Astigmatism A

19
BAB I PENDAHULUAN 1 Mata memiliki fungsi untuk melihat. Agar fungsi ini maksimal, maka bayangan benda harus ditempatkan tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Jika tidak seimbang maka akan terjadi Ametropia. Dalam bahasa Yunani Ametros berarti tidak sebanding atau tidak seimbang, sedangkan Ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan Ametropia adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan terkuat dibanding bagian mata lainnya. Sedangkan lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda – beda. 1

Transcript of Astigmatism A

Page 1: Astigmatism A

BAB I

PENDAHULUAN1

Mata memiliki fungsi untuk melihat. Agar fungsi ini maksimal, maka bayangan benda

harus ditempatkan tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau

istirahat melihat jauh. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang

terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal

susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata seimbang sehingga

bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Jika

tidak seimbang maka akan terjadi Ametropia. Dalam bahasa Yunani Ametros berarti tidak

sebanding atau tidak seimbang, sedangkan Ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan

Ametropia adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang.

Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan

kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan terkuat

dibanding bagian mata lainnya. Sedangkan lensa memegang peranan membiaskan sinar terutama

pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata

seseorang dapat berbeda – beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea ( mendatar,

mencembung ) atau adanya perubahan panjang bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus

pada makula.

Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan

bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Sehingga bayangan tidak

sempurna terbentuk. Dikenal berbagai bentuk Ametropia, yaitu :

a. Ametropia Aksial

Terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga

bayangan benda difokuskan di depan atau di belakang retina. Pada Myopia aksial fokus

1

Page 2: Astigmatism A

akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada Hipermetropia

aksial fokus bayangan terletak di belakang retina.

b. Ametropia Refraktif

Akibat kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat maka

bayangan benda terletak di depan retina ( Myopia ), atau bila daya bias kurang maka

bayangan benda akan terletak di belakang retina ( Hipermetropia Refraktif ). Ametropia

dapat disebabkan kelengkungan kornea atau lensa yang tidak normal ( Ametropia

Kurvatur ) atau indeks bias abnormal ( Ametropia Indeks ). Panjang bola mata normal.

Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk – bentuk kelainan. Salah satunya adalah

Astigmatisma, yaitu kelainan refraksi dimana pada pembiasan berkas sinar tidak difokuskan pada

satu titik dengan tajam pada retina tetapi pada dua garis api yang saling tegak lurus yang terjadi

akibat kelengkungan kornea.

2

Page 3: Astigmatism A

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI1,2

Astigmatisma adalah bentuk kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian

yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang

masuk ke mata difokuskan pada lebih dari satu titik.

Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada

retina akan tetapi pada dua garis api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat

kelengkungan permukaan kornea. Pada mata dengan astigmatisma lengkungan jari-jari

pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus

padanya.

Berikut gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita astigmatisma :

3

Page 4: Astigmatism A

II.2 ETIOLOGI2,3

Penyebab tersering dari astigmatisma adalah kelainan bentuk kornea. Pada sebagian

kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa. Pada umumnya astigmatisma bersifat menurun,

beberapa orang dilahirkan dengan kelainan bentuk anatomi kornea yang menyebabkan

gangguan penglihatan dapat memburuk seiring bertambahnya waktu. Namun astigmatisma

juga dapat disebabkan karena trauma pada mata sebelumnya yang menimbulkan jaringan

parut pada kornea, dapat juga jaringan parut bekas operasi pada mata sebelumnya atau

dapat pula disebabkan oleh keratokonus

II.3 KLASIFIKASI

Ada dua bentuk astigmatisma:

a. Astigmatisma Reguler2

Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak lurus. Disebut

Astigmatism with the rule bila meridian vertikal mempunyai daya bias terkuat.

Bentuk ini lebih sering pada penderita muda.

Disebut Astigmatism against the rule bila meridian horizontal mempunyai daya

bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita yang lebih tua. Kelainan

refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder.

4

Page 5: Astigmatism A

Oleh karena ada banyak sekali bidang-bidang yang melalui garis pandang, maka

juga akan didapatkan banyak sekali titik-titik apinya. Tetapi selalu akan

didapatkan daya pembiasan yang terkuat (titik api A) sedangkan pada bidang

lainnya (bidang ini, biasanya letaknya tegak lurus pada bidang pertama)

didapatkan daya pembiasan yang terlemah (titik api B). Biasanya kedua bidang

utama itu adalah bidang datar (bidang 0 º atau 180 º ) dan bidang tegak(bidang 90

º ).

Didasarkan atas letak titik A dan B terhadap retina, maka astigmatismus

dapat dibagi lagi dalam:

1. Astigmatismus Myopicus Simplex

5

Page 6: Astigmatism A

Astigmatisme jenis ini, titik pembiasan terkuat berada di depan retina,

sedangkan titik daya bias terlemah berada tepat pada retina. Koreksi dengan

menggunakan lensa cylinder (-).

2. Astigmatismus Myopicus Compositus

6

Page 7: Astigmatism A

Astigmatisme jenis ini, titik daya bias terkuat berada di depan retina,

sedangkan titik daya bias terlemah berada di antara daya bias terkuat dan

retina. Koreksi spheris (-) dan cylinder (-).

