ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN ...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN ...
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07
KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP
0806333915
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07
KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP
0806333915
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul
”Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
pada Keluarga Bapak S dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi pada
Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Depok.” Penulisan karya ilmiah
akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir
Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIA-N) dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir.
3. Ibu Ns Tri Widyastuti H., S.Kep selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya
ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Lestari Sukmarini S.Kp, M.N selaku pembimbing akademik penulis.
5. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
6. dr. Hendrik Alamsyah selaku kepala Puskesmas Cimanggis yang telah bekerja
sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat
Perkotaan.
7. Bapak Syamsul Rizal Harahap dan Ibu Ripwani Pulungan selaku orang tua,
Kakak saya Eva Desi Silviani H. dan Rina Rahmwati H. yang penulis sayangi
dan selalu mendoakan dengan segenap cinta, mendukung keberhasilan laporan
penulisan baik secara moril maupun materil.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
vi
8. Gyon Putra Amiga, seseorang yang spesial dan selalu mendukung, serta
membantu penulis dalam menghadapi setiap masalah.
9. Teman-teman FIK angkatan 2008, terutama sahabat-sahabat saya Isti, Nova,
Nadya, Efrita, Yosephin, Putri Dwi, Rina Mardiana, dan teman-teman FIK
PKKMP peminatan Komunitas, terutam kelompok gizi balita RW 07 Lita,
Shella, Sheila, Danisya, dan Mba Wiji, kalian memang hebat.
10. Keluarga Bapak S, khususnya Ibu L dan An S yang telah menerima
mahasiswa dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga
dalam Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan.
11. Masyarakat di RW 07 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam
pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia
menyediakan waktu dan tempat untuk kami.
12. Petugas fotokopian FIK UI, khususnya Mas Amin dan Bang Tohir yang telah
membantu saya dalam penulisan ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini.
semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah akhir
ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
penyusunan penulisan di masa yang akan datang.
Depok, Juli 2013
Fitri Anggraeni H., S.Kep
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
HALAMAI{ PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKIIIR T.[\TUK KEPENTINGAIT AKADEMIS
Sebagai sivitas
dibawah ini:
Nama
NPM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan
Fitri Anggraeni H., S.Kep
0806333915
Ners
Ilmu Keperawatan
Karya llmiah AkhirNers
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilrniah saya yang berjudul:
Asuhan Keperowatan Kelunrga Bapak S dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak
Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok
beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
nonekslusif ini Universitas lndonesia bebas menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan ffrma saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang Menyatakan
,fi*Anggraeni Harahap,
vii
Fitri S.Kep
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
viii
ABSTRAK
Nama : Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep
Program Studi : Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S dengan
Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh pada Anak pada Balita di RW 07
Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok.
Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada
masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah
dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor
dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi ynag menjadi
unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang pada balita
berdasarkan triguna makanan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan berat badan pada balita kelolaan. Ibu L melaporkan bahwa telah
menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S
melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi
seimbang kepada anak.
Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
ix
ABSTRACT
Name : Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep
Study Program : Ners
Title : Nursing Care Process of Mr. S’s Family with Health
Problem Nutrition Imbalance: Less than Body
Requirment on Toddler at RW 07 Kelurahan Cisalak
Pasar, Kota Depok
Proverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems,
especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the
nursing care process of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem on
toodler children. Implementation to the family is consisting of the cognitive,
affective, and psychomotor that uses the five family health tasks. Nursing
interventions that become the main intervention is scheduling of nutritionally
balanced menus based on triguna makanan for toddler. The evaluation results of
nursing care plan effective to make toddler gain weight. Mrs. L, client S’s mother,
reported that she had provided food according to triguna makanan. Mr. S’s family
reported that the family has made efforts to provide the food with balanced
nutrition to their children.
Keywords: Toddlers, Malnutrition, Nutritional Balance (Triguna makanan)
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 9
1.4.1 Pendidikan Keperawatan .............................................. 9
1.4.2 Pelayanan Keperawatan ............................................... 9
1.4.3 Penelitian Selanjutnya .................................................. 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perkotaan /Urban Nursing .............................................. 11
2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan ......................................................................... 11
2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di
Perkotaan…………………………………… ................. 12
2.2 Keluarga dengan Balita ............................................................ 13
2.2.1 Keluarga dengan Balita ................................................ 13
2.2.2 Balita sbagai Agregat at Risk ....................................... 15
2.2.3 Peran Perawat Keluarga ............................................... 21
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang .... 23
2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 23
2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 25
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 26
2.3.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 26
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................. 28
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ........................................... 31
3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 34
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ....................................... 35
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
xi
3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................... 36
3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 37
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 42
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan
Konsep kasus terkait ................................................................. 44
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang
berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervesi Unggulan dengan
Konsep dan Penelitian terkait ................................................... 46
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ........................... 50
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................... 52
5.2 Saran .......................................................................................... 53
5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas ..................................... 53
5.2.2 Keluarga ......................................................................... 53
5.2.3 Masyarakat/Kader .......................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
Lampiran 2 Skoring Masalah
Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 4 Catatan Perkembangan
Lampiran 5 Evaluasi Sumatif
Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat
perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah
kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, antara lain
tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan karena
kemisikinan, pengangguran yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan
sosial, serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender &
Spradley, 2010).
Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu
kemiskinan. Konferensi Dunia Untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen 1995
(Kementerian Koordinator Bidang Kesra, 2002) menyatakan kemiskinan dalam
arti luas di negara-negara berkembang memiliki wujud yang multidimensi yang
meliputi sangat rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang
menjamin kehidupan berkesinambungan sehingga menyebabkan kelaparan dan
kekurangan gizi, keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan
layanan-layanan pokok lainnya kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit
yang terus meningkat, kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang jauh dari
memadai, lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial.
Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi
ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian
membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka
kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan
rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan
mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan
untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat
perkotaan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi
buruk. Peningkatan ekonomi masyarakat dapat menurunkan masalah gizi
dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, mengurangi biaya kematian
dan kesakitan, kedua melalui peningkatan produktifitas. Pernyataan
tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2006)
yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan
permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab
kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas.
Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan
bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.
Kesepakatan global berupa Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri
dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa pada tahun 2015
setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada
tahun 1990. Tujuan keempat dari MDGs adalah menurunkan angka kematian
balita dengan mengurangi dua pertiga dari angkat tingkat kematian anak di bawah
usia lima tahun. Indonesia menggunakan indikator melalui persentase anak
berusia di bawah 5 tahun (balita) yang mengalami gizi buruk (severe underweight)
dan persentase anak-anak berusia 5 tahun (balita) yang mengalami gizi kurang
(moderate underweight).
Masalah gizi tidak hanya terdapat di daerah terpencil, tetapi juga menjadi salah
satu masalah di masyarakat perkotaan. Masalah gizi semakin lama semakin
disadari sebagai salah satu faktor penghambat proses pembangunan nasional
(Neldawati, 2006). Masalah gizi yang timbul dapat memberikan berbagai dampak
antara lain meningkatnya angka kematian bayi dan anak. Tingginya angka
kematian anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Menurut Depkes (2008) dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008, secara nasional
prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Masalah kurus di Indonesia
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Secara umum prevalensi
nasional gizi buruk pada balita di Indonesia adalah 5,4%, dan gizi kurang adalah
13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan kurang. Pencapaian tersebut bila
dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target
MDGs untuk Indonesia 2015 sebesar 18,5% maka secara target nasional, target
tersebut sudah melampaui. Target nasional terlihat tercapai, namun pencapaian
tersebut belum merata di 33 provinsi (Depkes RI, 2011).
Masalah gizi buruk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
dimana pada tahun 2004 mencapai 28,4% termasuk kelompok gizi kurang dan
gizi buruk (Depkes, 2004). Prevalensi gizi kurang dan buruk pada tahun 2007 di
Jawa Barat sebesar 15% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 13% (Depkes RI,
2011). Data tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di bawah
prevalensi nasional dan cenderung mengalami penurunan. Dinas kesehatan Kota
Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007,
yang berasal dari enam kecamatan. Kecamatan Pancoran Mas merupakan
kecamatan dengan penderita gizi buruk terbanyak yaitu 321 balita, diikuti
Cimanggis 228 balita, Sawangan 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita.
Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah balita gizi buruk yang cukup tinggi.
Cisalak Pasar merupakan salah satu wilayah dari kecamatan Cimanggis dengan
jumlah balita yang banyak. Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar memiliki jumlah
balita yang cukup banyak, jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170
orang. Balita yang memiliki masalah gizi termasuk gizi kurang dan gizi buruk di
wilayah ini, khususnya untuk RW 07 adalah sebanyak 12,1%.
Masalah gizi pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
pelayanan kesehatan saja (Indriyani, 2007). Masalah gizi timbul akibat berbagai
faktor yang saling berkaitan. Masalah gizi buruk dan gizi kurang dipengaruhi
langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi dan secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi,
budaya, dan politik.
Pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas di Indonesia selama ini menjadi
tanggung jawab Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sedangkan fokus
pengembangan keperawatan masih berpusat pada rumah sakit sehingga sumber
perawat di Puskesmas masih sangat minim (Huriah, 2006). Penanggulangan
masalah gizi kurang pada balita memerlukan adanya program peningkatan
kesehatan masyarakat, pendidikan (penyuluhan) kesehatan, dan perbaikan pada
konsumsi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
adalah dengan melakukan praktik keperawatan komunitas yang ditujukan kepada
individu, keluarga, juga kelompok berisiko tinggi dengan cara melakukan
pendekatan terhadap keluarga sebagai entry point kegiatan keperawatan
komunitas.
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status gizi balita. Keluarga
memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status gizi
balita. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga
sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status gizi balita di rumah.
Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya
kemandirian keluarga dalam meningkatkan status gizi balita (Hidayati, 2011).
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai
dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga
mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang
melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
5
Universitas Indonesia
Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar
keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada
masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah gizi pada balita.
Praktik penulis diawali dengan melakukan screening saat kegiatan posyandu yang
dilakukan di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Penulis mulai menilai status gizi
dari setiap balita dan menentukan keluarga yang akan menjadi kelolaan yaitu
keluarga dengan balita yang memiliki masalah gizi.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Bapak S selama tujuh
minggu bertempat di RT 2 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun)
memilki dua orang anak yaitu An H (5 tahun) dan An S (17 bulan). Keluarga
Bapak S merupakan keluarga nuclear family dan memiliki masalah kesehatan gizi
kurang pada balita.
An S merupakan entry point dalam asuhan keperawatan memiliki berat badan 7,2
kg, dan tinggi badan 76 cm. Status gizi An S berdasarkan tabel WHO-NCHS
termasuk dalam kategori gizi buruk. Dilihat dari kartu menuju sehat, status gizi
An S berada pada bawah garis merah (BGM) dimana termasuk dalam kategori
gizi buruk. An S memiliki ciri-ciri fisik berbadan kurus, rambut tipis agak
kemerahan, terlihat sering menangis dan rewel. An S memiliki kesulitan untuk
makan dan sejak kecil berat badannya susah untuk naik.
Masalah gizi pada keluarga Bapak S dilakukan melalui tahap asuhan keperawatan
dalam pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang
berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Konsep pengkajian yang diimplementasikan
dilakukan melalui proses wawancara dan observasi perilaku orang tua untuk
mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan untuk melakukan strategi
dalam mengatasi masalah gizi kurang yang terjadi pada keluarga. Evaluasi
dilakukan setelah semua tindakan asuhan keperawatan telah terlaksana. Penulis
memberikan asuhan keperawatan berpusat kepada lima fungsi tugas keluarga
menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status gizi anak
balita di rumah.
Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak S melalui pendidikan
kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga
terkait masalah kurang gizi pada balita dengan menjelaskan kepada keluarga
tentang pengertian gizi seimbang, triguna makanan dan manfaatnya, penyebab,
tanda-tanda masalah gizi, serta akibat gizi kurang. Mendiskusikan dengan
keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah gizi,
upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah gizi, informasi mengenai triguna
makanan dan demonstrasi pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan,
cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan,
cara penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan,
penyusunan jadwal makan, serta cemilan sehat untuk balita.
Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan
keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi unggulan
yang dipilih adalah penyusunan menu gizi seimbang pada balita berdasarkan
triguna makanan. Implementasi mengenai penyusunan makanan berdasarkan
triguna makanan dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi peningkatan
pengetahuan dan berat badan anak. Keluarga Bapak S, khusunya Ibu L terlihat
mulai menyediakan makanan dengan menu gizi seimbang yang terdiri dari zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur berdasarkan triguna makanan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Menurut Basuki (2008) penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya
pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan dan
akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Hasil penelitian Widyatuti (2001)
menyatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga dapat meningkatkan status gizi
balita di rumah. Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi
status gizi balita. Hasil penelitian Plan International Indonesia dan Departemen
gizi Masyarakat IPB (2008) di Kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan
prevalensi gizi kurang 30% dan penyebabnya karena kurangnya kualitas dan
kuantitas makanan. Menurut Satoto (2009) dalam Harsiki (2003) dikemukakan
bahwa faktor yang cukup dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi
kurang ialah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam
memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarga, terutama anak-anak.
1.2 Perumusan Masalah
Anak usia balita berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Makanan yang bergizi kurang
dikonsumsi anak karena pada usia 1-5 tahun sering timbul masalah terutama
dalam pemberian makan karena terjadinya kesulitan makan pada anak. Gizi buruk
pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat
badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu
merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Keadaan ini dapat
berakibat pada terganggunya atau pun terjadinya keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak.
Permasalahan gizi balita merupakan permasalahan yang menjadi prioritas karena
hasil penelitian menyatakan bahwa angka gizi kurang dan gizi buruk dalam
sepuluh tahun terakhir cenderung stagnan bahkan meningkat. Di kecamatan
Cimanggis pada tahun 2007 teridentifikasi 228 balita yang memiliki masalah gizi.
Menurut hasil survey di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis pada
bulan jumlah laki-laki 1235 orang sedangkan jumlah perempuan 1106 orang.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh mahasiswa residen S2 kepada
56 ibu yang memiliki anak balita menunjukkan bahwa lebih dari 25% jumlah
balita gizi kurang, 54% sikap keluarga tidak mendukung gizi bagi balita, 33%
keluarga kurang baik dalam perawatan gizi kurang, 55% kurang baik dalam
pengetahuan tentang gizi kurang, dan 37,5% kurang baik dalam perilaku terhadap
balita dengan gizi kurang.
RW 07 merupakan salah satu wilayah dari Kelurahan Cisalak Pasar yang menjadi
salah satu kantung masalah gizi dan memiliki jumlah balita dengan masalah gizi
yang cukup banyak. Hasil screening yang dilakukan dalam kegiatan posyandu
pada 170 balita yang ada di RW 07, ditemukan kasus masalah gizi buruk dan gizi
kurang pada 14 balita. Isu pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan oleh
perawat komunitas adalah terkait angka gizi kurang yang masih cukup tinggi dan
pola asuh pemenuhan nutrisi pada balita dalam keluarga yang kurang baik.
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan ibu terkait penyusunan menu makanan dengan
gizi seimbang berdasarkan triguna makanan sebagai upaya meningkatkan status
kesehatan keluarga, terutama status gizi pada balita. Intervensi mengenai triguna
makanan merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya
asupan nutrisi yang adekuat pada balita. Penyusunan makanan dengan gizi
seimbang bertujuan agar keluarga bisa memenuhi asupan nutrisi dan kebutuhan
gizi balita secara tepat.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Bapak S di RW 07 kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok dengan
masalah gizi kurang pada balita.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Memberikan gambaran mengenai masalah gizi kurang yang terdapat pada
balita di RW 07
1.3.2.2 Memberikan gambaran mengenai hasil pengkajian keperawatan pada
keluarga Bapak S
1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang muncul
pada keluarga Bapak S
1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai perencanaan intervensi keperawatan
berupa inovasi unggulan terkait penyusunan menu makanann dengan gizi
seimbang berdasarkan triguna makanan pada keluarga Bapak S
1.3.2.5 Memberikan gambaran terkait implementasi keperawatan pada keluarga
Bapak S
1.3.2.6 Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada keluarga
Bapak S
1.4 Manfaat Penelitian
1.5.1 Pendidikan Keperawatan
Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan
kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga
mengenai pentingnya pemenuhan asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang pada
balita melalui penyusunan menu makanan dengan gizi yang seimbang berdasarkan
triguna makanan.
1.5.2 Pelayanan Keperawatan
Mengembangankan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi
kesehatan mengenai triguna makanan dalam upaya meningkatkan motivasi untuk
memenuhi asupan nutrisi yang cukup pada balita sebagai upaya untuk
memperbaiki status gizi balita. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan
sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khusunya
pada program gizi balita di Puskesmas Kecamatan Cimanggis dalam
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
mengembangkan media promosi kesehatan tentang gizi pada balita dan
penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi.
1.5.3 Penelitian Selanjutnya
Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan
penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan
pentingnya asupan nutrisi yang adekuat melalui pengetahuan tentang triguna
makanan sebagai dasar dalam penyusunan menu gizi seimbang dengan keluarga
dengan masalah gizi kurang pada balita.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
11 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing
2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. Masyarakat
urban merupakan kumpulan manusia yang mendiami daerah perkotaan didorong
oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.
Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan
yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase
rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya,
sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya (BPS, 2010).
Perkotaan merupakan wilayah dengan susunan fungsi sebagai permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.
Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
dan masyarakat yang beragam (heterogen). Kawasan perkotaan (urban) adalah
wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan
memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder, anonimitas
merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial tinggi,
tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih
didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia lembaga
atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih banyak
mengubah lingkungan (Indrizal, 2006).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan
Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi
ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian
membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka
kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan
rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan
mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan
untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau sekelompok tidak dapat
memenuhi kebutuhannya secara maksimal disebabkan tidak produktif
dan penghasilan yang tak mencukupi (Anonim, 2009). Data kemiskinan berasal
dari pendataan yang dilakukan oleh BKKBN, keluarga miskin adalah suatu
keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu indikator atau lebih dari enam
indicator penentu kemiskinan alasan ekonomi yaitu pangan, sandang, papan,
penghasilan, status gizi dan penanggulangan kesehatan, dan pendidikan.
Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor
ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah kesehatan
perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok
atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan
masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman
(2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan
gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya
pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak
mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.
Risiko tinggi kurangnya nutrisi dalam Stanhope dan Lancaster (2004)
dihubungkan dengan risiko ekonomi yaitu faktor kemiskinan. Hughes dan
Simpson (1995, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999) melaporkan bahwa
status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang terbesar yang mempengaruhi
kesehatan nutrisi. Penduduk miskin memiliki risiko lebih besar untuk timbul
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
permasalahan kesehatan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya
finansial akan berdampak tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian
keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan, termasuk didalamnya gizi
kurang akan mudah timbul pada balita (Hidayat, 2011).
Risiko tinggi kurangnya nutrisi pada balita disebabkan karena faktor risiko sosial
ekonomi khususnya kemiskinan. Anak yang miskin dihubungkan dengan faktor
ketersediaan makanan, keterbatasan akses makanan, faktor orang tua karena
pendidikan yang kurang, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya
informasi dan akses (Hidayati, 2011). Prevalensi gizi kurang mayoritas pada
kelompok sosial ekonomi yang kurang disebabkan kurangnya variasi makanan
(Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
2.2 Keluarga dengan Balita
2.2.1 Keluarga dengan Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih, populer
dengan pengerian usia anak bawah lima tahun (Muaris, 2006). Wong (2002)
menyatakan bahwa periode perkembangan usia terbagi menjadi lima kelompok
usia, yaitu periode prenatal (konsepsi sampai kelahiran), periode bayi (0-12 atau
18 bulan), anak awal (1-6 tahun), anak pertengahan (6-12 tahun), dan anak akhir
(11-19 tahun).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional, serta yang mengidentifikasi diri sebagai
bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga adalah kumpulan orang-orang yang bergabung bersama diikat oleh
perkawinan, darah, atau adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Family Service America (2000 dalam
Friedman, Bowden, & Jones, 2003) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara
yang komprehensif yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan keintiman.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.
Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan
dan menjadi aktor dalam menentukan masalah-masalah anggota keluarga.
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat sakit setiap anggota keluarga, seperti mulai dari keadaan
sehat hingga diagnosa, tindakan penyembuhan (Hidayati, 2011).
Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2003) keluarga dengan
balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak bari lahir dan
keluarga dengan anak pra sekolah, yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan
keluarga tahapan keluarga dengan anak bayi baru lahir adalah (1) Memulai
keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru
lahir sebagai bagian dari keluarga). (2) Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan
dan kebutuhan yang beragam dari setiap anggota keluarga. (3) Membantu
kenyamanan hubungan pernikahan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga
besar dengan peran orang tua dan kakek nenek.
Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervensi
dengan keluarga agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
setiap anggota keluarga. Menurut Duvall (1985 dalam Friedman, Bowden, &
Jones, 2003) tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah
(1) Pencapaian kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan,
privasi, dan keamanan. (2) Mensosialisasikan anak-anak. (3) Mengintegrasikan
keanggotaan anak baru dengan juga memenuhi kebutuhan anak lainnya. (4)
Memelihara kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang tua
anak), keluarga besar, serta lingkungan. Berdasarkan tugas perkembangan
tersebut tanggung jawab yang harus dilakukan keluarga adalah membentuk
individu dalam keluarga menjadi lebih berpotensi.
Keluarga dengan balita merupakan kelompok yang kompleks yang terdiri dari
orang tua dan anak-anak. Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
pertumbuhan individu anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan
perkembangannya (Fitriyani, 2009). Keluarga harus menciptakan pola
pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
optimal. Balita merupakan masa dimana gizi yang adekuat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara pesat dan tidak dapat terulang
(Potter & Perry, 2005).
2.2.2 Balita sebagai Agregat At Risk
Hichcock, Scubert, dan Thomas (1999) mengemukakan adanya faktor risiko yang
akan meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit atau masalah
kesehatan. UNICEF (2008) mengemukakan balita rentan terhadap penyakit.
