Aspek Sosial Budaya

14
BAB II PEMBAHASAN 2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA PRA KAWIN DAN PERKAWINAN A. Aspek sosial budaya pada prakawin mencakup a. Makanan/minutan b. Istirahat c. Perlindungan dari iklim/cuaca d. Kesehatan e. Pendidikan f. Interaksi Social/Komunikasi dengan sesama g. Keyakinan diri (confidance) h. Adanya prinsip benar-benar salah Dewasa ini makin banyak ditemukan perlakuan diskriminatif terhadap kaum remaja, yang menganggap seks adalah tabu dan perlu ditutup-tutupi sehingga banyak remaja yang tidak mengerti akan seks dan pola hidup yang tidak terbuka tentang seks pranikahan. Ada juga yang melarang anak keluar rumah bila menjelang perkawinan yang bertujuan untuk menghindari marabahaya. Bagi anak perempuan dianjurkan untuk merawat tubuh dengan luluran dan berpuasa. Tidak boleh diberi suntikan TT karena dianggap diberikan suntikan KB sehingga lama untuk mendapatkan anak. B. Aspek sosial budaya dasar pada perkawinan 2

Transcript of Aspek Sosial Budaya

Page 1: Aspek Sosial Budaya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA PRA KAWIN DAN PERKAWINAN

A. Aspek sosial budaya pada prakawin mencakup

a. Makanan/minutan

b. Istirahat

c. Perlindungan dari iklim/cuaca

d. Kesehatan

e. Pendidikan

f. Interaksi Social/Komunikasi dengan sesama

g. Keyakinan diri (confidance)

h. Adanya prinsip benar-benar salah

Dewasa ini makin banyak ditemukan perlakuan diskriminatif terhadap kaum

remaja, yang menganggap seks adalah tabu dan perlu ditutup-tutupi sehingga

banyak remaja yang tidak mengerti akan seks dan pola hidup yang tidak terbuka

tentang seks pranikahan.

Ada juga yang melarang anak keluar rumah bila menjelang perkawinan yang

bertujuan untuk menghindari marabahaya.

Bagi anak perempuan dianjurkan untuk merawat tubuh dengan luluran dan

berpuasa.

Tidak boleh diberi suntikan TT karena dianggap diberikan suntikan KB

sehingga lama untuk mendapatkan anak.

B. Aspek sosial budaya dasar pada perkawinan

Begitu banyak kebudayaan yang berkembang dimasyarakat, untuk perkawinan

adat dan kebudayaan yang berbeda.

Perkawinan menurut adat Minang

Perkawinan/memilih jodoh harus dipilih dari luar sukunya. Perkawinan yang ideal

dahulu hádala kawin dengan anak perempuan mamak, kadang-kadang juga kawin

dengan kemenakan ayah, perkawinan dengan saudara perempuan bekas istri/suazi

saudara perempuan juga dibolehkan (Gride Exchange)

2

Page 2: Aspek Sosial Budaya

Dalam masyarakat minangkabau perkawinan sebenarnya tidak mengenal adalah

mas kawin yang diberikan pihak pria lepada wanita. Yang terpenting adalah

adanya pertukaran antara pihak pria dengan wanita berupa cincin dan keris.

Perkawinan adat Jawa

Perkawinan yang dibolehkan hádala perkawinan antara 2 orang yang terikat

karena hubungan kekerabatan

Ada beberapa perkawinan masyarakat jawa:

a. Ngarang wuluh : Perkawinan seseorang duda dengan seorang wanita salah

satu adik dari almarhum istrinya.

b. Wayuh : perkawinan lebih dari seorang istri.

c. Kumpul kebo : Laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam satu rumah

dalam kurun waktu tertentu akan tetapi belum menikah secara resmi.

d. Pisah Kebo : perpisahan suazi istri tidak diikuti perceraian secara resmi.

Perkawinan adat Bali

Perkawinan di Bali sedapat mungkin dilakukan diantara orang-orang yang

dianggap sederajat dalam kasta.

Bila seorang anak perempuan kawin dengan pria yang leih rendah derajat

kastanya dianggap akan membawa malu kepada keluarga serta menjatuhkan

gengsi seluruh kasta dari anak perempuan itu. Apabila ini terjadi secara fisik

suami istri akan dihukum untuk beberapa lama ketempat yang jauh dari tempat

asalnya.

