Aspek Klinik Channel Ion.docx
-
Upload
andreas-waani -
Category
Documents
-
view
250 -
download
8
Transcript of Aspek Klinik Channel Ion.docx
Aspek Klinik Channel Ion
Proses informasi di dalam CNS sangat tergantung pada fungsi channel ion. Proses
yang paling cepat melibatkan aksi potensial tembakan dan neurotransmisi yang
cepat. Meskipn diluar cakupan bab ini, bab ini menjelaskan bidang klinik dimana
fungsi channel ion sangat penting, bagian berikut menjelaskan beberapa daerah
dimana pemahaman fungsi channel ion sangat penting bagi psikiatri, neurologi
dan farmakologi klinik.
Aktivitas listrik dan fungsi neuroimaging
Kemampuan untuk menggambarkan aktivitas metabolik secara langsung di
dalam otak menggunakan positron emission tomografi (PET) dan fungsional
magnetic resonance imaging (fMRI) memberikan pengaruh besar pada
pemahaman proses kognitif pada manusia dan sirkuit neurologis penyakit
psikiatri. Teknik imaging ini sangat tergantung pad aperubahan monitoring pada
aliran darah regional dan aktivitas metabolik (menggunakan glukosa). penafsiran
hasil dari neuroimaging tergantung pada pemahaman bagaimana perubahan
pada aliran darah dan metabolisme energi berhubungan dengan aktivitas
neuronal. Umumnya dipercaya bahwa perubahan yang ditemukan pada
neuroimaging fungsional menggambarkan rata-rata aktivitas neuronal di daerah
yang menjadi perhatian. Namu, sangat penting untuk mempertimbangkan
bagaimana perubahan imaging berhubungan dengan tembakan neuronal dan
aktivitas, menjelaskan perbedaan pada resolusi sementara aktivitas metabolik
pada level seluler dan molekular. Tugas ini sulit digambarkan dan
diperhitungkan, menggambarkan pengaruh yang mungkin dari aksi tembakan,
pelepasan transmiter, pengambilan seluler dan pompa ion yang diperlukan untuk
menghasilkan transisi dan untuk menetapkan homeostasis ionik di dalam neuron
dan glial. Sangat penting, aktivitas pompa membran diperlukan untuk
mempertahankan homeostasis ionik merupakan kontributor utama untuk
konsumsi energi CNS. Beberapa bukti menegaskan bahwa banyak signal
metabolik di dalam otak dihasilkan dari aktivitas sinaps glutamatergik cepat.
Bentuk saat ini menegaskan bahwa potensial aksi tembakan dan aksi post
sinaptik glutamat diperhitungkan bersamaan untuk 80 persen atau lebih
konsumsi energi CNS. Pengaruh yang lebih kecil berasal dari mempertahankan
keadaan ionik sisa dan memperbaharui glutamat (konsumsi energi mencapai 15
persen). Diperhitungkan secara bersamaan, penelitian ini menegaskan bahwa
perubahan yang ditemukan pada pemeriksaan imaging fungsional sangat besar
ditentukan oleh aktivitas perangsangan yang cepat pada daerah otak khusus.
Penemuan ini secara khusus penting dalam usaha untuk menjelaskan bagiaman
neuromodulator terlibat dalam aksi dari banyak obat psikotropik yang
mempengaruhi proses CNS.
Aktivitas neuronal dan Sindrom Alkohol Janin
Ion channel memainkan peranan penting dalam perkembangan sistem saraf
pada hewan mamalia. Selama perkembangan, lebih banyak neuron dihasilkan
daripada yang diperlukan dalam sistem saraf yang matur. Tergantung pada
daerah yang terkena, lima persen atau lebih neuron tidak selamat. Hal ini
menjelaskan pentingnya pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup neuronal dan menghasilkan pertanyaan penting mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan neuronal dalam perkembangan
penyakit. Saat ini jelas bahwa neuron berfungsi untuk mempertahankan dan
mengembangkan hubungan dan menghasilkan pertanyaan penting mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan neuronal dalam perkembangan
penyakit, neuron harus memperlihatkan level aktivitas yang tepat selama
periode penting dalam perkembangan. Aktivitas ini sebagian menghasilkan
potensial aksi yang dimediasi oleh tegangan channel ion aktif. Tambahan,
aktivitas sinaptik yang tepat, khususnya asal rangsangan sinaptik, kelihatan
memainkan peranan penting dalam menentukan kelangsungan hidup neuronal
selama sinaptogenesis. Bila aktivitas neuronal intrinsik dihambat oleh blokade
tegangan sodium aktif atau channel kalsium, neuron mengalami degenerasi
neuronal apoptotik. Penelitian terbaru pada mencit menunjukkan bahwa agen
yang menurunkan transmisi sinaptik yang dimediasi glutamat, khususnya
komponen yang dimediasi oleh reseptor NMDA, menghasilkan kehilangan dalam
jumlah besar neuron pada berbagai daerah otak selama sinaptogenesis. Sama
halnya, terapi yang meningkatkan penghambatan dimediasi oleh GABA juga
mendukung apoptosis neuronal dalam jumlah besar selama periode
perkembangan. Sejumlah obat yang dipakai secara klinik dan penyalahgunaan
obat-obatan memperlihatkan sifat yang sama. Sebagai contoh, phencyclidine
merupakan obat yang menghambat channel ion NMDA berpotensial neurotoksik
selama perkembangan pada mencit bila diberikan satu hari selama
sinaptogenesis. Neurotoksisitas yang sama ditemukan secara klinik bila
menggunakan benzodiazepin dan barbiturat yang beraksi melalui reseptor
GABAA.
Pada manusia, periode sinaptogenesis mulai dari trimester ketiga
kehamilan sampai beberapa tahun kehidupan. Telah diketahui bahwa paparan
pada waktu perkembangan sistem saraf manusia dengan ethanol menghasilkan
sindrom yang disebut sindrom alkohol janin dan sindrom ini merupakan bentuk
yang ringan, pengaruh alkohol terhadap janin. Sindrom alkohol janin
dikarakteristikkan dengan mikrosefali, badan pendek, abnormalitas wajah, dan
berbagai gangguan pada proses belajar. Sama dengan penelitian yang dijelaskan
diatas, mencit yang terpapar dengan level intoksikasi ethanol untuk peridoe
beberapa jam pada satu hari selama sinaptogenesis menyebabkan apoptotik
neurodegenerasi, pada beberapa daerah mengakibatkan kehilangan lebih dari
separuh neuron. Ethanol merupakan obat dengan pengaruh kompleks pada
sistem saraf, termasuk kemampuan untuk menghambat reseptor NMDA dan
pada beberapa kasus meningkatkan reseptor GABAA. Pada mencit, kerusakan
perkembangan yang dihasilkan oleh ethanol kelihatan menggambarkan
campuran kerusakan oleh antagonis NMDA dan potentiator GABA.
Model saat ini sangat kuat menegaskan bahwa penyakit psikiatri mayor
dari kompleks interaksi gen dengan variabel lingkungan. Sangat menarik untuk
dicatat bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan
pengaruh alkohol janin memperlihatkan psikopatologi yang besar karena sifat
nya pada saat dewasa, termasuk peningkatan prevalensi depresi mayor dan
penyakit psikotik. Sangat beralasan untuk memperhatikan bahwa paparan dini
dengan obat merubah aktivitas neuronal selama perkembangan yang dapat
memberikan pengaruh besar pada ekspresi sindrom psikiatri pada orang dewasa.