Sebanyak lebih dari sepertiga anak-anak yang meninggal akibat pneumonia, diare,
dan penyakit lainnya. WHO (2008) melaporkan penyebab utama angka kematian
balita di dunia adalah masalah neonatal (37%), ISPA (17%), dan diare (16%). Di
Indonesia, penyebab utama angka kematian pada balita adalah masalah neonatal
(41%), injury (17%), dan diare (13%). Kurang gizi memberi kontribusi terbesar
dari tiga penyebab kematian tersebut.
Anak balita dengan gizi kurang adalah kelompok umur yang rentan gizi dan
rawan penyakit. Kelompok umur ini merupakan kelompok umur yan paling
banyak menderita KEP (Kurang Energi Protein). Populasi yang rentan mengalami
masalah adalah populasi balita gizi kurang. Prevalensi jenis penyakit yang dialami
oleh balita dan kondisi tubuh balita yang memiliki keterbatasan dalam sistem
imun menyebabkan balita berada pada label populasi rentan (Fitriyani, 2009).
UNICEF (2008) mengungkapkan masalah gizi pada balita disebabkan oleh pola
makan dan perawatan yang buruk serta diperburuk oleh penyakit. Anak-anak yang
bertahan hidup mungkin menjadi terkunci dalam siklus penyakit yang berulang
dan goyah pertumbuhannya. Gizi kurang juga bisa terjadi pada balita karena masa
peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa atau
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
karena keluarga mengikuti kebiasaan makan keliru dalam memberikan asupan
makanan pada balita (Arisman, 2003).
Pemenuhan gizi erat kaitannya dengan pemasukan makanan. Anak balita perlu
didorong untuk makan, tetapi tidak memaksa mereka untuk makan. Balita perlu
dibantu ketika mereka sedang belajar untuk makan sendiri. Jika balita menolak
untuk memakan berbagai makanan, pengasuh dapat melakukan percobaan dengan
kombinasi makanan, rasa, dan tekstur yang berbeda, serta metode dororngan
(Hidayati, 2011). Makanan kecil boleh diberikan antara dua waktu makan,
sepanjang tidak mengurangi selera makan. Keluarga harus bisa meminimalkan
masalah pada saat balita makan (UNICEF, 2010).
Keluarga harus bisa meminimalkan gangguan pada saat balita makan. Keluarga
seharusnya menghindari hukuman tetapi banyak memberikan pujian ketika
makanan diberikan, memperkenalkan makanan baru, membangun teratur pola
makan dan waktu makan, serta membuat waktu makan menjadi menyenangkan,
membiarkan anak membantu untuk menyiapkan makanan atau peletakan meja
(Hidayati, 2011). Keluarga juga harus memperhatikan kesesuaian kemauan anak.
Gizi balita tidak hanya ditentukan oleh ketahanan pangan keluarga tetapi juga
oleh kualitas perawatan anggota keluarga dan kuantitas lingkungan kesehatan
rumah tangga (Smith & Haddad, 2000). Keluarga mempunyai peranan penting
dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga melakukan pemilihan sampai
dikonsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas
kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan
gizi balita dan mendukung optimalnya gizi balita (Hidayati, 2011).
Gizi (nutrient) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan optimal. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004).
Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mendefinisikan gizi adalah semua proses
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
dimana makanan dicerna, diasimilasi, dan digunakan untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah penyakit.
Status gizi merupakan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi.
Asupan gizi yang seimbang atau sesuai dengan kebutuhan tubuh akan
meningkatkan status gizi, atau sebaliknya asupan yang tidak sesuai akan
menyebabkan malnutrisi, atau kurang gizi (Jumadil, 2010). Makanan dan gizi
sangat penting dan mempengaruhi status gizi serta kesehatan balita.
Faktor biologis yang mempengaruhi balita gizi kurang sebagai populasi rentan
adalah faktor usia dan ketergantungan pada orang lain (orang tua) dalam
penyediaan makanan balita. Usia balita yang terlalu muda, ketergantungan pada
orang lain dalam ketersediaan makanan, kelahiran prematur dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), sistem imun dan pencernaan yang masih imatur mempunyai
peluang besar terhadap risiko penyakit dan masalah gizi. Pada masa balita, anak
membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Menurut Stanhope dan Lancaster (2003) faktor predisposisi yang menempatkan
balita gizi kurang sebagai kelompok populasi rentan adalah karena balita yang
mengalami kurang nutrisi disebabkan oleh faktor risiko sosial ekonomi,
khususnya kemiskinan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya
finansial akan berdampak tdak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian
keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan akan mudah timbul pada
balita, salah satunya masalah gizi.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Keadaan
gizi kurang dapat terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi
yang dibutuhkan. Trend gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun (Fitriyani, 2009). UNICEF (2006) menjelaskan
bahwa jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
pada tahun 2005 menjadi 2,3 juta pada tahun 2006, dan masih ada 5 juta lebih
yang mengalami gizi kurang. Jumlah gizi kurang ini sekitar 28% dari total balita
di seluruh Indonesia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita, yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yang mempengaruhi
status gizi balita adalah faktor asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor asupan makanan, balita yang
tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang memiliki daya tahan
tubuh yang lemah sehingga rentan terkena penyakit sehingga mudan terinfeksi.
Penyakit infeksi menyebabkan asupan zat gizi tidak terserap dengan baik sehingga
berakibat gizi kurang dan gizi buruk (Indriyani, 2007).
Faktor asupan makanan ini berkaitan dengan pola pemberian makan dimana balita
membutuhkan asupan yang berbeda di setiap usia. Pemberian ASI mrupakan hal
utama yang dibutuhkan anak ketika lahir. ASI merupakan makanan sumber gizi
utama untuk bayi yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Usia bayi saat
menginjak enam bulan, maka bayi telah dapat diberikan pendamping ASI atau
PASI. Usia 6 bulan ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga
perlu diberikan makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan tersebut, biasa
disebut MPASI. Makanan tambahan dapat berupa sari buah yang diberikan lebih
dini dari sayuran, kemudian nasi tim yang pada awalnya disaring lalu dapat
berbentuk padat ketika anak berusia 12 bulan (Fitriyani, 2009).
Gizi kurang dan infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting pada masa
anak-anak. Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja sinergis. Infeksi
memperburuk taraf gizi dan gizi kurang menghambat reaksi imunologis yang
menyebabkan kemampuan anak melawan kuman infeksi menurun. Penyakit
infeksi yang terdapat di dalam tubuh anak mengakibatkan anak kehilangan nafsu
makan sehingga anak sering menolak untuk makan, yang berarti pemasukan zat
gizi juga tidak ada. Infeksi juga dapat menyebabkan penghancuran jaringan tubuh,
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
baik oleh bibit penyakit maupun oleh tubuh sendiri untuk memperoleh protein
sebagai daya tahan tubuh. Keadaan gizi buruk melemahkan kemampuan anak
untuk melawan infeksi yang dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian pada
anak dengan gizi buruk (Neldawati, 2006).
Faktor infeksi ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan kebersihan
diri di dalam keluarga. Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak
memadai serta praktek-praktek kebersihan yang buruk adalah beberapa penyebab
malnutrisi, penyakit dan kematian pada anak-anak (Hidayati, 2011). Jika anak
mengalami diare yang disebabkan kuarena kurangnya air bersih atau karena
praktek kebersihan yang buruk, makan akan menguras nutrisi dalam tubuhnya.
Begitu seterusnya dari buruk menjadi lebih buruk (UNICEF, 2008).
Penyebab tidak lansung terdiri dari ketersediaan pangan keluarga, pola asuh serta
pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan Soekirman (2011) bahwa
ada tiga penyebab masalah gizi yang dialami oleh anak. Pertama bayi dan balita
tidak mendapat makanan yang bergizi seimbang yang berhubungan dengan
ketahanan pangan. Hal ini terkait ketersediaan pangan. Contohnya air susu ibu
(ASI) adalah makanan bayi utama yang seharusnya dapat dihasilkan oleh keluarga
sehingga tidak perlu dibeli. Tidak semua keluarga dapat memberikan ASI kepada
bayinya oleh karena berbagai masalah yang dialami ibu. Permasalahan tersebut
mngakibatkan keluarga ini dalam keadaan ketahanan pangan yang rawan karena
tidak mampu menyediakan makanan yang baik bagi bayinya sehingga berisiko
tinggi menderita gizi kurang.
Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status
ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) adalah
pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam
keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga
mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam
keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan peningkatan
terjadinya penyakit kronis. Potts dan Mandleco (2007) mengemukakan
pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan
pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.
Faktor yang kedua adalah pola pengasuhan anak. Sebuah studi positive deviance
tahun 1990 diketahui bahwa pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap
timbulnya gizi buruk. Pola pengasuhan ini berupa sikap dan perilaku ibu atau
pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, terkait hal memberikan
makan pada anak, merawat anak, kebersihan, memberi kasih sayang, dan
sebagainya. Pola asuh ini juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM
dimana berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya
informasi keluarga tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi
seimbang dapat menyebabkan kebiasaan makan anak menjadi tidak sehat.
Ketiga, pelayanan kesehatan terkait kunjungan keluarga ke pelayanan kesehatan.
Hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga kemandirian
keluarga dari Depkes (2006) yang meliputi menerima petugas, menerima
pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan
masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran,
melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran, melakukan tindakan
pencegahan aktif, dan melakukan tindakan pencegahan aktif, serta melakukan
tindakan peningkatan (promotif) secara aktif.
Kunjungan ke pelayanan kesehatan memiliki peranan penting terhadap status
kesehatan balita. Kunjungan ke pelayanan kesehatan ini, terutama untuk
melakukan imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada anak yang tidak naik
berat badan, pendidikan, dan penyuluhan kesehatan serta kebersihan lingkungan
tempat tinggal. Semakin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana
kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, semakin kecil
risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Hidayati, 2011).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
2.2.3 Peran Perawat Keluarga
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Tujuan
dari praktik keperawatan masyarakan adalah untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009).
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan
wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan
komunitas adalah sebagai berikut: pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan
langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home
nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di
Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kegiatan kedua memberikan
penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketiga melakukan
konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan keempat
melalui bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
Kegiatan kelima dengan melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang
memerlukan penanganan lebih lanjut. (Stanhope & Lancaster, 2004).
Kegiatan keenam yaitu penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketujuh sebagai penghubung antara
masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan kedelapan melaksanakan
asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan
menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah
keperawatan. Kegiatan kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan
asuhan keperawatan komunitas. Kegiatan kesepuluh yaitu mengadakan kerja sama
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan
ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope &
Lancaster, 2004).
Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah
kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang
dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau
kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-
tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya-upaya preventif
dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan
yang ada dalam keluarga, dalam hal ini terkait masalah gizi kurang pada balita.
Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan
promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah gizi
kurang pada balita. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang
berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi
terkait temuan masalah kesehatan dna cara mengatasinya. Tujuan pendidikan
adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan
perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga
mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai
konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota
keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam
keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan
bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa
keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang
Perawat perlu melibatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi keperawatan
keluarga pada balita dengan gizi kurang. Asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan keluarga dapat menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan
kesehatan balita dengan gizi kurang. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas
(1999), intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi
kurang balita pada level pencegahan primer, dengan cara memberikan edukasi
pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu
keluarga dalam penyediaan makanan.
2.3.1 Pengkajian Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian
bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan
data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga
meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga,
komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status
sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat
keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga
dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4)
struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur
peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi
afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping
keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi
adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik
dilakukan, pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem
genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap
masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang
ditemukan pada balita dengan masalah gizi kurang. Menurut Arisman (2003),
penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang yang
diperoleh dari pemeriksaan klinis, penilaian antropometri, uji biokimiawi, dan
pengkajian makanan. Penilaian klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Pengukuran status gizi dengan antropometri merupakan penilaian untuk
mengidentifikasi status gizi yang paling sering digunakan. Pengukuran
antropometri yang sering digunakan antara lain umur, berat badan, tinggi badan,
massa tubuh, lingkar/sirkumferensi (lingkar lengan atas, kepala, pinggang/perut,
panggul, dan dada) dan tebal lipatan kulit. Antropometri sebagai indikator status
gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu Berat badan
dibanding umur (BB/U), panjang atau tinggi badan berbanding umur (PB/U), dan
berat badan berbanding panjang atau berat badan (BB/PB) menurut tabel NCHS
(Kemenkes, 2011).
Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)
Indeks Kategori
Status Gizi
Ambang Batas (z-score)
Berat Badan menurut
Umur (BB/U)
Gizi Buruk <-3SD
Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Anak Umur 0-60 Bulan Gizi Baik -2SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2SD
Panjang Badan menurut
Umur (PB/U)
Anak Umur 0-60 bulan
Sangat Pendek <-3SD
Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Normal -2SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2SD
Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB)
Anak Umur 0-60 bulan
Sangat Kurus <-3SD
Kurus -3SD sampai dengan <-2SD
Normal -2SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2SD
2.3.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil
pengkajian, dirumuskan melalui analisa data. Diagnosis keperawatan adalah
pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter &
Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup
sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari
pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan
Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul
melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003).
Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari
asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus.
Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari
dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat
tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.
Perencanaan intervensi keperawatan komunitas pada populasi balita gizi kurang
dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan
primer, sekunder, dan tersier (Fitriyani, 2009). Menurut Stanhope dan Lancaster
(2004), pencegahan primer adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah munculnya penyakit. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini
keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi
masalah. Pencegahan tersier adalah upaya untuk mengembalikan kemampuan
individu agar dapat berfungsi secara optimal.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat.
Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi
kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga
menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga
terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga
dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan
dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada anak, melakukan
kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan.
Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi seimbang, gizi
kurang, dan triguna makanan.
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat
dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua
khususnya ibu mengenai gizi balita. Pengetahuan orang tua khususnya ibu
merupakan satu hal yang penting guna memperbaiki gizi balita. Peningkatkan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
pengetahuan ibu mengenai triguna makanan merupakan salah satu cara edukasi
yang dapat dilakukan.
Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda-beda. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna
makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat
tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat
pengatur.
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak. Zat
tenaga ini dibutuhkan balita untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan
perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam
sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera, sebagian disimpan
sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak
kemudian disimpan sebagai cadangan energi.
Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga untuk menggantikan
dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Balita secara fisiologis berada
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan
zat pembangun dalam jumlah yang besar. Kekurangan protein dapat menghambat
pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein
dapat berpengaruh terhadap status gizi balita.
Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahab mengandung
berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-organ dan jaringan
tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Zat-zat yang
berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang larut dalam ari (vitamin B
kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D,
E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour, serta air
sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh (Fitriyani, 2011).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
Pemberian makanan pada balita harus memperhatikan keseimbangan gizi. Gizi
seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Variasi makanan
merupakan prinsip pertama gizi seimbang yang universal. Pola makan seimbang
bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro dan air, melainkan
juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral (Depkes RI,
2010).
Depkes RI (2005) mengemukakan bahwa konsumsi hidangan sehari-hari dengan
susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan sebagai upaya menanggulangi
masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dan gizi lebih. Kebutuhan makan balita
perlu diatur agar anak mendapat gizi seimbang yang diperlukan dalam satu hari.
Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari tiga
kelompok bahan maknaan yang disebut triguna makanan. Dari setiap kelompok
dipilih satu atau beberapa jenis makanan (Depkes RI, 2004).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan.
Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan
perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat
diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah.
Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada
lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga
yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat
kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7
kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga
menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah
kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran,
(f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga
melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat
kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi
kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai
dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga
mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang
melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).
Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar
keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.
Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1)kemampuan
mengenal masalah : definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2)kemampuan
mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah
menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah,
3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah
keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan
masalah di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga
mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang
keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan
pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas
kesehatan : apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit,
adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
Tugas kesehatan keluarga terkait masalah kurang gizi pada balita meliputi,
1)mengenal masalah : apa yang keluarga ketahui tentang gizi, triguna makanan,
dan manfaatnya, penyebab, dan tanda-tanda masalah gizi, 2)mengambil keputusan
: menurut keluarga apa akibat masalah gizi bila tidak diatasi, apakah menurut
keluarga sangat penting penanggulangannya, 3)kemampuan memberikan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah masalah gizi, bagaimana cara memilih dan mengolah
makanan, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu
dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, cemilan sehat untuk balita
serta penyusunan jadwal makan, apakah keluarga mengetahui alternatif
perawatan anggota keluarga dengan maslaah gizi, hambatan apa dalam
penanggulangan masalah gizi di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan :
bagaimana keluarga mengatur lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan
penanggulangan gizi, apa yang keluarga ketahui tentang alasan pentingnya
menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan,
apa saja yang diperoleh dari Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan
yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut
yang dimasukkan sebagai rencana asuhan keperawatan keluarga. Perawat
komunitas berperan dalam meningkatkan status kesehatan melalui asuhan
keperawatan keluarga, khususnya masalah gizi pada balita. Kemampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat
meningkatkan status gizi anak balita di rumah.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
31 Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga
Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (31 tahun) dan
Ibu L (30 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan pra sekolah.
Keluarga Bapak S memiliki dua orang anak yaitu An. H (5 tahun) dan An. S (17
bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di
dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An. H,
dan An. S. Keluarga Bapak S merupakan pendududk baru di RT 02 RW 07
Cisalak Pasar, sebelumnya keluarga tinggal di daerah Pondok Gede, Bekasi.
Keluarga Bapak S memutuskan untuk pindah rumah karena sudah selesai kontrak
pekerjaan di tempat sebelumnya dan ingin mencoba membuka usaha baru.
Keluarga Bapak S menganut agama Islam. Baik Bapak S maupun Ibu L berasal
dari suku Jawa, Bapak S berasal dari Solo sedangkan Ibu L berasal dari Tegal.
Bapak S merantau ke Jakarta sejak lulus SMK, berbeda dengan Ibu L yang sudah
tinggal dan menetap di Jakarta sejak kecil. Ibu L merupakan lulusan dari Sarjana
Muda jurusan Akutansi. Hasil pengkajian didapatkan bahwa pertemuan pertama
antara Bapak S dan Ibu L adalah di Pondok Cina Depok. Keduanya kemudian
berpacaran lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 2007.
Bapak S bekerja sebagai wiraswasta, yang sedang merintis usaha warung nasi
kucing di pinggir jalan auri. Sedangkan Ibu L sudah tidak bekerja lagi sejak An. S
lahir, dan sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga
Bapak S tidak menentu, namun di atas Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu L
mengatakan membantu keuangan keluarga dengan menjual baju secara online
shop dengan penghasilan yang tidak menentu.
Pada hari Jumat, tanggal 17 Mei 2013, diadakan posyandu Flamboyan III dan Ibu
L membawa An. S untuk melakukan pengukuran BB. Hasil pengukuran BB An. S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
adalah 7,2 kg dengan usianya 17 bulan, melalui kartu KMS An S berada di bawah
garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran TB yaitu
75 cm dan melihat melalui tabel antropometri An. S berada di bawah pecentil -3
SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An S adalah 76 cm, dan dalam
kategori normal untuk PB/U. LILA 9,5 cm dan menurut tabel (z-scores) termasuk
dalam kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3 SD.
An. S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr, dan usia kehamilan 31 minggu
disebabkan oleh solusio plasenta yang dialami ibu L. Menurut Ibu L, sejak bayi
BB An. S susah untuk naik, karena selama satu bulan dirawat di rumah sakit, BB
An. S hanya naik 2 ons. Ibu L membawa An. S pulang paksa dengan alasan biaya
yang sudah tidak ada lagi. Saat ini pun, BB An. S susah untuk naik, dari bulan
sebelumnya BB tidak naik, dan bila naik hanya 1 ons dalam waktu satu bulan. Ibu
mengatakan An. S memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih sering mengemil
makanan cemilan. An. S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi,
namun bila makan biskuit cepat dan bahkan setiap hari meminta untuk membeli
biskuit saat di warung. An. S belum dapat berjalan, namun gigi sudah banyak
yang tumbuh dan mulai dapat berbicara.
Ibu L mengatakan makanan yang dimakan An. S sama dengan menu makanan
yang disajikan untuk keluarga lain. An. S memiliki porsi makan yang tidak
menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu
L biasanya memasak nasi, sayur sop atau bayam, ayam atau ikan. An. S dapat
menghabiskan makan nasi dan lauk pauk 3 kali sehari, dengan porsi sekitar 10
suap takaran sendok teh dan memakan makanan selingan seperti biskuit yang
selalu disiapkan Ibu L untuk An. S. Ibu L mengaku An. S tidak menyukai buah-
buahan, dan bila minum susu formula hanya dihabiskan 80 ml paling banyak
setiap sekali minum susu. An S masih aktif menyusui hingga saat ini.
Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu L mengatakan sudah menyadari akan
kondisi An. S yang kurus. Ibu L sering membawa An. S ke tukang urut
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
sebelumnya dan rajin melakukan terapi urut. Menurut Ibu L, An. S memiliki
lambung yang kecil sehingga apabila makan hanya sedikit. Informasi ini didapat
dari tukang urut yang sering dikunjunginya sebelumnya. Hasil pengkajian
inspeksi, An. S tampak kurus, rambut tipis dan pendek, serta kulit agak kusam.
Ibu mengeluhkan An. S yang cengeng dan sering menangis. Saat kunjungan
nampak An. S sedang pilek dan terlihat beberapa kali menangis.
Saat ditanya mengenai gizi kurang, keluarga Bapak S belum dapat menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak dengan gizi
kurang. Keluarga Bapak S juga belum menyadari keadaan An. S sebagai suatu
masalah pada awalnya sehingga belum melakukan apa-apa. Ibu L telah
mendapatkan penjelasan terkait gizi kurang dan mengikuti kegiatan implementasi
yaitu penyuluhan terkait gizi seimbang, keluarga Bapak S memutuskan untuk
mengatasi masalah gizi kurang yang ada pada An. S.
Saat pertemuan ketiga Ibu L yang memiliki tingkat pendidikan sarjana muda dapat
menerima informasi terkait kesehatan An. S dengan mudah. Ibu L juga sudah
membawa An. S ke puskesmas sebelumnya bila sedang sakit. Pada saat
mahasiswa melakukan implementasi terkait menu gizi seimbang, Ibu L datang
dengan membawa kedua anaknya. Ibu L mengatakan tidak bekerja dulu demi
mengurus anak-anaknya dan memutuskan untuk mengatasi masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ada pada An. S.
