Astrositoma Anaplastik
-
Upload
theofilus-ardy -
Category
Documents
-
view
40 -
download
2
Transcript of Astrositoma Anaplastik
Astrositoma Anaplastik
Sekitar 80 hingga 90 persen dari astrositoma invasif mengalami perubahan
anaplastik, tetapi tidak memiliki beberapa karakteristik glioblastoma. Umumnya,
ini terjadi pada hemisfer serebri. Bila astrositoma anaplastik ini terjadi pada
diensefalon, jalur optik anterior, batang otak, atau serebelum, akan terbentuk
beberapa sindroma yang khusus.
Astrositoma Anaplastik pada Hemisfer Serebri
Insidens
Astrositoma anaplastik pada hemisfer serebri umumnya terjadi pada usia
pertengahan (35 hingga 60 tahun). Perbandingan laki-laki dan perempuan pada
tumor ini adalah 11 berbanding 9. Letaknya dapat berada di frontal (40%),
temporal (35%), atau parietal (17%).
Patologi
Hal-hal yang membedakan astrositoma anaplastik dengan non anaplastik adalah
lebih banyak tanda hiperseluler, struktur sekunder, pleomorfisme seluler,
pleomorfisme nuklear, dan gambaran mitotik (Gambar 121-18). Indeks
identifikasi rata-rata adalah 4.0 ± 0.8 persen. Seiring meningkatnya proses
anaplastik, rasio volume nukleus terhadap sitoplasma juga meningkat. Sel yang
berdiferensiasi buruk memiliki lebih sedikit serabut neuroglia dibandingkan
dengan sel yang berdiferensiasi baik. Mineralisasi mikroskopik terjadi pada 9
persen dari keseluruhan tumor. Kadang-kadang, tumor astrositik anaplastik
memiliki komponen jaringan ikat yang jelas. Tumor resultannya diketahui
sebagai ‘gliofibroma anaplastik’.
Pada gambaran makroskopik, peningkatan kelunakan tumor mencerminkan
peningkatan selularitas dan diferensiasi yang lebih buruk. Perubahan konsistensi
dan perbedaan warna yang nyata ini meningkatkan demarkasi bagian tumor dari
jaringan otak di sekelilingnya (lihat Gambar 121-9). Invasi mikroskopik terdapat
pada area yang bebas dari perubahan makroskopik. Metastasis tumor di dalam
atau di luar sistem saraf pusat sangat jarang ditemukan.
Perjalanan klinis
Laju pertumbuhan dan interval antara tampilan awal gejala dan diagnosis
astrositoma anaplastik ada di pertengahan antara astrositoma non anaplastik dan
glioblastoma. Interval antara onset gejala awal dan tegaknya diagnosis sangat
bervariasi, namun umumnya memiliki waktu 6-24 bulan (1.67 ± 3.13 tahun).
Nyeri kepala, status mental yang menurun, dan defisit neurologis fokal umum
ditemukan, sedangkan kejang lebih jarang ditemukan, tanda-tanda ini lebih cepat
berkembang dibandingkan pada astrositoma non anaplastik. Pada suatu
penelitian dengan 340 pasien, muncul gejala-gejala yang terjadi dengan
frekuensi : nyeri kepala 71%; perubahan status mental 51%; kelemahan
ekstremitas 40%, muntah 29%,kesulitan berbicara 26%, kehilangan penglihatan
23% dan letargi 22%. Pemeriksaan menunjukkan terjadi hemiparesis sebanyak
59%; perubahan mental 50%; kegagalan visual 48%, papiledem 47%; defisit
nervus kranial 46 %; hemianopsia 32%; hemianestesia 32%; dan disfasia 24%.
Dalam perjalanannya terjadi penurunan sebanyak 40%, perburukan secara
bertahap sebanyak 29%, perburukan secara cepat 3% dan perburukan tiba-tiba
setelah penurunan yang bertahap dalam 23% kasus.
Gambar 121-18
Tampilan mikroskopis dari astrositoma anaplastik. Gambaran anaplastik pada
tumor ini jelas dari selularitasnya yang ekstrim dan pleomorfisme seluler serta
nuklearnya. Walaupun asal serabut selnya telah jelas, semuanya terlihat lebih
primitif. Tidak ada proliferasi atau nekrosis endotel yang tampak (pengecatan
hematoksilin dan eosin, kekuatan menengah).
Studi Diagnostik.
Dengan MRI, pada atrositoma anaplastik terdapat gambaran intensitas rendah
dengan T1-weighting dan hiperintens dengan T2-weighting; jaringan tumor
tampak lebih homogen daripada yang terjadi pada glioblastoma (Gambar. 121-
19). Hampir semua astositoma aplastik mengalami penyangatan dengan bahan
kontras paramagnetik. Tumor ini dapat muncul sebagai lesi berdensitas rendah,
atau sebagai lesi campuran hiperdens dan hipodens yang tidak homogen pada
gambaran tomografi komputer (lihat Gambar 121-19). Lebih dari 90 persen
memiliki efek massa, kebanyakan terdapat edema di sekitarnya, 20 persen
memiliki makrosit, dan 10 persen mengalami kalsifikasi. Delapan puluh hingga
90 persen menyangat dengan pemberian kontras secara intravena, hasilnya dapat
berupa pola mirip cincin, berulir, noduler, atau agak homogen. Diagnosis
banding meliputi glioma lainnya, metastasis, meningioma, hematoma, abses,
limfoma, dan demielinasi konfluen.