Meskipun sangat jelas pada kasus penyalahgunaan obat seperti ethanol dan
phencyclidine, sejumlah terapi menggunakan obat seperti anticonvulsan,
anestesi dan sedatif memiliki sifat yang sama. Penelitian terhadap hewan
menunjukkan bahwa obat ini juga dapat memberikan pengaruh pada
perkembangan sistem saraf pusat.
Tegangan Channel sodium dan aksi antikonvulsan
Kejang merupakan keadaan hipereksitabilitas pada CNS dan menghasilkan
pengaruh kompleks pada kesadaran dan aktivitas motorik. Obat yang dipakai
untuk menangani kejang adalah depresan CNS yang beraksi pada berbagai
channel ion dan sistem transmitter untuk meningkatkan penghambatan dan
menurunkan perangsangan. Reseptor GABAA merupakan target beberapa anti
konvulsan dan anti konvulsan efektif meningkatkan penghambatan GABA.
Contoh antikovulsan yang beraksi pada reseptor GABAA seperti barbiturat dan
benzodiazepine. Antikonvulsan lain mempengaruhi bagian lain pada
neurotransmitter GABAergik. Contoh nya adlaah tiagabine (blok transporter-
mediasi uptake GABA) dan γ-vinyl-GABA (menghambat enzim degradasi GABA,
GABA transminase).
Aktivasi tegangan channel Na+ merupakan target dari anti konvulsan yang
lain. Contoh obat yang merubah channel Na+ adalah phenytoin, carbamazepine
dan dan lamotrigine. Obat ini memiliki aksi kompleks pada channel Na+, tetapi
memiliki sifat yang sama yakni menurunkan aliran ion mellaui channel yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan potensial aksi. Karena potensial aksi
memediasi pelepasan neurotransmitter sangat penting dalam transduksi aktivitas
neuronal di dalam signal interneuronal, sangat menarik bahwa obat
antikonvulsan yang menghambat channel Na+ juga kelihatan dapat menurunkan
perangsangan (glutamatergik) transmisi sinaptik. Kelihatna jelas di dalam neuron
hippocampal dengan anti konvulsan dan obat neuroprotektan, riluzole, yang
secara klinik dipakai untuk menurunkan kehilangan neuronal yag disebabkan
oleh sklerosis lateral amyotropik (ALS). Riluzole (dan beberapa anti konvulsan
lain) meningkatkan in aktivasi tegangan channel Na+. Mengapa agen ini lebih
disukai dalam menurunkan transmisi glutamategik masih belum jelas tetapi
dapat melibatkan densitas channel Na+ pada glutamatergik dibandingkan dengan
neuron GABAergik. Pengaruh, transmisi perangsangan dapat diturunkan dengan
derajat penghambatan channel Na+ yang memiliki sedikit pengaruh pada
penghambatan transmisi.
Menjelaskan pentingnya obat anti konvulsan sebagai stabilizer mood,
pengamatan mekanistik ini memiliki hubungan psikiatri. Baru-baru, asam valproic
merupakan salah satu obat yang dipertahankan dalam penanganan penyakit
affektif bipolar, dan antikonvulsan lain, seperti carbamazepine dan lamotrigine,
yang merupakan agen lini kedua. Mekanisme asam valproic masih tidak jelas,
tetapi pengaruh pada transmisi GABAergik dan channel sodium sepertinya
memberikan pengaruh. Sebaliknya, lithium, obat lain yang mempertahankan
stabilisasi mood,permeate channel sodium tetapi kelihatan menggunakan
pengaruhnya melalui aksi pada messenger kedua reseptor GABA dan
benzodiazepine.
Reseptor GABAA merupakan ligand channel ion yang melewati ion
chlorida selektif dan menghambat kebanyakan daerah CNS. Tambahan, reseptor
GABAA merupakan tempat aksi banyak depresan CNS, seperti barbiturat,
neurosteroid, loreclezole, benzodiazepine dan kemungkinan etanol. Agen ini
beraksi pada tempat berbeda di dalam kompleks reseptor GABAA. Agonis pada
tempat benzodiazepines (misalnya diazepam (Valium), chlordizepoxide,
alprazolem (Xanax) meningkatkan afinitas reseptor GABAA untuk GABA,
meningkatkan respon untuk memaksimalkan konsentrasi GABA. Pengaruh dari
benzodiazepin agonis terhadap channel ion GABAA adalah meningkatkan
frekuensi pembukaan channel pada keadaan tidak adanya perubahan pada
kinetik channel intrinsik (misalnya durasi channel terbuka). Pengaruh ini berbeda
dari barbiturat dan neurosteroid, dimana waktu pembukaan channel lebih lama
dan dapat secara langsung membuka channel GABAA pada keadaan tidak adanya
GABA. Klas kedua benzodiazepines, disebut agonist inversal, terikat dengan
tempat benzodiazepine agonis (misalnya menghasilkan kecemasan dan
menyebabkan konvulsi). Flumazenil (Romazicon) merupakan antagonis pada
tempat benzodiazepine – jadi, flumazenil terikat dengan tempat benzodiazepinie
tetapi tidak secara langsung merubah aliran Cl-. Malahan, Flumazenil memblok
pengaruh dari benzodiazepine agonist dan agonist inversal. Flumazenil dipakai
secara klinik dalam membalikkan pengaruh sedatif dari benzodiazepine saat
anestesi atau pada keadaan overdosis.
Pengaruh benzodiazepine agonist adalah heteogen dan tergantung pada
daerah pada CNS dan subunit yang menysun reseptor GABAA. tempat tertentu
memiliki afinitas tinggi untuk obat hipnotik, zolpidem (Ambien), dan disebut
sebagai reseptor benzodiazepine tipe I. Tempat lain memiliki afinitas rendah
untuk zoplindem dan disebut reseptor tipe II. reseptor Tipe I predominan GABAA-
reseptor benzodiazepine di daam CNS, sedangkan tempat tipe III ditemukan
secara primer di hippocampus, neocortex, striatum dan spinal cord.
Penelitian menggunakan rekombinan reseptor GABAA memperlihatkan
bahwa benzodiazepine tipe I/ tipe II memberikan hasil yang berbeda dari
komposisi subunit reseptor GABAA. saat ini, lebih dari 20 reseptor subunit GABA
berbeda yang termasuk dalam delapan subklas yang telah di kloning (disebut
α1-, β1-4, γ1-4, δ, επ, θ dan ρ1-5), tidak semuanya ditemukan pada hewan.
Channel ion GABA fungsional kelihatan pentamer terdiri dari berbgaai kombinasi
sub unit. GABA kebanyakan terikat dengan subunit β, sedangkan adanya subunit
γ sangat penting untuk sensitivitas benzodiazepine. Ikatan benzodiazepine
seperti terjadi antara pertemuan subunit α dan γ. Perbedaan antara
benzodiazepin tipe I dan II secara farmakologi tergantung pada dimana subunit α
terlihat dengan subunit β dan subunit β dan subunit γ. Α-1 berisi reseptor GABAA
yang memperlihatkan farmakologi tipe I, sedangkan α2, α3 dan α5 berisi
reseptor yang memiliki respon benzodiazepine tipe II. sejumlah reseptor subunit
GABA ditemukan pada CNS, sejumlah kombinasi pentamerik berbeda
kemungkinan mengejutkan. Namun, kelihatan bahwa reseptor yang berisi
α1β2γ2 dan α2β3γ2 terhitung mencapai 80 persen dari reseptor yang sensitif
benzodiazepine di dalam CNS, dimana reseptor α5β30γ2 reseptor merupakan
reseptor GABA yang tidak sensitif terhadpa zolpidem yang terlihat di dalam
hippocampus. Reseptor yang berisi subunit α4 dan α6 tidak sensitif terhadap
agonist benzodiazepine. Penemuan ini lebih lanjut membuat mungkin untuk
membuat reseptor GABA dengan merubah sensitivitas benzodiazepin.
