Asuhan Keperawatan Abrupsio

26

Click here to load reader

description

LP dan Askep abrupsio ari-ari atau plasenta

Transcript of Asuhan Keperawatan Abrupsio

Page 1: Asuhan Keperawatan Abrupsio

BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi

sebagai media nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya

placenta terbentuk lengkap pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang

amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.

Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke

atas kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas

korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.

Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa

organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk

pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta

melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan

penting antara ibu dan bayi.

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah

separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)

dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam

plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat

nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam

masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan.

Page 2: Asuhan Keperawatan Abrupsio

BAB II

PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR MEDIS

1.      Deskripsi

Abrupsio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal

sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif

Mansjoer. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001).

Abrupsio plasenta adalah pemisahan premature plasenta dari dinding

uterus. Biasanya terjadi setelah 20 minggu gestasi, tersering selama trimester

ketiga. Penyebab perdarahan biasanya muncul selama paru kedua kehamilan.

Prognosis janin bergantung pada usia gestasi dan banyaknya perdarahan .

Prognosis ibu baik bila hemoragi dapat diatasi. Digolongkan berdasarkan derajat

pemisahan plasenta dan beratnya gejala yang dialami ibu dan janin.

2.      Etiologi

a.       Penyebab pasti tidak diketahui

b.      Cedera traumatic

c.       Amniosentesis

d.      Hipertensi kronis atau gestasional

e.       Multi paritas

f.       Tali pusat pendek

g.      Difisiensi nutrisi

h.      Merokok

i.        Ibu berusia lanjut

j.        Tekanan pada vena kava akibat pembesaran uterus

k.      Diabetes mellitus

3.      Klasifikasi

Page 3: Asuhan Keperawatan Abrupsio

a.       Solusio plasenta ringan (pemisahan marginal)

1)      Perdarahan per vagina ringan sampai sedang

2)      Nyeri abdomen bawah tidak jelas

3)      Nyeri tekan abdomen ringan sampai sedang

b.      Solusio plasenta sedang (sekitar 50% pemisahan plasenta)

a)      Nyeri abdomen terus-menerus

b)      Perdarahan per vagina sedang berwarna merah tua

c)      Awitan gejala mendadak atau berat

c.       Solusio plasenta berat (70% pemisahan plasenta)

a)      Awitan mendadak mendadak nyeri uterus hebat dan tidak mereda

b)      Perdarahan per vagina sedang

4.      Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang

membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya

terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan

mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum

terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui

setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada

permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-

hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus

yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi

menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan

bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari

dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban

keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong

ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.

Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan

berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang

pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan

Page 4: Asuhan Keperawatan Abrupsio

nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter,

banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi

pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar

persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan

gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat

tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan

intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal

mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal

mendadak yang biasanya berakibat fatal.

Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding

uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak

berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin.

Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal,

dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai,

makin hebat umumnya komplikasinya

Rupture spontan pembuluh darah pada dinding plasenta dapat disebabkan

oleh kurangnya kekenyalan atau perubahan abnormal pada pembuluh darah

uterus. Keadaan dapat diperumit oleh hipertensi atau pembesaran uterus yang

tidak mampu berkontraksi secara adekuat untuk membebaskan untai pembuluh.

Bila perdarahan tidak diatasi, kemungkinan plasenta dapat robek sebagian atau

total.

5.      Indens

Kebanyakan terjadi pada ibu multigravida yang berusia lebih dari 35

tahun, ibu hipertensi gestasional, dan ibu pengguna kokain.

6.      Karakteristik Umum

a.       Perdarahan pervagina

b.      Nyeri abdomen

c.       Nyeri tekan pada abdomen

Page 5: Asuhan Keperawatan Abrupsio

7.      Manifestasi Klinis

a.       Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri di perut yang terus menerus, wama

darah merah kehitaman.

b.      Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah

dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus

enbois, wooden uterus).

c.       Palpasi janin sulit karena rahim keras

d.      Fundus uteri makin lama makin naik

e.       Auskultasi DJJ sering negatif

f.       KU pasien lebih buruk dari jumlah darah yang keluar

g.      Sering terjadi renjatan (hipovolemik dan neurogenik)

h.      Pasien kelihatan pucat, gelisah dan kesakitan

8.      Komplikasi

a.       Hemoragi

b.      Syok

c.       Gagal ginjal

d.      Koagulasi Intravaskuler Desiminata

e.       Kematian ibu

f.       Kematian janin

9.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Laboratorium

Kadar hemoglobin serum dan hitung trombosit menurun. Perburukan solusio

plasenta dan deteksi koagulasi intravaskuler desiminata detunjukan dengan

produk belahan fibrin.

b.      Pencitraan

Page 6: Asuhan Keperawatan Abrupsio

Pemeriksaan panggul secara ganda (persiapan untuk pelahiran secara darurat)m

dan usg menyingkirkan diagnosis plasenta previa.