Pada kunjungan keempat, Ibu L meminta tolong kepada mahasiswa untuk
memfasilitasi kunjungan ke puskesmas karena An. S yang menderita batuk pilek
sejak 3 hari yang lalu. Kunjungan ini merupakan yang pertama kali karena Ibu L
baru berdomisili di Cisalak Pasar selama dua bulan. Ibu L mengaku menerima
masukan dari dokter dan petugas kesehatan namun merasa tidak senang dengan
cara penyampaian petugas terkait keadaan anaknya saat ini.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Pada setiap kunjungan yang dilakukan mahasiswa ke rumah keluarga Bapak S,
tercium bau tidak sedap seperti bau buang air kecil di ruang tamu. Hal ini
mungkin disebabkan oleh rumah kontrakan yang saling berdempetan di gang
rumah sehingga sirkulasi udara dan ventilasi kurang. Secara umum, keadaan
rumah cukup tertata rapih, namun terkait adanya bau tersebut dapat disimpulkan
bahwa pola hidup bersih di dalam keluarga Bapak S kurang baik. Bila hal ini terus
dibiarkan tentu saja akan memudahkan terjadinya penyakit infeksi di rumah.
Pada saat kunjungan selanjutnya, mahasiswa menjelaskan terkait gizi seimbang
dan triguna makanan kepada Bapak S. Saat evaluasi Bapak S dapat menyebutkan
kembali penjelasan yang telah diberikan. Bapak S mengatakan yang memberikan
makan kepada anak-anak adalah Ibu L. Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten
dalam memberikan makanan kepada anak. Bapak S mengaku ingin memeriksakan
An. H terkait sakit flek paru yang pernah dideritanya namun saat ini kondisi
keuangan keluarga belum memungkinkan dikarenakan Bapak S yang belum
mendapatkan pekerjaan menetap.
Bapak S mengatakan sedang menunggu hasil lamaran pekerjaan yang sudah
dimasukkan dan berharap agar segera diterima dan bekerja menetap. Keluarga
Bapak S selalu mendiskusikan setiap masalah yang ada si dalam keluarga secara
bersama-sama. Komunikasi antara Bapak S dan Ibu L terlihat berjalan dengan
baik ketika mahasiswa berkunjung. Stresor jangka pendek di dalam keluarga
adalah masalah gizi kurang yang terjadi pasa An. S, dan masalah kesehatan yang
belum pasti pada An. H. Stresor jangka panjang adalah masalah finansial.
3.2 Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan pada An. S. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut,
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah diagnosis
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S.
Definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu adalah asupan
nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2012).
Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu
diantara tanda NANDA berikut, yaitu (a) berat badan kurang dari 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, (b) asupan
makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi
tertentu, (c) kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat, dan
(d) melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended
daily allowed (RDA).
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima
tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi An S ditandai dengan peningkatan BB. (1) Tujuan khusus 1 setelah
dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah gizi
kurang dengan mampu menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi
gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4
penyebab kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah
kurang gizi. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu memutuskan untuk merawat
anggota keluarga dengan masalah kurang gizi; keluarga mampu menyebutkan 2
dari 3 akibat kurang gizi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan
masalah gizi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah
gizi kurang. (3) Tujuan khusus 3 setelah dilakukan kunjungan selama 4x45 menit
keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dengan
mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan
kembali definisi triguna makanan dan memberikan 2 contoh dari tiap komponen
triguna makanan, menyusun jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
seimbang yang telah dijadwalkan, menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan
makanan, menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik, me-
redemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan, menyebutkan
definisi cemilan sehat, tujuan cemilan sehat, 2 dari 3 manfaat cemilan sehat, 4 dari
7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4 contoh cemilan tidak sehat (4) Tujuan khusus
4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang dengan
mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5
prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan,m enyebutkan 3 dari 4
lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. (5) Tujuan
khusus 5 keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk
meningkatkan gizi balita dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan
yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah
kurang gizi pada balita. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi
masalah gizi kurang pada balita. Keluarga seharusnya dapat menyadari
pentingnya pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan
baik, mengatur keuangan, menyediakan menu dengan gizi seimbang,
menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat (Widyatuti, 2011).
Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas
keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga
yang mempunyai masalah kurang gizi pada balita, keluarga diberikan informasi
mengenai cara merawat balita dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait
triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi
makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang,
penyusunan jadwal makan anak serta cemilan sehat untuk balita.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai
pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan
gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang. Membantu keluarga untuk
mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivas keluarga untuk
memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah gizi kurang, yaitu
dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan bahan
makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar,
jumlah porsi makan sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi
seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan anak, dan
cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan
dengan gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar.
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat
dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah
makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan.
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada si sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.
Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah penjelasan tentang
penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan. Makanan
yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan
dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman
pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak
sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral
sebagai zat pengatur.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan,
kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan
evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu L mengatakan gizi ialah zat makanan yang
dibutuhkan tubuh. Ibu L mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga,
pembangun dan pengatur. Ibu L mengatakan definisi gizi kurang ialah zat gizi
yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Ibu L mengatakan penyebab
gizi kurang ialah susah makan, makan tidak teratur, dan penyakit. Ibu L
mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak
tidak ceria, dan lemas. Ibu L mengatakan An. S terlihat kurus, berambut tipis dan
kemerahan, sering menangis dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu L
mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan pertumbuhan,
dan perkembangan.
Ibu L mengatakan ingin merawat An. S dengan masalah gizi kurang dengan mau
mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu L mengatakan cara mengatasi
kurang gizi yaitu dengan makan makanan seimbang, makan teratur, dan sesuai
porsi. Ibu L mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang
mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan jagung, zat
pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh telur dan tempe, serta zat
pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan
sayuran. Ibu L mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An. S sesuai
kebutuhan. Ibu L mengatakan cara mengolah bahan makanan yang baik ialah cuci
tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru
dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, dan beras dicuci hanya dua kali saja.
Ibu L mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang harganya
terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu L mengatakan
manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan
nutrisi anak, dan bahan mudah diperoleh. Ibu L mengatakan cemilan sehat adalah
makanan selingan yang mengandung nilai gizi. Ibu L menyebutkan tujuan cemilan
sehat yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama bagi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
anak yang sulit makan. Ibu L menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur
kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai kacang, buah dan sayur
potong serta, puding. Ibu L menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu chiki,
minuman bersoda, makanan berpengawet dan makanan ber-MSG.
Ibu L mengatakan tips menyajikan makanan untuk anak yaitu jumlah makan
sesuai dengan porsi, sesuai jadwal, makanan disajikan bervariasi, harus ada lauk
hewani dan nabati. Ibu L mengatakan prinsip mengatasi anak yang tidak mau
makan ialah jangan dipaksa, beri makan sesuai selera anak dan tampilan yang
menarik, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu L mengatakan fasilitas terdekat
ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu L mengatakan manfaat ke pelayanan
kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat penyuluhan dan
informasi kesehatan. Ibu L mengatakan ingin mengetahui lebih lanjut penyebab
masalah gizi kurang yang ada pada An. S.
Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterima
keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi
maupun melakukan demostrasi. Keluarga teerlibat aktif dalam diskusi. Keluarga
Bapak S, terutama Ibu L dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda
gejala, dan akibat gizi kurang. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali
komponen triguna makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilihi bahan
makanan sesuai triguna makanan yang tepat. Pada kunjungan mendadak yang
dilakukan, Ibu L sedang menyuapi An. S dengan makanan yang terdiri dari nasi,
telur dan sayur sop yang mencakup kentang dan wortel. Pada kunjungan
mendadak selanjutnya, Ibu L juga terlihat mengolah makanan dengan tampilan
yang menarik, memasak telur dadar dicampur sayur bayam. Ibu L melaporkan
nafsu makan An. S semakin membaik dan beberapa kali menghabiskan makanan
yang diberikan. Ibu L mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan
sayur dan lauk dalam setiap kali makan. Pada posyandu saat kunjungan ke
puskesmas tanggal 18 Juni berat badan An. S naik menjadi 7,6 kg, dimana
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
menurut BB/U An. S masuk ke dalam kategori gizi kurang yakni diantara -2SD
dan -3SD. Hal ini menunjukkan perbaikan pada status gizi An. S.
Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat
menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5
telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An. S telah teratasi ditunjukkan dengan
peningkatan berat badan, meskipun masih berada dalam masalah gizi, namun An.
S telah berubah statusnya dari gizi buruk menjadi gizi kurang.
Perawat memotivasi Ibu L untuk terus menyediakan makanan dengan gizi
seimbang dan melakukan penyusunan menu makan anak sesuai dengan triguna
makanan sebagai upaya tindak lanjut. Perawat juga memberikan penghargaan
positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga
meminta kader untuk terus memantau perkembangan status gizi An. S.
Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas
kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali definisi dari gizi
seimbang dan gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 faktor yang
memicu gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala dari
gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat gizi kurang bila tidak
diatasi. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang.
Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali mengenai triguna makanan dan
contoh makanan melalui food model. Keluarga dapat melakukan cara pengolahan
makanan yang benar. Keluarga dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk
anak. Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak.
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai
untuk anak gizi kurang. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan untuk penanganan gizi kurang. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan gizi kurang.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak S belum menerapkan gizi
seimbang terkait triguna makanan, ibu L hanya menyediakan satu jenis lauk
ketika makan. Mahasiswa melakukan intervensi terkait triguna makanan dan
menu gizi seimbang, dan pada saat kunjungan terlihat Ibu L telah menyediakan
makanan yang terdiri dari nasi dan lauk pauk berupa telur dadar, serta sayur sop.
Kunjungan berikutnya Ibu L mengatakan melakukan modifikasi dalam makanan
yaitu mencampurkan sayuran ke dalam telur yang akan dimasak. Ibu L
menerapkan pemenuhan asupan makanan yang mengandung triguna makanan.
Saat dilakukan evaluasi, Ibu L dapat menjelaskan kembali mengenai triguna
makanan dan contoh makanannya. Keluarga Bapak S terlihat melakukan
penyajian menu makan dengan gizi seimbang. Secara kognitif Ibu L dapat
memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk
menyebutkan kembali penjelasan tersebut dengan cukup baik.
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas
kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi, mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan
fasilitas pelayanan untuk perawatan gizi kurang.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian
keluarga Bapak S berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh
data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga
menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar,
keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga
melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
42 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktek
Kecamatan Cimanggis memiliki enam kelurahan dan 12 desa. Kelurahan
tersebut antara lain Kelurahan Pasir Gunung Selatan, kelurahan Tugu,
Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Curug, dan
kelurahan Harjamukti. Puskesmas Kecamatan Cimanggis digunakan sebagai
lahan praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan
Cisalak Pasar.
Luas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar 1,71 km2
dengan jumlah total penduduk
adalah 24.617 jiwa, dengan pembagian usia terdiri dari usia 0-4 tahun jumlah
laki-laki 1235 orang sedangkan jumlah perempuan 1106 orang; usia 5-14
tahun jumlah laki-laki 2112 orang dan jumlah perempuan 2036 orang; usia 16-
44 tahun jumlah laki-laki 6910 orang, perempuan 6645; usia 45-64 jumlah
laki-laki 2008 orang, dan jumlah perempuan 1877 orang; usia lebih dari 65
tahun dengan laki-laki berjumlah 324 orang sedangkan perempuan berjumlah
363 orang.
Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan Cisalak
Pasar adalah sebagai berikut 1863 orang belum sekolah, 861 orang tidak tamat
sekolah, 3508 orang tamat sekolah dasar, 3728 orang tamat SLTP, 4393 orang
tamat SLTA, 2005 orang tamat akademik dan 1487 orang tamat perguruan
tinggi. Sarana dan prasaran yang terdapat di Cisalak Pasar yaitu 2 Industri /
Pabrik, 2 kolam renang, dan 6 sekolah. Sedangkan fasilitas kesehatan yang
dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 1 balai pengobatan swasta, 3 praktek dokter
umum, 1 praktek dokter gigi, 2 apotik swasta, 1 labolatorium, 2 pengobatan
tradisional, 5 posbindu, 1 posyandu madya, 10 posyandu purnama dan 4
posyandu mandiri, serta 80 dari 110 kader yang aktif.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 rukun warga (RW). RW 07 merupakan
salah bagian wilayah dari Kelurahan Cisalak Pasar. Wilayah RW 07 termasuk
salah satu RW teluas yang terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu
RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07. Jumlah balita yang ada di RW 07 adalah
sebanyak 170 orang. Jumlah kader yang aktif sebanyak 12 orang. Mayoritas
penduduk di RW 07 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.
Keadaan pemukiman di RW 07 cukup padat, dengan mayoritas perumahan
merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri
dari rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang
lain sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik
pada sebagian rumah. Tidak ada tempat pembuangan sampah umum, dan
sebagian warga tidak memiliki tempat pembuangan sampah di depan
rumahnya.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 07 adalah praktik Bidan,
posyandu, dan pobindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap
satu kali dalam sebulan. RW 07 memiliki tiga posyandu yaitu posyandu
flamboyan 1 di RT 01, posyandu flamboyan 2 di RT 07, dan posyandu
flamboyan 3 di RT 02.
Posyandu flamboyan I mengelola balita yang ada di RT 1 RW 1 Kelurahan
Cisalak Pasar. Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih sebanyak 60
balita. Posyandu dilakukan setiap tanggal 11, kecuali jika tanggal tersebut
jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke hari
berikutnya. Posyandu flamboyan I diadakan di salah satu rumah kader di RT 1
RW 7 dengan luas 2m x 1,5m. Kader di RT 01 ada sebanyak 5 orang,
termasuk Ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan adalah sosis instan,
wafer, dan biskuit. Pencatatan data balita yang paling baik terdapat pada
posyandu di falmboyan I.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Posyandu flamboyan II meliputi balita yang berada di RT 3, 4, 5, 6, dan 7.
Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih 60 balita. Posyandu
dilakukan setiap tanggal 19, tetapi apabila bertepatan dengan tanggal merah
atau hari minggu, waktunya akan dimajukan sehari. Kader di posyandu ini ada
sekitar 6 termasuk ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan beragam
seperti telur rebus, bubur, biskuit, dan susu.
Posyandu flamboyan III yang membawahi pemeriksaan balita di RT 02 RW
07 biasa diadakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Kader yang bertugas di
posyandu ini berjumlah 5 orang, setiap posyandu biasa dihadiri 3 hingga 5
kader. Kader mengatakan tidak memiliki data lengkap mengenai jumlah balita
dan usia balita di RT tersebut, kader hanya mengetahui berdasarkan
pengunjung posyandu dan berdasarkan balita yang mereka kenal. Menurut
kader jumlah balita yang biasa hadir setiap posyandu sekitar 40 hingga 50
balita, sedangkan jumah balita seluruhnya kurang lebih 60. Makanan
tambahan yang diberikan bergantian antara bubur kacang hijau, telur rebus
atau susu, kader mengatakan biasa memasak sendiri makanan tambahan yang
diberikan saat posyandu.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait
KKMP
Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada
faktor ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah
kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu
penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat
berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan
timbal balik dengan permasalahan gizi.
Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status
ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
45
Universitas Indonesia
pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam
keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga
mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam
keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan
ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan
peningkatan terjadinya penyakit kronis. Potts & Mandleco (2007)
mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan
terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak
dihubungkan dengan kemiskinan.
Masalah gizi kurang pada balita terjadi karena tubuh kekurangan satu atau
beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Kekurangan gizi pada umumnya
terjadi karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat.
Kekurangan gizi berakibat pada peningkatan angka kesakitan, menurunnya
tingkat kecerdasan sehingga menurunkan prestasi dan diperparah dengan
ancaman kematian.
Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi.
Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat
komplek. Masalah gizi akan menimbulkan masalah pembangunan di masa
yang akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan gizi yang tepat
terhadapa anak-anak akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya
pembangunan masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa
masalah gizi tidak hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelososk
Indonesia, namun dapat juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat
perkotaan.
Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar
teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi
kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah
perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW
07. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan
memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit
terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk
menangkis penyakit.
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi
pada populasi balita di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas
dengan pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah
gizi pada balita sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko
kesehatan dan meningkatkan kesehatan balita. Keluarga memiliki peranan
yang sangat besar terhadap status gizi balita. Keluarga mempumyai peranan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada balita karena keluarga yang
melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak.
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang
berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervensi Unggulan dengan
Konsep dan Penelitian Terkait
Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang.
Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam keluarga dilakukan melaui
peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan
merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan
hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak,
protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin
dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan
keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI,
2010).
Hasil penelitian dari Hidayati (2011) mengatakan bahwa pendidikan keluarga
merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah gizi pada balita karena
pendidikan formal mempengaruhi pengetahuan keluarga dalam memberikan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
asupan makanan dengan gizi seimbang pada balita. Depkes RI (2005)
mengemukanan bahwa unsur pendidikan berpengaruh pada kualitas
pengasuhan anak. Pendapat hampir sama dinyatakan oleh Soekirman (2006)
yang mengemukakan unsur pendidikan erat hubungannnya dengan
pengetahuan kesehatan dan praktik gizi.
Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh
mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait
gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa
melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan
penimbangan berat badan, Anak S mengalami peningkatan berat badan
sebanyak 4 ons. Saat ini Anak S masih berada pada status nutrisi gizi kurang.
Intervensi terkait triguna makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang
mengandung gizi seimbang pada balita dapat terpenuhi. Penelititan yang
dilakukan oleh Scudder (2005) mengenai evaluasi nutrisi dan pertumbuhan
anak mengidentifikasikan bahwa faktor nutrisi pada anak dipengaruhi oleh
asupan makanan yang bergizi. Penelititan ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ammaniti (2004) mengenai interaksi antara malnutrisi pada
anak dengan gangguan perilaku disfungsional ibu dalam memenuhi
kebutuhan gizi.
Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung
keluarga dalam melakukan penyusunan menu makan balita dengan gizi
seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Menurut Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan
kebutuhan anak. Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak
balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, atau dapat dikatakan
apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang
dikonsumsi.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi
yang diperlukan dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang
sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi
seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang
mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat
pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak.
Zat tenaga ini dibutuhkan balita untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan
dan perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada
dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera,
sebagian disimpan sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi
diubah menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi.
Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga
untuk menggantikan dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Balita
secara fisiologis berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat sehingga membutuhkan zat pembangun dalam jumlah yang besar.
Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein dapat berpengaruh terhadap
status gizi balita.
Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan
mengandung berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-
organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan
fungsinya. Zat-zat yang berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang
larut dalam ari (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang
larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium,
zat besi, iodium, dan flour, serta air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-
sel tubuh (Fitriyani, 2011).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Makanan untuk balita harus memenuhi gizi yang seimbang dan mengandung
triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang.
Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi
makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat
gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari
harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi
balita (Depkes RI, 2010).
Pemberian makanan yang terbaik adalah dengan memperhatikan kandungan
zat gizi makanan dan terdiri dari menu gizi yang seimbang. Gizi seimbang
adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan Pedoman Gizi
Seimbang (PGS). Orang tua harus membiasakan dan mengajari balita
mengkonsumsi makanan sesuai prinsip PGS. PGS adalah susunan makanan
sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan memperhatikan empat
prinsip, yaitu variasi makanan, pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif
dan olahraga, serta pemantauan berat badan ideal (Depkes RI, 2010).
Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan
makanan dengan menu gizi seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara
perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini
dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak
S nampak hanya memakan makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur
dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena kurangnya
variasi dalam makanan. Triguna makanan ini dapat meningkatkan informasi
pada keluarga tentang nutrisi serta bagaimana cara membuat dan mengatur
nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita.
Asupan makanan balita yang kurang dan kebiasaan keluarga yang kurang
sehat dalam memberi asupan makanan pada balita dapat mempengaruhi
pemenuhan gizi balita (Hidayati, 2011). Pengetahuan gizi orang tua mengenai
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
50
Universitas Indonesia
bahan makanan akan berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan oleh
keluarga, dengan pengetahuan yang memadai seorang ibu akan menyediakan
makanan yang baik untuk keluarganya terutama anak balita.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali mempunyai anak dengan status gizi
normal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik. Menurut
Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling
dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor
perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan
memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal
ini didukung oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi
kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga
balita menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah
standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada balita sangat
diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan
Upaya mengatasi permasalahan gizi kurang pada balita secara multidisiplin
dan komprehensif dimana dibutuhkan kerja sama yang baik antar setiap
komponen dalam masyarakat. UNICEF (2009) mengungkapkan penyebab
masalah gizi kurang atau gizi lebih adalah multisektor. Masalah gizi pada
balita terjadi disebabkan banyak faktor yang saling berkaitan dan tidak berdiri
sendiri meliputi makanan, kesehatan, dan praktik perawatan.
Intervensi dalam pembinaan keluarga yang seharusnya dilakukan secara
berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas untuk mengatasi
masalah gizi kurang yang terdapat di masyarakat. Intervensi dapat diberikan
melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terkait gizi seimbang
pada balita. Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan setiap
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
51
Universitas Indonesia
program terutama terkait masalah gizi pada balita diperlukan agar hasilnya
dapat dilihat secara nyata.
Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga dibutuhkan pengawasan dan bimbingan yang
berkelanjutan dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat
agar pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu
adanya pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader setempat terkait gizi
seimbang dan pengaktivan kegiatan posyandu lima langkah. Kader dapat
memberikan penyuluhan terkait gizi dalam fungsi posyandu di langkah
kelima.
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina
keluarga, mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan kepada keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah
dilakukan sebelumnya bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan
berkesinambungan. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi
kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan
terkait masalah gizi yang dapat dilakukan dalam kegiatan posyandu setiap
bulan.
Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan
dan meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu
melakukan advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas
kesehatan secara rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau berat
badan anak sampai anak menginjak usia lima tahun.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
52 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat
perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah
kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, salah satu
diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah
pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan.
Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi
ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Kemiskinan menjadi salah
satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Kemiskinan di perkotaan
dikaitkan dengan faktor ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, termasuk diantaranya kebutuhan akan makanan.
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 07
bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga
yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang. Berdasarkan lokakarya
mahasiswa keperawatan S2 RW 07 termasuk salah satu daerah dengan jumlah
balita yang mengalami masalah gizi cukup tinggi. Pada awal praktik dilakukan
upaya screening pada kegiatan posyandu yang dilakukan di RW 07 untuk
menemukan balita dengan masalah gizi kurang dan dapat dilakukan upaya tindak
lanjut.
Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga
bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan
masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat meningkatkan status gizi
balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada
keluarga Bapak S, khususnya An S. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada
An S seperti tampak kurus, sering menangis, rambut kemerahan dan tipis, serta
IMT berada di bawah persentil -3SD dimana termasuk dalam kategori gizi buruk
(Kemenkes, 2011).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
53
Universitas Indonesia
Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan
dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan
terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyusunan menu makanan dengan
gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada anak balita. Pemilihan
intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya
pemenuhan zat gizi yang seimbang pada balita. Keluarga diharapkan dapat
menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai
salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi balita.
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama
7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An S, dan
didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 4 ons, yaitu dari 7,2
kg menjadi 7,6 kg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak S saat ini berada pada
tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan
upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.
5.2 Saran
5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas
Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait gizi balita dan
penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita agar
disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan harus disesuaikan
dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampain informasi
dapat berjalan optimal. Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu
mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan balita yang berisiko tinggi memiliki
masalah gizi melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan,
serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah
gizi kurang pada balita.
5.2.2 Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan status
gizi balita melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan,
memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
54
Universitas Indonesia
Keluarga diharapkan dapat memberikan makanan yang bervariasi dengan menu
seimbang setiap harinya pada anak yang terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk
pauk, dan buah dengan memperhatikan selera makan anak. Keluarga sebaiknya
berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan berat badan balita dan
menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui
terkait tumbuh kembang dan pemenuhan gizi balita.
5.2.3 Masyarakat/Kader
Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian
penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada balita dalam kegiatan
posyandu. Kader harus menerapkan posyandu dengan lima langkah yang sesuai
sehingga dapat memberikan informasi kesehatan, terutama mengenai gizi kepada
ibu-ibu dengan anak balita. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait
masalah gizi yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Cimanggis. Adanya
pencatatan tentang masalah balita dengan gizi kurang tersebut dapat dijadikan
acuan untuk melakukan tindak lanjut agar masalah gizi dapat segera diatasi.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.
(5th
ed). Philadelphia : Lippincott.
Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing:
promoting & protecting the public’s health. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas:
Teori dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta
Anonim. (2009). Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 1 Juli 2013.
Universitas Diponegoro. http://elearning.undip.ac.id
Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan : Buku ajar ilmu gizi. Jakarta: EGC.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007). Riset kesehatan dasar
2007. Balitbangkes.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010). Riset kesehatan dasar
2010. Balitbangkes.
Brown, Judith. (2005). Nutrition through the life cycle. USA: Wadsworth.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional
pangan dan gizi 2006-2010. Bappenas.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2008). Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan
2008. Jakarta. 1 Juli 2013. http://daps.bps.go.id.
Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta (6-
23 bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota Bandar
Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan
Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010
tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta.
http://www.yanmedik.depkes.go.id.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI & Pakar Institut Danone (2011). Sehat dan bugar
berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2008). Pedoman perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta:
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. http://www.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
(2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi
kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.
Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th
ed). California: Appleton and Lange.
Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik
keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan
Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan
Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:
caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing
Company.
Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi
dengan status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Indriyani. (2011). Hubungan antara pola asuh gizi dan faktor lain dengan status
gizi balita (12-59) di Kelurahan Sindangrasa Bogor. Skripsi. Program
Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Indrizal, E. et.al. 2006. Penyusunan Rekomendasi Teknis Pembangunan Sosial
Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tesso Nilo. Pekanbaru: WWF
AREAS Riau Conservation Program.
Jumadil. (2010). Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita
(BB/U) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Selatan tahun 2010.
Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian
makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antopometri penilaian status gizi
anak. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Khomsan, Ali dkk. (2000). Manajemen penelitian bidang pangan dan gizi
masyarakat. Jakarta: Project CHN III Direktorat Pendidikan dan Gizi IPB.
Kozier, Erb et al. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and
practice. (7th
ed). New Jersey: Pearson.
McEwen, Melanie. (1998). Community based nursing an introductions.
Philadelphia: W. B. Saunders Company
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th
ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Mulyaningsih, Endah Sriyani. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein,
dan faktor lain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Neldawati. (2006). Hubungan pola pemberian makan pada anak dan karakteristik
lain dengan status gizi balita 60-59 bulan di laboratorium gizi masyarakat
puslitbang gizi dan makanan (P3GM). Skripsi. Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia (2008).
Tidak dipublikasikan.
Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Pediatric nursing: caring for children and their
families. 2th
edition. Canada: Thomson Delmar Learning.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice.
Philadelphia: WB. Saunders.
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th
ed). St Louis
United States: Mosby Inc.
Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Susenas. (2004). Status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat,
dan kesehatan lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperwatan anak. Jakarta : EGC.
UNICEF. (1990). The state the world children 1990. Oxford University Press.
United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a
Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2013.
http://mdgs.un.org.
Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan
keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.
Wong, D.L, et al. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Zeitlin, Marian. (1990). Peran pola asuh anak, pemanfaatan hasil studi
penyimpangan positif untuk program gizi. Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII. Jakrta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Bapak S
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Alamat : Jln. Radar Auri RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Depok
4. Komposisi keluarga:
No Nama JK Hub.dgan KK Umur Pendidikan Ket
1.
2.
3.
4.
Bapak S
Ibu L
An H
An S
L
P
L
P
Kepala keluarga
Istri
Anak kandung
Anak kandung
31 tahun
30 tahun
5 tahun
17 bulan
SMK
D3
-
-
Genogram:
Keterangan genogram :
1 Bapak S (30 tahun)
2 Ibu L (30 tahun)
Keterangan :
3 An H (5 tahun)
4 An S (17 bulan)
4 3
1 2
laki-laki
perempuan
entry point
-------- tinggal satu rumah
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
Keterangan :
Bapak S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Bapak S tidak memiliki riwayat sakit
tertentu. Bapak S merasa dirinya sehat dan tidak memiliki keluhan sakit apa-apa. Terkadang
Bapak S hanya merasa badannya pegal-pegal karena keletihan usai bekerja, dan istirahat agar
badannya kembali fit.
Ibu L merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Ibu L tidak memiliki riwayat penyakit
berat sebelumnya. Ibu L pernah menderita solusio plasenta ketika hamil An S. Ibu memiliki
keluhan terhadap penggunaan KB dan bingung memilih KB yang cocok untuk dirinya,
An H merupakan anak pertama dari keluarga Bapak S. An H memiliki riwayat penyakit flek
paru setahun yang lalu dan putus obat setelah 2 bulan karena berpindah dari tempat
pengobatan di Tegal.
An S merupakan anak kedua dari keluarga Bapak S, dan menjadi entry point dalam asuhan
keperawatan keluarga. An S memiliki riwayat kelahiran prematur. Sejak bayi BB An S susah
untuk naik. Saat ini An S mengalami masalah gizi buruk.
5. Tipe keluarga
Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya
terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An H, dan An L.
6. Latar belakang budaya
Keluarga Bapak S mempunyai latar belakang budaya Jawa Tengah, Bapak S berasal dari Solo
sedangkan Ibu S berasal dari Yogyakarta. Bapak S sejak kecil tinggal di Solo, namun setelah lulus
SMK memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Berbeda dengan Ibu L yang sejak kecil telah lahir
dan menetap di daerah Cempaka Putih. Ibu L mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu
yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Namun
Ibu L mengatakan telah terbiasa melakukan terapi pemijatan tradisional pada An S sejak masih
bayi hingga saat ini. Ibu L merasa An S menjadi lebih sehat setelah dilakukan pemijatan.
7. Agama
Keluarga Bapak S menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa,
dan ibadah lainnya. Baik Bapak S maupun Ibu L tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian di RT
dikarenakan pekerjaan Bapak S yang tidak tetap jadwalnya dan Ibu L yang harus menjaga serta
mengurus kedua anaknya.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
8. Status sosial ekonomi
Bapak S memiliki pekerjaan yang tidak menetap. Ibu L mengatakan Bapak S sebelumnya bekerja
di proyek bersama temannya di daerah Pondok Gede, namun telah selesai dan memutuskan untuk
pindah ke Depok. Bapak S mengatakan saat ini sedang merintis usaha angkringan bersama
temannya di pinggir jalan radar auri, dan mulai bekerja pada sore hari. Ibu L juga mengatakan saat
ini Bapak S sedang mendapat panggilan kerja. apabila diterima bekerja, Bapak S akan bekerja di
tempat yang baru pada pagi hari, dan sore harinya berdagang. Penghasilan Bapak S tidak terkaji
dengan lengkap, namun Ibu L mengatakan penghasilan yang dimiliki cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga sehari-hari, yaitu sekitar Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu L mengaku, sebelum
An S lahir turut bekerja untuk membantu pendapatan keluarga, namun saat ini belum bisa bekerja
lagi, dan hanya berjualan pakaian melalui online shop dengan penghasilan yang tidak menentu.
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Bapak S jarang pergi berekreasi bersama karena pekerjaan Bapak S sebelumnya yang
cukup menyita waktu. Aktivitas rekreasi keluarga yang biasa dilakukan adalah berkunjung ke
rumah saudara yang ada di Jakarta atau hanya berjalan-jalan di sekitar rumah. Keluarga Bapak S
lebih sering menghabiskan waktu makan bersama di rumah.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
10. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah keluarga dengan anggota keluarga pra
sekolah, dimana anak pertama Bapak yaitu An H saat ini berumur 5 tahun 6 bulan.
11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga dengan anggota keluarga pra sekolah meliputi memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
Adapun tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah mensosialisasikan anak, dan
menanamkan keyakinan beragama. Hal ini terlihat dari An H yang kurang dapat bersosialisais
dengan orang lain, belum dapat berbicara secara lancar, dan lebih banyak diam ketika ditanya.
Ibu L juga mengatakan An H sering diolok-olok oleh keluarga lain karena belum dapat berbicara,
dan bila berbicara tidak jelas sehingga An H menjadi tidak banyak bicara. Keluarga Bapak S juga
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
belum mengajarkan An H tentang cara beribadah dikarenakan anak yang belum mengerti dan
belum dapat menerima pendidikan terkait agama.
12. Riwayat kesehatan keluarga inti
Bapak S merupakan pendatang baru di Jakarta dan merantau untuk mencari pekerjaan. Bapak S
bersala dari Solo. Ibu L telah lama tinggal dan menetap di Cempaka Putih bersama orang tuanya.
Pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu L adalah di Pondok Cina Depok. Mereka kemudian
berkenalan dan sering bertemu. Keduanya memutuskan untuk berpasaran dan kemudian menikah
pada tahun 2006. Pada tahun 2007 lahir anak H, dan tahun 2011 lahir anak S.
Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini. Bapak S mengaku tidak
merokok dan tidak mengkonsumsi kopi. Bapak S menyadari pentingnya menjaga kesehatan
karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah.
Ibu L mengatakan merasa bobot tubuhnya semakin bertambah ketika rutin melakukan KB suntik
per tiga bulan. Ibu L mengaku sudah pernah menggunakan KB spiral namun tetap hamil An S,
lalu kemudian mengganti dengan KB suntik. Saat ini Ibu L berencana untuk menggunakan KB
implant namun belum sempat mengurus dan menyocokkan dengan jadwal menstruasinya. Ibu L
terkadang mengalami batuk pilek seperti saat ni, bila An S sedang sakit, dan merasa mudah
tertular ketika kondisi tubuhnya sedang tidak baik.
Menurut Ibu L, sejak putus obat setahun yang lalu, An H tidak memiliki masalah kesehatan
seperti batuk, namun BB An H sangat susah untuk naik. An H saat ini masih sering berkeringat
di malam hari, namun sudah cukup berkurang dibandingkan sebelumnya. An H juga terlihat
belum dapat berbicara banyak dan secara jelas, bila diajak berbicara, An H lebih banyak diam
dan tidak menjawab.
Melalui Ibu L, diketahui An S diketahui memiliki BB yang susah naik. Ibu L mengatakan An S
memiliki kesulitan makan nasi dan lauk pauk, lebih menyukai memakan cemilan. An S lebih
sering tidak menghabiskan makanan pokok yang diberikan. Saat ini An S juga semakin rewel
dan sering menangis. An S juga tidak begitu menyukai susu formula, dan biasanya hanya
menghabiskan setengah atau paling banyak 80 cc susu formula yang diberikan sebanyak 100 cc.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Baik orang tua dari Ibu L maupun Bapak S tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, maupun
diabetes mellitus. Ibu L mengatakan Ayahnya memiliki riwayat asam urat, sedangkan ibunya
tidak memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat hingga saat ini. Bapak S dan Ibu L telah
menikah selama 6 tahun. Bapak S mengatakan dirinya tidak memiliki keluhan penyakit, namun
pada saat masih kecil Bapak S pernah dibawa berobat karena memiliki kepala dan perut yang
besar namun kaki tangan kecil.
Ibu L mengatakan sampai saat ini dirinya tidak memiliki keluhan penyakit. Saat usia kehamilan
anak kedua, An S memasuki 31 minggu Ibu L sempat mengalami perdarahan dan mendapat
diagnosa solusio plasenta sehingga harus segera melakukan operasi caesar untuk melahirkan.
Melalui Ibu L, diketahui An H memiliki riwayat penyakit flek paru atau TB pada saat tinggal di
Tegal, kampung halaman Ibu L. An H mendapat diagnosa TB paru lebih dari setahun yang lalu
sebelum Ibu L pindah ke Jakarta. Saat di kampung, An H mendapat terapi obat, namun putus
obat karena pindah rumah. Ibu L mengatakan An H hanya mengkonsumsi obat tersebut selama
kurang lebih 2 bulan lamanya. Menurut Ibu L, An H tidak memiliki keluhan batuk-batuk, dan
jarang sakit selama ini, hanya saja BB An H tidak naik-naik dan sebelumnya sering berkeringat
di malam hari hingga bajunya basah. Ibu L mengaku kurang memahami terkait pengobatan
penyakit yang diderita An H.
Terkait An S, Ibu L mengatakan An S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr di rumah sakit
Cipto Mangunkusumo. An S kemudian dirawat secara intensif selama satu bulan dan BB An S
hanya naik 200 gr. Keluarga Bapak S memutuskan untuk membawa pulang An S secara paksa
untuk dirawat di rumah karena kondisi keuangan yang sudah tidak memungkinkan. Bapak S
mengatakan setelah dibawa ke rumah, BB An S sempat naik dan bahkan mencapai 3 kg. Namun
setelah usia An S menginjak satu tahun, BB An S menjadi susah untuk naik dan bila naik hanya
sedikit saja.
C. Lingkungan
14. Karakteristik rumah
Tipe rumah Bapak S adalah bangunan permanen dengan status rumah kontrakan. Rumah Bapak
S memiliki 3 bagian, yaitu bagian untuk kamar tidur, ruang tamu yang juga berfungsi sebagai
ruang keluarga untuk menonton televisi, dan dapur serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga
menggunakan model toilet jongkok. Bapak S mengatakan jarak septic tank dengan sumber air
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
sekitar 15 meter. Rumah Bapak S juga memiliki teras di bagian depan yang biasanya digunakan
untuk menjemur pakaian. Lantai rumah terbuat dari ubin dan keramik. Ventilasi udara dan sinar
matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, serta jendela belakang rumah. Sumber air
yang digunakan sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air
adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong
sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann
rumah cukup tertata rapih namun tercium bau tidak sedap, seperti bau bekas BAK. Sirkulasi
udara juga kurang baik karena jendela tidak dapat dibuka.
Denah rumah:
15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW:
Keluarga Bapak S merupakan pendatang baru di lingkungan tempat mereka tinggal sekarang.
Sebagian besar tetangga merupakan perantau yang berasal dari suku Jawa sehingga keluarga
Bapak S mudah untuk menyesuaikan diri dengan tetangga. Para ibu dari tetangga Ibu L tampak
sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun sore hari,. Namun Ibu L mengaku jarang
berkumpul karena mengurus An S dan kurang suka bila saat berkumpul hanya membicarakan
orang lain. Lingkungan tetangga sekitar keluarga Bapak S tampak harmonis. Lingkungan RT
tempat tinggal keluarga Bapak S merupakan lingkungan yang cukup padat, sebagian kecil
Kamar tidur
Kamar
mandi
Dapur
Teras depan
Ruang tamu
Keterangan:
: jendela
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
termasuk keluarga Bapak S memiliki tempat tinggal yang berada di pinggir jalan raya, dan
memiliki kegiatan RW yang cukup banyak mulai dari kegiatan posyandu, posbindu, pengajian,
arisan dan lain-lain. Komunitas RW memiliki jumlah kader yang cukup banyak, yaitu 12 orang
sehingga setiap dapat kegiatan berjalan dengan baik.
16. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Bapak S sebelumnya tinggal di Pondok Gede dan baru pindah sekitar dua bulan
lamanya di Cisalak Pasar. Ibu L sejak kecil tinggal di rumah orang tua yang berada di Cempaka
Putih. Sedangkan Bapak S sebelumnya menikah tinggal di rumah orang tua yang berada di Solo
kemudian ketika lulus SMK merantau ke Jakarta. Sejak menikah dengan Ibu L, Bapak S yang
sebelumnya bekerja di Pondok Gede tinggal di dekat tempat Bapak S bekerja. Namun setelah
selesai kontrak dengan pekerjaannya, keluarga Bapak S selanjutnya memutuskan untuk pindah ke
Depok. Bapak S beraktivitas di luar rumah dengan jadwal yang tidak tetap tetapi biasanya di sore
hari. Ibu L saat ini tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. Kegiatan sehari-hari Ibu L adalah
mengurus anak-anak di rumah.
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Bapak S tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Karena anak-anak yang usianya
masih kecil mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul di rumah. Menurut Ibu
L saat berkumpul bersama keluarga biasanya dihabiskan sambil menonton televisi dan bermain
bersama anak-anak di ruang tamu. Ibu L mengaku tidak mengikuti pengajian dan arisan di
lingkungan RT maupun RW dikarenakan belum terlalu mengenal masyarakat sekitar dan terlalu
sibuk mengurus anak-anak. Begitu pula dengan anak-anak Bapak S lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah dan jarang bermain dengan tetangga sekitar rumah. Ibu L mengatakan tidak
senang bila berkumpul dengan tetangga kemudian diajak membicarakan orang lain, dan lebih
memilih untuk di rumah saja. Namun demikian, Ibu L tetap menjalin silaturahmi dan menjaga
hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa satu sama lain.
18. Sistem pendukung sosial keluarga
Bapak S yang sedang merintis usaha angkringan dan mencari pekerjaan, dibantu oleh Ibu L yang
juga sedang mencari pekerjaan, dan melakukan usaha online shopping untuk membantu finansial
keluarga. Selain itu, keluarga Ibu L, yaitu kakak-kakak Ibu L yang tinggal di Jakarta siap
membantu bila dibutuhkan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
D. Struktur Keluarga
19. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah
maka akan diselesaikan bersama. Ibu L mengatakan selalu mendiskusikan masalah yang ada, dan
menanyakan pendapat Bapak S terkait keputusan yang akan diambil ketika menghadapi
permasalahan. Baik Bapak S maupun Ibu L sama-sama dekat dengan kedua anaknya, dan sering
berkomunikasi ketika waktu senggang.
20. Struktur kekuatan keluarga
Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak S selaku kepala keluarga. Namun
terkadang bila ada hal yang kurang dapat diselesaikan oleh Bapak S maka Ibu L yang mengambil
keputusan terutama bila terkait urusan anak. Hal tersebut terjadi bila Bapak S sedang tidak ada di
rumah dan terkait keseharian anak-anak yang lebih banyak dengan Ibu L.
21. Struktur peran
Bapak S adalah ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala
keluarga dan pelindung keluarga telah dilakukan, namun peran sebagai pencari nafkah utama
keluarga belum dapat dijalankan oleh Bapak S yang baru saja habis kpntrak dengan
pekerjaannya. Ibu L sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu
mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya. Ibu L juga saat ini menjalankan peran
sebagai pencari nafkah untuk membantu keuangan keluarga dengan melakukan usaha online
shopping, dan mulai mencari pekerjaan lagi.
22. Nilai, norma dan budaya
Keluarga Bapak S tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Namun karena baik Bapak S
maupun Ibu L berasal dari suku Jawa, secara tidak langsung budaya Jawa masih terlihat dari
keseharian keluarga. Bapak S mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam
hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan agama yang
dianut keluarga Bapak S adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak terutama oleh
Bapak S mengaku mengikuti pola pengasuhan orang tuanya dahulu. Sementara Ibu L
menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk anak zaman sekarang tidak bisa disamakan
dengan zaman dulu, harus disesuaikan dengan perkembangannya. Tidak ada nilai dan norma
keluarga yang bertentangan dengan kesehatan secara umum.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
E. Fungsi Keluarga
23. Fungsi afektif
Ibu L mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak S dan Ibu L
saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas satu sama lain.
Ibu L terlihat memberikan perhatian kepada Bapak S, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Ibu L,
yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena Ibu L lebih banyak menghabiskan
waktu dengan anak-anak. Namun bila Ibu L sedang ada urusan dan pergi, Bapak S yang menjaga
anak-anak dan Bapak S terlihat cukup sabar mengurus anak-anak. Bukti bahwa anggota keluarga
saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masing-
masing.
24. Fungsi sosialisasi
Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Bapak S mengatakan
sering mengajak anak-anak bermain dan berjalan-jalan bila ada waktu senggang. Sosialisasi
anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik walaupun belum mengikuti kegiatan yang
ada di RW tetapi Ibu L mengenal dan saling menyapa bila bertemu. An H tidak memiliki teman
sebaya di lingkungan tempat tinggalnya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain di
rumah. Sedangkan An S yang masih berusia 17 bulan terlihat sering menangis bila ditemui orang
baru. Ibu L mengatakan An S kurang bersosialisasi sehingga kurang nyaman bila ada orang baru.