Penelitian terbaru menggunakan mencit transgenik yang kelihatan
mengalami perubahan reseptor GABAA memberikan pandangan baru mengenai
subtipe reseptor yang memediasi pola perilaku. Kelihatan bahwa mencit yang
memperlihatkan subunit α1 tidak sensitif terhadap benzodiazepine karena
substitusi asam amino tunggal, yang dapat memperlihatkan penurunan sedasi,
amnestik dan pengaruh anti konvulsan dari benzodiazepin tetapi
mempertahankan aksi anxiolitik. Jadi hal ini sangat kuat menegaskan
kemungkinan untuk menghasilkan generasi baru obat benzodiazepin yang
memiliki pengaruh klinik yang lebih baik dengan menurunkan efek samping dan
potensial penyalahgunaaan obat.
Reseptor NMDA dan PCP
Pengaruh langsung pada channel ion sangat penting dalam memahami
mekanisme aksi sejumlah obat psikoaktif. Wawasan yang sangat ingin diketahui
adalah bahwa reseptor glutamat tipe NMDA merupakan tempat aksi yang
penting untuk obat, phencyclidine (PCP, debu malaikat). Penyalahgunaan PCP
bertujuan untuk halusinogenik dan disosiasi (perasaan tidak nyata). PCP secara
struktural analog dengan dizocilpine (MK-801) dan ketamin, tempat ikatan di
dalam channel NMDA dan memblok aliran ion. Blok channel NMDA oleh obat
seperti PCP memiliki sifat penting seperti pengaruh jangka panjang, channel ion
tertutup sekitar molekul PCP. Menyandarkan pada blok PCPC menyebbakan
channel NMDA terbuka pada potensial depolarisasi. Masih tidak jelas bagaimana
channel NMDA memblok pengaruh yang psikotomimetik dari PCPC, meskipun
pemahaman interaksi ini masih diteliti. Penemuan obat seperti PCP
menghasilkan perubahan patologis pada neuron cortical posterior menegaskan
melibatkan sirkuit limbik spesifik.
Bagian yang sangat penting dari reseptor NMDA adalah peranan terhadap
channel gerbang ligan yang memainkan peranan dalam kelenturan sinaptik.
Meksipun mekanisme seluler yang mendasari belajar dan ingatan pada otak
manusia tidak diketahui, dipercaya bahwa perubahan menjadi penyebab ingatan
jangka panjang pada transmisi sinaptik. Bila sinap glutamat dipakai pada
frekuensi tinggi, mereka mengalami penigkatan menetap respon, disebut sebagai
potensiasi jangka panjang (LTP). Pada banyak daerah, induksi LTP tergantung
pada aktivasi reseptor NMDA dan memerlukan deteksi perubahan pada fungsi
presinaptik (pelepasan glutamat) dan depolarisasi membran post sinaptik.
Reseptor NMDA memiliki sifat unik yang membuat molekular potnsial untuk
merubah fungsi sinaptik. Pertama, channel ion NMDA sangat permeabel
terhadap ion kalsium dan bila channel ini terbuka, channel ini memberikan dalam
julah besar signal kalsium ke neuron. Kalsium, merupakan messenger yang
sangat penting yang menghasilkan perubahan biokimia seluler pada host yang
mencakup aktivasi kinase protein spesifik, phospholipase dan enzim sintetik
seluler lain. Jadi, influks kalsium yang dimediasi channel NMDA memberikan
pemicu penting utnuk menghasilkan perubahan pada fungsi sinaptik. Kedua,
channel ion NMDA efektif menghambat potensial membran yang dekat dengan
potensial memrab neuron karena blok tegangan oleh konsentrasi fisiologis ion
magnesium ekstraseluler. Blok magnesium pada channel NMDA diredakan bila
potensial membran mengalami depolarisasi. Dalam pengaruh, reseptor NMDA
berperan sebagai detektor, memerlukan aktivasi baik ikatan glutamat dan
depolarisasi membran post sinaptik. Bila keadaan ini ditemukan, reseptor NMDA
ikut serta dalam transmisi sinaptik dan memainkan peranan penting dalam
menginduksi LTP. Menariknya, reseptor NMDA juga ikut serta pada beberapa
bentuk depresi sinaptik jangka panjang (LTD) juga pada kasus LTD, kelihatan
bahwa derajat depolarisasi membran post sinaptik kurang daripad ayang
menyertai LTP, menghasilkan kemungkinan signal kalsium lebih kecil dan aktivasi
protein fosfat di dalam sel post sinaptik. Saat ini, LTP dan LTD merupakan calon
untuk mekanisme seluler yang mendasrai bentuk dasar pembelaran pada sistem
saraf mamalia. PCP dan ethanol menghambat reseptor NMDA, dipikir bahwa
pengaruh amnestik dari obat ini menghasilkan blokade pada reseptor NMDA.
Tembakan Neuronal dan Kompleks Keadaan perilaku
Keadaan perilaku tertentu, seperti kesadaran, perhatian, mood dan tidur
kelihatan memerlkan aktivitas pada sirkuit neuronal spesifik, jaringan
kortikothalamik khusus. Aktivitas pada sirkuit ini melibatkan sifat elektrofisiologi
intrinsik dari neuron spesifk dan pengaruh dari sistem neuromodulator aksi lebih
difus, mencakup sistem muskarinik dan monoaminergik. Neuron tertentu
memiliki gerbang tegangan spesifik yang membuat merek adapat menembak
secara ritmis dan spontan, jadi memiliki sifat yang diperkirakan membuka jalan
atau oscilator. Sebagai contoh, neuron pada nukleus olivary inferior memiliki
potensial aksi secara secara spontan dan mempertahankan tembakan ini dalam
hubungan dengan periode jangka panjang tidak adanya input. Neuron olivari
inferior ini menembakkan secara konvensioal Na+ yang memberikan depolarisasi
yang diperlukan untuk membuka chanel HVA Ca2+. Pada gilirannya, Ca2+ yang
masuk mengaktifkan Ca2+ - dependent K+ konduktasi yang dengan cepat dan
efektif menyebabkan hyperpolarizes membran. Ketika terjadi hyperpolarisasi
membran, saluran LVA Ca2+ terbuka dan membawa potensial membran kembali
ke ambang batas untuk menembak Na+, yang kemudian mengaktifkan siklus lain.
Dalam kasus neuron olivary rendah, yang merupakan sifat dari channel LVA Ca2+
yang mendorong oscilator. Saluran LVA dinonaktifkan pada membran neuronal
tetapi menjadi aktif ketika membran hyperpolarized dalam keadaan istirahat.
