Mengingatkan anak untuk
sikat gigi secara teratur.
3. Sikat gigi di simpan
dalam posisi tegak.
4. Periksa gigi setiap 6 bulan
sekali.
Keluarga mampu melakukan
modifikasi lingkungan
merawat caries gigi.
Keluarga dapat menyebutkan
2 dari 4 fasilitas kesehatan
dan sosial yang dapat
digunakan keluarga untuk
menangani caries gigi pada
anggota keluarga
1. Puskesmas
2. Rumah Sakit
3. Dokter praktik
4. Praktik swasta lainnya
Ya
Ya
Ya
Ya
13.
14.
Keluarga dapat menyebutkan
2 manfaat fasilitas kesehatan:
1. Memberi informasi/
tentang cara merawat
caries gigi.
2. Memeriksakan karies gigi
Keluarga dapat melakukan
kunjungan keluarga ke
fasilitas kesehatan/sosial
untuk membawa anggota
merawat caries gigi.
Ya
Ya
Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN
KELUARGA BAPAK B
No Indikator Ya Tidak
1 Keluarga menerima kehadiran petugas puskesmas Ya
2 Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana Ya
3 Keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar Ya
4 Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran Ya
5 Keluarga memanfaatkan perawatan sederhana sesuai
anjuran
Ya
6 Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif Ya
7 Keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif Tidak