Arteriografi menunjukkan lesi avaskuler yang menggantikan pembuluh darah
normal. Kadang-kadang dapat muncul semburat tumor. Kelainan perfusi dan
ambilan nuklid yang tertunda didapatkan dari skintigrafi.
Terapi
Kebanyakan seri retrospektif menyimpulkan bahwa reseksi ekstensif dapat
meningkatkan kondisi neurologis dan meningkatkan survival. Dalam sebuah
serial terkini pada 357 pasien dengan astrositoma anaplastik, angka harapan
hidup tidak terbukti menjadi penilaian ahli bedah dalam menentukan perluasan
reseksi. Meskipun demikian, pada tinjauan di 102 pasien dengan astrositoma
anaplastik, ukuran tumor pasca operasi (namun tidak pada pra operasi) yang
diukur pada pemeriksaan CT scan dapat memprediksikan angka harapan hidup
dengan cukup baik. Oleh karena itu, adanya lesi anaplastik memerlukan
pendekatan yang agresif. Lebih banyaknya deskripsi makroskopis yang jelas
dapat meningkatkan kemungkinan reseksi yang lebih radikal daripada yang
mungkin dilakukan pada tumor non anaplastik. Seringkali, bagian padat dari
tumor hemisfer yang menyangat pada kontras dapat diambil seluruhnya. Tetapi
terkadang adanya keterlibatan pada struktur yang penting membuat reseksi utuh
menjadi perlu dikerjakan. Angka kesakitan dan kematian utama pada intervensi
operatif harus kurang dari 5 persen. Karena kelainan secara mikroskopik tetap
ada walaupun sudah dilakukan reseksi total dan dikonfirmasi secara radiografi,
perlu dilakukan radiasi postoperatif (6000 rad) pada tumor dengan tepi 2-5 cm.
Kemoterapi seringkali diikutsertakan menjadi bagian dari terapi.
Prognosis
Peningkatan atau stabilisasi simtomatis tampak pada mayoritas pasien setelah
terapi radiasi dan operasi. Angka kematian hidup yang tinggi dialami oleh 60-80
persen pasien. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan durasi ini meliputi
hilangnya gambaran glioblastoma, usia yang lebih muda (remaja), status
fungsional pra operasi yang baik, reseksi ekstensif, dan terapi radiasi yang
adekuat. Nilai tengah survival setelah operasi dan radiasi adalah lebih panjang
50 persen pada pasien denga tumor grade III Kernohan dibandingkan dengan
grade IV. Banyak penelitian telah meneliti faktor usia yang lebih muda terhadap
durasi harapan hidup pada pasien dengan glioma ganas yang diterapi dengan
intervensi operasi, radiasi, kemoterapi, atau protokol kombinasi. Beberapa
peneliti telah menemukan bahwa reseksi yang total menghasilkan angka harapan
hidup yang lebih panjang, baik pada tumor anaplastik yang low grade maupun
high grade. Pada sebuah tinjauan, radiasi pada tumor yang tidak terangkat
sempurna meningkatkan angka harapan 5 tahun pasca operasi dari 0 menjadi 25
persen pada pasien dengan tumor Kernohan grade II dan dari 2 menjadi 16
persen pada pasien grade III. Pada tinjauan di 86 pasien, di mana 78 orang yang
mengalami astrositoma anaplastik, nilai tengah angka harapan hidup pada pasien
yang menjalani terapi operasi dan radiasi (5 tahun) didapatkan lebih dari dua
kali dibandingkan pada pasien yang hanya dioperasi (2.2 tahun), dan angka
harapan 5 tahun pada grup yang sebelumnya (50 persen) lebih dari dua kali grup
yang hanya dioperasi (21 persen). Selain itu, 73 persen pasien yang diterapi
dengan operasi dan radiasi mengalami peningkatan neurologis.
Percobaan kemoterapi yang paling berhasil termasuk penggunaan nitrosurea
setelah terapi operasi dan radiasi. Pada salah satu penelitian, terapi ajuvan
dengan lomustin dikaitkan dengan nilai tengah angka harapan 2 tahun pada
pasien dengan tumor Kernohan grade II. Percobaan lain menyimpulkan nilai
tengah progresi selma 123 minggu pada pasien dengan astrositoma anaplastik
yang diterapi dengan radiasi 6000 rad seluruh lapangan otak dan kemoterapi
dengan hidroksiurea dan prokarbazin,...
