Asuhan Keperawatan kolisititis

22
Asuhan Keperawatan kolisititis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi.Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kolesistitis ? 2. Apa etiologi kolesistitis ? 3. Bagaimana patofisiologi kolesistitis ? 4. Apa tanda dan gejala kolesistitis ? 5. Bagaimana anatomi dan fisiologi kolesistitis? 6. Bagaimana pathway kolesistitis ? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari kolesistitis? 8. Bagaimana menifestasi klinis kolesistitis? 9. Apa pemeriksaan penunjang kolesistitis ? 10. Apa asuhan keperawatan pada pasien kolesistitis ? C. Tujuan a. Tujuan umum

description

kolis

Transcript of Asuhan Keperawatan kolisititis

Page 1: Asuhan Keperawatan kolisititis

Asuhan Keperawatan kolisititis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta orang yaitu 5

juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung

empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria.

Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,

karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan

ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau

saat operasi untuk tujuan yang lain.

Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG maka

banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat

dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi.Semakin canggihnya peralatan dan

semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan

moralitas.

Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila

batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran

klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai

yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).

B. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian kolesistitis ?

2.      Apa etiologi kolesistitis ?

3.      Bagaimana patofisiologi kolesistitis ?

4.      Apa tanda dan gejala kolesistitis ?

5.      Bagaimana anatomi dan fisiologi kolesistitis?

6.      Bagaimana pathway kolesistitis ?

7.      Bagaimana penatalaksanaan dari kolesistitis?

8.      Bagaimana menifestasi klinis kolesistitis?

9.      Apa pemeriksaan penunjang kolesistitis ?

10.  Apa asuhan keperawatan pada pasien kolesistitis ?

C. Tujuan

a.       Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas keperawatan medikal bedah berupa makalah kolesistitis

b.      Tujuan khusus

1.      Menjelaskan pengertian kolesistitis

2.      Menjelaskan etiologi kolesistitis

3.      Menjelaskan patofisiologi kolesistitis

4.      Menjelaskan tanda dan gejala kolesistitis

Page 2: Asuhan Keperawatan kolisititis

5.      Menjelaskan anatomi dan fisiologi kolesistitis

6.      Menjelaskan pathway kolesistitis

7.      Menjelaskan Bagaimana penatalaksanaan dari kolesistitis

8.      Menjelaskan menifestasi klinis kolesistitis

9.      Menjelaskan penunjang kolesistitis

10.  Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien kolesistitis

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Pengertian

Beberapa keainan mempengaruhi sistem bilier dan mengganggu drainase

empedu yang normal ke dalam duodenum. Kelainan ini mencakup karsinoma yang

menyumbat percabangan bilier dan infeksi pada sistem bilier. Meskipun tidak semua

dari kejadian infeksi pada kandung empedu ( kolesistitis ) berhubungan dengan batu

empedu ( kolelitiasis ). Kandung empedu dapat menjadi infeksi akut ( kolesistitis )

yang menyebabkan nyeri akut, nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran

kanan ats yang di sertai dengan gejala mual serta muntah dan tanda – tanda yang

umum di jumpai pada inflamasi akut.

Kolesistitis kalkulus terdapat pada lebih dari 90 % pasien kolesistitis akut.

Pada kolesistitis kalkulus batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu.

Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan menimbulkan suatu

reaksi kimia; terjadi otolisis serta edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu

akan terkompresi sehingga suplai veskulernya terganggu.

Kolesistitis akalkulus merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa

adanya obstruksi oleh batu empedu. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan

bedah mayor, trauma berat atau luka bakar.

B.     Etiologi

Pada kolisititis akut, darah mengalir ke kantong empedu mungkin menjadi

terganggu yang pada gilirannya akan menyebabkan permasalah dengan pengisian dan

pengosongan normal pada kantung empedu. Batu bisa menghalangi saluran pipa

cyctic yang akan mengakibatkan empedu menjadi terjerat di dalam kantung empedu

karena radang di sekitar batu di dalam saluran pipa. Darah yang mengalir ke area

radang akan di perkecil, melokalisir edema berkembang, kantung empedu

Page 3: Asuhan Keperawatan kolisititis

menggelembung karena empedu tertahan dan perubahan ischemic akan terjadi

didalam dinding kantung empedu. Kolesititis kronis terjadi ketika peristiwa

kemacetan saluran pipa cystic, yang umumnya karena batu. Pasien dapat terjangkit

penyakit kuning karena tertekannya empedu atau penyakit kuning yang bersifat

menghalangi. Jika pasien mempunyai suatu pewarnaan yang gelap pada kulit mereka,

periksa telapak tangan dan telapak kaki.

