Asuhan Keperawatan Ima Kelompok 1
Transcript of Asuhan Keperawatan Ima Kelompok 1
KONSEP HIPERTENSI
dan
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPERTENSI
KELOMPOK 1:
MUSTHIKA WIDA MASHITAH 0810720001
NOORASANI MANDA M. 0810720002
PUTU ARI SADHU P. 0810720004
WINDA AGUSTINA 0810720005
ADHE JULIANCE 0810720006
ADITYA TRI WASKITO 0810720008
AKHIYAN HADI SUSANTO 0810720009
ANANG BUDI 0810720011
ANUGERAH EKA P. 0810720013
APRILIA NUR A. 0810720014
ARMY KHOIRUNNISA 0810720015
AYU LADY PRISTICA 0810720017
CHIKA JUNI 0810720018
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2010
PENDAHULUAN
Dalam dekade terakhir ini perkembangan dalam diagnosis dan pengobatan
penyakit jantung amat pesat. Begitu pula perkembangan dalam diagnosis dan
pengobatan penderita dengan Gawat Jantung yang biasanya melibatkan peralatan-
peralatan yang canggih dengan biaya yang mahal dan obat-obatan yang sangat
mahal pula.
Penyakit jantung iskemik hingga kini masih merupakan masalah dalam dunia
medis di seluruh dunia. Di negara-negara maju revaskularisasi dapat lebih cepat
dikerjakan dengan fasilitas yang jauh lebih memadai dibandingkan dengan negara-
negara berkembang. Meskipun demikian, angka jumlah gagal jantung di Amerika
Serikat masih tetap tinggi yaitu sekitar 5 juta orang dan setiap tahun terdapat sekitar
400.000 kasus gagal jantung baru, dengan penyebab terbanyak adalah infark
miokard. Hal ini menunjukkan terapi yang dilakukan masih memiliki banyak
keterbatasan dalam mencegah terjadinya remodeling ventrikel.
Semakin meningkatnya jumlah penduduk usia tua akan menyebabkan penyakit
infark miokard menjadi masalah yang penting pada beberapa dekade mendatang.
Keterbatasan terapi saat ini telah membawa para peneliti dunia medis untuk
menemukan suatu metode untuk mengusahakan terjadinya regenerasi dan
perbaikan otot jantung yang telah mengalami kerusakan.
Ditinjau dari dunia keperawatan, penyakit jantung iskemi banyak memberikan
respon komplikasi pada penderita. Mulai adanya gangguan keterbatasan fisik
sampai gangguan perubahan mental. Asuhan keperawatan yang holistik merupakan
kunci pokok perawat untuk mengatasi masalah kebutuhan dasar klien selain
penanganan penatalaksanaan medis. Sehingga perawat harus mampu melakukan
pengkajian yang sistematis dan menyeluruh dengan landasan berfikir kritis.
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN INFARK MIOKARD AKUT (IMA)
A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi (Identitas pasien)
Identitas pasien yang diperlukan biasanya: no Reg, nama, umur tempat
tinggal, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, ras/ suku, status perkawinan,
pekerjaan, satus imigrasi, perilaku beresiko dan nama anggota keluarga atau
orang yang dapat dihubungi.
a) Nama : Tn. Hendriks
Umur : 60 th
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : menikah
b) Diagnosa medis : Infark Miokad Akut (IMA)
2. Anamnesis
Anamnesis penyakit terdiri atas keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayata penyakit keluarga, riwayat penyakit terdahulu dan kondisi psikologis
klien
Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sult bernafas, dan pingsan.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan
serangkaian pertanyaan nyeri dada klien secara QPRST adalah sebagai
berikut:
Provooking incident
Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah
diberikan nitrogliserin
Quality of Pain
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
Sifat keluhan nyeri seperti tertekan
Region, radiation, relief
Lokasi nyeri di daerah subtermal atau nyeri di atas pericardium.
Penyebaran dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
Severity (scale) of pain
Klien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0 – 5 dan klien akan
menilai seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat
angina skala nyeri berkisar ntara 4 – 5 skala (0 – 5).