Akibatnya, hyperpolarization menjadi stimulus pengaktif yang memungkinkan
saluran LVA untuk membuka. Tembakan oscilator pada neuron olivary inferior
kemudian mendorong neuron Purkinje di cerebellum pada frekuensi
penembakan yang sesuai untuk olivary neuron inferior. Purkinje neuron
beresonansi dalam menanggapi rangsangan dari neuron olivary rendah inferior.
Rangkaian resonansi ini diyakini menyebabkan tremor fisiologis, yang berosilasi
sekitar sepuluh siklus per detik. Di sirkuit ini, neuron orivari inferior dianggap
sebagai alat pacu jantung. Kegiatan pacu jantung juga ditemukan dalam neuron
thalamic, meskipun tidak selalu identik, mekanisme yang digunakan untuk
menggerakkan osilasi. Aktivitas jaringan dalam sistem talamokortikal dimediasi
oleh kedua neuronal intrinsik dan koneksi sinaptik. Aktivitas ini menyebabkan
perubahan spesifik pada electroencephalogram (EEG) selama keadaan tidur dan
sadar. Neuron talamokortikal menunjukkan dua keadaan aktivitas yang berbeda.
selama tidur, sel memperlihatkan ritmis yang sinkron yang menyerupai delta,
spindle, dan gelombang lambat lain pada EEG. Selama keadaan sadar dan tidur,
neuron ini memperlihatkan aktivtias tonik. Channel kalsium LVA sangat penting
dalam aktivitas jaringan thalmocortical. Perubahan dari tidur ke sadar dimediasi
oleh depolarisasi neuron retikular thalamik dan ketidakaktivan channel kalsium
LVA. Juga kelihatna bahwa abnormalitas pada neuron thalamocortical sangat
penting dalam menghasilkan gelombang 3Hz dan aktivitas gelombang yang
terlihat selama kejang.
Pada beberapa daerah pada CNS, output dari sel pacemaker dimediasi
oleh perangsangan cepat atau transmiter penghambatan. Namun, beberapa
neuron dapat menembakkan potensial aksi. Pembakaran adalah periode dari
puncak sering tembakan yang diikuti dengan periode diam. Tipe tembakan ini
dipakai untuk menghasilkan aktivitas dalam jaringan neural lokal atau distribusi.
Tambahan, tembkan dapat memberikan signal Ca2+ intraseluler yang cukup untuk
melepaskan transmiter peptida. Pada akhirnya, memperlambat aksi sinaptik
pada peptida dalam kombinasi dengan atau terbebas dari sistem reseptor
protein G yang dapat merubah frekuensi oscilator tembakan dan pembakaran.
Contoh yang jelas dari keadaan ini adalah tembakan berulang yang terjadi saat
puncak frekuensi adaptasi yang dihambat oleh blok Ca2+ diaktifkan oleh K+
konduktase. Pada pola ini, sifat listrik intrinsik neuron dan pengaruh dari
modulator transmitter untuk menentukan level bawah aktivitas (atau tonus)
pada sistem neuronal spesifik.
Channel Ion dan Penyakit
Selama beberapa tahun terakhir, ada peningkatan bukti bahwa sejumlah
penyakit klinik seperti sindrom neuropsikiatri, dihasilkan dari kerusakan yang
diturunkan atau yang didapat pada channel ion (disebut channelopati).
Gangguan ini dikarakteristikkan oleh perubahan fungsi pada channel ion yang
dihasilkan dari mutasi genetik, abnormalitas transkripsional atau proses
autoimun. Meskipun kebanyakan dari penyakit ini tidak dianggap murni penyakit
psikiatri, keterlibatan channel ion spesifik pada penyakit mengandung
pemahaman penting mengenai channel ion dalam fungsi fisiologis. Lebih lanjut,
beberapa sindrom channelopati menegaskan cara berpikir mengenai interaksi
gen-lingkungan dalam menghasilkan penyakit psikiatri.
Informasi yang paling lengkap mengenai peranan abnormal fungsi
channel ion dalam menghasilkan penyakit ada pada penyakit jantung. Salah satu
contoh adalah sindrom QT yang memanjang, dikarakteristikan oleh keruskaan
repolarisasi jantung. Individu dengan QT memanjang memiliki predisposisi
mengalami perkembangan aritmia jantung malignan (misalnya torasdes de
pointes) baik secara spotan atau selama paparan dengan obat tertentu, seperti
obat psikotrofi. Beberapa mutasi yang diturunkan pada channel ion jantung
terlibat dalam sindrom QT panjang. Mutasi ini mencakup mutasi pada gen
channel Na+, SCN5A, atau empat gen yang mempengaruhi keterlambatan
perbaikan arus K+ di dalam jantung. Kerusakan pada channel Na+ SCN5A kelihatan
meningkatkan aliran sodium melalui kerusakan pada inaktivasi channel.
Menariknya, kehilangan fungsi mutasi pada SCN5A menyebabkan sindrom
Brugada, penyakit jantung yang menyebabkan ventrikular fibrilasi idiopatik.
Menjelaskan pentingnya channel SCN5A dalam peningkatan potensial aksis
jantung, mekanisme yang mendasari ventrikular fibrilasi pada sindrom Brugada
yang belum sepenuhnya dipahami saat ini. mutasi pada channel K+ rectifier
tertunda mempengaruhi sindrom QT jangka panjang mengakibatkan kehilangan
fungsi channel dan abnormalitas pada repolarisasi ventrikular. Mekanisme
channel mempengaruhi sindrom QT memanjang yang diinduksi obat belum
sepenuhnya dipahami tetapi dapat melibatkan channel K+ polimorfisme.
Mejelaskan pentingnya channel ion dalam menentukan pola tembakan
neuron, yangd itmeukan pada epilepsi, kelompok penyakit yang disebabkan oleh
episode abnormal aktivitas kelistrikan paroksimal, disebabkan oleh mutasi pada
channel ion spesifik. Sebagai contoh, epilepsi lobus frontal dominan autosomal
disebabkan oleh mutasi pada gen α4 reseptor asetilkolin nikotinik neuronal.
Sindrom yang dikarakteristikkan oleh kejang selama tidur malam dan secara
klinik sulit dibedaakan dengan mimpi buruk. Mutasi dilaporkan saat ini
merupakan gangguan daerah transmembran kedua pada protein yang dipiir
membentuk channel ion. Penurunan kesadaran neonatla familial benigna
disebabkan oleh mutasi pada channel K+ gen KCNQ2 atau KNCQ3. Protein gen
yang membentuk channel M yang menghasilkan aktivasi lambat dan
perlambatan arus K+. Ekspresi dari alela mutasi tunggal pada gen neonatal
familial merupakan gangguan dominan dengan patologi alela mutasi walaupun
adanya alela yang secara normal pada kromosom lain – penurunan jumlah
channel cukup menghasilkan neuron menjadi hipereksitabilitas. Epilepsi umum
dengan kejang demam ditambah siindrom dominan autosomal yang dihasilkan
dari mutasi pada subunit channel Na2+. Peranan channel dalam sindrom genetik
yang jarang ini menegaskan bahwa epilepsi idiopatik kemungkinan channelopati
yang dihasilkan dari interaksi antara kerusakan genetik pada channel ion dan
pengaruh buruk dari lingkungan. Mengenali gen channel yang mengalami
kerusakan yang menyebabbkan epilepsi idiopatik akan memberikan kesempatan
untuk farmakoterapi dengan membuat genotip individu untuk terapi untuk gen
khusus yang terlibat.