Ada peningkatan resiko untuk kantung empedu dan pengembangan batu

empedu dengan meningkatnya umur, wanita atau kelebihan berat badan, mempunyai

sejarah keluraga penyakit kantung empedu, orang- orang  diet menurun berat badan

secara cepat. 

C.     Patofisiologi

Ada dua tipe utama batu empedu :

1.      Batu pigmen kemungkinan akan berbentuk bila pigmen yang tak-terkonyugasi dalam

empedu mengadakan presipitasi ( pengendapan ) sehingga terjadi batu. Resiko batu

semacam ini semakin besae pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan

bilier. Batu ini  harus dikeluarkan dengan jalan operasi

2.      Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus batu empedu lainnya di

Amerka Serikat. Kolesterol merupakan unsur normal pembentuk empedu yang

bersifat tidak larut dalam air. Kelarutanya bergantung pada asam-basa empedu dan

lesitin dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan

terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam

hati; keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang

kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentu batu.

D.    Tanda dan Gejala

1.      Perut atas, epigastric, atau sakit abdominal kanan atas yang dapat menyebar ke bahu

kanan

2.      Rasa sakit pada Right Upper Quadrant ( RUQ ) meningkat dengan palpasi abdomen

kanan atas selama inspirasi menyebabkan pasien berhenti mengambil napas panjang.

3.      Mual dan muntah, terutama setelah makan makanan berlemak

4.      Selera makan hilang

5.      Demam

6.      Udara bertambah pada saluran usus ( bersendawa, kentut )

7.      Kulit gatal – gatal karena terbentuknya garam empedu

8.      Feses berwarna tanah liat karena kurangnya urobilinogen didalam usus

9.      Penyakit kuning – kulit berwarna kekuningan  dan membran mukosa berubah warna

10.  Icterus – perubahan warna kekuningan pada sklera

11.  Urin berwarna gelap dan berbusa karena ginjal berusaha membersihkan bilirubin

E.     Anatomi dan Fisiologi kolesistitis

Page 4: Asuhan Keperawatan kolisititis
Page 5: Asuhan Keperawatan kolisititis
Page 6: Asuhan Keperawatan kolisititis

Kandung empedu ( Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang

terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus

dan collum.Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior

hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung

rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan

arahnya keatas, belakang dan kiri.Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang

berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis

membentuk duktus koledokus.Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan

sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.

Pembuluh arteri kandung empedu adalah a. cystica, cabang a. hepatica

kanan.V. cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta.Sejumlah arteri

yang sangat kecil dan vena – vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.

Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak

dekat collum vesica fellea.Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici

hepaticum sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.

Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus

F.      Manifestasi Klinis

Penderita penyakit kandung empedu akibat batu enepdu dapat mengalami dua

jenis gejala yaitu gejala yang di sebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu

sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu

empedu. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang

samar pada kuadran kanan atas abdomen. Gangguan ini dapat terjadi setelah individu

mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang di goreng.

1.      Rasa nyeri dan kolik bilier

Jika duktus sistukusi tersumbat oleh batu empedu, kantung empedu akan

mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin

teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami koik bilier di sertai nyeri

hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan;

rasa nyeri ini biasanya di sertai dengan mual dan muntah dan bertambah hebat dalam

waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar.

Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontruksi kandung empedu

yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran empedu

oleh batu.

2.      Ikterus

Ikterus dapat dijumpai di antara penderita pemyakit kandung empedu dengan

persentase yang kecil dan biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi

pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulakn gejala yang khas

yaitu : getah emepdu yang tidak lagi di bawa ke dalam duodenum akan disertai oleh

Page 7: Asuhan Keperawatan kolisititis

darah dan penyerapan emepdu ini membuat kulit dan mukosa menjadi kuning.

Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal – gatal yang mencolok pada kulit.

3.      Perubahan warna urin dan feses

Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat

gelap. Feses yang tidak lagi di warnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan

biasanya pekat yang di sebut “ clay-colored “

4.      Defisiensi vitamin

Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D, E dan K

yang larut lemak. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin –

vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat

mengganggu pembekua darah yang normal. Apabila batu empedu terlepas dan tidak

lagi menyumbat duktus sistikus, kandung empedu akan mengalirkan isinya keluar dan

proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relatif singkat. Jika batu empedu

terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat mengakibatkan abses,

nekrosis,dan perforasi disertai peritonitis generalisata.