Hal ini karena lingkungan tempat tinggal sebelumnya yang sepi dan membuat An S hanya
mengenal anggota keluarganya saja.
25. Fungsi perawatan kesehatan
Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu L
mengatakan berat badan An S sangat susah untuk naik sejak dulu karena nafsu makan An S yang
kurang. Ibu L mengatakan An S lahir prematur dan sejak lahir berat badannya susah untuk naik.
Ibu L menyebutkan bahwa penyebab An S kurus adalah kesulitan makan, An S lebih menyukai
memakan makanan selingan dibandingkan dengan makanan pokok. Menurut Ibu L An S juga
tampak rewel dan sering menangis dan An S terlihat takut untuk berjalan serta kurang
bersemangat. Menurut Bapak S, waktu dulu dirinya masih kecil, pernah dibawa untuk berobat
karena badannya yang kurus tetapi kepala dan perutnya yang besar. Bapak S mengatakan
sewaktu bayi An S pernah memiliki berat badan 3 kg namun semakin bertambah usia, berat
badan semakin susah untuk naik. Bapak S mengatakan Ibu L kurang telaten dalam memberikan
An S makan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu L
mengatakan telah berusaha menyediakan makanan yang sesuai. Ibu L mengatakan selalu
menyediakan makanan selingan seperti biskuit dan wafer untuk An S. Saat ini, An S juga masih
aktif menyusui, ditambah dengan susu formula, namun jumlahnya tidak menentu. Ibu L mengaku
An S memang memiliki mood yang berubah-ubah pada waktu makan, terkadang habis namun
lebih sering tidak habis saat memakan makanan pokok. Ibu L merasa bingung bagaimana agar
berat badan An S bisa naik.
An H diketahui memiliki riwayat flek paru atau TB kurang lebih setahun yang lalu. Ibu L dan
Bapak S mengaku tidak memiliki penyakit paru, bahkan Bapak S pun tidak merokok. Namun,
Ibu L memiliki saudara yang memiliki riwayat TB paru dan seorang tante yang sempat dioperasi
karena penyakit meningitis. An H didiagnosa menderita TB paru saat Ibu L tinggal di Tegal dan
sempat mengkonsumsi obat selama dua bulan lamanya. Namun ketika keluarga Bapak S
memutuskan untuk pindah ke Jakarta, pengobatan An H tidak dilanjutkan, putus obat. Ibu L
mengatakan tidak mengetahui tentang dampak dari penyakit TB yang didertia An H namun baik
Ibu L dan Bapak S merasa berat badan An H tidak naik-naik. Ibu L mengaku selama ini An H
jarang sakit, bahkan hampir tidak pernah batuk pilek.
Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan apa-apa dan selama ini merasa cukup sehat. Bapak
S terkadang hanya merasa kecapean atau pegal-pegal setelah bekerja. Kemudian istirahat untuk
menghilangkannya. Di sisi lain Ibu L juga tidak memiliki keluhan masalah kesehatan. Namun
merasa berat badannya semakin bertambah karena KB suntik yang telah dilakukannya selama ini.
Sebelumnya Ibu L mengaku menggunakan KB spiral, tapi kemudian kebobolan dan hamil An S.
Selanjutnya sampai saat ini, Ibu L menggunakan KB suntik secara rutin. Ibu L ingin mencoba
menggunakan KB implant namun belum sempat memasang. Sebelumnya pernah akan memasang
tetapi tidak jadi
F. Stress dan Koping Keluarga
26. Stressor Jangka Panjang
Ibu L mengatakan sejak Bapak S yang baru berhenti bekerja dan belum memiliki pekerjaan tetap
merupakan stresor jangka panjang bagi keluarga. Bapak S mengatakan penghasilannya tidak
menentu dan sedang menunggu panggilan kerja sampai saat ini. Bapak S mengaku, saat ini Ibu L
sedang mencari pekerjaan juga, jadi bila salah satu dari merka mendapat pekerjaan duluan maka
yang lainnya mengalah untuk menjaga dan mengurus anak-anak di rumah. Ibu L mengatakan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
mungkin kondisi pekerjaan yang tidak tetap tersebut memicu keadaan emosional Bapak S
menjadi labil karena kondisi keuangan yang tidak menentu.
27. Stressor Jangka Pendek
Ibu L mengatakan masalah yang sangat mengganggu pikirannya saat ini adalah kondisi kesehatan
kedua anaknya. Baik An S maupun An H memiliki berat badan yang susah naik sehingga
membuat Ibu L merasa bingung. Ditambah lagi dengan riwayat penyakit TB yang pernah
didertita An H. Baik Bapak S maupun Ibu L ingin memeriksakan kesehatan An H dan An S
namun masih terhambat oleh faktor biaya.
28. Koping yang Digunakan
Untuk stresor jangka panjang, koping yang dilakukan keluarga adalah mencoba membicarakan
masalah yang dihadapi dan saling mengerti. Ibu L mengatakan dirinya mencoba lebih bersabar
dan mengerti keadaan suaminya yang mungkin juga tidak diinginkan oleh Bapak S. Ibu L
mengatakan sesekali mencoba berbicara mendiskusikan masalah tersebut dengan Bapak S.
Untuk stresor jangka pendek, koping yang digunakan keluarga adalah mencoba mengumpulkan
uang, dan berusaha untuk merawat An S dan An H dengan lebih baik lagi. Ibu L juga mau
menerima masukan serta berbagi ilmu terkait masalah yang dihadapinya saat ini. Begitu juga
dengan Bapak S yang mau membantu dan menasehati Ibu L agar lebih telaten lagi dalam
memberikan makanan kepada anak-anak.
G. Harapan keluarga terhadap perawat
Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga dapat
terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga sehingga
keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat.
H. Pemeriksaan Fisik
Jenis
pemeriksaan
Bapak S Ibu L An H An S
Suhu 36,5 o
C 36 oC 36,4
o C 36
o C
Nadi 76 x/menit 72 x/menit 80 x/menit 84 x/menit
RR 20 x/menit 20 x/menit 22 x/menit 24 x/menit
TD 120/80 mmHg 110/80 mmHg 100/70 mmHg 90/60 mmHg
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
BB 60 kg 50 kg 11 kg 7,2 kg
TB 168 cm 154 cm 100 cm 76 cm
Kepala tidak ada lesi,
penyebaran rambut
merata, rambut
lurus hitam
tidak ada lesi,
penyebaran rambut
merata, rambut lurus
hitam, agak rontok
tidak ada lesi,
penyebaran rambut
merata, rambut
lurus hitam
tidak ada lesi,
rambut tipis agak
kemerahan
Mata konjungtiva tidak
anemis, pupil bulat
isokor
konjungtiva tidak
anemis, pupil bulat
isokor
konjungtiva tidak
anemis, pupil bulat
isokor
konjungtiva anemis,
pupil bulat isokor
Telinga tidak ada keluhan,
bersih
tidak ada keluhan,
bersih
tidak ada keluhan,
bersih
tidak ada keluhan,
bersih
Hidung tidak ada keluhan,
tidak ada sekret
tidak ada keluhan,
tidak ada sekret
tidak ada keluhan,
tidak ada sekret
tidak ada keluhan,
ada sedikit sekret
Mulut dan gigi gigi masih utuh dan
lengkap
gigi masih utuh dan
lengkap
gigi utuh, terdapat
sedikit karies gigi
gigi berjmlah 14, ada
2 gigi yang baru
tumbuh
Leher tidak ada
pembesaran
kelenjar getah
bening
tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
tidak ada
pembesaran
kelenjar getah
bening
tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
Dada/thorax tidak ada
pembesaran, ronkhi
(-), wheezhing (-)
S1 & S2 normal
tidak ada
pembesaran, ronkhi
(-) dan wheezhing (-)
S1 & S2 normal
tidak ada
pembesaran, ronkhi
(-) dan wheezhing
(-) S1 & S2 normal
tidak ada
pembesaran, ronkhi
(+) dan wheezhing (-
) S1 & S2 normal
Abdomen tidak ada keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan,
BU (+)
tidak ada keluhan,
BU (+)
Ekstremitas tidak ada keluhan,
deformitas (-)
tidak ada keluhan,
deformitas (-)
tidak ada keluhan,
deformitas (-)
tidak ada keluhan,
deformitas (-)
Kulit tidak ada keluhan,
turgor kulit normal
tidak ada keluhan,
turgor kulit normal
tidak ada keluhan,
turgor kulit normal
kulit agak kering,
terdapat benjolan
kecil di paha kiri
dekat dengan
lipatan paha
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. DS:
Ibu L mengatakan BB An S sejak lahir susah untuk naik
Ibu L mengatakan An S lebih menyukai memakan
makanan cemilan dibandingkan dengan makan nasi
Ibu L mengatakan belum melakukan apa-apa untuk
mengatasi BB An S yang susah naik
Ibu L mengatakan An S memiliki mood yang berubah-
ubah saat makan, bila sedang mood akan menghabiskan
nasi dan lauk pauk sebanyak 10 sendok teh, namun lebih
sering hanya makan sebanyak 5-6 sendok teh
Ibu L mengatakan An S masih menyusui namun tidak
tahu pasti apakah ASI masih produksi atau tidak
Ibu L mengatakan An S rutin memakan cemilan dan
selalu meminta cemilan setiap hari
Ibu L mengatakan bila dibuatkan susu formula, An S
hanya menghabiskan paling banyak 80 ml dari 100 ml
susu, dan tidak pernah habis
Ibu L mengatakan An S cukup menyukai sayuran, namun
tidak menyukai buah-buahan
Ibu L merasa An S semakin rewel dan sering menangis
saat ini
Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam
memberikan makan pada anak
Bapak S mengatakan waktu dirinya kecil pernah
mengalami gizi buruk
Bapak S mengatakan An S pernah gemuk saat madsih
bayi, namun semakin bertambah usia berat badan susah
naik
DO:
BB An S 7,2 kg Usia :17 bulan
BB/U dibawah – 3SD kategori gizi buruk
TB : 76 cm TB/U normal
BB/TB -3SD
LILA 9,5 cm kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3
SD
Hasil dari BB dan usia An S pada kartu KMS berada di
bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi
buruk.
An S nampak kurus, persebaran rambut merata, namun
tipis dan kemerahan
An S terlihat lemas, sering menangis
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
pada An S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
Konjungtiva anemis
Kulit An S agak kusam dan kering
2. DS:
Ibu L mengatakan An S cukup sering mengalami batuk
dan pilek
Ibu L mengatakan An S pernah di uap ketika sedang pilek
waktu dulu
Ibu L mengaku belum memberikan apa-apa dan An S
telah pilek selama 3 hari
Ibu L mengaku malah tertular pilek dari An S
Ibu L mengatakan karena tidak enak badan, An S menjadi
susah makan
Ibu L mengatakan ingin ke puskesmas namun belum
pernah dan tidak tahu jalan
DO:
RR 30x/menit
An S terlihat sesekali batuk dan pengeluaran cairan dari
hidung (+)
An S terlihat semakin rewel
Terdapat ronkhi di kedua lapang paru
Nafas An S berbunyi
An S terlihat menggunakan otot bantu nafas
Retraksi dinding dada (-)
Risiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada An
S
3. DS:
Ibu L mengatakan An S belum dapat berjalan karena
takut
Ibu L mengatakan untuk berdiri An S keliahatan takut
Ibu L menyadari anak-anaknya terlambat dalam
perkembangan tapi tidak terpikir harus melakukan apa
Ibu L mengatakan belum pernah melatih An S untuk
berjalan, hanya mebiarkan An S berdiri dan berpegangan
dengan perabotan
DO:
Hasil pengkajian KPSP pada An S (menggunakan
pengkajian untuk anak berusia 15 bulan) adalah An S hanya
dapat melakukan 4 dari 10 indikator instruksi yang ada.
Kemampuan gerak kasar An S mengalami keterlambatan
perkembangan terlihat dari 4 indikator yang belum dapat
dilakukan
An S tampak belum dapat berjalan
An S terlihat lemah dan kurang aktif
Keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan pada An
S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 2
SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
SKORING MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kriteria Skor Angka
tertinggi
Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat masalah:
aktual
3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada
An S ditandai dengan badan
An S yang kurus, berat badan
An S 7,2 kg umur 17 bulan,
dan susah naik sejak dahulu,
bila naik pun hanya 1 ons serta
keadaan An S yang rewel.
Kemungkinan
masalah untuk
diubah: mudah
2 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu L mengatakan nafsu
makan An S berubah-ubah
tergantung mood, terkadang
makan banyak namun sering
tidak habis. An S lebih
menyukai makanan selingan
dibandingkan makanan pokok.
Potensi
masalah untuk
dicegah: tinggi
3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi dan
telah berlangsung cukup lama
lebih dari 6 bulan. Namun usia
An S yang masih balita, dapat
diubah tergantung dari pola
asuh orang tua, terutama Ibu L
Menonjolnya
masalah :
segera
ditangani
2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa
masalah pada An S harus
segera ditangani.
Total 5
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S
Kriteria Skor Angka
tertinggi
Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat masalah:
Aktual
3 3 1 3/3 x 1 = 1 Ibu L mengatakan An S cukup
sering mengalami batuk pilek,
dan saat ini sedang mengalami
batuk pilek, An S menjadi
semakin resel dan susah
makan
Kemungkinan
masalah untuk
diubah:
sebagian
1 2 2 1/2 x 2 = 1 Baik Bapak S dan Ibu L
belum melakukan apa-apa
untuk mengatasi masalah,
hanya mengajak An S, Ibu
mengaku malah ikut tertular
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 2
SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
Potensi
masalah untuk
dicegah: cukup
3
3
1
3/3 x 1 = 1
Masalah sudah terjadi
berulang dan telah terjadi
selama 3 hari
Menonjolnya
masalah :
segera
ditangani
2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa
masalah pada An S harus
segera ditangani.
Total 4
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S
Kriteria Skor Angka
tertinggi
Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat masalah:
risiko
2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 Ibu L mengatakan An S belum
dapat berjalan di usianya yang
telah 17 bulan, bahkan untuk
berdiri masih terlihat takut
Kemungkinan
masalah untuk
diubah:
sebagian
1 2 2 1/2 x 2 = 1 Baik Bapak S dan Ibu L
belum melakukan apa-apa
untuk mengatasi masalah,
hanya mengajak An H untuk
mengobrol dan memotivasi
An S untuk berjalan.
Potensi
masalah untuk
dicegah: cukup
1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah sudah terjadi cukup
lama dan An S seharusnya
sudah dapat berjalan.
Menonjolnya
masalah :
segera
ditangani
2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa
masalah pada An H dan An S
harus segera ditangani.
Total 3
PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi
Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi 1. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada
keluarga Bpk S,
khusunya An S
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 6 kali
kunjungan,
keluarga mampu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
An S ditandai
dengan peningkatan
BB.
1. Setelah 1 x 45 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengenal
masalah gizi kurang,
dengan mampu:
1.1 Menyebutkan
definisi gizi
1.2 Menyebutkan
definisi gizi
Respon
verbal
Respon
verbal
Keluarga menyebutkan
gizi yaitu zat-zat yang
ada di dalam makanan
yang diperlukan tubuh
untuk kelangsungan
kehidupan.
Keluarga menyebutkan
gizi kurang adalah suatu
keadaan dimana tubuh
1.1.2 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
pengertian gizi
1.1.3 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai gizi
1.1.4 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi dengan
menggunakan media leaflet dan
lembar balik 1.1.5 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan 1.1.6 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.7 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan 1.1.8 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
arti kurang gizi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
kurang
1.3 Menyebutkan
tanda dan gejala
masalah gizi
kurang
Respon
verbal
tidak mendapatkan zat-
zat tubuh tertentu dari
makanan.
Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 6 tanda dan gejala
gizi kurang, yaitu:
1. BB kurang dari 20%
dari BB ideal 2. Badan kurus
3. Rambut merah
(pirang), tipis dan
mudah dicabut
4. Lemah dan pucat 5. Kulit kering dan
1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai pengertian gizi kurang
yang benar
1.2.3 Berikan informasi pada keluarga
mengenai pengertian gizi kurang
dengan menggunakan media lembar
balik 1.2.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan 1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan 1.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga tentang
tanda dan gejala gizi kurang
1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga 1.3.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai tanda dan gejala gizi
kurang dengan menggunakan media
lembar balik
1.3.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
1.4 Menyebutkan
penyebab
timbulnya
masalah gizi
kurang.
Respon
verbal
kusam
6. Kaki, tangan, dan
sekitar mata bengkak
Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 5 penyebab gizi
kurang, yaitu:
1. Makanan yang
masuk ke dalam
tubuh kurang dari
kebutuhan tubuh 2. Makanan yang
masuk ke dalam
tubuh tidak seimbang 3. Pola asuh orang tua 4. Makan tidak teratur
5. Adanya penyakit
tertentu
Keluarga mengatakan
An S mengalami gizi
materi yang belum dimengerti
1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga tentang
penyebab gizi kurang
1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai penyebab gizi kurang
yang benar 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai penyebab timbulnya gizi
kurang dengan menggunakan media
lembar balik
1.4.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti 1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.4.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah
anggota keluarga yang mempunyai
tanda dan gejala tubuh kekurangan
gizi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
1.5 Mengidentifia-
si anggota
keluarga yang
mengalami gizi
kurang.
2. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang
mengalami gizi
kurang, dengan
mampu: 2.1 Menyebutkan
akibat gizi
kurang
Respon
verbal
Respon
verbal
kurang
Anggota keluarga
mampu menyebutkan 2
dari 4 akibat gizi
kurang, yaitu: 1. Gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan 2. Mudah terserang
penyakit
3. Menurunkan daya
pikir/ kecerdasan 4. Tonus otot buruk
1.5.2 Berikan reinforcement positif atas
apa yang telah dikemukan keluarga
yang tepat dan benar
2.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat gizi kurang 2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai akibat gizi kurang 2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai gizi kurang dengan
menggunakan media lembar balik
dan leaflet 2.1.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan 2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti 2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.1.7 Berikan reinforcement positif atas
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
2.2 Pengambilan
keputusan untuk
mengatasi angg
ota keluarga
yang
mengalami gizi
kurang
3. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
yang mengalami gizi
kurang, dengan
mampu: 3.1 Menyebutkan
Triguna
makanan
Respon
afektif
Respon
verbal
Keluarga memutuskan
untuk merawat An S
yang mengalami gizi
kurang.
Keluarga menyebutkan
komponen Triguna
makanan beserta 2
contohnya: 1. Zat tenaga, sebagai
sumber tenaga untuk
beraktivitas dan
sumber makanan
pokok (karbohidrat),
seperti: nasi, roti,
singkong, ubi, dll
usaha keluarga
2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari adanya masalah gizi
kurang sesuai dengan materi yang
telah diberikan 2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan
merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang 2.2.3 Berikan reinforcement atas
keputusan yang telah diambil
keluarga
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
Triguna makanan
3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai Triguna makanan yang
benar 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai Triguna makanan dengan
menggunakan media lembar balik
dan leaflet
3.1.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
3.2 Menyebutkan
cara mengatasi
masalah gizi
kurang
Respon
verbal dan
psikomo-
tor
2. Zat pembangun,
sebagai pupuk untuk
proses berpikir,
terdapat dalam lauk
pauk (protein dan
lemak), seperti: ikan,
telur, tempe, daging,
susu, dll 3. Zat pengatur, sebagai
pengatur lalu lintas
makanan terdapat
dalam buah dan
sayur (vitamin dan
mineral), seperti:
wortel, jeruk, nanas,
bayam, dll Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 5 cara mengatasi
gizi kurang, yaitu:
1. Makan makanan
yang seimbang
(Triguna makanan),
menyusun menu
makanan dengan gizi
seimbang 2. Makanan sesuai
dengan kebutuhan/
porsi makan anak 3. Cara mengolah
materi yang disampaikan
3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti 3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
3.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
3.2.1 Dorong keluarga untuk
menceritakan apa yang dilakukan
untuk meningkatkan berat badan An
S
3.2.2 Diskusikan cara mengatasi gizi
kurang atau cara untuk
meningkatkan berat badan An S
3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara mengatasi gizi kurang
atau cara untuk meningkatkan berat
badan An S dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet 3.2.4 Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali materi yang
telah disampaikan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
3.3 Menyebutkan
cara memilih
makanan
3.4 Menyebutkan
cara mengolah
Respon
psikomo-
tor
makanan yang benar
4. Pengaturan jadwal
makan yang teratur 5. Cemilan/makanan
selingan sehat untuk
anak Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 4 cara memilih
makanan, yaitu:
1. Harganya terjangkau 2. Nilai gizinya baik
atau seimbang
3. Masih segar, tidak
layu, tidak berbau
busuk
4. Memasak dengan
tampilan yang
menarik
5. Makan bersama anak Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 4 cara mengolah
makanan, yaitu: 1. Sayuran dan buah
dicuci di air yang
mengalir terlebih
dahulu baru
dipotong-potong
3.2.5 Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
3.3.1 Dorong keluarga untuk
menceritakan bagaimana memilih
bahan makanan 3.3.2 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara memilih bahan
makanan dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet
3.3.3 Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali materi yang
telah disampaikan
3.3.4 Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai keluarga
3.4.1 Dorong keluarga untuk
menceritakan cara mengolah
makanan 3.4.2 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara mengolah makanan
dengan menggunakan media lembar
balik dan leaflet 3.4.3 Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali materi yang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
makanan
3.5 Mendemonstras
i- kan cara
mengolah
makanan
Respon
verbal
dan
psikomo-
tor
Respon
psikomo-
tor
2. Sayuran dimasak
jangan terlalu lama
3. Alat-alat masak dan
makan dicuci bersih 4. Cuci tangan
sebelum masak dan
makan Mahasiswa dan
keluarga mengolah
makanan yang
sederhana, yaitu
memasak sayur bayam.