Time
Sifat mula timbulnya (onset), gejala timbul secara mendadak. Lama
timbulnya (durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri infark
miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, biasanya lebih parah dan
berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium
meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi
(hipertensi), DM, dan hiperlipidemia. Selain itu dtanyakan mengenai obat-
obatan yang biasanya diminum dimasa lalu yang masih relevan. Mencatat
adanya efek samping yang timbul. Tanyakan juga mengenai alergi yang
timbul obat dan reaksi alergi apa yang timbul. Seringkali klien tidak bisa
membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping obat.
Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyait yang pernah dialami oleh keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal ditanyakan juga
penyebabnya. Penyakit jantung iskemik pada orng tua yang timbulnya
pada usia muda merupakan factor risiko utama untuk penyakit jantung
iskemik pada keturunannya.
Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasaan
sosial ditanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup.
Misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok juga dikaji
dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok sudah berapa lam,
berapa batang perhari, dan jenis rokok.
Psikologis
Adanya keluhan nyeri dada yang sangat hebat dan sesak nafas akan
memberikan dampak pikologis negatif pada klien. Klien infark miokardium
akut dengan nyeri akan mengalami kecemasan berat sampai ketkutan
akan kematianpenting bagi perawat untuk memahami adanya kecemasan
berat yang dapat memberikan respons patologis sehingga menyebabkn
terjadinya serangkaian mekanisme pengeluaran hormone
Kecemasan juga akan menstimulasi respons syaraf simpatis untuk
menjawab respons fight or flight dengan upaya peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah dengan manfestasi adanya terjadinya vasokonstriksi
pembuluh darah. Vasokonstriksi, peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah akan memperberat kondisi jantung serta meningkatkan konsumsi
miokardium, sehingga dapat memperberat kondisi iskemia dan akan
memperluas area infark pada miokardium.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendknya diperhatikan
kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis maka pertanyaan yang
diajukan bukan pertanyaan terbuka, tetapi pertanyan tertutup yang
jawabannya “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang dapat dijawb dengan gerak
tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan kepala sja, sehingga tidak
memerlukan energy besar.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 210/110 mmHg
b. Nadi : 88 X / menit
c. TB dan BB
d. Respiratory Rate : Pada IM, pasien biasanya mengalami
peningkatan RR
e. Hearth Rate : Lebih dari 100, karena stimulasi saraf simpatik,
rasa sakit, atau curah jantung rendah
f. GCS
b) Pemeriksaan Fisik Kepala – Genitalia
a. Kepala dan Leher
Kaji apakah klien menunjukkan wajah meringis, perubahan postur
tubuh, menangis, merintih meregang, dan menggeliat
Kaji tingkat kesadaran klien dengan pemeriksaan GCS
Kaji ada tidaknya suara pelo atau suara dengkur berat pada klien
saat tidur yang menunjukkan efek dari obat anti pembekuan darah
Kaji ada tidaknya perubahan dalam pengindraan yang
menunjukkan bahwa jantung tidak mampu memompa darah yang
cukup untuk oksigenasi otak
b. Thorax
Pencatatan EKG 12 lead
Pengkajian skala nyeri dada dari 0 – 10
Pengkajian PQRST mengenai nyeri dada pasien
Kaji apakah pasien merasa sesak, frekuensi napasnya normal atau
tidak
Kaji jika klien merasa tercekik saat bernapas, hal ini disebabkan
karena pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan
akhir diastolikdari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis
Kaji apakah klien mengalami batuk kering pendek yang merupakan
tanda gagal jantung
Pantau frekuensi dan irama jantung secara kontinue, bila terjadi
disritmia menunjukkan bahwa jantung kekurangan oksigen
Auskultasi bunyi jantung : kaji ada tidaknya bunyi S3, S4, dan
murmur jantung yang menunjukkan abnormalitas
c. Abdomen
Palpasi abdomen untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan di
keempat kuadran
Auskultasi bising usus, perhatikan ada tidaknya penurunan
motilitas usus
Kaji ada tidaknya darah pada feses klien
Kaji adanya rasa mual dan muntah pada klien
Kaji pola makan klien, apakah sebelumnya ada peningkatan
konsumsi garam dan lemak
d. Ekstremitas
Kaji tentang adanya penjalaran rasa nyeri ke ekstremitas
Palpasi denyut nadi perifer, apakah terasa lemah atau tidak
(menunjukkan adanya penyumbatan aliran darah)
Kaji perfusi pada daerah ekstremitas melalui pemeriksaan CPR
dan mengevaluasi warna kulit klien pada kuku, selaput mukosa dan
cuping telinga. Pada pasien yang mengalami gangguan perfusi,
akan menunjukkan warna biru atau ungu
d) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardiogram (EKG)
Untuk mengetahui fungsi jantung : inversi T, ST elevasi, dan Q
patologis.