G.    Pathway kolesistitis

Page 8: Asuhan Keperawatan kolisititis

H.    Penatalaksanaan Kolesistitis

1.      Penatalaksanaan Nonbedah

a.       Penatalaksanaan Pendukung dan Diet

Kurang lebih 80 % dari pasien – pasien inflamasi akut kandung empedu

sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan

antibiotik. Diet yang diterapkan segera setelah serangan yang akut biasanya dibatasi

pada makanan cair rendah lemak. Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat

dapat dia aduk dalam susu skim. Makanan berikut ini di tambahkan jika pasien dapat

menerimanya : buah yang dimasak, nasi atau ketela, daging tanpa lemak, kentang

yang di lumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi atau teh. Makanan

seperti : telur, krim , daging babi, gorengan, keju dan bumbu – bumbu yang berlemak,

dan sayuran yang membentuk gas serta alkohol harus di hindari.

b.      Farmakoterapi

Asam ursodeoksikolat ( urdafalk ) dan kenodeoksiklat ( chenodial, chenofalk )

telah digunakan untuk melarutkan batu emepdu radiolusen yang berukuran kecil dan

terutama  tersusun dari kolesterol. Asam ursodeoksikolat di bandingkan dengan asam

kenideoksikla jarang menimbulkan efek samping dan dapat di berikan dengan dosis

yang lebih kecil untuk mendapat kan efek yang sama. Mekanisme kerjanya adalah

menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi

getah empedu. Pada banyak pasien diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk

melarutkan batu empedu dan selama terapi keadaan pasien di pantau. Dosis yang

efektif bergantung pada berat badan pasien.

Pembentukan kembali batu empedu telah dilaporkan pada 20 % hingga 50 %

pasien sesudah terapi di hentikan; dengan demikian pemberian ini dengan dosis

rendah dapat dilanjutkan untuk mencegah kekambuhan tersebut.

Pemantauan dan pemerikasaan tindak lanjut terhadap enzim – enzim hati

merupakan indikasi. Kepada pasien diberitahukan agar segera melapor jika terjadi

efek samping yang merugikan dari pemakaian obatnya dan bila gejala kolesistitis

tersebut timbul kembali.

c.       Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan

Beberapa metode telah digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan

menginfuskan suatu bahan pelarut ( monooktanin atau metil tertier buti eter (MTBE))

ke dalam kandung empedu. Pelarut tersebut dapat di infuskan melalui jalur berikut :

Page 9: Asuhan Keperawatan kolisititis

melalui selang atau keteter yang di pasang perkutan langsung ke dalam kandung

empedu; melalui selang atau drain yang di masukkan melalui saluran T-tube untuk

melarutkan batu yang belum di keluarkan pada saat pembedahan; melalui endoskop

ERCP atau kateter bilier transnasal.

Beberapa metode nonbedah digunakan untuk mengeluarkan batu yang belum

terangkat pada saat kolesistektomi atau yang terjepit dalam duktus koledokus. Sebuah

kateter dan alat disertai jaring terpasang padanya disisipkan lewat saluran T-tube atau

lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T-tube; jaring digunakan untuk

memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus.

Prosedur kedua adalah penggunaan endoskop ERCP. Sesudah endoskop

terpasang, alat pemotong dimasukkan lewat endoskop tersebut ke dalam ampula Vater

dari duktus koledokus.

d.      Extracorporeal Shock- Wave Lithotripsy ( ESWL )

Prosedur litotripsi atau ESWL ini telah berhasil memecah batu empedu tanpa

pembedahan. Kata litotripsi berasal dari lithos yang bearti batu, dan tripsis yang

berarti penggesekan atau friksi.

Prosedur noninvasih ini menggunakan gelombang kejut berulang yang

diarahkan kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau duktus koledokus

dengan maksud untuk memecah batu tersebut menjadi seumlah fragmen. Geombang

kejut dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik yaitu piezoelektrik atau oleh

muatan elektromagnetik. Energi ini di salurkan ke dalam tubuh lewat rendaman air

atau kantong yang berisi cairan. Gelombang kejut yang dikonvergensikan tersebut

diarahkan kepada batu empedu yang akan di pecah. 