Perkawinan adat Dayak

Perkawinan ideal dan amat di ingini yaitu : perkawinan diantara 2 orang

bersaudara sepupu yang kakek-kakekya bersaudara kandung dan perkawinan 2

orang bersaudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara kandung.

Bagi orang dayak tidak melarang gadis-gadis mereka menikah dengan orang dari

suku bangsa lain, laki-laki asing tersebut bersedia untuk tunduk kepada adat

mereka dan berdiam didesa mereka.

3

Page 3: Aspek Sosial Budaya

Perkawinan adat Bugis

Perkawinan yang ideal menurut adat bugis perkawinan antara bersaudara sepupu

sederajat dari pihak ayah atau ibu. Walaupun ada yang ideal tapi bukan

merupakan hal yang diwajibkan

Perkawinan adat Batak

Perkawinan yang dianggap ideal adalah perkawinan antara seorang laki-laki

dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya. Dengan demikian seorang laki-

laki batak sangat pantang kawin dengan orang wanita dari marganya sendiri dan

juga dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayah.

2.2 ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN PADA TIAP TRIMESTER

KEHAMILAN

A. Pada trimester I

Pada trimester timbul beberapa gangguan

Seperti : - Tidak datangnya haid

- Lebih sering buang air kecil

- Payudara mulai mengeras dan membesar

- Mudah letih dan lelah

- Mual, pusing dan ingin muntah

Seringkali pada awal kehamilan terjadi perubahan pola makan dan menginginkan

makanan-makanan (ngidam)

Seperti : - Ingin makan yan asam

- Tidak mau makan makanan yang beraroma keras dan harus di dapat

pada saat yang diinginkan.

B. Pada trimester II

Aspek sosial budaya yang berpengaruh pada trimester II antara lain :

- Emosi tidak stabil

- Perubahan bentuk tubuh karena perut sudah mulai membuncit

- Gejolak perubahan emosi karena janin sudah mulai bergerak

- Marning sikness (mual, muntah, pusing) sudah berkurang sehingga

sudah dapat beraktifitas seperti biasanay.

- Turunya rasa percaya diri berhubungan dengan perubahan bentuk

tubuh.

4

Page 4: Aspek Sosial Budaya

C. Pada trimester III

Aspek sosial budaya yang berpengaruh antara lain :

- Kesiapan mental menunggu kelahiran sibuah hati

- Kegembiraan mengubah perilaku dan tindakan sang ibu dalam

menentukan dan membeli perlengkapan si buah hati selama hamil menurut

kepercayaan/kebudayaan di masyarakat ada kegiatan kegiatan yang tidak

boleh dilakukan seperti :

- Jangan tidur siang takut bayinya jadi besar

- Jangan duduk atau berdiri di pintu nanti persalinannya lama

- Jangan duduk ditembok nanti ari-arinya langket

- Ibu hali tidak boleh menyakiti/membunuh binatang

- Ibu hamil tidak boleh memakai selendang yang dibulatkan keleher

karena takut bayinya dililit tali pusat

- Di akhir kehamilan trimester III ibu hamil dilanjutkan untuk minum

air kelapa muda makn nenas agar bayinya lahir bersih, dan juga disuruh jalan

pagi.

Dalam masa kehamilan bidan berperan aktif dalam menjelaskan kepada ibu hamil

atas dampak positif dan negatif dari kepercayaan-kepercayaan yang beredar di

masyarakat.

2.3 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA KALA I-IV PERSALINAN

A. Kala I (pembukaan 1- pembukaan lengkap)

Pada masa ini bidanmemberikan motivasi dan dukungan kepada ibu agar ibu kuat

dalam menghadapi proses persalinannya sehingga proses persalinan akan berjalan

dengan lancar selain bidan memberikan motivasi dan dukungan, pihak keluarga

juga mempersiapkan tempat melahirkan, biasanya dipakai ruang tengah, karena

ruang tengah leibh lapang dari ruang kamar. Ruang yang lapang sangat diperlukan

sebagai termpat melahirkan kareana lebih mudah meletakkan berbagai macam

alat yang diperluakan.

Sebagai besar masyarkat juga mempercayai budaya-budaya yang beredar

dilingkungan masyarakat pada masa kala I ini seperti :

- Meminum air rumput fatimah

- Memakan kuning telur mentah

5

Page 5: Aspek Sosial Budaya

Masyarakat percaya dengan minuman air rumput fatimah dapat mempercepat

pembukaan dan mempermudah jalannya kelahiran bayi.