10.  Penatalaksanaan

a.       Umum

1)      Perdarahan dielavuasi dan diatasi

2)      Pelahiran bayi yang memiliki kemungkinan hidup

3)      Pencegahan ganguan koagulasi

4)      Bila pemisahan plasenta berat tanpa disertai tanda-tanda kehidupan janin,

dilakukan pelahiran per vagian (kecuali terdapat kontra indikasi seperti hemoragi

yang tidak terkendali atau komplikasi lain)

5)      Tidak makan atau minum sampai pelahiran selesesai

6)      Tirah baring sampai pelahiran selesai

b.      Pengobatan

Infus cairan iv dengan kateter berdiameter besar) sesuai instruksi

c.       Pembedahan

Pelahiran sesar bila bayi mengalami distress

B.        KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Penkajian

a.       Anemnesis

1)      Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut;kadang-kadang pasien bisa melokalisir

tempat mana yang paling sakit,dimana plasenta terlepas.

2)      Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong

(Non-recurrent) terdiri dari darah segar dan beku-bekuan darah.

3)      Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti

(anak tidak bergerak lagi).

4)      Kepala terasa pusing,lemas,muntah,pucat,pandangan berkunang-kunang,ibu

kelihatan anemis tidak sesuai banyaknya darah yang keluar.

Page 7: Asuhan Keperawatan Abrupsio

5)      Kadang-kiadang ibu dapat menceritakan trauma dan factor kausal yang lain.

b.      Inspeksi

1)      Pasien gelisah,sering mengerang karena kesakitan

2)      Pucat,sianosis,keringat dingin

3)      Kelihatan darah pervaginam

c.       Palpasi

1)      Fundus uteri tambah naik  karena terbentuknya retroplasenter

hematoma;uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

2)      Uterus teraba tegang dank eras seperti papan yang di sebut uterus in

bois(woonden uterus)baik waktu his maupun di luar his

3)      Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas

4)      Bagian –bagian janin susah di kenali,Karena perut (uterus) tegang

d.      Auskultasi

Sulit karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar biasanya di atas

140,kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas

lebih dari sepertiga.

e.       Pemeriksaan dalam

1)      Serfiks bisa telah terbuka atau masih tertutup.

2)      Kalo sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol atau tegang,baik

sewaktu his atau di luar his.

3)      Kalo ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,plasenta

ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, di sebut prolapsus

plasenta,ini sering di kacaukan dengan plasenta previa.

f.       Pemeriksaan Umum

1)      Tensi semula  mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit

vaskuler,tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.

2)      Nadi cepat,kecil,filiformis

g.      Pemeriksaan laboratorium

Page 8: Asuhan Keperawatan Abrupsio

1)      Urin

Albumin(+) ,pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit

2)      Darah

Hb menurun (anemi),pemeriksaan golongan darah,kalo bisa cross match

test.Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah

a/hipofibrinogenemia,maka di periksakan pula COT (Clot Observation test)tiap 1

jam ,test kualitatif fibrinogen (fiberidex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar

normalnya 150 mg %).

h.      Pemeriksaan plasenta

Sesudah bayi dan plasenta lahir,kita periksa plasentanya.Biasanya tampak tipis

dan cekung di bagian plasenta yang terlepas(krater)dan terdapat koagulum atau

darah beku di belakang plasenta,yang di sebut hematoma retroplasenter.