Gambar 121-19
Gambaran MRI T1-weighted dengan kontras intravena menghasilkan tumor
dengan intensitas rendah dan daerah yang menyangat yang terbukti sebagai
astrositoma anaplastik. Astrositoma pilositik juga tampak pada diagnosis
banding pada tumor dengan tampilan seperti ini.
...
Glioblastoma dapat terjadi di manapun pada sistem saraf pusat. Tumor
frontotemporal dapat berada pada banyak seri. Hal ini dapat merefleksikan
massa jaringan yang besar dan jaras antar serabut pada lobus frontal dan
temporal. Glioblastoma jarang terjadi pada fossa posterior. Pada salah satu seri,
hanya 0.24 persen glioblastoma didapatkan di serebelum.
Patologi
Glioblastoma dapat muncul dari parenkim otak tanpa pencetus yang jelas atau
dapat juga timbul dari perubahan keganasan dari astrositoma non anaplastik,
tumor campuran, oligodendroglioma, atau ependimoma. Karena diferensiasi
seluler yang terjadi pada beberapa glioblastoma umumnya bersifat astrositik,
dan karena banyak glioblastoma muncul sebagai akibat degenerasi ganas pada
tumor non anaplastik, glioblastoma dianggap sebagai bentuk ekstrim ganas pada
kelanjutan tumor astrositik. Umumnya tumor ini muncul pada substansia alba.
Seperti tersirat dari istilah ‘multiforme’, terdapat heterogenitas pada gambaran
mikroskopik glioblastoma. Gambaran umum meliputi hiperselularitas,
pleomorfisme seluler, pleomorfisme nuklear, dan mitosis yang sering.
Selularitas yang ekstrim, nekrosis koagulatif, dan proliferasi endotel kapiler
yang penting membedakan tumor ini dengan astrositoma anaplastik.
Pada glioblastoma, elemen sel yang berbeda dapat bervariasi satu dengan yang
lain. Tumor ini beragam dari sel bundar gelap kecil yang mendominasi, hingga
bentuk anaplastik dengan serabut-serabut, protoplasma, atau astrosit
gemistositik yang dapat positif untuk protein asam serabut glia pada pengecatan;
hingga sel besar yang asalnya tidak jelas.
Nekrosis yang terjadi bersifat koagulatif. Tersusun secara berdekatan, sel-sel
yang memanjang dan membentuk nukleus menyerupai paliade seringkali
mengelilingi kumpulan nekrosis. Pseudopalisade ini menjadi karakter sebagian
besar glioblastoma (gambar 121-21). Gabungan dari daerah nekrosis yang kecil
membentuk area nekrotik yang lebih besar yang memenuhi pusat tumor. Daerah
ini relatif tidak bersel, sel yang ada di daerah ini tidak aktif membelah. Tetapi,
sel-sel pada lapisan yang mengelilingi daerah nekrosis membelah secara cepat.
Pada daerah yang lebih bersel ini, gambaran kedua yang membedakan
glioblastoma dengan tumor lainnya yaitu proliferasi endotel, adalah gambaran
yang terpenting, dan daerahnya hipervaskuler. Perubahan kapilernya sangat jelas
terlihat. Proliferasi kapiler menghasilkan massa spiral dari jalur pembuluh
sinusoid yang terisi dengan medium kontras dan membentuk semburan
angiografik. Sel-sel endotel mengalami hipertrofi dan memiliki aktivitas mitotik
yang tinggi. Hubungan yang renggang antar sel endotel dapat menjadi penyebab
munculnya penyangatan dengan kontras di pemindaian saraf. Perdarahan dari
tumor dapat terjadi karena ruptur pembuluh yang mengaliri area nekrosis, pada
pembuluh abnormal di tepi yang proliferatif, atau pada pembuluh besar yang
terisi oleh sel tumor. Kalsifikasi mikroskopis jarang ditemukan.
Secara makroskopis, glioblastoma umumnya lobuler, dengan struktur heterofen
pada massa hemisfer. Daerah yang padat dengan sel campuran, kistik, nekrotik,
dan mudah berdarah menimbulkan tampilan tumor yang berwarna-warni
(gambar 121-22). Warna dan konsistensi tumor mencerminkan bagian
penyusunnya. Daerah padat, keabuan dengan banyak sel yang kemungkinan
tebal dan granuler mendominasi setengah dari tumor. Didapatkan juga sejumlah
kista besar yang terisi cairan kekuningan, dan beberapa lainnya memiliki kista
yang lebih kecil menyebar di daerah yang padat. Daerah nekrosis kuning dan
bekuan darah hitam terlihat pada kurang lebih separuh tumor.
Glioblastoma membesar baik melalui ekstensi infiltratif pada daerah lain
maupun dengan ekspansi massa yang menggeser struktur di sekitarnya.
Perkembanan di permukaan korteks dapat menyebabkan ekspansi infiltratif pada
girus yang mengikuti destruksi parenkim normal di bawah ini. Piamater maupun
dinding ependim tidak menghambat pertumbuhan sel tumor ini. Tumor dapat
menginvasi...