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris yang menandakan adanya iskemi. Setelah itu,
terdapat elevasi segmen ST yang menandakan adanya injuri atu cedera
otot jantung. Selanjutnya perubahan yang terjadi kemudian ialah
adanya gelombang Q atau Q-patologis yang menandakan adanya
nekrosis atau infark.
Normal
Gelombang P depolarisasi atrium
Gelombang Q depolarisasi di berkas his
Gelombang R depolarisasi menyebar dari
bagian dalam ke bagian luar dasar ventrikel
Segmen PR waktu yang dibutuhkan oleh
impuls dari SA node ke AV node; terjadi
perlambatan AV node
Gelombang S depolarisasi menyebar naik
dari bagian dasar ventrikel
Kompleks QRS depolarisasi ventrikel
Segmen ST waktu sejak akhir
depolarisasi ventrikel sebelum terjadi
repolarisasi (fase plateau); saat terjadi
kontraksi dan pengosongan ventrikel
Gelombang T repolarisasi atrium
Area Iskemia (inversi
Iskemia miokard merupakan kondisi pada
saat jantung tidak mendapatkan oksigen
secara adekuat sehingga menyebabkan
gelombang T membesar dan terbalik akibat
gelombang T) gangguan repolarisasi lambat.
Area cedera
(elevasi segmen ST)
Apabila terdapat cedera miokard epikardium
maka sel-sel yang mengalami cedera
terdepolarisasi normal tetapi juga terpolarisasi
lebih cepat daripada sel-sel normal sehingga
segmen ST meninggi
Area infark (Q Patologis)
Pada infark, tidak ada arus depolarisasi yang
dihantarkan oleh jaringan nekrotik dan karena
arus balik mengalir dari bagian jantung yang
lain sehingga menimbulkan gelombang Q
patologis.
2. Enzim Jantung
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CK-MB
Kreatinin kinase (CK) – isoenzim MB mulai naik dalam 6 jam,
memuncak dalam 18 – 24 jam dan kembali normal antara 3 – 4 hari,
tanpa terjadinya neurosis baru. Enzim CK – MB sering dijadikan
sebagai indikator Infark Miokard.
b. LDH/HBDH
Laktat dehidrogenase (LDH) mulai meningkat dalam 6 – 12 jam,
memuncak dalam 3 – 4 hari dan normal 6 –12 hari.
c. AST/SGOT
Aspartat aminotransferase serum (AST) mulai meningkat dalam 8 –
12 jam dan bertambah pekat dalam 1 – 2 hari. Enzim ini muncul
dengan kerusakan yang hebat dari otot tubuh.
SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari
12 mU/ml. Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12-48 jam
sesudah serangan dan akan kembali kenilai normal pada hari ke 4
sampai
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi dan hiperkalemi.
4. Sel darah putih
Leukosit (10.000 - 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI yang menunjukkan adanya
reaksi inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut
atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi atrium, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel
miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu
dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark
dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktivitas atau sering
dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase
penyembuhan.
