ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI

4

Click here to load reader

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI

ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI (KKP)WHO mendefinisikan malnutrisi kekurangan kalori_protein (KKP) sebagai ketidakseimbangan selular antara intake nutrien dan kalori dengan kebutuhan tubuh yang di perlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi_fungsi spesifik (blossner,2005). Perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi peningkatan malnutrisi secara multifaktor. Kondisi lingkungan masyarakat miskin meningkatkan infeksi protoza dan memberikan konstribusi kekurangan mikronutrien. Pada sebagian besar populasi,kondisi malnutrisi lebih sering terjadi pada negara berkembang yang berhubungan produksi pangan dan mempengaruhi kualitas intake makanan (muller,2005). kwasiorkor dan marasmus merupakan dua tipe dari malnutrisi. Perbedaan yang jelas dari kedua kondisi KKP ini adalah pada kwasiorkor didapatkan edema, sedangkan pada marasmus tidak didapatkan edema. Marasmus terjadi berhubungan dengan tidak adekuat nya intake kalori protein, sedangkan pada kwasiorkor intake kalori normal tetapi asupan protei tidak adekuat. Pada beberapa studi , kondisi marasmus di hubungkan dengan adaptasi terhadap kelaparan, sedangkan pada kwasiorkor merupakan gangguan adaptasi terhadap kelaparan (shashidhar, 2009).

Etiologikondisi kkp terjadi akibat tidak adekuatnya intake makanan. Pada negara berkembang. Ketidakadekutan intake nutrisi ini merupakan kondisi sekunder akibat tidak cukupnya persediaan suplai makanan. Pada beberapa area, kondisi kultural dan regilius memainkan peran yang mempengaruhi intake makanan (shashidhar,2009). Tidak adekuatnya sanitasi lingkungan juga meningkatkan kehilangan kandungan nutrisi akibat perubahan kebutuhan metabolik. pada negara berkembang selain intake nutrisi yang kurang, penyakit khususnya penyakit kronis memainkan peran penting atas penyebab dari KKP. Anak-anak dengan penyakit kronis beresiko utuk masalah gangguan nutrisi yang disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu sebagai berikut. 1. Anak dengan penyakit kronis akan mengalami anoreksia, yang berakibat pada tidak adekuatnya intake makanan.2. Beban peningkatan respons inflamasi dan peningkatan kebutuhan metabolik akan meningkatkan kebutuhan kalori.3. Beberapa penyakit kronis, seperti penyakit hati dan gastrointestinal memberikan dampak yang merugikan pada status nutrisi oleh karena gangguan pada fungsi pensernaan.beberapa faktor resiko, seperti penyakit, kondisi kelahiran, dan alergi makanan secara signifikan berhubungan dengan penurunan intake dan kekurangan nutrisi tubuh (tabel 3.9).

patofisilogi

kondisi KKP akan memberikan pengaruh. Terhadap banyak sistem organ. Diet protein diperlukan untuk membentuk asm amino yang disintesis memiliki berbagai fungsi fisiologis untuk tubuh. Energi yang esensial untuk keperluan biomekanis dan fungsi fisiologis yang terdapat pada mikronutrien diperlukan pada banyak fungsi metabolik di dalam tubuh sebagai komponen dan kofaktor dari proses enzim. gangguan perkembangan, gangguan kognitif, atau gangguan psikologis, serta perubahan

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI

respon imun merupaka faktor signifikan yang menyebabkan terjadinya KKP. Perubahan respons imun berhubungan dengan individu yang menderita AIDS dan keganasan. Penurunan hipersensitivitas, penurunan kadar T limfosit, gangguan repons limfosit, gangguan fagositosis, penurunan komplemen dan sitokin merupakan respons yang terjadi pada penurunan imunitas. Perubahan fungsi imun ini memberikan predisposisi terjadinya penyakit berat dan kronis, terutama pada diare akibat infeksi menyebabkan gangguan nutrisi (shashidhar, 2009). pada beberapa studi, anak dengan KKP menggambarkan banyak perubahan pada perkembangan otak, seperti lambatnya pertumbuhan besar otak, yang kurang, penipisan korteks serebri, penurunan jumlah neuron, insufisiensi mielin dan perubahan dendrit pada sumsum tulang belakang (benitez, 1999). Perubahan patologis lainnya adalah degenersi lemak pada hati dan jantung, atrofi pada usus halus, dan penurunan volume intravaskular yang memberikan risiko hiperaldosteronisme (shashidhar, 2009). rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E karena ke empat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena disifiensi vitamin A dan protein. Pada retina, terdapat sel batang dan sel krucut. Sel batang berfungsi membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau redopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel redopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahay yang gelap. Inilah yang di sebut adaptasi redopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi redopsin (abayomi, 2004). tugor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Refleks patela negatif terjadi kerena kekurangan aktin miosin pada tendo patela dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangan protein, CU, dan Mg seperti pada gangguan neurotransmitter. Hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan VLDL dan LDL. Oleh karena adanya penurunan VLDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit di transpor ke jaringan-jaringan, pada akhirnya terjadi penumpukan lemak di hati(Blossner, 2005). pada anak kkwashiorkor di dapatkan gejala khas yaitu pitting edema. Pitting edema adalah edema yang jika di tekan, sulit kembali seperti semul. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein sehingga tekanan onkotik intrvaskuler menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, kerna pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensasi dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada pada penderita kwashiorkor, selain difisiensi protein juga difisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel. Untuk kembalinya membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel rapat. Edema biasanya terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (muller, 2005). Kondisi KKP memberikan masalah keperawatan

pengkajian data fokus perlu di kaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama). Pada kondisi klinik, pasien yang paling sering mengalami malnutrisi adalah anak. Anak masuk rumah sakitdengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat semakin lama semakin turun), bengkak pada

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN MALNUTRISI

tungkai, sering diare, dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi. perawat perlu mengkaji faktor predisposisi malnutrisi, seperti pengkajian riwayat prenatal, natal, dan postnatal; dampak hospitalisasi; perubahan peran keluarga; riwayat pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, psikososial, psikoseksusal, dan kemampuan interaksi anak. Pengkajian riwayat keluarga adalah mengidentifiksi komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, serta fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit pasien (abyomi, 2004). Pada pengkajian klinik sering didapatkan adanya defisiensi mikronutrien dengan berbagai manifestasi gejala