3. Astigmatismus Hypermetropicus Simplex

Astigmatisme jenis ini, titik daya bias terkuat berada tepat pada retina,

sedangkan titik daya bias terlemah berada di belakang retina. Koreksi dengan

cylinder (+).

7

Page 8: Astigmatism A

4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus

Astigmatisme jenis ini, titik daya bias terlemah berada di belakang retina,

sedangkan titik daya bias terkuat berada di antara daya bias terlemah dan

retina. Koreksi spheris (+) dan cylinder (+).

5. Astigmatismus Mixtus

Astigmatisme jenis ini, titik daya bias terkuat berada di depan retina,

sedangkan titik daya bias terlemah berada di belakang retina. Koreksi dengan

spheris (-) cylinder (+)

8

Page 9: Astigmatism A

b. Astigmatisma Irreguler2

Pada bentuk ini didapatkan titik focus yang tidak beraturan, disebabkan karena

permukaan kornea tidak teratur atau karena pada lapisan-lapisan kornea terdapat

kekeruhan. Penyebab tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea,

keratokonus. Bisa juga disebabkan kelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan

refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder.

II.4 PATOFISIOLOGI1

Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di

dalam perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatisme with the rule

(astigmatisma lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah

atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di

bidang horizontal. Pada keadaan astigmatisme lazim ini diperlukan lensa silinder negatif

dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi.

Pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatisma

menjadi againts the rule (astigmatisma tidak lazim). Pada keadaan ini kelainan refraksi

astigmatisma dikoreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-

120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini

terjadi akibat kelengkungan kornea meridian horizontal lebih kuat dibandingkan

kelengkungan vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut.

II.5 GEJALA KLINIS4

Pasien sering mengalami sakit kepala, mata lelah dan pandangan kabur

II.6 PEMERIKSAAN2

II.6.1 Refraksi Subyektif

a. Alat

Kartu Snellen.

Bingkai percobaan.

9

Page 10: Astigmatism A

Sebuah set lensa coba.

Kipas astigmat.

b.Teknik

Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.

Pada mata dipasang bingkai percobaan.

Satu mata ditutup.

Dengan mata yang terbuka pada penderita dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan

dengan jenis lensa (+) atau lensa (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan

terbaik, dengan lensa positif atau negatif tersebut.

Pada mata tersebut dipasang lensa + (positif) yang cukup besar (misal S +3.00)

untuk membuat penderita mempunyai kelainan refraksi astigmatismus miopikus.

Penderita diminta melihat kartu kipas astigmat.

Penderita ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat.

Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat lensa S +3.00 diperlemah

sedikit demi sedikit sehingga penderita dapat menentukan garis mana yang

terjelas dan mana yang terkabur.

10

Page 11: Astigmatism A

Lensa silinder negatif (-) dipasang dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada

kipas astigmat.

Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga

pada satu saat tampak garis yang mula – mula terkabur sama jelasnya dengan

garis yang sebelumnya terlihat terjelas.

Bila sudah tampak jelas garis pada kipas astigmat, dilakukan tes melihat kartu

snellen. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu snellen, maka mungkin lensa

positif (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu secara perlahan – lahan

dikurangi kekuatan lensa positif tersebut atau ditambah lensa negatif.

Penderita disuruh membaca kartu snellen pada saat lensa negatif (-) ditambah

perlahan – lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6. 9

c. Nilai

Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder negatif (-) yang dipakai sehingga

gambar astigmat tampak sama jelas.

II.6.2 Refraksi Obyektif

a.Retinoskopi : dengan lensa S +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus, bila

berlawanan dengan gerakan retinoskop (against movement) dikoreksi

dengan lensa sferis negatif, sedangkan bila searah dengan gerakan

retinoskop (with movement) dikoreksi dengan lensa sferis positif.

Meridian yang netral lebih dulu adalah komponen sferisnya. Meridian

yang belum netral dikoreksi dengan lensa silinder positif sampai

tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi.

b.Autorefraktometer

II.7 PENATALAKSANAAN2,5,6,7

11

Page 12: Astigmatism A

Penatalaksanaan astigmatisma terbagi menjadi dua, yaitu penanganan dengan kacamata

atau lensa kontak dan dengan pembedahan.

a. Kacamata dan Lensa Kontak

Sebelum ada tindakan pembedahan, kacamata dan lensa kontak adalah cara satu-

satunya untuk mengkoreksi astigmatisma, dan banyak orang masih menyukai cara ini.