B. ANALISA DATA
NO. DATA PENUNJANG MASALAH PENYEBAB
1. DO:
- EKG:
ST elevasiiskemia
Q patologisinfark
- TD210/110 mmHg
hipertensi
- ND 88x/mntnormal
DS:
- Nyeri dada sebelah kiri
- Nyeri menyebar ke
lengan
- Wajah meringis
- Gelisah
- Perubahan kesadaran
Nyeri (Akut) Iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri
koroner
2. - Resiko tinggi curah
jantung menurun
- Perubahan frekuensi,
irama, konduksi elektrikal
- Penurunan preload /
peningkatan tahanan
vascular sistemik (TVS)
- Otot infark/diskinetik,
kerusakan structural, ex.
aneurisme ventrikuler,
kerusakan septal
3.
-
Resiko tinggi
kerusakan perfusi
perifer
Menurunnya curah jantung
4. DS:
- takut
- peningkatan tegangan,
gelisah, wajah tegang
- ragu-ragu
- keluhan
somatik/rangsang
simpatik
- fokus pada diri sendiri
ekspresi masalah
tentang kejadian saat ini
- perilaku
menantang/menghindar
Ansietas / ketakutan - Ancaman / perubahan
kesehatan & status
sosioekonomi
- Ancaman kehilangan /
kematian
- Tidak sdar konflik tentang
esensi nilai, keyakinan,
tujuan hidup
- Transmisi interpersonal /
penularan
5. DS:
penolakan diri terhadap
situasi
Koping individu
inefektif
prognosis penyakit,
gambaran diri yang salah,
dan perubahan peran
6. DO:
- disritmia
- perubahan
warna/kelembaban kulit
- angina waktu kerja
DS: kelemahan umum
Intolerans aktivitas - Ketidakseimbangan suplai
O2 miokard & kebutuhan
- Adanya iskemia / nekrotik
miokard
- Efek obat depresan
jantung / penyakat-β,
antidisritmia
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi,
intensitas, durasi), catat setiap respon
verbal/non verbal, perubahan hemo-
Menurunkan rangsang eksternal
yang dapat memperburuk
keadaan nyeri yang terjadi.
dinamik
2. Berikan lingkungan yang tenang dan
tunjukkan perhatian yang tulus kepada
klien.
Menurunkan rangsang eksternal
yang dapat memperburuk
keadaan nyeri yang terjadi.
3. Bantu melakukan teknik relaksasi
(napas dalam/perlahan, distraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi)
Membantu menurunkan persepsi-
respon nyeri dengan
memanipulasi adaptasi fisiologis
tubuh terhadap nyeri.
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi:
- Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-
Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
- Beta-Bloker seperti atenolol
(Tenormin), pindolol (Visken),
propanolol (Inderal)
- Analgetik seperti morfin, meperidin
(Demerol)
- Penyekat saluran kalsium seperti
verapamil
(Calan), diltiazem (Prokardia).
- Nitrat mengontrol nyeri melalui
efek vasodilatasi koroner yang
meningkatkan sirkulasi koroner
dan perfusi miokard.
- Agen yang dapat mengontrol
nyeri melalui efek hambatan
rangsang simpatis.(Kontra-
indikasi: kontraksi miokard yang
buruk)
- Morfin atau narkotik lain dapat
dipakai untuk menurunkan nyeri
hebat pada fase akut atau nyeri
berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.
- Bekerja melalui efek vasodilatasi
yang dapat meningkatkan
sirkulasi koroner dan kolateral,
menurunkan preload dan kebu-
tuhan oksigen miokard.
Beberapa di antaranya bekerja
sebagai antiaritmia.
2. Risiko menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan perubahan
frekuensi, irama, konduksi elektrikal
- Tujuan: dalam waktu 2x24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung.
- Kriteria hasil : hemodinamika stabil ( tekanan darah dalam batas normal,
curah jantung kembali meningkat, asupan dan keluaran sesuai, irama
jantung tidak menunjukkan tanda- tanda disritmia), produksi urine >600
ml/hari.