B. Kala II (persalinan)

Budaya –budaya yang beredara di masyarakat seperti :

Apabila pada saat melahirkan diambang pintu, maka perempuan yang akan

melahirkan disuruh berbaring. Pada saat akan melahirkan, semua orang yang ada

dirumah harus tengan dan duduk menjauhi tempat bersalin. Anak-anak dilarang

membuat segala jenis kebisingan atau kegaduhan. Anggota keluarga yang lain

selalu dalam keadaan siap dalam memberikan bantuan atau pertolongan yang

diminta mak bidan. Disini ada 2 orang bidan yang berperan dalam melakukan

pertolongan pada persalinan, yaitu mak bidan bawah dan mak bidah atas

menduduki tempat masing-masing. Bidan bawah bertujuan menyambut bayi,

memotong tali pusat dan membersihkan tembuni (plasenta). Sedangkan mak

bidan atas bertugas membersihkan badan ibu yang melahirkan

C. Kala III (kelahiran plasenta)

Setelah tali pusat dipotong dengan pemotong pusat, pusat yaitu dengan sebilah

bambu yang telah ditajamkan, baru plasenta dikeluarkan. Tembui (plasenta)

dibersihkan bersih-bersih kemudian dimasukkan periuk tanah disertai dengan

sedikit asam garam yang telah disediakan. Tembuni disebut dengan kakak bayi.

Agar anak tidak sakit, tembuni tersebut harus ditanam dengan baik pad suatu

tempat dengan suatu upacara. Penanaman itu dilakukan setelah anak tanggal

pusat. Selama tali pusat itu tanggal dan lepas, tembuni yang disimpan dalam priuk

itu dijaga dengan baik di rumah.

D. Kala IV (setelah kelahiran placenta)

Sementara itu, bidan atas membersihkan badan bayi yang baru melahirkan dari

darah dan kotoran. Setelah bersih dipakaikan kain bersih lalu diangkat dan

dibaringkan diatas tempat tidur yang telah disediakan dengan posisi bersadar,

setelah itu didahinya dilumuri dengan air sepang atau kayu sepang yang disebut

pilis. Pilis air sepang ini. Menjaga urat-urat mata. Pada bagian-bagian yang

digosokkan minyak kepala. Setelah itu diberi minum segelas air kunyit yang telah

digiling dan disaring untuk mengobati luka bagian dalam ketika melahirkan.

6

Page 6: Aspek Sosial Budaya

Pada zaman sekarang cara persalinaan seperti diatas tidaklah banyak ditemui lagi

karena disetiap pelosok/desa sudah ditempatkan bidan-bidan desa jika ada dukun

beranak sekarangpun sudah dilakukan pelatihan dan pembinaan terhadap dukun

beranak.

2.4 ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PERSALINAN PADA SAAT INI

Sebagaimana kita ketahui pada saat ini persalinan dengan dukun beranak sudah jarana

terjadi kaena disetiap pelosok / desa sudah ditempatkan para bidan desa, walau pun

begitu tidak bisa kita pungkiri masih ada persalinan yang dibantu oleh dukun.

Tetapi dukun pada zaman Semarang sudah diberi pelatihan untuk menolong

persalinan

Dukun-dukun yang sudah dibekali juga dengan alat-alat untuk menolong persalinan

(dukun KIT) seperti gunting, handscoen, bethadin dan lain-lain.

Dukun-dukun disetiap desa, akan dibina oleh bidan desanda masing-masing dibawah

naungan puskesmas setempat.

Banyak manfaat yang diperboleh oleh dukun bersalin dari pelatihan dan pembinaan

yang mereka dapatkan seperti :

1. Dukun sudah bisa menggunakan sarung tangan untuk menolong persalinan

2. Untuk mengunting tali pusat dukun sudah menggunakan gunting tidak lagi

dengan sembilu

3. Dukun sudah menggunakan betadin unutk luka melahirkan dan perawatan tali

pusat, tidak lagi menggunakan ramuan-ramuan

4. Dukun sudah mau merujuk/mengirim pasiennya ke bidan bila tidak bisa

ditanganinya lagi

5. Dukun sudah diajarkan cara mensterilkan instrumennya dengan cara merebus

sebelum melakukan tindakan.