Gen CACNA1A channel kalsium, yang berkode subunit α1 HVA P/Q tipe
Ca2+ menyebabkan beberapa penyakit genetik. Migrai hemiplegi familial
merupakan bentuk dominan autosomal pada migran dengan onset masa anak-
anak dan aura yang mencakup hemiparesis sementara itu hemiplegia yang
berlangsung selama beberapa jam sampai hari. Sebaliknya, sakit kepala berbeda
dari sindrom migrain yang menyebabkan aura, meskipun, pada beberapa
keluarga, gangguan disertai dengan ataksia progresif. Seperti yang diperkirakan
pada penyakit psikiatri, migrai hemiplegik familial secara genetik heterogen
dengan mencapai 50 persen kasus melibatkan mutasi pada CACNA1A.
heterogenitas meluas ke level molekular dengan 13 mutasi berbeda yang
dikenalis aat ini. pengaruh mutasi diperkirkan mulai pada fungsi, yang
memberikan patologi yang jelas dari alela mutasi tunggal pada pasien. Ekspresi
berbagai mutasi gen pada sistem heterogen memperlihatkan gambaran
kompleks dengan mutasi yang paling dikenali menyebabkan penuruann aliran
Ca2+, mungkin kehilangan fungsi, dan mutasi lain yang menyebabkan peningkatan
fluks Ca2+ atau mendapatkan fungsi. Gangguan lain yang dominan yang
disebabkan oleh mutasi pada CACNA1A adalah ataksia tipe 2 episodik. Pasien
mengalami episode nistagmus dan ataksia yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari; pada beberapa pasien, penyakit ini mengalami
perkembangan atrofi cerebral. Mencapai 50 persen pasien mengalami migrain.
Meskipun 15 mutasi menyebabkan gangguan kasar pada ekspresi protein,
beberapa mutasi merubah asam amino tunggal. Ekspresi gen dengan satu titik
mutasi pada sistem heterolog menghasilkan kehilangan lengkap fungsi tanpa
merubah ekspresi protein. Akhrinya, satu tipe dominan autosomal ataksia
spinocerebral (SCA6) dihubungkan dengan adanya ekspresi pada CAG ulangan
(poliglutamin) pada terminus karboksil pada protein CACNA1A.
Pada banyak cara, sangat mudah untuk mengkonsepkan mutasi protein
yang dihasilkan dari keadaan kronik seperti ataksia daripada gangguan episodik
seperti migrain, karena channel P/Q sangat penting untuk pelepasan transmiter
pada sirkuit serebral yang bertugas untuk berjalan. Mutasi pada P/Q
menyebabkan migrain yang secara khusus merupakan fungsi yang penting untuk
sirkuit neural yang diaktifkan oleh paparan lingkungan yang buruk (memicu
migrain) atau tergantung pada transmitter seperti serotonin (dipikir terlibat
dalam patogenesis migrain). Berbagai sindrom menyebabkan perubahan pada
gen CACNA1A menjelaskan heterogenitas yang diperkirakan dari mengkaji gen
untuk penyakit psikiatri.
MS menghasilkan banyak tipe gejala, seperti disfungsi serebral,
sekurangnya sebagian karena demielinisasi. Cedera saraf perifer mengakibatkan
perubahan pada ekspresi gen channel Na+. Dikonsepkan bahwa MS merupakan
penyakit yang disebabkan oleh cedera saraf sebagai akibat demielinisasi
menegaskan bahwa ada beberapa perubaan pada ekspresi channel Na+ pada
penyakit ini. peneltiian terhadap hewan dari demielinisasi memperlihatkan
ekspresi channel Na+ spesifik neuron sensorik resisten tetrodotoksin (SNS) pada
sel purkinje cerebral, sebuah tipe channel normal yang tidak terlihat di dalam
otak. Pemeriksaan post mortem pada otak dari pasien dengan MS yang
memperlihatkan tanda klinik disfungsi cerebral sebelum kematian juga
menunjukkan ekspresi channel SNS Na+ pada sel Purkinje. Penemuan ini jelas
spesifik untuk MS yang didasrakan pada tidak adanya ekspresi channel Na+ SNS
pada sel puskinje pada korktes serebral yang diambil dari pasien yang mati
sebagai akibat dari penyakti arteri koroner. contoh dari keadaan channelopati
menegaskan bahaw bahwa interaksi lingkungan dengan gen dipikir merupakan
hal yang sangat penting dalam patofisiologi penyakit psikiatri yang dapat
mengakibatkan induksi channelopati.
Didasarkan pada status saat ini, jelas sepertinya ada perbedaan gerbang
tegangan dan gerbang ligan channel ion yang akan memberikan pemahaman
yang lebih baik mengenai struktur, biofisik, dan level genetik. Meskipun kejadian
kelistrikkan yang mendasari perangsangan neuronal relatif stereotipe, berbagai
channel ion mempengaruhi penembakkan neuronal yang memberikan
fleksibilitas tinggi dalam kontrol aktivitas seluler. Lebih lanjut, perbedaan pada
channel ion yang terlibat dalam signal listrik yang memberikan kompleks dan
kekuatan dimana perangsangan dapat dimodulasi oleh neurotransmiter dan obat
terapi. Menentukan bagaimana perubahan halus pada fungsi channel ion
mempengaruhi perilaku dan sindrom klinik masih perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dalam bidang ini.
Anjuran seluruh referensi
Bagian 1.4. membahas bagaimana secara langsung neurotransmiter monoamine
(misalnya 5-HT3) dan aktif tidak langsung (melalui protein G) channel ion berpadu
pada neurotransmisi. Bagian 1.5 membahas neurotransmiter asam amino-
menggunakan rasional yang sama untuk neurotransmiter monoamine (lihat di
atas). Bagian 1.6 membahas bagaimana neuropeptida merubah sifat kelistrikan
sel secara langsung. Bagian 1.8 membahas bagaimana protein G, sebuah jalur
signal yang sangat penting intra seluler, mengunakan pengaruh channel sebagai
bagian dari signal. Bagian 1.14 membahas bagiaman menggunakan elektrofisilogi
tergantung pada prinsip dasra elektrofisiologi. Bagian 1.20 membahas ilmu dasra
tidr-bagaimana siklus tidur dapat dihasilkan dari mempertahankan sirkuit neural,
menggambarkan sifat elektrofisiologi sel spesifik di dalam jaringan. Bagian 1.22
membahas mekanisme neural penyalahgunaan substansi- bagiaman beberapa
obat yang dapat mempengaruhi channel ion.
1.10. Genom, transkriptone, dan Proteome
Steven O. Moldin, PhD
Steven E. Hyman M,D.
Bagian 1 “Ilmu Neural”
Saat ini merupakan era dimana penelitian global mengenai deoksiribonuklead
acid (DNA), ribonukleat acid (RNA) dan protein memblok sel yang secara rutin
dilakukan, contoh proyek human genom (HGP), oleh penelitian skala besar
variassi genetik pada manusia, dan penyebaran teknologi pemeriksan DNA dan
alat lain fungsi genomik. Sebagai akibatnya, seharusnya mungkin untuk meneliti
genetik penyakit mental dan penyakit kompleks genetik pada manusia. Genomik
fungsional telah menjadi pemeriksaan rutin pada otak dan telah dipakai pada
peneltiian otak manusia post mortem dari individu dengan penyakit mental dan
pada hewan untuk mengetahui ilmu klinik neurologis. Apakah pendekatan omiks
dan apa yang mereka lakukan? Apakah dari setiap pendekatan berusaha untuk
meneliti level informasi biologis dari pandangan global. Sebagai contoh,
walaupun meneliti ekspresi satu gen pada satu waktu, ilmu neurologis dan
peneliti lain saat ini dapat meneliti ekspresi ribuan gen, yang membuat dapat
dilakkan pemilihan informasi dari sejumlah kecil pemeriksana lengkap. Penelitian
genomik merupakan penelitian seluruh genom, dan genom merupakn jumlah
total DNA di dalam organisme dengan mengajukan eukariotik lebih tinggi
memiliki genom nuklear dan mitokondrial. Genomik mungkin diperiksa dengan
teknologi tinggi dengan rangkaian DNA dan dihitung (atau bioinfomartik).