i.        Temuan pemeriksaan fisik berdasarkan derajat

1)      Solusio plasenta ringan

a)      Pemantauan janin mungkin mengindikasikan iritabilitas uterus

b)      Denyut jantung janin kuat dan teratur

2)      Solusio plasenta sedang

a)      Tanda-tanda vital menunjukan syok setelahnya

b)      Nyeri uterus tetap kuat di antara kontraksi

c)      Denyut jantung janin bradikardia dan ireguler atau hampir tak terdengar

d)     Persalinan yang biasanya berlangsung 2 jam, kali ini berlangsung cepat

3)      Solusio plasenta berat

a)      Tanda-tanda vital yang menunjukan syok berat yang terjadi dengan cepat

b)      Tidak ada denyut jantung janin

c)      Tekanan uterus menunjukan uterus rigid (kaku) seperti papan

d)     Kemungkinan terjadi pembesaran uterus pada solusio plasenta tersembunyi

Pathway

Page 10: Asuhan Keperawatan Abrupsio

2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebih

b.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

c.       Ansietas berhubungan dengan krisis situasi

d.      Risiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan penyulit persalinan:

abrupsio plasenta

e.       Dukacita berhubungan dengan kemungkinan keguguran yang telah diantisipasi

dan kehilangan anak yang diharapkan

3.      Intervensi Keperawatan

a.       Dx: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskular

berlebihan ditandai dengan hipotensi, peningkatan frekwensi nadi, penurunan

tekanan nadi, urin menurun / terkonsentasi, penurunan pengisian vena, perubahan

mental.

Page 11: Asuhan Keperawatan Abrupsio

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

keseimbangan cairan dapat tercapai.

Kriteria Hasil: Klien akan mendemonstrasikan kestabilan / perbaikan

keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian

kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara

individual.

Intervensi:

1)      Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah, lakukan

penghitungan pembalut, timbang pem-balut/pengalas.

Rasional: Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa setiap

gram pening-katan berat pembalut sama dengan kehi-langan kira-kira 1 ml darah.

2)      Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari valsava anu-ver dan

koltus. Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas.

Rasional: Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme (yang meningkatkan

aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan.

3)      Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau po-sisi

semi-fowler pada plasenta previa, hindari posisi trendelenburg.

Rasional: Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian

panggul meng-hindari kompresi vena kava, posisi semi – fowler memungkinkan

janin bertindak sebagai tampan. Posisi trendelenburg dapat menurunkan keadaan

pernafasan ibu.

4)      Catat tanda-tanda vital pengisian ka-piler pada dasar kuku, warna membran

mukosa/kulit, dan suhu ukur tekanan vena sentral bila ada.

Rasional: Membantu menentukan beratnya kehilang-an darah, meskipun sianosis

dan perubahan pada tekanan darah (TD) dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari

kehilangan sirkulasi dan / atau terjadinya syok. Juga pantau keadekukatan

pengagantian cairan.

5)      Dapatkan atau tinjau ulang pemeriksa-an darah cepat : HDL, jenis dan pen-

cocokan silang, titer Rn, kadar fibri-nogen, hitung trombosit, APTT, PT dan kadar

HCG.

Page 12: Asuhan Keperawatan Abrupsio

Rasional: Menetukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi

mengenai penyebab. Ht harus dipertahankan diatas 30% untuk mendukung

transpor oksigen dan utrien.

6)      Siapkan untuk kelahiran sesaria bila ada diagnosa berikut : abrupsi plasenta

berat bila janin hidup dan persalinan tidak terjadi. KID, atau plasenta previa bila

janin matur, kelahiran vagina ti-dak mungkin, dan perdarahan berle-bihan atau

tidak teratasi dengan tirah baring

Rasional: Hemoragi berhenti bila plsenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.

7)      Berikan larutan intravena, expander plasma, darah lengkap, atau sel-sel

keemasan, sesuai indikasi.

Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.

b.      Dx: Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot / dilatasi serviks, trauma

jaringan ditandai dengan melaporkan nyeri, perilaku distraksi, respon otonomik

(perubahan pada nadi / TD).

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

nyeri berkurang/terkontrol.

Kriteria Hasil: Klien akan melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang atau

terkontrol. Klien akan mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi /

aktivitas hiburan.

Intervensi:

1)      Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri kaji kontraksi uterus, hemoragi retro-

plasenta atau nyeri tekan abdomen.

Rasional: Membantu dalam mendiagnosa dan memi-lih tindakan

ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena

kontraksi uterus, yang mungkin di-perberat oleh infus oksitosin. Ruptur keha-

milan ektopik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat

tubafalo-pi ruptur kedalam rongga abdomen. Abrup-si plasenta disertai dengan

nyeri berat, khu-susnya bila terjadi hemoragi retroplasma tersembunyi.

2)      Kaji stres psikologis klien / pasangan dan respon emosional terhadap ke-jadian.