INTERVENSI RASIONAL
Ukur tekanan darah. Bandingkan
tekanan darah kedua lengan, ukur
dalam keadaan berbaring, duduk, atau
berdiri bila memungkinkan
Hipotensi dapat terjadi akibat disfungsi
ventrikel, hipertensi juga fenomena
umum berhubungan dengan nyeri
cemas yang mengakibatkan terjadinya
pengeluaran katekolamin
Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya kekuatan
nadi
Auskultasi dan catat terjadinya bunyi
jantung S3/S4
S3 berhubungan dengan gagal jantung
kronis atau gagal mitral yang disertai
infark berat. S4 berhubungan dengan
iskemia, kekakuan ventrikel, atau
hipertensi pulmonal
Auskultasi dan catat murmur Menunjukkan gangguan aliran darah
dalam jantung akibat kelainan katup,
kerusakan septum, atau vibrasi otot
papilaris
Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung
dapat menunjukkan adanya komplikasi
disritmia
Berikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering dan mudah dikunyah, batasi
asupan kafein.
Makanan dengan porsi besar dapat
meningkatkan kerja miokardium. Kafein
dapat merangsang langsung ke
jantung sehingga meningkatkan
frekuensi jantung
Kolaborasi:
* pertahankan jalur IV pemberian
heparin (IV) sesuai indikasi
Jalur yang paten penting untuk
pemberian obat darurat
*pantau data laboraturium enzim Enzim dapat digunakan untuk
jantung, GDA dan elektrolit memantau perluasan infark, perubahan
elektrolit terpengaruh terhadap iramaka
jantung
3. Resiko tinggi kerusakan perfusi perifer berhubungan dengan menurunnya
curah jantung
- Tujuan : dalam waktu 1x24jam perfusi perifer meningkat.
- Kriteria hasil: klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT <
3 detik, urine > 600 ml/hari
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi TD. BandingkaN kedua
lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri bila
memungkinkan.
hipotensi dapat terjadi sampai dengan
disfungsi ventrikel. Hipertensi juga
merupakan fenomena umum
berhubungan dengan nyeri cemas
karena pengeluaran katekolamin
Kaji status mental klien secara teratur Mengetahui derajat hipoksia pada
otak
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
perifer, dan diaphoresis secara teratur.
Mengetahui derajat hipoksemia dan
peningkatan tahanan perifer.
Kaji adanya kongesti hepar dan
abdomen kanan atas
Sebagai dampak gagal jantung kanan.
Jika berat, akan ditemukannya tanda
kongesti.
Pantau urine output Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya produksi
urine, pemantauan yang ketat pada
produksi >600 ml/hari merupakan
tanda-tanda terjadinya syok
kardiogenik
Catat adanya keluhan pusing Keluhanpusing merupakan manifestasi
penurunan suplai darahke jaringan
otak yang parah.
Catat mumur Menubjukkan gangguan aliran darah
dalam jantung,(kelainan katup,
kerusakan septum, atau vibrasi otot
papilar).
Pantau frekuensi jantung dan irama. Perubahan frekuensi dan irama jantng
menunjukkan komplikasi disritmia
Berikan makanan kecil/mudah
dikunyah, batasi kafein
Makanan besar dapat meningkatkan
kerja miokardium. Kafein dapat
merangsang langsung ke jantung,
sehingga meningkatkan frekuensi
Klaborasi :
Pertahankan cara masukheparin (IV)
sesuai indikasi.