Peranan sentral metoda penghitungan tidak diabaikan, karena ribuan pasangan
basa DNA saat ini di dalam database masyarakat, dimana DA ini telah dibaca dan
dengan cepat dibandingkan dan dianalisis. Epidemiologi genetik dan genetik
(lihat bagian 1.17) memberikan pengaruh menguntungkan langsung pada
genomik, karena genetik merupakan ilmu yang yang diusahakan untuk
menghubungkan rangkaian DNA berbeda (genotipe) dengan perbedaan dapat
turunan (fenotipe). Transkriptome merupakan istilah yang dipakai untuk
menjumlahkan total RNA yang terlihat (transkripsi) di dalam organisme.
Penelitian mengenai ekspresi gen biasanya berfokus pada RNA messenger
(mRNA), antara gen dan protein. Penelitian global mengenai ekspresi gen
menyusun genomik fungsional dan menggunakan alat itu sebagai pemeriksaan
mikro, dimana ribuan rangkaian gen disusun pada slide atau ribuan sampel DNA
dilihat pada slide dan dipakai sebagai pemeriksaan untuk menemukan dan
menghitung rangkaian RNA di dalam sampel. Proteome merupakan protein
lengkap yang ditemukan di dalam organisme dan diteliti secara global dengan
proteomik. Mengambil golongan ini memiliki keterbatasan, bahkan membahas
metabolom, jumlah total aktivitas enzim. Kesalahan bahasa ini dapat dimaafkan
namun, jika teknologi akhir nya berkembang sesuai dengan yang dijanjikan.
Kemampuan untuk memonitor ekspresi ribuan gen, protein atau aktivitas enzim,
juga peningkatan metoda penghitungan, menghasilkan janin sistem biologi yang
akan meningkatkan kekuatan metoda penghitungan, yang akan memberikan kita
pandangan jelas mengenai beberapa aspek mengenai otak.
Pada tahun 2003 adalah 50 tahun peringatan penemuan struktur DNA
oleh James Watson dan Francis Crick dan juga tahun dimana HGP lengkap. HGP
merupakan rangkaian lengkap (sangat akurat, rangkaian DNA) pada genom
manusia, rangkaian yang sangat penting bagi organisme seperti mencit juga
dihasilkan. HGP dibuat mungkin dengan mengembangkan teknologi rangkaain
DNA secara cepat, secara akurat dan murah. Sebagai akibatnya, sangat mungkin
untuk menentukan rangkaian DNA dari banyak individu. cara ini memberikan
dalam jumlah beasr informasi mengenai variasi rangkaian pada manusia, bahan
mentah genetik. Adanya rangkaian refrensi pada manusia, luasnya dan
perkembangan informasi mengenai perbedaan rangkaian manusia, bahan
mentah genetik. Adanya perbedaan rangkaian manusia, luasnya dan
perkembangan informasi mengenai variasi pada manusia, dan rangkaian gen dari
organisme memberikan alat baru yang kuat bagi ahli genetik. Diluar rangkaian
genom, saat ini ada usaha intensif untuk mengenali setiap gen dalam genom dan
untuk menghasilkan dan membuat replikasi DNA complement (cDNA) dari setiap
mRNA tersedia dan dapat ditemukan pada manusia, mencit dan spesies lain.
Pengumpulan ini akan memfasilitasi penelitian biologi otak dan patofisiologi
gangguan mental. Ahli neurobiologi akan dapat mengetahui cDNA untuk setiap
pasangan reseptor protein G pada genom manusia, setiap channel ion, dan
setiap protein kinase di dalam sel, disebutkan hanya beberapa klas protein yang
penting. Penelitian terhadap gen tipikal spesies normal dan cDNA akan
dilengkapi oleh kemampuan untuk menilai berbagai bentuk melalui genetik. Jadi,
akan menjadi jelas bagiamana sedikti perbedaan dari reseptor G, channel ion,
atau protein kinase merubah fungsi seluler dan bahkan fungsi otak. Lebih dari
1000 gen dimana mutasi yang merupakan predisposisi penyakit pada manusia
telah dikenali, dan banyak telah dipakai untuk menghasilkan mencit transgenik
yang merupakan model untuk penyakit. Kebanyakan dari gen yang menyebabkan
penyakit telah dikenali, namun, penyebab penyakit mendelian, dimana gen
dipertanyakan menggunakan pengaruh yang sangat besar. Ilmu kedokteran saat
ini mengalihkan perhatiannya pada penelitian untuk mempertimbagkan lebih
banyak gen yang mendasari kompleks penyakit fenotipe, seperti penyakit
mental. Bab ini mulai dengan memperkenalkan DNA dan dasar ekspresi gen.
Kemudian menjelaskan kontribusi HGP dan rangkaian skala besar untuk alat
genetik manusia dan penelitian ekspresi gen yang berhubungan dengan penyakit
mental dan terapi. Apa yang dijelaskan cukup untuk menjelaskan pembaca untuk
mulai menilai hipotesis molekular yang sepertinya mengalami peningkatan di
dalam literatur selama dekade kedepan.
DNA dan RNA : Membentuk Pemisah dalam kehidupan
Genetik molekular, hubunganya dengan psikiatri, secara luas dinilai dengan
hubungan kompleks antara informasi yang dibawah DNA makromolekul dan RNA
dan produk protein mereka, yang sangat penting dalam membentuk blok dari
setiap sel, termasuk neuron, di dalam otak. Cetakan genetik dari setiap
organisme hidup dari bakteri sampai manusia memiliki kode oleh rangkaian DNA.
Struktur double heliks dari DNA yang dijelaskan oleh Watson dan Crick sangat
sesuai untuk menyimpan informasi, menyampaikan informasi dari generasi ke
generasi dan kemampuanya secara langsung untuk sintensis makromolekul lain.
Tiap rangkaian double heliks secara langsung sintesis dari makromolekular lain.
Tiap turunan dari double helix merupakan polimer linear dari empat blok kecil
yang disebut nukleotida. Informasi yang berkode dalam pola linear dari
nukleotida ini. empat nukleotida yang menyusun DNA adalah purines, adenine
(A) dan guanine (G) dan pyrimidines, sitosin (C) dan thymine (T). Seperti yang
diperlihatkan pada gambar 1.10-1, double heliks dibentuk oleh gula fosfat,
dengan nukleotida basa yang berorientasi ke dalam. Di sisi helix, purine (A atau
G) tipe terbesar nukleotida, selalu ditemukan secara langsung berlawanan
pyrimidine (T atau C). Nukleotida A selalu berpasangan dengan T dan G
berpasangan dengan C dengan kata lain, A adalah komplement untuk T dan G
komplemen dengan C. jumlah maksimum A menstabilkan ikatan hidrogen yang
terbentuk dari pasangan nukleotida komplemen; setiap susunan basa
menghilangan stabilitas struktur DNA.