Caranya sebagai berikut:
Sayuran dicuci di air
mengalir kemudian
dipotong-potong dan
dimasukkan saat air
mendidih. Sebelumnya
masukkan terlebih
dahulu bawang merah,
bawang putih, cabai,
garam secukupnya, dan
diangkat saat sayuran
tidak menjadi layu.
telah disampaikan
3.4.4 Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
3.5.1 Demonstrasikan cara mengolah
makanan kepada keluarga 3.5.2 Anjurkan keluarga untuk
mendemonstrasikan mengolah
makanan bersama mahasiswa 3.5.3 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya mengenai
materi yang diberikan 3.5.4 Motivasi keluarga
mendemonstrasikan secara mandiri
3.5.5 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
4. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
merawat anggota
keluarga dengan gizi
kurang, dengan
mampu:
4.1 Menyebutkan
cara penyajian
makanan
4.2 Menyebutkan
Respon
verbal
dan
afektif
Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 4 cara menyajikan
makanan, yaitu:
1. Jenis makanan
bervariasi setiap
harinya
2. Mengkombinasikan
jenis makanan
hewani dan nabati
3. Perhatikan jadwal
menu makanan 4. Jumlah makanan
sesuai dengan
kebutuhan.
Anggota keluarga
mampu menyebutkan 4
dari 5 prinsip cara
mengatasi anak yang
tidak bersedia makan,
yaitu:
1. Jangan dipaksa, tapi
ikuti keinginan anak
misalnya, sambil
bermain atau temani
anak saat makan
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
bagaimana cara menyajikan
makanan 4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga yang
benar 4.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara menyajikan makanan
dengan menggunakan media lembar
balik dan leaflet
4.1.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
4.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti 4.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
4.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
4.2.1 Diskusikan bersama keluarga
bagaimana cara mengatasi anak
yang tidak bersedia makan 4.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga yang
benar 4.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai cara mengatasi anak yang
tidak bersedia makan dengan
menggunakan media lembar balik
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
cara mengatasi
anak yang tidak
bersedia makan
4.3 Memodifikasi
lingkungan
yang
mendukung
untuk
meningkatkan
status gizi
Respon
verbal
dan
afektif
Respon
verbal
dan
2. Beri makan sesuai
selera anak dan menu
berbeda-beda 3. Jangan memberi
makanan yang manis
sebelum makan 4. Sajikan makanan
dalam bentuk
menarik 5. Berikan makanan
dalam porsi kecil tapi
sering Anggota keluarga
mampu menyebutkan 3
dari 4 lingkungan yang
mendukung untuk
meningkatkan status gizi
anak, yaitu:
1. Makan bersama
anggota keluarga
yang lain
2. Menggunakan alat
makan yang menarik 3. Makan sambil
bercerita
4. Jenis makanan
bervariasi dan
menarik.
4.2.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan 4.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
4.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan 4.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga.
4.3.1 Diskusikan bersama keluarga
tentang modifikasi lingkungan
untuk meningkatkan status gizi anak
4.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga 4.3.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai modifikasi lingkungan
untuk meningkatkan status gizi anak
dengan menggunakan media lembar
balik 4.3.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya mengenai
materi yang dibahas 4.3.5 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dibahas
4.3.6 Berikan reinforcement positif atas
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
balita.
5. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan gizi
anak, dengan
mampu: 5.1 Menyebutkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan yang
terdapat
disekitar
lingkungan
tempat tinggal
terkait dengan
peningkatan
status gizi anak
5.2 Menjelaskan
manfaat
mengunjungi
afektif.
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4
fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi:
1. Posyandu 2. Puskesmas 3. Rumah Sakit 4. Klinik Dokter
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
kunjungan, yaitu:
1. Mendapatkan
pemeriksaan
kesehatan anak
2. Mendapatkan
penyuluhan atau
pendidikan kesehatan
usaha keluarga
5.1.1 Diskusikan bersama keluarga
mengenai fasilitas kesehatan yang
ada disekitar tempat tinggal 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
tentang pemahaman keluarga
mengenai manfaat tersebut 5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai manfaat mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan dengan
menggunakan media lembar balik
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
fasilitas
pelayanan
kesehatan
sesuai jadwal
5.3 Mengunjungi
fasilitas
pelayanan
kesehatan
Respon
verbal
Respon
afektif
Keluarga rutin
mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan
anak
dan leaflet
5.3.1 Motivasi keluarga untuk berkunjung
ke fasilitas kesehatan 5.3.2 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga untuk menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan
No. Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
2. Risiko
ketidakefektifan
bersihan jalan
napas pada
keluarga Bpk S
khususnya An S
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 2 kali
kunjungan, risiko
bersihan jalan
napas tidak efektif
1. Setelah dilakukan
pertemuan I sebanyak
1x60 menit, keluarga
mampu mengenal
masalah ISPA,
dengan:
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
pada keluarga Bpk
S khususnya An S
dapat dicegah
1.1 Menyebutkan arti
pengertian ISPA
1.2 Menyebutkan
penyebab ISPA.
1.3 Menyebutkan tanda-
tanda ISPA.
Respon
verbal
Respon
verbal
Respon
verbal
Pengertian ISPA
(Infeksi Saluran Napas
Akut) yaitu : infeksi
atau peradangan pada
saluran nafas bagian atas
yang ditandai dengan
batuk dan pilek kadang-
kadang disertai demam.
Minimal 3 dari 4
penyebab ISPA : - Virus/bakteri. - Tertular ISPA
dengen orang lain. - Lingkungan rumah
yang kurang sehat.
- Kurang gizi.
Minimal 3 dari 5 tanda-
tanda ISPA :
- Batuk. - Pilek. - Demam. - Nafas cepat. - Tarikan dinding
1.1.1. Dengan menggunakan lembar
balik dan leaflet jelaskan pada
keluarga tentang arti ISPA, yaitu :
infeksi atau peradangan pada
saluran nafas bagian atas ditandai
dengan batuk dan pilek kadang-
kadang disertai demam.
1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah
diberikan. 1.1.3. Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.
1.2.1. Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab ISPA dengan
menggunakan lembar balik, yaitu
virus/bakteri, tertular ISPA dengan
orang lain, lingkungan rumah yang
kurang sehat, kurang gizi, 1.2.2. Evaluasi penjelasan yang telah
diberikan.
1.2.3. Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.
1.3.1. Diskusikan dengan keluarga
tentang tanda-tanda ISPA, yaitu
batuk, pilek, demam, nafas cepat,
tarikan dinding dada.
1.3.2 Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
1.4 Menyebutkan jenis
dan tanda-tanda
ISPA.
1.5 Mengidentifikasi
adanya ISPA pada
anggota keluarga.
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
ISPA, dengan: 2.1 Menyebutkan
dampak lanjut
ISPA.
Respon
verbal
Respon
verbal
Respon
verbal
dada. Jenis ISPA dan tanda-
tandanya : - Bukan pneumonia : (batuk, pilek, demam) - Pneumonia : (batuk, pilek., demam,
nafas cepat) - Pneumonia berat :
(batuk, pilek, demam,
nafas cepat, tarikan
dinding nafas)
Mengenal adanya ISPA
pada anggota keluarga
berdasarkan tanda-tanda
dan gejala yang ada.
Minimal 2 dari 4
dampak lanjut ISPA :
- Daya tahan tubuh
1.4.1. Jelaskan dengan menggunakan
lembar balik dan leaflet jenis dan
tanda-tanda ISPA, yaitu bukan
pneumonia (batuk, pilek, demam);
pneumonia (batuk, pilek, demam,
nafas cepat); pneumonia berat
(batuk, pilek, demam, nafas cepat,
tarikan dinding nafas).
1.4.2. Evaluasi penjelasan yang telah
diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf atas
jawaban yang tepat. 1.5.1. Bantu keluarga mengenali adanya
masalah resiko bersihan jalan
napas tidak efektif karena ISPA
dari tanda dan gejala. 1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan
mengidentifikasi. 1.5.3. beri reinforcement positif atas usaha
kelurga.
2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik dan
gambar tentang damapk lanjut ISPA. 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang
belum di mengerti.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
2.2 Memutuskan untuk
merawat
3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan ISPA,
dengan: 3.1 Menjelaskan dan
mendemonstrasika
n cara merawat
anggota keluarga
dengan ISPA.
Respon
verbal.
Respon
verbal
dan psiko
motor.
menurun.
- Panas dapat
menimbulkan
kejang bila parah
dapat berisiko
meninggal. - Biaya berobat
tinggi. - Menular ke orang
lain. Menyatakan perlu suatu
perawatan dan
pengobatan untuk
mengatasi dan
mencegah ISPA
Minimal 4 dari 6 cara
merawat ISPA : - Istirahat minimal
8jam. - Tetap berikan
makanan bergizi.
- Kompres dingin jika
demam dan beri
2.1.3. Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat
2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan
tentang tindakan apa yang dilakukan
untuk mengatasi ISPA. 2.2.2. Berikan reinforcement positif bila
keluarga sudah memutuskan untuk
mengatasi masalah.
3.1.1. Jelaskan dan demonstrasikan cara
merawat ISPA yaitu dengan istirahat
minimal 8 jam, tetap berikan
makanan bergizi, kompres dingin
jika demam dan beri minum yang
banyak, bersihkan lubang hidung
dengan tissue atau kain yang lembut
jika pilek, membuat larutan pelega
tenggorakan dari kecap atau madu
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
4. Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
mengatasi masalah
Respon
verbal
minum yang
banyak. - Bersihkan lubang
hidung dengan
tissue atau kain
yang lembut jika
pilek.
- Membuat larutan
pelega tenggorakan
dari kecap atau
madu dicampur
dengan air jeruk
nipis dengan
kompisisi 1:1
diberikan 3-4x/hari
setelah makan.
Menyebutkan 3 dari 5
cara memodifikasi
lingkungan mengatasi
masalah ISPA
- Rumah dan
lingkungan bersih. - Pencahayaan dalam
rumah adekuat. - Hindari anak
menghirup debu/asap
dicampur dengan air jeruk nipis
dengan kompisisi 1:1 diberikan 3-
4x/hari setelah makan, latihan nafas
dalam dan batuk efektif dengan cara
ambil nafas dalam melalui hidung,
tahan 3-4 hitungan lalu kelaurkan
leawat mulut sebanyak 3x, pada kali
ketiga saat hembusan langsung
dibatukkan. 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.
4.1.1. Motivasi keluarga untuk melakukan
modifikasi lingkungan untuk
mengatasi ISPA. 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba
untuk mengevaluasi apakah keluarga
memodifikasi lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila
jawaban keluarga sesuai dengan
standar.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
5. Mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada
dimasyarakat, dengan: 5.1 Menyebutkan
manfaat fasilitas
kesehatan.
Menyebutkan fasilitas
kesehatan terdekat.
Respon
verbal
Respon
verbal
- Membuka jendela
setiap hari agar
sirkualsi udara dalam
rumah baik.
- Rumah tidak lembab.
Manfaat fasilitas
kesehatan bagi penderita
ISPA:
- Mendapatkan
perawatan secara
langsung.
- Memperoleh
informasi tentang
cara perawatan
dirumah. - Mendapatkan terapi
pengobatan.
Fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi:
- Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
5.1.1.Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
terkait keluhan yang ada. 5.1.2.Evaluasi kembali hasil penjelasan
yang diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila
jawaban sesuai dengan standar.
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga
mengenai fasilitas kesehatan yang
ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang
fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
Respon
afektif
Keluarga mengunjungi
pelayanan kesehatan
untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit
ISPA
usaha keluarga
5.3.1. Memotivasi keluarga untuk
mengunjungi pelayanan kesehatan. 5.3.2. Beri reinforcement positif setelah
keluarga pergi ke pelayanan
kesehatan.
No. Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
3. Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan pada
keluarga Bpk S
khususnya An S
Setelah dilakukan
pertemuan
sebanyak 4 kali
kunjungan,
keluarga Bpk S
dapat
Setelah dilakukan
pertemuan I sebanyak
1x45 menit, keluarga: 1. Mampu mengenal
tahapan tumbuh
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
meningkatkan
pengetahuannya
tentang tumbuh
kembang anak dan
mempertahankan
tumbuh kembang
anak yang optimal.
kembang anak yang
normal sesuai usia dan
mengambil keputusan
untuk mengoptimalkan
tumbuh kembang anak. 1.1 Menyebutkan arti
definisi pertumbuhan
dan perkembangan
Menyebutkan aspek-
aspek perkembangan
yang harus dipanta
Menyebutkan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan anak
Respon
verbal
Respon
verbal
Definisi pertumbuhan yaitu
bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh
sebagian/keseluruhan. Definisi perkembangan yaitu
bertambahnya strukstur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan; gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, dan
sosialisasi dan kemandirian. Keluarga dapat menyebutkan
kembali 1 dari 5 aspek
pertumbuhan dan perkembangan
yang harus dipantau :
- Tinggi badan dan berat badan - Gerak kasar/motorik kasar;
kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot besar - Gerak halus/motorik halus;
kemampuan anak melakukan
pergerakan yang melibatkan otot-
otot kecil dan koordinasi yang
cermat.
1.1.4. Dengan menggunakan
lembar balik jelaskan
pada keluarga tentang
definisi dari pertumbuhan
dan perkembangan 1.1.5. Evaluasi penjelasan yang
telah diberikan.
1.1.6. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat.
1.2.4. Jelaskan pada keluarga
tentang aspek-aspek yang
harus dipantau pada
pertumbuhan, 5 aspek
perkembangan yang harus
dipantau, faktor-faktor
yang mempengaruhi
kualitas tumbuh kembang
anak, dan tugas
pertumbuhan dan
perkembangan anak usia
4 bulan dengan
menggunakan media
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Mengidentifikasi tugas
pertumbuhan dan
perkembangan anak usia
17 bulan
2. Mampu mengambil
keputusan yang tepat
dalam mengoptimalkan
tumbuh kembang anak
melalui: Menyebutkan gangguan-
gangguan tumbuh
kembang yang sering
ditemukan
Respon
verbal
Respon
verbal
- Kemampuan bicara dan bahasa;
kemampuan memberikan respon
terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti
perintah, dsb. - Sosialisasi dan kemandirian;
kemampuan mandiri anak,
bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Keluarga dapat menyebutkan
kembali 2 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak: - Keturunan - Umur - Nutrisi
- Hormon - Penyakit infeksi - Lingkungan - Stimulasi dan rangsangan Keluarga mampu mengidentifikasi
tugas pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 17 bulan :
- Berat badan lahir menjadi dua
kali pada akhir 4-7 bulan
pertama.
- Panjang lahir bertambah 2,5 cm
setiap bulan. - Kognitif;
lembar balik
1.2.5. Evaluasi penjelasan yang
telah diberikan. 1.2.6. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat.
1.3.1. Diskusikan dengan
keluarga tentang faktor
yang mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan anak
1.4.1. Jelaskan dengan
menggunakan lembar
balik tugas pertumbuhan
dan perkembangan anak
usia 17 bulan
1.4.2. Evaluasi penjelasan yang
telah diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Memutuskan untuk
mengoptimalkan
tumbuh kembang
anaknya sesuai usia 17
bulan
3. Mampu merawat/
mengoptimalkan
tumbuh kembang anak
balitanya yang berusia
17 bulan Menjelaskan dan
mendemonstrasikan cara
melatih kemampuan
Respon
verbal.
- Psikososial: percaya vs tidak
percaya.
- Sosial; kelekatan. - Motorik halus: - Motorik kasar: berjalan
Keluarga dapat menyebutkan
kembali 2 dari 5 gangguan tumbuh
kembang yang sering terjadi : - Gangguan bicara dan bahasa
- Retardasi mental - Perawatan pendek - Gangguan autisme - Gagal tumbuh
Keluarga memutuskan untuk
atas jawaban yang tepat.
2.1.1. Jelaskan dengan lembar
balik tentang gangguan-
gangguan tumbuh
kembang yang sering
terjadi/ditemukan dan
cara stimulasi yang bisa
dilakukan untuk
mengoptimalkan
pertumbuhan dan
perkembangan anak 2.1.2 Tanyakan pada keluarga
hal yang belum di
mengerti. 2.1.3. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat 2.2.1.Motivasi keluarga untuk
memutuskan tentang
tindakan apa yang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
bicara dan bahasa pada
An. S
Melatih kemampuan
bersosialisasi dan
kemandirian pada An.S
Respon
verbal
dan
afektif
Respon
verbal
dan psiko
motor.
mengoptimalkan tumbuh kembang
anaknya sesuai usia 17 bulan
Keluarga dapat menyebutkan dan
mendemonstrasikan stimulasi
melatih kemampuan bicara dan
bahasa pada An. S Tetap berikan
makanan bergizi. - Keluarga dapat melanjutkan
stimulasi; berbicara, meniru
suara-suara, mengenali berbagai
suara - Keluarga dapat
mendemonstrasikan stimulasi:
mencari sumber suara. - Keluarga dapat
mendemonstrasikan stimulasi;
menirukan kata-kata
dilakukan untuk
mengoptimalkan
pertumbuhan dan
perkembangan anak 2.2.2. Berikan reinforcement
positif bila keluarga
sudah memutuskan untuk
mengatasi masalah.
3.1.1. Diskusikan bersama
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
bicara dan bahasa pada
anak usia 17 bulan dan
demonstrasikan bersama
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
bicara dan bahasa pada
An S 3.1.2. Minta keluarga
menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat. 3.1.4. Motivasi keluarga untuk
mendemonstrasikan
kembali cara stimulasi
kemampuan bicara dan
bahasa pada An. S 3.2.1. Diskusikan bersama
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Melatih kemampuan
gerak kasar pada An.S
Melatih kemampuan
gerak halus pada An.S
Respon
Verbal
dan
Psikomot
or
Verbal
Keluarga dapat menyebutkan dan
mendemonstrasikan stimulasi
melatih kemampuan bersosialisasi
dan kemandirian pada An. S:
- Keluarga dapat melanjutkan
stimulasi; memberi rasa aman
dan kasih sayang, mengajak
tersenyum, mengamati,
mengayun, dan menina bobokan
- Keluarga dapat
mendemonstrasikan stimulasi:
bermain ciluk ba
Keluarga dapat menyebutkan dan
mendemonstrasikan stimulasi
melatih kemampuan gerak kasar
pada An. S : - Keluarga dapat melanjutkan
stimulasi; berjalan
- Keluarga dapat
mendemonstrasikan stimulasi:
cara berjalan
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
bersosialisasi dan
kemandirian pada anak
usia 17 bulan dan
demonstrasikan bersama
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
bersosialisasi dan
kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga
menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat. 3.2.1. Diskusikan bersama
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
motorik kasar pada anak
usia 17 bulan dan
demonstrasikan bersama
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
bersosialisasi dan
kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga
menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat. 3.2.1. Diskusikan bersama
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Setelah dilakukan
pertemuan ke 2
sebanyak 1x45 menit,
keluarga: 4. Mampu memodifikasi
lingkungan
dan
Psikomot
or
Respon
Verbal
dan
Psikomot
or
Keluarga dapat menyebutkan dan
mendemonstrasikan stimulasi
melatih kemampuan gerak motorik
halus pada An.S:
- Keluarga dapat melanjutkan
stimulasi; - Keluarga dapat
mendemonstrasikan stimulasi:
memegang benda dengan kuat
Keluarga melakukan minimal 2 dari
4 tindakan modifikasi lingkungan
yang dapat dilakukan untuk
mengoptimalkan tumbang anaknya:
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
motorik halus pada anak
usia 17 bulan dan
demonstrasikan bersama
keluarga mengenai cara
stimulasi kemampuan
bersosialisasi dan
kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga
menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang tepat.
4.1.1. Motivasi keluarga untuk
melakukan modifikasi
lingkungan untuk
menstimuasi dan
mengoptimalkan
pertumbuhan dan
perkembangan anak 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah
tiba-tiba untuk
mengevaluasi apakah
keluarga memodifikasi
lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement
positif bila jawaban
keluarga sesuai dengan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
5. Mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada
dimasyarakat, dengan: Menyebutkan fasilitas
kesehatan terdekat yang
dapat dimanfaatkan.
Memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
Respon
verbal,
afektif,
dan
motorik
- Menjauhkan benda-benda
berbahaya yang ada di
llingkungan anaknya. - Ibu melanjutkan pemberian
makanan dengan gizi yang
seimbang untuk mengoptimalkan
tumbang anaknya.
- Keluarga menyediakan mainan
yang aman untuk menstimulasi
tumbuh kembang anaknya
- Keluarga sering mengajak
anaknya berbicara atau
berinteraksi untuk
mengoptimalkan stimulasi
tumbang anaknya
Fasilitas kesehatan yang dapat
dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit
- Klinik tumbuh kembang
Keluarga mengunjungi pelayanan
kesehatan untuk melakukan deteksi
standar.