2.      Penatalaksanaan bedah

a.       Penatalaksanaan praoperatif

Persiapan sebelum operasi kandung empedu serupa dengann persiapan bagi

setiap tindakan laparotomi abdominal bagian atas. Instruksi dan penjelasan tentang

mobilisasi tubuh dan napas dalam harus sudah disampaikan sebelum pembedahan

dilakukan. Karena insisi abdomen dilakukan pada lokasi yang lebih tinggi, pasien

sering enggan untuk bergerak dan membalikkan tubuhnya. Pneumonia dan atelektasis

merupakan komplikasi pascaoperatif yang mungkin terjadi tetapi sering dapat di

hindari dengan latihan napas dalam serta sering membalik tubuh.

b.      Intervensi bedah dan sistem drainase

1.      Kolesistektomi

  Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus

sistikus diligasi. Kolesistektomi dilakukan pada sebagian besar kasus kolesistitis akut

dan kronis. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dn dibiarkan menjulur

keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah

empedu ke dalam kasa absorben.

2.      Minikolesistektomi

Page 10: Asuhan Keperawatan kolisititis

Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka

insisi selebar 4 cm. Jika diperlukan, luka insisi dapat diperlebar untuk mengeluarkan

batu kandung empedu  yang berukuran lebih besar.

3.      Kolesistetomi laparoskopik ( atau endoskopik ).

Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen di tiup dengan gas

karbon dioksida untuk membantu pemasangan endoskop dan menolong doker bedah

melihat struktur abdomen. Sebuah endoskop serat-optik dipasang melalui luka insisi

umbilikus yang kecil. Keuntungan pada prosedur ini adalah bahwa pasien tidak

mengalami ileus paralitik seperti yang terjadi pada operasi abdomen terbuka, dan rasa

nyeri abdominal pascaoperatif tidak begitu hebat.

4.      Koledokostomi

Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk

mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah kateter

kedalam duktus tersebut untuk di drainase getah empedu sampai edema mereda.

5.      Bedah kolesistostomi

Kolesistostomi dikerjakan bila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk

dilakukan operasi yang lebih luas atau bila reaksi inflamasi yang akut membuat sistem

bilier tidak jelas.

6.      Kolesistostomi perkutan

Kolesistostomi perkutan dilakukan dalam penanganan dan penegakkan

diagnosis kolesistitis akut ada pasien-pasien yang beresiko jika harus menjalani

tindakan pembedahan atau anestesi umum. Pasien – pasien ini mencakup para

penderita sepsis atau gagal jantung yang berat dan pasien – pasien gagal ginjal, paru

atau hati.

I.       Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemerikasaan sinar X  abdomen

2.      Ultrasound pada kantung empedu memperlihatkan koletiasis, peradangan.

3.      Ultrasonografi

Prosedur ini akan memberikan hasil yang akurat jika pasien berpuasa pada

malam   harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadaan distensi.

4.      Kolesistografi

Kolesistografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan

mengkaji kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,

berkontraksi serta menggosongkan isinya.

5.      CT scan memperlihatkan peradangan atau koletiasis

6.      ERCP ( endoscopic Retrograde Cholangiopancreato graphy )

Pemeriksaan ERCP memungkinkan visualisasi struktur secara langsung dan

hanya dapat dilihat pada saat melakukan laparatomi.

   

Page 11: Asuhan Keperawatan kolisititis

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A.   PENGKAJIAN

1. Identitas

a.        Identitas klien

            Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,

pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,

alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan

selanjutnya.

b.      Identitas penanggung jawab

               identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi

penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,

umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan

  1)      Keluhan utama

Page 12: Asuhan Keperawatan kolisititis

merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat

pengkajian.  Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada

kuadran kanan atas.

 2)      Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,

paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q)

yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal

menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi

nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan

nyeri/gatal tersebut.

Biasanya pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen

kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini

biasanya disertai dengan mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu

beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar. Biasanya pasien akan

membolak – balikkan tubuhnya dengan gelisah karna tidak mampu menemukan posisi

yang nyaman baginya. Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik

melainkan persisten.

3)      Riwayat kesehatan dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat

sebelumnya.

4)      Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis

3. Pemeriksaan fisik

    1.      Aktivitas dan istirahat:

a.       subyektif : kelemahan

b.      Obyektif  : kelelahan, gelisah

    2.      Sirkulasi :

a.       Obyektif : Takikardia, Diaphoresis, berkeringat

    3.      Eliminasi :

a.       Subyektif : Perubahan pada warna urine dan feces

b.      Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas,

urine pekat, feces warna tanah liat, steatorea.

    4.      Makan / minum (cairan)

a.       Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.

Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.

Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.

Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).

Page 13: Asuhan Keperawatan kolisititis

Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.

b.      Obyektif :

Kegemukan.