Dasar pasangan basa komplemen yang membentuk dasra replikasi DNA
dan transkripsi DNA menjadi RNA, dimana langkah pertama dalam ekspresi gen.
Karena DNA adalah polimer linear, memberikan template untuk sintesis
makromolekul lain. Replikasi DNA atau sintesis RNA, double helix dan turunan
komplemen baru dari DNA atau RNA disintesis secara berhasil dengan
memadukan basa komplemen (misalnya sebuah A di dalam turunan baru dari T
di dalam turunan template). Karena turunan baru berisi rangkaian nukleotida
yang merupakan komplemen dari rangkaian template, kedua turunan berisi
informasi yang sama. Di dalam replikasi DNA, tiap turunan dari double helix
memberikan template untuk sintesis dari turunan complement baru yag
menghasilkan dua molekul double heliks DNA dikenali pertama. Pada sintesis
RNA (Transkripsi) hanya satu turunan DNA yang memberikan template untuk
sintesis RNA rantai tunggal, yang kemudian disosiasi dari template.
Meskipun struktur DNA sangat sesuai untuk penyimpanan informasi dan
transfer informasi, secara kimia sederhana dan berhubungan dengan kekerasan
struktur heliks yang membatasi fungsi dan dapat terjadi di dalam sel. sebagai
akibatnya, informasi yang berisi di dalam DNA terlihat melalui RNA dan protein
RNA seperti DNA merupakan polimer linear dari empat nukleotida, tetapi tidak
seperti DNA, yang merupakan rantai tunggal, bebas untuk melibat ke dalam
berbagai konformasi, membuat ia berfungsi lebih baik. mRNA merupaakn RNA
yang memberikan hubungan antara rangkaian DNA dan kode protein. Seperti
pada kasus DNA, mRNA membawa informasi yang berkode di dalam rangkaian
linear nukleotida. Molekul RNA yang lain memberikan struktural daripada
informasi yang dibawah di dalam sel. ribosom, organe dimana protein disintesis,
merupakan kontruksi diluar kompleks RNA ribosomal (rRNA) dan protein.
Transfer RNA (tRNA) mengantarkan asam amino ke ribosom untuk berpadu ke
dalam proteini selama proses translasi dari mRNA ke dalam protein.
Protein terdiri dari satu atau lebih polipeptida, makromoleklar linear
terdiri dari asam amino yan berpadu dengan ikatan peptida. Ada 20 asam amino
di dalam sel mamalia. Sel ini memiliki sifat kimia yang berbeda yang berbeda
pada bagian terbesar, hidrophobisiti. Sebagai akibat dari perbedaan raantai
kimia, protein memiliki fungsi lebih banyak daripada DNA atau RNA. Sifat khusus
protein (tabel 1.10-1) tergantung tidak hanya pada rangkaain linear dari asam
amino yang membentuk blok (struktur primer) tetapi juga pada lipatannya,
karakteristik tiga dimensi (sekunder dan tertier); pada kasus seperti itu, rangakai
polipeptida individual disebut subunit. Protein dapat berinteraksi secara non
covalen dengan kofaktor spesifik, sebagai tontoh, molekular ion atau kecil atau
dapat kovalen, sebagai contoh, dengan penambahan gula atau kelompok lipid
dengan beberapa asam amino. Interaksi ini dan modifikasi mempengaruhi
konformasi dari protein dan oleh karena itu merupakan fungsinya. Protein
terlibat dalam setiap aspek penting fungsi seluler.
Table 1.10-1 Tingkatan struktur protein
Tingkata
n
Definisi
Primer Rangkaian linear asam amiino di dalam polipeptida
sekunder Jalur polipeptida
Tertier Secara keseluruhan struktur tiga dimensi dari polipeptida
Keempat Secara keseluruhan struktur protein, yang berarti kombinasi subunit
proteini
GEN DAN KROMOSOM
Pada eukariotik, DNA terisi di dalam organel yang terikat membran, nukleus.
Organisme genom eukariotik terdiri dari gen dan banyak intervensi DNA. Dalam
nukleus DNA didiatur ke dalam kromosom. Ukuran dan jumlah kromosom sangat
berbeda antara spesies; sel manusia memiliki 46-23 turunan dari tiap orang tua.
Kromosom merupakan molekul DNA yang sangat panjang yang terikat dengan
berbagai struktur yang mengatur nukleus. Organisme eukaritik terdrii dari gen
dan sangat banyak molekul DNA panjang yang terikat dengan berbagai struktur
dan pengatran protein. Struktur protein yang paling penting adalah histones,
yang merupakan struktur kecil, protein positif yang memberikan paket DNA di
dalam struktur yang mask ke dalam nukleus sel. heliks DNA dibungkus sektiar
histone untuk membentuk struktur yang kemudian di lipat dalam struktur orde
lebih tingi disebut kromatin. Kromatin berisi berbagai protein tambahan yang
diperlukan untuk replikasi DNA dan modifikasi histone, dan transkripsi dan
proses RNA.
Tiap kromosom berisi segmen multipel DNA yang disebut gen (gambar
1.10-2). Genoom manusia diperkirakan memiliki 30.000 gen. Berdasarkan
sejarah, istilah gen diberikan oleh oskar Johannson dan pertama kali ditemukan
pada tahun 1900 an sebagai konsep untuk menjelaskan bagaiamana sifat
mnurun diturunkan antara generasi. Dengan kemajuan biologi molekular,
menjadi mungkin secara fisik menemukan gen, sebagai bagian dari DNA, dan
berhubungan dengan segmen DNA, dengan produk gen (RNAs dan protein)
sebagai perkiraan awal, satu gen awalnya disebut kode satu protein. Yang
dikenali bahwa rangkaian asam amino di dalam protein klinear dnegan asam
yang merupakan spesifik oleh tiga nukleotida (disebut kodon). Hubungan antara
kodon dan asam amino disebut kode genetik lebih kompelks dalam beberapa
tahun. sebuah gen saat ini dipahami sebagai segmen kromosom yang
bertangguang jawab untuk membuat fungsi produk fungsional. Istilah modern
gen adalah kompnen berikut : rangkaian harus termasuk dalam daerah kode dan
regulator, harus ditranskripsikan (terlihat) dan produk gen harus berfungsi.
RANGKAIAN GENOM MANUSIA
Pada tahun 1988, komite khusus the US national Research Council of the U.S.
National Academy of Sciences menganjurkan mulai HGP untuk rangakain genom
manusia lengkap dari tiga juta pasangan basa. Dalam menyelesaikan genomik
selama 15 tahun terakhri sebagai akibat dari HGP dan skala beasr rangkaian
termasuk konstruksi berikut 1-centimorgan (cM)-resolusi genetik dengan 3000
marker: kontruksi peta fisik dari genom manusia yang berisi lebih dari 50.000
rangkaian; peta mendekati empat juta polimorfisme nukleotida tunggal manusia
(SNP); mengenali lebih dari 15.00 cDNA manusia; rangkaian berakhir pada model
organisme, seperti escherichia coli, saccharomyces cerevisiae,
Caenorhabditiselegans, dan Drosophilia melanogaster dan perkembangan
teknologi skala genomik yang mencakup sintesis oligonukleotida.