Page 13: Asuhan Keperawatan Abrupsio

Rasional: Ansietas sebagai respon terhadap siatuasi darurat dapat memperberat

derajat ketidaknyamanan karena sindrome ketagangan – takut nyeri.

3)      Berikan narkotik atau sedatif, berikan obat-obat praoperatif bila prosedur

pembedahan dindikasikan.

Rasional: Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi

pembedahan.

4)      Siapkan untuk prosedur bedah, bila diindikasikan.

Rasional: Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.

5)      Berikan obat-obat sesuai indikasi : Analgesic (narkotik/nonnarkotik)

Rasional : menghilangkan nyeri dan menurunkan tegangan otot

c.       Dx: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, krisis situasi

ditandai dengan: Peningkatan tegangan , ketakutan kegelisahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

klien tidak lagi mengalami ansietas.

Kriteria Hasil: Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan ansietas.

Melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi. Menunjukan

penurunan pada tanda-tanda perilaku seperti gelisah dan iritabilitas.

Intervensi:

1)      Jelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan

Rasional: menurunkan rasa takut akan ketidaktahuan; meningkatkan pembelajaran

klien dan keterlibatan dalam tindakan

2)      Anjurkan tindakan untuk menurunkan ketegangan emosi, seperti teknik

relaksasi dan pengungkapan masalah

Rasional: teknik pelepasan energy dan mengungkapkan masalah mengurangi

ansietas. Relaksasi mencegah kelelahan otot dan memungkinkan klien untuk

beristirahat.

3)      Pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku seperti kegelisahan, peka

rangsang, dan menangis

Rasional: dapat menunjukkan perubahan pada tingkat ansietas; dapat menandakan

kemampuan klien untuk mengatasi kejadian.

Page 14: Asuhan Keperawatan Abrupsio

4)      Libatkan klien/orang terdekat pengembangan rencana perawatan ; tinjau ulang

instruksi dan pembatasan.

Rasional: memberikan informasi dan membantu klien dan orang terdekat

memahami kebutuhan intervensi serta pembatasan ; memberikan mereka perasaan

mampu mengendalikan situasi.

5)      Anjurkan kontak melalui telepon atau bertemu dengan pasangan dan anak-anak.

Bila ibu dirawat di rumah sakit, dianjurkan kontak dengan bayiny

Rasional : membantu menurunkan perpisahan dan isolasi

d.      Dx: Risiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan penyulit

persalinan: abrupsio plasenta

Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan

tidak terjadi gangguan ibu dan janin.

Kriteria Hasil:

1)      NOC label >> Fetal Status : Antepartum

a)      HR janin dalam batas normal (120-160x/menit)

b)      Frekuensi pergerakan janin normal.

c)      Pola pergerakan janin normal.

2)      NOC label >> Maternal status : Antepartum

a)      Tanda-tanda vital dalam batas normal.

b)      Klien dapat mengidentifikasi koping adaptif dari ketidaknyamanan selama

kehamilan.

c)      Klien tidak melaporkan adanya nyeri kepala,nyeri perut.

d)     Klien tidak melaporkan adanya perdarahan pervaginal.

3)      NOC label >> Knowledge : Pregnancy

a)      Klien memahami pentingnya melakukan prenatal care.

b)      Klien mengetahui tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan.

c)      Klien dapat mengidentifikasi perubahan anatomis,psiologis,psikologis,dan

emosional selama kehamilan.

d)     Klien mengetahui keuntungan dari beraktivitas saat hamil dan bisa

menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat.

Page 15: Asuhan Keperawatan Abrupsio

Intervensi:

1)         Kaji faktor medis yang berhubungan yang dapat menyebabkan komplikasi

kehamilan

2)         Kaji riwayat obstetric yang berhubungan dengan kehamilan resiko tinggi

3)         Kaji pengetahuan klien untuk mengidentifikasi faktor resiko

4)         Memberikan informasi mengenai faktor resiko, pengawasan dan prosedur yang

akan dilakukan

5)         Ajarkan klien untuk memonitor keadaan sendiri (TTV, monitor aktivitas

uterin)

6)         Berikan informasi terkait tanda dan gejala yang memerlukan penanganan

medis segera (ex : perdarahan pervagina, keluarnya cairan ketuban, edema, dll)