2.5 ASPEK SOsIAL BUDAYA DASAR PADA MASA NIFAS

Aspek sosial yang berkaitan pada masa nifas antara lain :

- Peralihan perhatian lingkungan pada si bayi

- Ketidakmampuan ibu untuk menghindari tanggung jawab baru untuk

mereawat bayinya

- Kekecewaan atas perubahan kondisi dan bentuk tubuh sehabis

melahirkan

- Rasa lelah yang berlebihan karena mengurus si kecil

7

Page 7: Aspek Sosial Budaya

- Merasa terkekang dan tidak bebas seperti dulu lagi pada masa-masa

ini seorang ibu bisa terkena depresi, disinilah peran suami dan keluarga untuk

berbagai rasa dan membangun keterbukaan suami dan istri.

Kebudayaan dan kepercayaan yang beredar di masyarakat :

Yang berkaitan dengan masa nifas yaitu :

- Ibu habis melahirkan disuruh minum air kunyit yang sudah dihaluskan

(jamu)

- Ibu menyusui tidak boleh makan makanan yang amis seperti telu, ikan

dan makanan pedas

- Ibu post partfum harus tidur dengan posisi setengah duduk

- Ibu melahirkan disuruh pakai pilis dan parem

- Ibu harus menyusukan bayinya dari payudara sebelah kanan dulu

- Ibu disuruh pasang gurita selama 3 bulan

- Pada masyarakat cina ada kepercayaan sehabis melahirkan tidak boleh

mandi, tidak boleh melihat matahari naik, tidak boleh melihat kaca dan lain-lain.

2.6 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR YANG BERKAITAN DENGAN BAYI

BARU LAHIR (BBL)

Aspek sosial yang berkaitan dengan BBL antara lain :

- Kesiapan diri menjadi orang tua

- Perubahan emosi karena penantian panjang yang membuahkan

kebahagiaan

- Memberikan kasih sayang dan merawat dengan ketulusan

Budaya yang beredar di masyarakat yaitu :

- Pusat bayi dikasih ramuan-ramuan

- Bayi baru lahir diberikan madu kebibirnya

- Bayi baru lahir harus pasang gurita dan di bedong

- Bayi diberi bntal beras agar kepalanya bagus

- Jika bayi tidur / dibawa berpergian harus memakai besi, gunting lipat,

dasun tunggal agar terhindar dari roh jahat.

- Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan pisang

8

Page 8: Aspek Sosial Budaya

- Pada umur bayi 1-2 minggu juga diadakannya acara turun mandi yang

bertujuan syukuran atas kelahiran dan memperkenalkan bayi buat pertama kalinya

dengan tanah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya makalah ini aspek sosial budaya dasar pada masa pra kawin

perkawinan, kehamilan, persalinan. Masa nifas dan bayi baru lahir, maka kita sebagai

bidan sudah dapat memahami apa-apa aspek sosial budaya yang ada dimasyarakat

yang diturunkan dari nenek moyang.

Dengan demikian bidan dapat memberikan informasi kepda setiap orang tentang

aspek sosial budaya yang erat kaitannya dengan kesehatan

Aspek sosial budaya banyak yang berdampak positif dan adapula yang bersifat

negatifnya, seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan bidan diharapkan

dapat memberikan motivasi dan sugesti kepada setiap pasiennya dan masyarakat.

3.2 Saran

Diharapkan bagi pembaca agar lebih mengetahui aspek-aspek apa saja yang

berkembang pada masyarakat saat ini, dan agar lebih memahami atau mengetahui

tentang aspek-aspek sosial budaya tersebut.

9

Page 9: Aspek Sosial Budaya

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Sosial Budaya Dasar, Jakarta 1996

Departemen Pendidikan Budaya Daerah Masyarakat Melayu Riau, Depdiknas Jakarta

Antropologi, Bumi Aksara 1994

Sosiologi Yudistira

10

Page 10: Aspek Sosial Budaya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................1

1.2 TUJUAN.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA PRA KAWIN DAN

PERKAWINAN..........................................................................................2

2.2 ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN PADA TIAP

TRIMESTER KEHAMILAN....................................................................4

2.3 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR PADA KALA I-IV PERSALINAN. 5

2.4 ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PERSALINAN PADA SAAT INI......7

2.5 ASPEK SOsIAL BUDAYA DASAR PADA MASA NIFAS.......................7

2.6 ASPEK SOSIAL BUDAYA DASAR YANG BERKAITAN DENGAN

BAYI BARU LAHIR (BBL).........................................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN..............................................................................................9

3.2 SARAN..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

11ii