Jalur yang paten penting untuk
pemberian obat darurat.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman/ perubahan kesehatan dan status
sosioekonomi, ancaman kehilangan/ kematian, tidak sadar konflik tentang
esensi nilai, keyakinan dan tujuan hidup, transmisi interpersonal/ penularan;
nyeri dada dan prosedur
- Tujuan : pasien memperlihatkan penurunan ansietas dan
mendemonstrasikan keefektifan koping
- Kriteria hasil : dalam waktu 1 x 24 jam, pasien mampu mengenal
perasaanya, mengidentifikasi-nya, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, menyatakan penurunan ansietas/ takut,
mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah positif,
mengidentifikasi sumber secara tepat
Hasil yang disarankan NOC:
- Kontrol Agresi: kemampuan untuk menahan perilaku kekerasan,
kekecauan, atau perilaku destruktif pada orang lain
- Kontrol Ansietas: kemampuan untuk menghilangkan/ mengurangi
perasaan khawatir dan tegang dari satu sumber yang tidak dapat
diidentifikasi
- Koping: tindakan untuk mengatasi stresor yang membebani sumber-
sumber tertentu
- Kontrol Impuls: kemampuan untuk manahan diri dari perilaku kompulsif/
impulsif
- Penahanan Mutilasi Diri: kemampuan untuk berhenti dari tindakan yang
mengakibatkan cedera diri sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan
- Keterampilan Interaksi Sosial: pengguanaan diri untuk melakukan
interaksi yang efektif
Intervensi prioritas NIC
- Pengurangan Ansietas: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan,
berprasangka atau rasa gelisah yang dikaitkan dengan sumber yang tidak
dapat diidentifikasi dari bahaya yang dapat diantisipasi
Intervensi Keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring
Identifikasi dan ketahui persepsi pasien
terhadap ancaman/ situasi. Dorong
mengekspresikan dan jangan menolak
perasaan marah, kehilangan , takut, dll.
Koping terhadap nyeri dan trauma emosi
IM sulit. Pasien dapat takut mati dan
cemas akan lingkungan. Cemas
berkelanjutan mungkin terjadi dalam
berbagai derajat selama beberapa waktu
dan dapat dimanifestasikan oleh gejala
depresi.
Catat adanya kegelisahan, menolak,
menyangkal (afek tak tepat/ menolak
mengikuti program medis)
Penelitian menunjukkan beberapa hu-
bungan antara derajat/ ekspresi marah/
gelisah dan peningkatan risiko IM.
Kaji tanda verbal/ nonverbal kecemasan
dan tinggal dengan pasien. Lakukan tin-
dakan bila pasien menunjukkan perilaku
merusak.
Intervensi dapat membantu pasien
meningkatkan kontrol terhadap perilaku-
nya sendiri.
Kaji kebutuhan konseling spiritual dan
arahkan sesuai kebutuhan.
Jika pasien menemui dukungan dalam
spiritual, konseling spiritual mungkin da-
pat mengurangi ansietas dan ketakutan.
Mandiri
Mempertahankan gaya percaya (tanpa
keyakinan yang salah).
Pasien dan orang terdekat dapat dipe-
ngaruhi oleh cemas/ ketidaktenangan
anggota tim kesehatan. Penjelasan yang
jujur dapat menghilangkan kecemasan.
Terima tetapi jangan diberi penguatan
terhadap penggunaan penolakan. Hin-
dari konfrontasi.
Menyangkal dapat menguntungkan da-
lam menurunkan kecemasan tapi dapat
menunda penerimaan terhdapa kenya-
taan situasi saat ini.
Orientasikan pasien/ orang terdekat ter-
hadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan. Tingkatkan partisipasi bila
mungkin.
Perkiraan dan informasi dapat menurun-
kan kecemasan pasien.
Jawab semua pertanyaan secara nyata.
Berikan informasi konsisten, ulangi se-
suai indikasi.
Informasi yang tepat dapat menurunkan
takut, hubungan yang asing antara
perawat–pasien, dan membantu pasien/
orang terdekat untuk menerima situasi
secara nyata.
Dorong pasien/ orang terdekat untuk
mengkomunikasikan dengan seseorang,
berbagai pertanyaan dan masalah.
Berbagi informasi membentuk dukungan/
kenyamanan dan dapat menghilangkan
tegangan terhadap kekhawatiran yang
tidak diekspresikan.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis penyakit,
gambaran diri yang salah, dan perubahan peran.
- Tujuan: klien mampu mengembangkan koping yang pasif
- Kriteria hasil:
Dalam waktu 1x24 jam klien kooperatif pasa setiap intervensi keperawatan
ditandai dengan
1) klien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi
2) mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
3) mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri.
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring :
Kaji perubahan dari gangguan
persepsi dan hubungannya
dengan derajat ketidakmam
puan.
Menentukan bantuan individu dalam
menyusun rencana keperawatan
atau pemilihan intervensi.
Mandiri :
1. Identifikasi arti kehilangan atau
disfungsi pada klien.