Kehilangan berat badan (kurus).

   5.      Nyeri/ Kenyamanan :

a.       Subyektif :

Nyeri abdomen menjalar  ke punggung sampai ke bahu.

Nyeri apigastrium setelah makan.

Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.

b.      Obyektif :

Cenderung teraba lembut pada kolelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini

dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).

    6.      Respirasi :

Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak      nyaman.

   

7.      Keamanan :

Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus ,

cenderung  perdarahan ( defisiensi Vit K ).

   

8.      Belajar mengajar :

Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu

kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran

cerna bagian bawah.

4. Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus, proses

inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.

2.      Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan muntah,

distensi, dan  hipermortilitas gaster.

3.      Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap berhubungan

dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah

4.      Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah

sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

5.      Intervensi Keperawatan

1.      Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus, proses

inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.

       Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam pasien

mengatakan nyeri hilang/terkontrol

       KH :        1. Meningkatkan istirahat

     2. Menghilangkan nyeri

Page 14: Asuhan Keperawatan kolisititis

No Intervensi Rasional

1  Dorong menggunakan teknik relaksasi,contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan napas dalam.

Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping.

2 Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen.

3 Berikan obat sesuai indikasi; antikolinergik.

Menghilangkanreflexspasme ataukontraksiotot halus dan membantu dalam manajemen nyeri

4 Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).

Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuanatau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.

2.    Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan muntah,

distensi, dan  hipermortilitas gaster.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam keseimbangan

cairan adekuat

KH : 1. Muntah (-)

          2.Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

No Intervensi Rasional

1 Awasitanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.

Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium dan klorida.

2 Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine. Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan

Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.

Page 15: Asuhan Keperawatan kolisititis

pengisian kapiler.

3   Berikan antimetik. Menurunkan mual dan mencegah muntah.

4 Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K.

Mempertahankan volume sirkulasi danmemperbaiki ketidakseimbangan

3.   Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap berhubungan

dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan; mual/muntah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam nutrisi terpenuhi

KH : 1. nafsu makan (+)

          2. mual (-)

          3. Rangsangan pada gangguan empedu (-)

No Intervensi Rasional

1 Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak bergerak.

Tanda non-verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas.

2 Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.

Untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual.

3 Perkirakan/hitung pemasukan kalori juga komentar tentang napsu makan sampai minimal.

Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi. Berfokus pada masalah membuat suasana negative dan mempengaruhi masukan.

4 Konsul dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi.

Berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat.

5 Tambahkan diet sesuai toleransi, biasanya rendah lemak, tinggi serat, batasi makanan penghasil gas dan makanan/makanan tinggi lemak.

Memenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan rangsangan pada kandungan empedu.

4.   Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulang dari rumah

sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

      Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa health

educationselama 1x24jam pasien bisa mengerti tentang merawat diri sendiri.

KH :  1. Pasien bisa mengerti tentang penyakit, pengobatan dan prognosis.

                   2. Pasien menunjukkan perubahan pola hidup.

Page 16: Asuhan Keperawatan kolisititis

NO Intervensi Rasional

1. Kaji ulang proses penyakit/ prognosis. Diskusikan perawatan dan pengobatan.

Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

2. Kaji ulang program obat, kemunkinan efek samping.

Batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka pnjang. Terjadinya diare/kram selama terapi senodiol dapat dihubungkan dengan dosis/dapat diperbaiki.

3. Anjurkan istirahat pada posisi semi fowler setelah makan.

Meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umum selama proses pencernaan awal.

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Batu Empedu(kolelitiasis) adalah adanya batu yang terdapat pada kandung

empedu.

Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu yang

disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam empedu, pigmen

empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada kandung empedu ( Barbara C.

Long, 1996 )

Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli,batu empedu) biasanya terbentuk dalam kantung

empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu

Page 17: Asuhan Keperawatan kolisititis

memilki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak

lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering

pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin

meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari

3 orang akan memiliki batu empedu (Brunner, 2003).

B.     Saran

Peran perawat dalam penanganan kolelitiasis mencegah

terjadinyakolelitiasis adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien kolelitiasis harus dilakukan untuk

meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan

kejadian kolelitiasis.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddarth .1997.keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC

Doengoes E Marilymn.1993. rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC

Digiulio mary, Jackson donna.2007. keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Rapha

Publishing

Dorland newman. 2008. Kamus saku kedokteran dorland. Jakarta: EGC

Page 18: Asuhan Keperawatan kolisititis