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas
kesehatan terkait keluhan 5.1.2. Evaluasi kembali hasil
penjelasan yang
diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif
bila jawaban sesuai
dengan standar. 5.2.1 Diskusikan bersama
keluarga mengenai
fasilitas kesehatan
disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk
mengunjungi fasilitas
kesehatan yang dapat
dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement
positif atas usaha keluarga
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Respon
verbal
Respon
verbal
dini tumbuh kembang pada anak
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Nama KK : Bapak S
Nama Klien : An S
DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada
An S
Senin, 19
Mei 2013
Pukul
10:00 –
10:30 WIB
Membina hubungan saling percaya
Memvalidasi keadaan keluarga
Melakukan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik
Melakukan pengkajian keluarga
Mendiskusikan dengan keluarga tentang
pertumbuhan dan perkembangan An S
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah
yang timbul pada An S
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan keluarga
S:
Keluarga Bapak S mengatakan baru pindah dan
tinggal di RW 07 selama dua bulan
Bapak S dan Ibu L menyetujui kontrak kunjungan
selama masa praktik mahasiswa di RW 07
Bapak S dan Ibu L menyetujui kunjungan saat ini
selama 30 menit
Ibu L mengatakan An S lahir prematur dengan lama
kehamilan 31 minggu dan BB lahir 1200 gr karena
mengalami sollusio plasenta
Bapak S dan Ibu L menyadari akan BB An S yang
sulit naik, dan apabila naik hanya sedikit-sedikit
Ibu L mengatakan An S susah makan, dan lebih
menyukai makanan selingan dibandingkan dengan
makan nasi
Ibu L mengatakan An S kurus, namun cukup aktif
dan pintar, meskipun belum bisa berjalan saat ini
karena An S penakut
O:
Keluarga Bapak S terlihat menerima kedatangan
mahasiswa dengan baik
Bapak S dan Ibu L berespon baik terhadap tujuan
dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
pertanyaan pada mahasiswa
Keluarga Bapak S nampak antusias dalam
membicarakan masalah yang ada pada An S
An S terlihat rewel dan beberapa kali menangis saat
kunjungan
A:
Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada An S teridentifikasi
Masalah keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pad An S teridentifikasi
P:
- Melanjutkan pengkajian
- Melakukan TUK 1 sampai 3
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada
An S
Kamis, 23
Mei 2013
Pukul
10:15-
11:00 WIB
Membina hubungan saling percaya
Memvalidasi keadaan keluarga
Melakukan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan
Melakukan pengkajian keluarga
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota
keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, TB, dan
mengukur LILA An S
Melakukan pengkajian 24 hours food recall
Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat
kesehatan keluarga
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah
yang timbul pada An S
S:
Ibu L mengatakan An S memang memiliki BB yang
susah naik sejak masih bayi
Ibu L mengatakan setelah lahir An S sempat dirawat
di RS selama satu bulan namun BB hanya naik 200
gr
Ibu L menyetujui kunjungan saat ini selama 30
menit
Ibu L mengatakan An S sering menangis dan rewel
Ibu L mengatakan nafsu makan An S berubah-ubah,
namun lebih sering tidak menghabiskan makanan
ketika makan nasi
Ibu L mengatakan An S menyukai ikan, telur, sayur
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
Mengundang keluarga Bapak S untuk mengikuti
acara penyuluhan gizi seimbang
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan keluarga
sop, wortel, namun tidak menyukai buah-buahan
Ibu L mengatakan An S masih aktif menyusui,
ditambah dengan susu formula, dan biasanya habis
80 ml setiap kali minum
Ibu L mengatakan bersedia untuk menuliskan
makanan yang dimakan An S selama satu hari
Ibu L mengatakan An H pernah terkena penyakit
flek paru pada saat di kampung satu tahun yang lalu
Ibu L mengatakan An H putus obat setelah dua
bulan
Ibu L mengatakan An H jarang sakit atau batuk,
hanya saja BB tidak naik-naik, sering berkeringat
dingin pada malam hari
Ibu L mengatakan tidak melanjutkam obat karena
tidak ada keluhan pada An H dan kurang informasi
terkait penyakit yang diderita An H
Ibu L mengatakan belum pernah memeriksakan An
H ke pelayanan kesehatan
Ibu L mengatakan pernah tinggal satu rumah dengan
saudara yang memiliki riwayat penyakit paru
O:
Ibu L berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan
mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan
keluarga
TD Bapak S 120/80 mmHg
Nadi 76x/menit
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
RR 20x/menit
Suhu 36,5 o
C
BB : 60 kg TB : 168 cm
TD Ibu L 120/80 mmHg
Nadi 72x/menit
RR 21 x/menit
Suhu 36 oC
BB : 50 kg TB : 164 cm
TD An H 120/80 mmHg
Nadi 80x/menit
RR 18 x/menit
Suhu 36 oC
BB : 11 kg TB : 100 cm
TD An S 120/80 mmHg
Nadi 84x/menit
RR 22 x/menit
Suhu 36 oC
BB : 7,5 kg TB : 75 cm
LILA : 9,5 cm < -3SD gizi buruk
Status gizi BB/U : antata -2SD dan -3SD ; PB/U :
normal; BB/PB : antara -2SD dan -3SD kategori gizi
kurang
An S tampak kurus, rambut tipis, mudah menangis,
dan belum dapat berjalan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
A:
Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teridentifikasi
P:
- Melanjutkan pengkajian
- Melakukan TUK 1 sampai 3
Risiko ketidak
efektifan
bersihan jalan
nafas pada An
S
Senin, 27
Mei 2013
Pukul
10:30-
11:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Melakukan kontrak
Menjelaskan tujuan kunjungan
Melakukan pengkajian keluarga
Meminta hasil pencacatan pengkajian 24 hours food
recall
Melakukan pengukuran RR pada An S
Menjelaskan tentang perawatan tradisional anak
ISPA dengan inhalasi sederhana di rumah
Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan rumah yang sehat dengan membukan
pintu/jendela di pagi hari
TUK 5:
Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat
fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan,
perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali
manfaat fasilitas kesehatan
Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu
S:
Ibu L mengatakan An S sedang pilek sejak hari
sabtu, tapi tidak demam
Ibu L mengatakan An S semakin rewel saat ini
Ibu L mengatakan belum memberikan obat apa-apa
pada An S
Ibu L mengatakan An S menjadi susah makan bila
sedang tidak enak badan
Ibu L mengatakan biasanya An S rutin melakukan
pemijatan namun sejak pindah ke Depok belum
pernah dipijat lagi
Ibu L mengaku memang rutin membawa An S untuk
dipijat sejak bayi
Ibu L berniat pergi ke puskesmas namun belum
pernah jadi menunggu Bapak S bisa mengantar
Ibu L mengatakan saat ini Bapak S sedang interview
panggilan keja di Thamrin
Ibu L mengatakan mau membawa An S ke
puskesmas, namun lihat situasi dan kondisi besok,
bila bisa pergi akan menghubungi mahasiswa
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
puskesmas, rumah sakit, dan klinik.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
kesehatan
Ibu L mengatakan lupa-lupa ingat terkait
penyuluhan gizi seimbang yang dilakukan hari
Sabtu kemarin
O:
An S nampak mengeluarkan cairan dan sputum dari
hidungnya
An S terlihat beberapa kali menangis saat kunjungan
RR An S 30 kali/menit
Ibu L nampak menenangkan An S dengan
memberikan ASI
Ibu L memiliki pertimbangan untuk membawa An S
ke puskesmas
Ibu L mengerti akan penjelasan terkait penangan
anak dengan inhalasi sederhana
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan
yang dapa dikunjungi
Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan
kesehatan
Ibu L kooperatif dan aktif dalam kegiatan diskusi
Ibu L aktif bertanya apabila belum paham dengan
apa yang dijelaskan mahasiswa
A:
- Masalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
teridentifikasi
- TUK 5 ISPA belum tercapai
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
P:
- Memfasilitasi keluarga Bapak S untuk mengunjungi
puskesmas
- Melanjutkan pengkajian
- Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang
Risiko
ketidakefektifa
n bersihan
jalan nafas
pada An S
Selasa, 28
Mei 2013
Pukul
09:00-
11:30 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Melakukan TUK 5, dalam mengatasi masalah ISPA
dengan memfasilitasi keluarga Bapak S untuk
mengunjungi puskesmas Cimanggis
Mengarahkan Ibu L untuk melakukan pendaftaran
dan mengantarkan An S ke poli anak
Melakukan pengukuran BB dan TB pada An S dan
An H di poli anak
Memfasilitasi Ibu L saat pemeriksaan fisik dan
pemberian pendidikan kesehatan dengan dokter
Memfasilitasi Ibu L untuk ke poli TB terkait dengan
kondisi kesehatan pada An H
S:
Ibu L mengatakan An S masih pilek dan saat ini
juga batuk
Ibu L mengatakan An S tidak mengalami demam
Ibu L mengatakan saat An S sakit, An H juga
tertular batuknya, dan mulai batuk hari ini
Ibu L mengatakan saat ini ingin memeriksakan An S
dulu, untuk An H nanti saja
Ibu L mengatakan sebelumnya An S pernah diuap
ketika mengalami pilek dan batuk seperti ini dan
membaik setelah diuap
Ibu L mengatakan paling malas ke puskesmas bila
dimarahi oleh dokter yang ada
Ibu L mengatakan mengerti terkait pemberian obat
pada An S dan akan memberikan obat sesuai dengan
aturan pakai
Ibu L mengatakan terkait surat rujukan untuk
memeriksakan An H dan An S uji mantoux test akan
didiskusikan dahulu dengan orang tuanya
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
O:
BB An S : 7,2 kg TB : 76 cm
BB An H : 11 kg TB : 100 cm
Status gizi An S menurut tabel NCHS-WHO BB/U :
< -3SD PB/U : normal BB/PB: -3SD
An S terlihat beberapa kali menangis saat dilakukan
penimbangan BB
Ibu L nampak menenangkan An S dengan
memberikan ASI
Ibu L terlihat bingung dengan prosedur pemeriksaan
pada An S
Ibu L nampak mengerti akan penjelasan dari dokter
Ibu L kooperatif dan aktif dalam kegiatan yang
dilakukan baik di poli anak maupun poli TB
Ibu L aktif bertanya apabila belum paham dengan
apa yang dijelaskan
A: TUK 5 ISPA tercapai
P:
- Melanjutkan pengkajian
- Melakukan evaluasi TUK 5 ISPA
- Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang
- Melakukan TUK 3 Gizi kurang
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
Rabu, 29
Mei 2013
jam 11:15-
12:00 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
Menjelaskan TUK 1 sampai TUK 3 kepada Bapak S
S:
Bapak S mengatakan kondisi batuk dan pilek An S
sudah semakin membaik
Bapak S mengatakan sejak berhenti dari pekerjaan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
tubuh pada An
S
TUK 1
Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian
gizi seimbang pada balita dan triguna makanan
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian
dari gizi kurang
Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
dari gizi kurang
Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan
gejala balita dengan gizi kurang
Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah disampaikan.
Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi
penyebab gizi kurang pada An S
Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda
dan gejala gizi kurang pada An S
Membantu keluarga membandingkan apa yang telah
dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah
yang timbul pada An S
Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang
dihadapi oleh keluarga
TUK 2:
Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari gizi
sebelumnya dan belum mendapat pekerjaan, saat ini
Bapak S dan Ibu L sama-sama sedang mencari
pekerjaan
Bapak S mengatakan sebelumnya An S pernah
mencapai BB 3 kg dan cukup gemuk
Bapak S mengatakan Ibu L kurang telaten dalam
memberikan makan pada anak-anak
Bapak S mengatakan An S terlihat kurus dan rewel
Bapak S mengatakan memiliki banyak
pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan lebih lanjut pada anak-anaknya
Bapak S menyadari pentingnya penanganan masalah
kesehatan yang ada pada anak-anaknya
O:
Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi
seimbang pada balita
Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi
kurang
Bapak S dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan
gejala gizi kurang
Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi
kurang
Bapak S menyadari An S mengalami gizi kurang
dengan menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala tubuh
yang kekurangan zat gizi
Bapak S dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
kurang pada An S
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
bertanya mengenai materi yang disampaikan
Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah disampaikan
Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari
adanya masalah gizi kurang pada keluarganya
Membantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang mengalami gizi kurang
TUK 3:
Menjelaskan cara perawatan gizi kurang
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
cara perawatan gizi kurang
Dengan menggunakan food model, melakukan
demonstrasi terkait triguna makanan
Meminta keluarga untuk meredemonstrasi
pembagian triguna makanan
Memberikan reinforcement positif atas keputusan
yang telah diambil oleh keluarga
kurang
Bapak S memutuskan untuk merawat An S yang
mengalami gizi kurang.
Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
gizi kurang
Bapak S dapat menyebutkan komponen Triguna
makanan beserta 3 contohnya dan
mendemonstrasikan melalui food model
A:
- TUK 1, TUK 2 dan sebagian TUK 3 tercapai
P:
- Melanjutkan pengkajian
- Melakukan TUK 1-3 ISPA
- Melakukan dan mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
Risiko ketidak
efektifan
bersihan jalan
nafas pada An
S
Jumat, 31
Mei 2013
Pukul
10:00-
10:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
Melakukan TUK 1-3 ISPA
TUK 1
Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian
S:
Ibu L mengatakan keadaan An S sudah membaik,
tidak pilek lagi namun masih batuk
Ibu L mengatakan dirinya menjadi ikut tertular
batuk dari An S
Ibu L mengatakan saat ini Bapak S sedang
melakukan interview lebih lanjut terkait pekerjaan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut)
Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
dari ISPA
Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan
gejala balita dengan ISPA
Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah disampaikan.
Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi
penyebab ISPA pada An S
Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda
dan gejala ISPA pada An S
Membantu keluarga membandingkan apa yang telah
dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah
yang timbul pada An S
Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang
dihadapi oleh keluarga
TUK 2:
Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari
ISPA pada An S
Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang
telah disampaikan
Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari
adanya masalah ISPA pada keluarganya
Membantu keluarga untuk memutuskan merawat
barunya
Ibu L mengatakan kemarin pergi ke tempat saudara
sekaligus menanyakan dan mengurus KJS untuk
pemeriksaan lebih lanjut pada An S dan An H
Ibu L mengatakan ingin segera memeriksakan
mantoux test An S dan An H namun masih
memikirkan masalah finansial
Ibu L mengatakan belum sempat mencoba membuat
nuget sayur
O:
Ibu L dapat menyebutkan kembali pengertian dari
ISPA
Ibu L dapat menyebut kembali 3 dari 4 penyebab
ISPA
Ibu L dapat menyebut kembali 3 dari 5 tanda-tanda
ISPA
Ibu memtuskan untuk merawat anggota keluarga
dengan ISPA
Ibu L dapat menyebut kembali 2 dari 4 dampak
ISPA
Ibu L dapat menyebutkan kembali 4 dari 6
perawatan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan kembali cara perawatan
ISPA dengan inhalasi sederhana
Ibu L dapat menyebutkan cara pembuatan larutan
pelega tenggorokan secara tradisional
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
anggota keluarga yang mengalami ISPA
TUK 3:
Menjelaskan cara perawatan ISPA
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
cara perawatan ISPA
Melakukan evaluasi tentang cara inhalasi sederhana
Mengajarkan cara membuat larutan pelega
tenggorakan dari kecap atau madu dicampur dengan
air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 3-
4x/hari setelah makan.
Memberikan reinforcement positif atas keputusan
yang telah diambil oleh keluarga
A:
- TUK 1 dan 2 tercapai
- Sebagian TUK 3 tercapai
P:
- Melakukan pengkajian
- Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
- Melakukan TUK 4 ISPA
Risiko ketidak
efektifan
bersihan jalan
nafas pada An
S
Selasa, 4
Juni 2013
Pukul
10:30-
11:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
Melakukan evaluasi dan melanjutkan TUK 3 dan 4
ISPA
TUK 3:
Menjelaskan cara perawatan ISPA
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
cara perawatan ISPA
Mengevaluasi cara membuat larutan pelega
tenggorakan
Menjelaskan tentang pentingnya pemberian makanan
bergizi dan istirahat yang cukup untuk perawatan
ISPA
S:
Ibu L mengatakan keadaan An S sehat namun
dirinya saat ini batuk
Ibu L mengatakan kondisi badannya sedang tidak fit
karena kecapean
Ibu L mengatakan biasanya mengajak An S
berjemur di depan rumah di pagi hari
Ibu L mengatakan jarang membuka jendela karena
susah dan hanya membuka pintu di pagi hari namun
sebentar
Ibu L mengatakan obat batu pilek untuk An S telah
habis
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Menganjurkan untuk membersihkan lubang hidung
anak dengan sapu tangan yang lembut
TUK 4:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat
memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota
keluarga dengan ISPA
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
lingkungan rumah yang baik untuk ISPA
Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan
yang mendukung untuk mencegah ISPA
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan oleh keluarga
O:
An S tampak rewel ketika kunjungan
Ibu L dapat menyebutkan kembali 4 dari 6
perawatan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan kembali pentingnya
pemberian makanan bergizi dan istirahat yang
cukup untuk perawatan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan modifikasi lingkungan
untuk anak ISPA
Ibu L dapat menyebutkan kembali lingkungan
rumah yang baik untuk mencegah ISPA
A: TUK 3 dan 4 tercapai
P:
- Melakukan pengkajian
- Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada An
S
Kamis, 6
Juni 2013
Pukul
10:30-
11:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
TUK 3:
Dengan menggunakan lembar balik :
Menjelaskan cara perawatan gizi kurang
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
cara perawatan gizi kurang
Mengevaluasi cara pembuatan cemilan sehat yang
telah didapatkan Ibu L di penyuluhan gizi seimbang
S:
Ibu L mengatakan saat ini dirinya merasa lebih sehat
Ibu L mengatakan An S sudah mau makan lebih
banyak saat ini
Ibu L mengatakan An sarapan bubur ayam tadi pagi
Ibu L mengatakan belum sempat mencoba membuat
puding TKTP
Ibu L mengatakan biasanya mengolah makanan
dengan cara dicuci terlebih dahulu kemudian
dipotong-potong
Ibu L mengatakan mencoba membuat makanan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
sebelumnya
Menjelaskan tentang cara pengolahan makanan yang
benar
Mendemonstrasikan cara pengolahan sayur bayam
yang benar
Meminta keluarga untuk melakukan redemonstrasi
Membuat jadwal makan untuk An S dan An H
Memberikan reinforcement positif atas keputusan
yang telah diambil oleh keluarga
dengan mencampurkan sayuran di dalamnya, seperti
telur ditambahkan dengan wortel
O:
Ibu L memutuskan untuk merawat An S yang
mengalami gizi kurang
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
gizi kurang
Ibu L memiliki pengetahuan baik tentang cara yang
benar dalam mengolah makanan
Ibu L dapat mendemostrasikan cara pengolahan
makanan (sayur bayam) yang benar
Ibu L bersedia membuat jadwal makan anak
A: TUK 3 tercapai sebagian
P:
- Melakukan pengkajian KPSP
- Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada An
S
Sabtu, 8
Juni 2013
Pukul
10:00-
10:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
Melakukan pengkajian KPSP pada An S dan An H
Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
TUK 3:
Dengan menggunakan lembar balik :
Menjelaskan cara perawatan gizi kurang
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
cara perawatan gizi kurang
S:
Ibu L mengatakan keadaan dirinya dan An S sehat
Ibu L mengatakan belum mencoba membuat
cemilan sehat, puding TKTP
Ibu L mengatakan An S biasanya suka puding,
namun kemarin tidak menghabiskan, berbeda
dengan An H yang sangat suka
Ibu L mengatakan masih mengurus KJS dan belum
sempat ke Cempaka Putih lagi karena Bapak S telah
diterima bekerja di thamrin
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan
yang benar
Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan
manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang tepat
untuk anak
Mengajarkan penyususnan menu dengan gizi
seimbang yang tepat untuk anak
Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai usia
untuk An G
Memberikan reinforcement positif atas keputusan
yang telah diambil oleh keluarga
Ibu L mengatakan biasanya menyajikan makanan
yang ada pada An S, hanya nasinya saja yang hangat
Ibu L mengatakan An S selalu makan sambil disuapi
olehnya dan saat ini nafsu makannya semakin
membaik
Ibu L mengatakan sepertinya BB An S naik karena
semakin berat bila digendong
Ibu L mengatakan ingin melakukan berbagai cara
agar BB An S naik dan mau makan banyak
O:
Hasil pengkajian KPSP pada An S (menggunakan
pengkajian untuk anak berusia 15 bulan) adalah An
S hanya dapat melakukan 4 dari 10 indikator
instruksi yang ada.
Kemampuan gerak kasar An S mengalami
keterlambatan perkembangan terlihat dari 4
indikator yang belum dapat dilakukan
Ibu L memutuskan untuk melakukan perawatan
masalah gizi kurang pada An S
Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali
cara pengolahan makanan yang benar
Ibu L dapat menyebutkan penyususnan menu
dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna
makanan
Ibu L dapat menyebutkan kembali porsi makan yang
sesuai untuk A G
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
A:
- TUK 3 tercapai
- Masalah keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada An S teridentifikasi
P:
- Mengevaluasi TUK 4 dan 5
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada An
S
Rabu, 12
Juni 2013
Pukul
10:30-
11:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
Melakukan TUK 4 dan 5 gizi kurang
TUK 4:
Dengan menggunakan lembar balik :
Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat
memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota
keluarga dengan gizi kurang
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
cara menyajikan makanan untuk anak dengan gizi
kurang
Menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip cara
mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan
yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
anak
TUK 5:
Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat
S:
Ibu L mengatakan baik dirinya dan An S tidak
memiliki keluhan
Ibu L mengatakan obat An S sudah dihabiskan
Ibu L mengatakan hari berencana akan Puskesmas
ke Cempaka Putih lagi untuk memeriksakan An S
Ibu L mengatakan sedang mengurus KJS
Ibu L mengatakan akan menyediakan makanan yang
hangat untuk An S
Ibu L mengatakan An S sejak kemarin makannya
selalu habis setiap disuapi
O:
Ibu L memutuskan untuk memodifikasi lingkungan
yang mendukung An S
Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3
dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S
Ibu L dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara
mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan,
perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali
manfaat fasilitas kesehatan
Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu
puskesmas, rumah sakit, dan klinik.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali
jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
kesehatan
mendukung untuk meningkatkan status gizi An S
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan
yang dapat dikunjungi
Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan
kesehatan
Ibu L rutin mengunjungi posyandu setiap bulan
A: TUK 4 dan 5 tercapai
P:
- Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5
- Menilai tingkat kemandirian keluarga
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada An
S
Jumat, 14
Juni 2013
Pukul
10:30-
11:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Menjelaskan bahwa pada seminggu terakhir
mahasiswa bertugas di puskesmas
Membuat kontrak
Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 1 sampai TUK
5
Mengkaji tingkat kemandirian keluarga Bapak S
Persiapan terminasi
TUK 1
Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian
gizi seimbang dan ISPA pada balita
Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab
dari gizi kurang dan ISPA
Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan
S:
Ibu L mengatakan Ibu L mengatakan mulai
mengajak An H makan bersama dengan An S
Ibu L mengatakan An S menghabiskan semua
makanan ketika makan kemarin
Ibu L mengatakan mulai menyediakan makanan
yang hangat dengan menu gizi seimbang
Ibu L mengatakan berharap berat badan An S dapat
naik
Ibu L mengatakan mulai memilih jajanan cemilan
yang sehat sesuai dengan anjuran
Ibu L mengatakan belum sempat mengunjungi
puskesmas Cempaka Putih
O:
Ibu L dapat menyebutkan definisi dari gizi kurang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
gejala balita dengan gizi kurang dan ISPA
TUK 2
Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat dari
gizi kurang dan ISPA pada An S
Membantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga yang mengalami gizi kurang dan
ISPA
TUK 3:
Mendiskusikan cara perawatan gizi kurang dan ISPA
Meminta keluarga untuk menjelaskan pembagian
triguna makanan beserta contohnya
Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang porsi
makan yang sesuai dengan An G
Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cara
mengolah makanan yang benar
Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang
cemilan sehat
Meminta keluarga untuk menjelaskan perawatan
anak dengan ISPA
TUK 4:
Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat
memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota
keluarga dengan gizi kurang dan ISPA
Meminta keluarga untuk menyebutkan kembali cara
menyajikan makanan untuk anak dengan gizi kurang
Meminta keluarga untuk menjelaskan dengan
keluarga tentang prinsip cara mengatasi anak yang
tidak bersedia makan
Meminta keluarga untuk menjelaskan lingkungan
rumah yang sesuai bagi anak ISPA
dan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala
gizi kurang dan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi
kurang dan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi kurang
dan ISPA
Ibu L memutuskan untuk merawat An S yang
mengalami gizi kurang dan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi
gizi kurang dan ISPA
Ibu L dapat menyebutkan komponen Triguna
makanan beserta 3 contohnya
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
gizi kurang
Ibu L belum dapat menyebutkan porsi makan yang
sesuai untuk An S
Ibu L dapat menyebutkan cara pengolahan makanan
dengan benar
Ibu L memutuskan untuk memodifikasi lingkungan
yang mendukung An S dengan gizi kurang dan
ISPA
Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3
dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 5 prinsip cara
mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan
mendukung untuk meningkatkan status gizi anak dan
mencegah ISPA
TUK 5:
Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada
keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan
Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali
manfaat fasilitas kesehatan
Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu
puskesmas, rumah sakit, dan klinik.
Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas
kesehatan
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang
mendukung untuk meningkatkan status gizi An S
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan
yang dapat dikunjungi
Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan
kesehatan
A:
Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari II
menjadi III
P: Melakukan terminasi
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh pada An
S
Kamis, 20
Juni 2013
Pukul
15:30-
16:00 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga
Menjelaskan tujuan kunjungan
Terminasi
Memotivasi keluarga untuk mempertahankan dan
meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan
Memotivasi keluarga untuk tetap rutin mengunujungi
posyandu sampai anak berusia 5 tahun
Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota
keluarga yang sakit
Memberikan reinforcement positif terhadap
pencapaian yang telah diraih keluarga
S:
Ibu L mengatakan dirinya dan An S merasa sehat
Ibu L mengatakan berterima kasih atas kunjungan
dan ilmu yang diberikan mahasiswa
Ibu L mengatakan akan tetap melakukan hal-hal
yang telah diberitahukan
Ibu L mengatakan berat badan An S naik 4 ons saat
dilakukan penimbangan
Ibu L mengatakan senang atas kenaikan BB An G
berkat usaha bersama
Ibu L berharap keluarganya dapat terus sehat
O:
Ibu L berespon baik terhadap masukan yang
diberikan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S
PKKMP KOMUNITAS
A:
Masalah Gizi kurang belum teratasi
Masalah ISPA tidak terjadi
P:
- Melaporkan hasil kunjungan kepada kader
- Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan
terhadap status gizi An S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5
LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
FORMAT EVALUASI SUMATIF
Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1) Keluarga menyebutkan definisi dari
ketidakseimbangan nutrisi, yaitu asupan
nutrisi yang tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan metabolik.
√
2) Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5
penyebab gizi kurang, yaitu:
1 Makanan yang kurang (Tidak
tersedia makanan yang adekuat)
2 Jenis makanan tidak seimbang (tidak
cukup mendapat makanan yang
bergizi)
3 Pola asuh orang tua
4 Makan yang tidak teratur (Kebiasaan
makan yang kurang tepat)
5 Adanya Penyakit
√
3) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6
tanda dan gejala gizi kurang, yaitu:
1 BB kurang dari 20% dari BB ideal
2 IMT di bawah normal
3 Badan kurus
4 Lemah dan pucat
5 Rambut tipis, berwarna merah
(pirang) dan mudah tercabut
6 Kaki dan tangan bengkak
√
4) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4
akibat ketidakseimbangan nutrisi jika
tidak diatasi, yaitu:
1 Pertumbuhan dan perkembangan
anak terganggu
2 Anak mudah sakit
3 Menurunkan daya pikir/ kecerdasan
4 Tonus otot buruk
√
5) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
cara perawatan masalah gizi kurang,
yaitu:
1 memberikan makanan sesuai dengan
gizi seimbang (triguna makanan)
2 memberikan makanan sesuai dengan
kebutuhan/porsi makan anak
3 cara mengolah makanan dengan
benar
4 mengatur jadwal makan pada anak
5 tata makanan yang menarik sesuai
dengan makanan kesukaan anak
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5
LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
6) Keluarga dapat menyebutkan manfaat
dari triguna makanan serta memberikan
contohnya melalui food model
√
7) Keluarga mampu mendemontrasikan
pemberian makan sesuai porsi dengan
gizi yang seimbang, dan sesuai dengan
kebutuhan anak
√
Menjelaskan ulang terkait
porsi makan yang sesuai
untuk anak dengan leaflet
8) Keluarga dapat mendemonstrasikan cara
pengolahan makanan dengan benar
√
9) Keluarga mampu mendemonstrasikan
pengaturan jadwal makan pada anak
√
Memotivasi keluarga
untuk mengatur jadwal
makan anak, jelaskan
keuntungan
10) Keluarga mampu mendemonstrasikan
makan bersama anak, dan memotivasi
anak untuk menghabiskan porsi makan
anak
√
11) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
cara memodifikasi lingkungan yang
sesuai untuk gizi kurang, yaitu
memodifikasi makanan dengan:
1 harga terjangkau
2 nilai gizinya baik
3 memilih makanan yang masih segar
4 memasak makanan dengan tampilan
yang menarik
5 makan bersama anak
√
12) Keluarga mampu melakukan modifikasi
lingkungan untuk mengatasi gizi kurang
√
13) Keluarga mampu menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana
untuk pemeriksaan, perawatan gizi
kurang, sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi yang akurat dan
tepat untuk mengatasi masalah gizi
kurang
√
14) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
fasilitas pelayanan kes. yang dapat
digunakan dalam penanganan gizi
kurang, yaitu:
puskesmas, posyandu, RS, Praktek
perawat, dan dokter praktek.
√
15) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk penanganan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5
LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
Diagnosa 2:
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan
pengertian ISPA yaitu penyakit infeksi
saluran pernafasan akut yang ditandai
dengan batuk pilek yang datangnya tiba-
tiba
√
2 Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5
penyebab ISPA
Penyebab utama: Virus
Penyebab lain :
1. Tertular penderita lain
2. Kurang gizi
3. Tinggal dilingkungan yang kurang
sehat
4. Imunisasi tidak lengkap
√
3 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4
tanda/gejala ISPA:
1. Batuk pilek
2. Demam/panas
3. Nafas sesak/ada tarikan dinding dada
saat bernapas
4. Nafas cepat: yaitu: anak usia 2 bulan:
60 x/menit
√
4 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4
akibat ISPA bila tidak diatasi
1. Daya tahan tubuh menurun.
2. Tumbuh kembang terhambat
3. Biaya berobat mahal
4. Meninggal dunia
√
5 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
cara pencegahan ISPA:
1. Jauhkan dari penderita batuk
2. Berikan tetap ASI
3. Mintakan imunisasi lengkap
4. Berikan makanan bergizi setiap hari
5. Jaga kebersihan tubuh, makanan dan
lingkungan
√
6 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6
cara perawatan ISPA:
1. Istirahat yang cukup
2. Jika hidung tersumbat karena pilek,
bersihkan dengan ujung sapu tangan.
3. Jika anak demam:
- Berikan obat penurun panas.
- Berikan minum banyak
- Kompres dengan air biasa
- Jangan gunakan selimut tebal
- Sirkulasi udara adekuat.
√
Menjelaskan ulang
tentang cara-cara
perawatan anak ISPA
dengan menggunakan
leaflet
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5
LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
4. Berikan makanan bergizi.
5. Berikan inhalasi sederhana dengan
menggunakan air panas dalam baskom
dan minyak kayu putih.
Cara tradisional merawat ISPA:
Campuran setengah sendok perasan air
jeruk nipis dengan setengah sendok
makan madu atau kecap.
7 Keluarga mampu mendemontrasikan
kompres hangat
√
8 Keluarga mampu mendemontrasikan
inhalasi sederhana
√
9 Keluarga mampu mendemonstrasikan
cara membuat campuran kecap dan jeruk
nipis
√
11 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
cara memodifikasi lingkungan mengatasi
masalah ISPA
1. Rumah dan lingkungan bersih.
2. Pencahayaan dalam rumah adekuat.
3. Hindari anak menghirup debu
4. Membuka jendela setiap hari agar
sirkualsi udara dalam rumah baik.
5. Rumah tidak lembab.
√
Menjelaskan ulang
tentang lingkungan yang
sesuai untuk anak ISPA
dan memotivasi keluarga
untuk memodifikasi
lingkungan dengan
menjelaskan manfaat
12 Keluarga mampu melakukan modifikasi
lingkungan untuk mengatasi ISPA
√
Keluarga baru melakukan
dua modifikasi
lingkungan, memotivasi
keluarga agar dapat
melakukan modifikasi
lain
13 Keluarga mampu menyebutkan manfaat
fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana
untuk pemeriksaan,
perawatan/pengobatan ISPA, sebagai
sarana untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan tepat untuk mengatasi
masalah ISPA
√
14 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6
fasilitas pelayanan kes. yang dapat
digunakan dalam penanganan ISPA,
yaitu:
puskesmas, posyandu, RS, Praktek
perawat, dokter praktek dan praktek
bidan.
√
15 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk penanganan ISPA
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 6
EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
TINGKAT KEMANDIRIAN
Nama keluarga : Bapak S
Alamat : RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis.
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh
minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah
kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin di
keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah
kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan
dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat
disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III”
dengan alasan:
Kriteria Ya Tidak Pembenaran
Keluarga
menerima
petugas
perawatan
kesehatan
masyarakat
√ Selama pelaksanaan 10 kali pertemuan keluarga,
anggota keluarga selalu menerima kedatangan
mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam menentukan
kontrak waktu dan tempat interaksi. Anggota keluarga
Bapak S, terutama Ibu L selalu menghentikan
sementara kegiatan rumah tangga saat mahasiswa
datang, mengikuti proses interaksi hingga selesai. Ibu
L juga memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih
terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.
Keluarga Bapak S juga terlihat antusias setiap
kedatangan kunjungan mahasiswa, dan ikut
mendengarkan proses interaksi. Bapak S turut ikut
berpartisipasi juga apabila sedang tidak ada pekerjaan,
namun biasanya hanya sebentar karena harus bekerja
dan melakukan aktivitas lainnya. Keluarga juga
menerima masukan dari mahasiswa dengan
menerapkan cara perawatan keluarga dengan masalah
kesehatan dan melaporkan hasilnya pada mahasiswa.
Keluarga
mengungkapk
an masalah
kesehatan
yang dialami
secara benar
√ Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang riwayat
kesehatan dan keluhan saat ini, anggota keluarga
menjawab pertanyaan dengan jujur, beberapa
dibuktikan oleh bukti autentik, misalnya kartu KMS
posyandu dari An S dan rutinitas Ibu L mengunjungi
posyandu setiap bulan. Keluhan kesehatan yang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 6
EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S
PK KKMP KOMUNITAS
diungkapkan keluarga telah diklarifikasi dengan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Menurut keluarga, keberadaan mahasiswa bermanfaat
untuk memperoleh informasi tentang manajemen
kesehatan keluarga dan membantu keluarga mengatasi
masalah kesehatan yang ada.
Keluarga
menerima
pelayanan
kesehatan
yang diberikan
sesuai dengan
rencana
keperawatan
√ Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada
keluarga selama 10 kali kunjungan, terdapat 3 masalah
keperawatan yang ada, yaitu nutrisi kurang pada An.
S, ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S,
dan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
pada An. S. Selama intervensi keluarga diberikan oleh
mahasiswa terhadap 2 masalah utama, keluarga
menerima setiap jenis intervensi yang dilakukan.
Setiap diskusi, Ibu L tampak antusias untuk
mendengarkan, bertanya, dan melaporkan hasil
tindakan mandiri yang telah dilakukan oleh keluarga,
misalnya saat Ibu L memasak makanan kesukaan
anak, menemani anak saat makan, memodifikasi menu
makan anak, melakukan inhalasi sederhana pada anak,
dan memberikan makanan yang bergizi. Ibu L
mendiskusikan tentang pemilihan menu makanan dan
mulai melakukan upaya memasak sayuran untuk anak.
Dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan, dua
diagnosa telah diselesaikan.
Keluarga
melakukan
tindakan
pencegahan
√ Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan
terhadap masalah kesehatan yang dialami, diantaranya:
Memasak dan menyediakan makanan kesukaan anak
Menemani anak saat makan
Menyediakan air minum sesuai kebutuhan anak
Melakukan teknik nhalasi sederhana
Keluarga
melakukan
promosi
kesehatan
secara aktif
√ Keluarga belum mampu melakukan promosi kesehatan
secara aktif, karena :
Belum dapat menyediakan lingkungan yang sesuai
untuk masalah ISPA
Belum mengurangi jajan makanan yang kurang
memiliki nilai gizi
Belum
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Penyusunan Menu dengan Gizi Seimbang berdasarkan Triguna Makanan
sebagai Intervensi untuk Mengatasi Masalah Gizi Kurang pada Balita
Fitri Anggraeni Harahap
1; Ns Tri Widyastuti H., S.Kep
2
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424
Email: [email protected]
Abstrak
Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada masyarakat
perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan
keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan
nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang
bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga.
Intervensi ynag menjadi unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang
pada balita berdasarkan triguna makanan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan berat badan pada balita kelolaan. Ibu L melaporkan bahwa telah menyediakan
makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah
melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.
Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan
Abstract
Proverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially
malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process
of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem on toodler children. Implementation to
the family is consisting of the cognitive, affective, and psychomotor that uses the five family
health tasks. Nursing interventions that become the main intervention is scheduling of
nutritionally balanced menus based on triguna makanan for toddler. The evaluation results of
nursing care plan effective to make toddler gain weight. Mrs. L, client S’s mother, reported
that she had provided food according to triguna makanan. Mr. S’s family reported that the
family has made efforts to provide the food with balanced nutrition to their children.
Keywords: Toddlers, Malnutrition, Nutritional Balance (Triguna makanan)
PENDAHULUAN Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di
Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor,
salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor
ekonomi, yaitu kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat perkotaan. Kemiskinan menjadi
salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan
rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya
berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration,
2000).
Karya Ilmiah Akhir-Ners
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Masalah gizi buruk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2004 mencapai
28,4% termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk (Depkes, 2004). Prevalensi gizi kurang dan buruk pada
tahun 2007 di Jawa Barat sebesar 15% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 13% (Depkes RI, 2011). Data
tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di bawah prevalensi nasional dan cenderung mengalami
penurunan. Dinas kesehatan Kota Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 07 bertujuan untuk melakukan
asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang.
Berdasarkan lokakarya mahasiswa keperawatan S2 RW 07 termasuk salah satu daerah dengan jumlah balita
yang mengalami masalah gizi cukup tinggi. Pada awal praktik dilakukan upaya screening pada kegiatan
posyandu yang dilakukan di RW 07 untuk menemukan balita dengan masalah gizi kurang dan dilakukan upaya
tindak lanjut.
Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga bertujuan untuk melakukan
intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat
meningkatkan status gizi balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga
Bapak S, khususnya An S selama 7 minggu. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada An S seperti tampak
kurus, sering menangis, rambut kemerahan dan tipis, serta IMT berada di bawah persentil -3SD dimana
termasuk dalam kategori gizi buruk (Kemenkes, 2011).
METODOLOGI Studi kasus pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
pada anak balita. studi ini dilakukan dengan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dari tahap pengkajian,
penegakkan diagnosis, perencanaan intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
HASIL Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun) dengan tahap
perkembangan keluarga dengan pra sekolah. Keluarga Bapak S memiliki dua orang anak yaitu An H (5 tahun)
dan An S (17 bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah
hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An H, dan An S. Keluarga Bapak S merupakan
pendududk baru di RT 02 RW 07 Cisalak Pasar.
An S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr, dan usia kehamilan 31 minggu disebabkan oleh solusio plasenta
yang dialami ibu L. Menurut Ibu L, sejak bayi BB An S susah untuk naik, karena selama satu bulan dirawat di
rumah sakit, BB An S hanya naik 2 ons. Ibu L membawa An S pulang paksa dengan alasan biaya yang sudah
tidak ada lagi. Saat ini pun, BB An S susah untuk naik, dari bulan sebelumnya BB tidak naik, dan bila naik
hanya 1 ons dalam waktu satu bulan. Ibu mengatakan An S memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih sering
mengemil makanan cemilan. An S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi, dan sering tidak
menghabiskan prosi makannya. Ibu S nampak memiliki pengetahuan yang kurang terkait gizi ketika ditanya oleh
mahasiswa. Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam memberikan makan pada An S.
Ibu L bersama mahasiswa melakukan kunjungan ke puskesmas untuk memeriksakan An S yang telah mengalami
batuk pilek lebih dari 3 hari. Dilakukan pengukuran antropomtri pada An A, dan didapatkan hasil BB An S
adalah 7,2 kg dengan usianya 17 bulan, melalui kartu KMS An S berada di bawah garis merah dan termasuk
dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran TB yaitu 75 cm dan melihat melalui tabel antropometri An S
berada di bawah pecentil -3 SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An S adalah 76 cm, dan dalam
kategori normal untuk PB/U. LILA 9,5 cm dan menurut tabel (z-scores) termasuk dalam kategori gizi buruk,
yaitu di bawah – 3 SD.
Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat
ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S.
Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah
diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S.
Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian gizi seimbang,
pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang.
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivas keluarga untuk
memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Mendiskusikan bersama keluarga cara
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
mengatasi masalah gizi kurang, yaitu dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan
bahan makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar, jumlah porsi makan sesuai
dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan
jadwal makan anak, dan cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan dengan
gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah
makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada si sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.
Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan
keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa
melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S
mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons. Saat ini Anak S masih berada pada status nutrisi gizi
kurang.
Intervensi terkait triguna makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang mengandung gizi seimbang pada balita
dapat terpenuhi. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa
mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010). Keluarga seharusnya dapat menyadari pentingnya
pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan baik, mengatur keuangan, menyediakan menu
dengan gizi seimbang, menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada di masyarakat (Widyatuti, 2001).
Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan
menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut
Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang mengandung karbohidrat, protein, vitamin,
dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak. Wong (2008) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita
lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas.
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan
melalui penimbangan berat badan An S, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 4 ons,
yaitu dari 7,2 kg menjadi 7,6 kg. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan
makanan dengan gizi seimbang kepada anak.
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi,
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan untuk
perawatan gizi kurang.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak S berada pada
tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan
masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan,
keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana
sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga
melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
PEMBAHASAN Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Cimanggis dengan luas wilayah
Kelurahan Cisalak Pasar 1,71 km2
dengan jumlah total penduduk adalah 24.617 jiwa, dengan pembagian usia
terdiri dari usia 0-4 tahun jumlah laki-laki 1235 orang. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 rukun warga (RW).,
salah satu diantaranya adalah RW 07. Jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170 orang. Hasil
screening terhadap balita di Rw 07 pada kegiatan posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 12,1%.
Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang
memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah
perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan
dengan kemiskinan yang terjadi di RW 07.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Status
ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Potts & Mandleco (2007) mengemukakan
pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi
kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.
Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi, salah satunya terjadi di wilayah RW
07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang,
yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah perkotaan ditandai dengan adanya pasar.
Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW
07. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas
kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi
Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan
keluarga. Intervensi utama yang dilakukan terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyusunan menu
makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada anak balita. Pemilihan intervensi tersebut
dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya pemenuhan zat gizi yang seimbang pada balita.
Keluarga diharapkan dapat menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai
salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi balita.
Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut
Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan
dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi balita
(Hidayati, 2011). Potts & Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang
signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan
kemiskinan.
Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam
keluarga dilakukan melaui peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan merupakan
prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi
makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan
mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa
mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010).
Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan
keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa
melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S
mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons.
Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan
menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut
Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas,
atau dapat dikatakan apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang dikonsumsi.
Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan makanan dengan menu gizi seimbang.
Hal ini merupakan salah satu cara perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini
dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak S nampak hanya memakan
makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena
kurangnya variasi dalam makanan. Triguna makanan ini dapat meningkatkan informasi pada keluarga tentang
nutrisi serta bagaimana cara membuat dan mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08
kali mempunyai anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik.
Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam
menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat
dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung
oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan
ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran
keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada balita sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan
mengenai triguna makanan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
SIMPULAN Penulisan ini dapat menggambarkan bahwa peran perawat komunitas dalam pemberian asuhan keperawatan
melalui pendekatan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai gizi seimbang, dan dapat
meningkatkan status kesehatan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita. Upaya pemberian promosi
kesehatan dapat dilakukan dengan menjelaskan tentang penyusunan menu dengan gizi seimbang pada balita
berdasarkan triguna makanan. Pemenuhan gizi balita dengan memperhatikan kandungan zat-zat gizi seperti zat
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur dalam triguna makanan sangat penting untuk diterapkan dalam
mengatasi masalah gizi kurang. Masalah gizi, terutama gizi kurang dan gizi buruk yang terdapat dalam
masyarakat perkotaan disebabkan oleh faktor ekonomi dan ketidakmampuan keluarga dalam menyediakan
makanan bergizi. Masalah nin perlu ditangani segera dengan melibatkan berbagai pihak, salah satunya adalah
perawat komunitas dan puskesmas Cimanggis agar masalah gizi dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri
kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga.
Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan.
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th
ed).
California: Appleton and Lange.
Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi
balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana.
Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th
ed). Philippine : Argonauta
Corporation.
Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Ipediatric nursing: caring for children and their families. 2th
edition. Canada:
Thomson Delmar Learning.
Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice. Philadelphia: WB. Saunders.
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th
ed). St Louis United States: Mosby Inc.
Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End
Human Poverty in 2015. http://mdgs.un.org.
Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan
Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013