7)         Monitor status fisik dan psikososial selama kehamilan

8)         Kaji ekspresi, perasaan dan ketakutan tentang proses kehamilan dan keadaan

klien

9)         Kaji riwayat perdarahan yang dialami klien

10)     Inspeksi perineum untuk melihat karakteristik perdarahan

11)     Monitor TTV selama kehamilan

12)     Monitor denyut jantung janin

13)     Palpasi untuk mengetahui kontraksi uteri atau peningkatan uteri tone

14)     Catat intake dan output cairan

15)     Anjurkan klien untuk melakukan bed rest dengan posisi lateral

16)     Anjurkan klien merubah gaya hidup untuk mengurangi resiko terjadinya

perdarahan berulang

17)     Ajarkan klien untuk membedakan perdarahan lama dan baru

MASALAH LAIN PADA PLASENTA

1.   Plasenta previa

a.    Deskripsi

Plasenta previa adalah suatu keadaan di mana plasenta terletak pada segmen

bawah uterus. Karena uterus berkontraksi dan berdilatasi pada minggu-minggu

Page 16: Asuhan Keperawatan Abrupsio

terakhir masa kehamilan, vili plasenta robek dari dinding uterus, membuka sinus-

sinus uterus dan menyebabakan perdarahan. Jumlah perdarahan tergantung pada

besarnya sinus-sinus yang terbuka. Plasenta previa digambarkan sebagai lengkap

(seluruh plasenta menutup ostium internal), parsial (sebagian kecil plasenta

menutup ostium internal), dan marginal tepi plasenta melekat dekat ostium

internal tetapi tidak menutup ostium internal).

Plasenta previa terjadi pada satu dari 167 kelahiran dan lebih sering pada

multipara. Satu plasenta previa pada lima kasus merupakan plasenta previa

lengkap menutupi ostium internal. Karena letak plasenta yang demikian, bagian

presentasi tidak dapat turun dan letak janin transversal biasanya terjadi.

b.   Pengkajian

Gejala-gejala primer pada plasenta previa adalah perdarahan dengan sedikit rasa

sakit pada kehamilan semester ketiga. Janin tidak akan terpengaruh sampai terjadi

perdarahan yang berlebihan dan ibu menjadi syok. Diagnosis dibuat dengan

melakukan pemeriksaan bagian, tetapi hal ini sering membaha;yakan dan tidak

dilakukan kecuali satu set peralatan bedah cesarean telah disiapkan. Diagnosis tak

langsung dapat ditertapkan dengan scan ultrasonografi.

c.    Intervensi

Bila kehamilan kuran dari 37 minggu, sauhan keperawatan uang diberikan

meliputi:

1)      Tirah baring

2)      Tidak dilakukan pemeriksaan vagina atau rektal

3)      Pemeriksaan kehilangan darah dengan teratur, kontraksi uterus, tasa sakit, DJJ,

dan tanda-tanda bital seta pemeriksaan fisik.

4)      Cairan intravena (ringer laktat)

5)      Dua unit darah yang telah diperiksa silang tersedia untuk transfuse

6)      Dorongan dan komuniasi yang berkelanjutan dengan pasien dankeluarga

mengenai kemajuan kondisinya.

Page 17: Asuhan Keperawatan Abrupsio

Pada minggu ke-37 kehamilan, persalinan dilakukan dengan cesarean atau

induksi tergantung pada derajat previa. Pemeriksaan vagina dilakukan di ruang

persalinan dengan dua set peralatan, di mana peralatan tersebut terdiri dari

vagianal set dan set bedah cesarean yang telah disiapkan. Volume sel-sel darah,

jumlah eritrosit, dan hemoglobin bayi diperiksa segera. Oksigen dan darah

diberikan sesuai kebutuahan. Ibu dan pasangannya tetap diinformasikan dapa

diberikan dukungan karena mereka harus mengatasi kejadian yang tidak

diharapkan tersebut.

d.   Perbedaan Solutio plasenta dengan plasenta previa:

1)      Solutio Plasenta

a)       Pendarahan dengan nyeri

b)       pendarahan segera disusul partus

c)       pendarahan keluar hanya sedikit

d)       palpasi sukar 

e)       bunyi jantung anak biasanya tidak ada

f)        pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang

g)       ada impresi pada jaringan plasenta karena hematom

2)      Plasenta Previa

a)       Pendarahan tanpa nyeri

b)       pendarahan berulang-ulang sebelum partus

c)       pendarahan keluar banyak 

d)       bagian depan tinggi

e)       biasanya ada bunyi jantung

f)        teraba jaringan plasenta 

g)       robekan selaput marginal