Kacamata adalah penanganan astigmatisma yang nyaman untuk mengkoreksi

kelengkungan kornea. Lensa kontak adalah pilihan lain dari kacamata.

b. Pembedahan

Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, maka wajib dilakukan pemeriksaan

Specular Microscopy. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai ketebalam kornea. Untuk

kornea yang transparan (bening), sinar yang menyentuh permukaannya akan

ditransmisikan. Seperti sinar yang melewati jaringan kornea, beberapa dapat diserap oleh

jaringan tersebut dan sebagian akan direfleksikan oleh serat – serat saraf. Di dalam

stroma kornea normal, sebagian besar dari sinar yang masuk akan ditransmisikan

melewati jaringan, walaupun ada jumlah kecil yang diserap atau dipecah oleh organel

celluler. Contohnya adalah jika kornea mengalami oedema maka fraksi – fraksi sinar

yang dipecah juga semakin banyak. Jika sinar mengenai dinding kornea bagian posterior,

sebagian besar akan ditransmisikan dalam aqueous humor. Ada perubahan indeks refraksi

antara endothelium dan aqueous humor sekitar 0,022% dari total sinar yang difleksikan.

Refleksi ini yang ditangkap oleh specular microscope dan membentuk gambaran

endothelial.

Dari pemeriksaan tersebut maka dapat dievaluasi densitas sel, variasi sel

(polymegathism), variasi bentuk sel (pleomorphism) dan faktor-faktor lain seperti luka

atau inflamasi. Gambaran sel dari Specular microscopy bervariasi tergantung dari suhu,

waktu pemeriksaan dan media. Jaringan yang masih segar, pada temperature ruangan

adalah yang paling mudah dievaluasi. Jaringan beku bisa dihangatkan dulu pada

temperature ruangan untuk mencegah kondensasi dan agar bentuk sel bisa mendekati

normal.

12

Page 13: Astigmatism A

Specular microscope ini menghitung endothelial sel dalam sel/mm2 di tengah kornea.

Densitas dari endothelial sel ini diperkirakan/diukur dengan menggunakan banyak lapang

pandang dan kesalahan dapat diperkecil dengan menganalisa sel sebanyak-banyaknya

(100-150 sel/lapang pandang).

Berikut adalah berbagai cara pembedahan :

1. LASIK

Lasik atau “Laser-Assisted In Situ Keratomileusis” adalah penatalaksanaan astigmatisma

yang menggunakan Laser (cold-beam excimer laser) untuk membentuk kembali kornea.

Sehingga bayangan dapat difokuskan di retina.

2. PRK

PRK atau “Photorefractive Keratectomy” adalah bentuk refraktif bedah pertama yang

ada di Amerika dan masih merupakan penanganan astigmatisma yang dipakai untuk

pasien dengan pupil yang besar atau untuk kornea yang sangat tipis. Prosesnya adalah

dengan cara memindah dari epithelium (bagian lebih luar dari kornea) dan menggunakan

cool ultraviolet light untuk membentuk kembali permukaan kornea. Cara ini lebih tidak

invasive jika dibandingkan dengan LASIK karena tidak membentuk kornea bagian

interior. Hal ini menyebabkan waktu penyembuhan yang dibutuhkan tidak lama.

3. LASEK

Cara ini hampir sama dengan PRK. Bentuk penanganan ini biasanya untuk pasien yang

korneanya sangat tipis atau sangat datar untuk pembedahan biasa. Pada LASEK,

epithelium atau bagian lebih luar kornea dipotong menggunakan pemotong yang sangat

kecil yaitu trephine. Menggunakan campuran alcohol yang kemudian digunakan untuk

melepas sel-sel epithelial (flap) selama pembedahan sampai kornea dibentuk kembali.

Tidak seperti PRK, flap dari kornea tidak sepenuhnya dilepas.

4. Epi-Lasik

13

Page 14: Astigmatism A

Merupakan kombinasi keuntungan LASIK dan LASEK. Pertama, operator menggunakan

alat – alat untuk menyingkap kornea. Hal ini membutuhkan alkohol yang biasanya

digunakan pada LASEK. Setelah jaringan kornea selesai dibentuk kembali, lalu

permukaan luar kornea dikembalikan kembali di permukaan mata. Epi-LASIK digunakan

untuk penanganan pasien yang korneanya sangat tipis.

5. Lensa Tanam

Tidak seperti LASIK atau pembedahan lainnya yang membentuk kembali kornea,

lensectomy yaitu mengganti lensa mata yang pada hal ini terlalu kaku atau terlalu lemah,

dapat digantikan dengan lensa buatan. Dengan lensa tanam ini, pasien dengan normal

dapat tajam penglihatan yang bagus tetapi membutuhkan kacamata untuk membaca dan

melihat dekat.

II.8. KOMPLIKASI

Komplikasinya adalah amblyopia. Hal ini disebabkan karena buruknya transmisi stimulasi

visual pada astigmatisma

BAB III

KESIMPULAN14

Page 15: Astigmatism A

Astigmatisma adalah bentuk kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang

berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke

mata difokuskan pada lebih dari satu titik. Penyebabnya adalah kelainan dari bentuk kornea yang

bisa disebabkan oleh banyak hal. Kelainan ini biasanya menyebabkan keluhan kepala pusing dan

pandangan kabur. Tentunya keluhan seperti ini tidak bisa langsung dianggap astigmatisma. Perlu

pemeriksaan yang lebih lanjut untuk meyakinkan bahwa itu keluhan itu memang berasal dari

astigmatisma. Penatalaksanaan astigmatisma bermacam-macam, mulai dari memakai kacamata

atau lensa kontak dan pembedahan.

15