2. Anjurkan klien untuk
mengekspresikan perasaan,
termasuk permusuhan dan
kemarahan.
3. Catat ketika klien menyatakan
terpengaruh seperti sekarat atau
mengingkari dan menya takan
inilah kematian.
Beberapa klien dapat menerima dan
mengatur perubahan fungsi secara
efektif dengan sedikit penyesuaian
diri. Sedangkan yang lain
mempunyai kesulitan memban
dingkan mengenal dan mengatur
kekurangan.
Menunjukkan penerimaan, mem
bantu klien untuk mengenal dan
mulai menyesuaikan dengan pe
rasaan tersebut.
Mendukung penolakan terhadap
bagian tubuh atau perasaan negatif
terhadap gambaran tubuh dan
kemampuan yang menunjukkan
kebutuhan dan intervensi serta
4. Pernyataan pengakuan tehadap
penolakan tubuh, mengingatkan
kembali fakta kejadian tentang
realitas bahwa masih dapat
menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang
sehat.
5. Dukung perilaku atau usaha
seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas
rehabilitasi.
6. Dukung penggunaan alat-alat
yang dapat mengadaptasikan
klien, tongkat, alat Bantu jalan,
dan tas panjang untuk kateter.
7. Pantau gangguan tidur
peningkatan kesulitan
kosentrasi., letargi, dan menarik
diri
dukungan emosional.
Membantu klien untuk melihat
bahwa perawat menerima kedua
bagian sebagai bagian dari seluruh
tubuh. Mengizinkan klien untuk
merasakan adanya harapan dan
mulai menerima situasi baru.
Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang
peran individu pada masa
mendatang.
Meningkatkan kemandirian untuk
membantu pemenuhan kebutuhan
fisik dan menunjukkan posisi untuk
lebih aktif dalam kegiatan sosial.
Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi. Umumnya terjadi sebagai
pengaruh dari stroke dimana
memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.
Pendidikan Kesehatan :
1. Bantu dan anjurkan
perawatan yang baik dan
memperbaiki diri.
2. Anjurkan orang terdekat
untuk mengizinkan klien
melakukan sebanyak-banyak
nya hal-hal untuk dirinya.
Membantu meningkatkan perasaan
harga diri dan mengontrol lebih dari
area kehidupan.
Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta
mempengaruhi proses rehabilitasi.
Kolaborasi :
Rujuk pada ahli neurologi dan
konseling bila ada indikasi.
Dapat memfasilitasi perubahan
peran yang penting untuk
perkembangan.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi perifer dari
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
- Tujuan: Aktivitas meningkat secara bertahap
- Kriteria hasil:
1 x 24 jam, klien tidak mengeluh pusing.
1 x 24 jam, TTV klien dalam keadaan normal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Catat frekuensi jantung, irama dan
perubahan TD selama dan sesudah
aktivitas
1.Respons klien terhadap aktivitas
dapat mengindikasikan penurunan
oksigen miokardium
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
dan berikan aktivitas senggang
2. Menurunkan kerja miokardium atau
konsumsi
3. Anjurkan untuk menghindari
peningkatan tekanan abdomen
3.Dapat mengakibatkan brakikardi,
menurunkan curah jantung, dan
takikardi serta peningkatan TD
4. Jelaskan pola peningkatan bertahap
dari tingkat aktivitas. Contoh: bangun
dari kursi, bila tidak ada nyeri,
ambulansi, dan istirahat selama 1jam
setelah makan.
4.Aktivitas yang maju memberikan
control jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas
berlebihan
5. Rujuk ke program rehabilitasi jantung 5.Meningkatkan jumlah oksigen yang
ada
REFERENSI
Doenges, Marlyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Hopper, Paula D. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third Edition.
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Keogh J, Jackson D & DiGiulio M. 2007. Medical Surgical Nursing Demystified : a
self teaching guide.Mc Graw Hill
Price, Sylvia & Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses – proses
penyakit. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Cardiovascular. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer & Bare Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis dengan Intervensi NIC dan Kriteria
NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.