Saat ini HGP memberikan kita rangkaian lengkap pada manusia, yang
mungkin disebut sulit, untuk menentukan segmen DNA yang mana merupakan
gen. Michale Synder dan Mark Gerstein menjelaskan lima kriteria untuk
mengenali gen di dalam rangakaian DNA pada genom : (1) membuka bingkai
pembacaan (ORF), yang merangkai kodon pada rangkaian linear molekul mRNA
yang dikodekan oleh DNA (tidak setiap kodon (kelompok tiga basa nukleotida)
spesifik tRNA dan oleh karena itu, asam amino, yang tidak disebut kodon akhir
dan spesifik ujung potensial ORF); (2) rangkaian gambaran atau pola spesifik di
dalam rangkaian DNA (sebagai contoh, tempat untuk RNA) yang dapat dipakai
untuk membantu menentukan lokasi gen; (3) rangkaian gen yang ditelti dapat
dikenali dengan membandingkan bayak rangkaian pada organisme (rangkaian
DNA yang ditemukan dengan mengembangkan metoda untuk mengukur besar
daerah DNA); (4) bukti untuk transkripsi – gen dikenali dapat diselesaikan dengan
menarik RNA atau ekspresi protein, tanda produk gen (pemeriksaan, rangkaian
analisis ekspresi gen (SAGE) dan rangkaian ekspresi rangkaian tag (EST)
merupakan pendekatan yang umum; dan (5) in aktivasi gen- metoda yang
berguna untuk menentukan jika fungsi gen mengalami mutasi atau produknya
tidak akhit, baik gangguan gen secara langsung atau menganggu RNA.
PERBEDAAN GENETIK MANUSIA
Perbedaan dari orang ke orang pada rangkaian rangkaian DNA yang tepat di
dalam gen dapat menghasilkan perbedaan dalam regulasi ekspresi gen atau
dalam produksi produk gen berbeda. perbedaan rangkaian dalam daerahh
regulator mungkin menghasilkan perbedaan level transkripsi atau bahkan pada
gen ekspresi sel diperanyaan. Produksi dari RNAs messenger dapat menghasilkan
perbedaan protein (tergantung pada apakah ada perbedaan dalam ORF dan
tergantung pada apakah perbedaan proses RNA mempengaruhi perbedaan atau
spesifik dua asam amino berbeda – hal ini tidak selalu menjadi kasus karena
banyak asam amino spesifik oleh lebih dari satu kodon). Perbedaan dalam
jumlah, waktu atau lokasi dalam ekspresi roduk gen atau perbedaan pada sifat
produk gen, dapat mempengaruhi perbedaan fenotipe, seperti risiko penyakit
dan respon terhadap terapi. Jenis yang paling sering pada perbedaan rangkaian
pada genom manusia adlaah perubahan baas nukleotida tunggal, disebut SNP.
Perbedaan SNP terjadi bila nukleotida tunggal, seperti A, menggantikan satu basa
nukkleotida lain-C, G, atau T. Sebagai contoh SNP mengalami perubahan segmen
DNA AAGGTTA menjadi AAGGTT, dimana A terakhir pada potongan pertama
digantikan dengan T. Rata-rata, SNP terjadi pada populasi manusia mencapai
satu dalam setiap 1000 basa. Karena hanya 2 persen rangkaian DNA yang
membawa gen, kebanyakan SNP ditemukan pada daerah intergenik. SNP
ditemukan di dalam kode atau atau rangkaian secara khusus menjadi perhatian
karena lebih sering merubah fungsi biologi protein.
Karena potensial menggunakan SNP untuk analisis genetik, dengan kata
lain, untuk membantu memetakan gen dalam hubungan dengan penyakit, usaha
dibuat untuk mengenali dan memetakan SNP pada genom manusia. Pada april
1999, sepuluh perusahaan farmasi dan the Wellcome Trust membentuk
konsorsium SNP, bukan perusahaan profit yang memiliki tujuan untuk
mengontrak laboratorium akademi yang didanai oleh the NIH untuk mengenali
dan memetakan SNP. Konsorsium SNP menemukan dan memetakan hampir
empat juta SNP saat ini. dijelaskan bahwa pemeriksaan ini membutuhkan biaya
besar dan tidak cukup untuk mengelompokkan setiap SNP ini, strategi analisis
yang diusulkan untuk menurunkan jumlah SNP dianalisis untuk julah yang masuk
akal. Satu strategi berfokus pada pembentukan SNP pada kromosom yangsama
yang diturunkan dalam blok atau haplotipe-menyajikan blok yang diturunkan
pada kromosom yang diturunkan yang tidak dipisahkan oleh rekombinasi. Jika
saat ini diteliti, perbedaan genetik manusia akan disajikan oleh mosaic haplotipe,
mungkin membedakan haplotipe pada satu lokus yang secara efisien dikenali
dengan hanya dalam jumlah kecil SNP. SNP seharusnya dipakai tidak hanya untuk
memetakan lokus genetik yang terlibat dalam risiko penyakit tetapi juga
farmakogenomik. Karena faktor genetik mempengaruhi respon orang terhadap
terpai obat. SNP juga dipakai dalam membantu peneliti menentukan dan
memahami mengapa individu berbeda pada efek samping obat juga pada respon
terhadap terapi.
TRANSKRIPTOME : INFORMASI DARI DNA SAMPAI RNA
Ekspresi informasi genetik di dalam sel hampir secara eksklusi sistem satu cara.
Transkripsi DNA menjadi RNA merupakan mekanisme dasar dimana sel
memediasi pertumbuhan, fungsi dan metabolisme. Transkriptome ditetapkan
dengan pengumpulan lengkap elemen transkripsi genom. Selain itu mRNA, juga
merupakan RNA non kode yang dipakai untuk tujuan struktural dan regulator.
Perubahan pada struktur atau level ekspresi pada salah satu dari RNA ini atau
protein ini dapat mempengaruhi penyakit.
Protein tidak disintesis secara langsung dari DNA tetapi pada dua proses
rangkaian, transkripsi DNA menjadi mRNA, yang terjadi di dalam nukleus dan
translasi mRNA di dalam protein yang terjadi di dalam sitoplasma. Berdasarkan
konsepnya, transkripsi sama dengan replikasi DNA di dalam satu dari dua
rangakain DNA yang memberikan template untuk menghasilkan complement
pasti dalam rangkaian nukleotida. Namun, walaupun menghasilkan turunan
ganda asam nuklead yang masih menguatkan rangkaian template (seperti pada
replikasi DNA) transkripsi menghasilkan rangkaian RNA yang dilepaskan dari
template. Cara ini membuat DNA dari gen untuk diperkuat kembali menjadi
double helix dan RNA, yang masih rangkaian tunggal, lebih lanjut diusulkan dan
kemudian mengeluarkan nukleus untuk translasi. Transkripsi gen yang
merupakan kode protein dilakukan oleh enzim polimerase RNA II dan
menyebbakan regulator protein. Protein yang terlibat dalam regulasi transkripsi
disebut faktor transkripsi.
Kontrol primer regulasi gen di dalam eukariotik terjadi pada awal
transkripsi. Regulasi gen ekspresi tergantung pada regulator rangkaian DNA yang
sering disebut cis-acting elemen yang beraksi pada tempa tikatan untuk protein
untuk menandakan memulai dan menghentikan transkripsi, yang merekrut
polimerase II RNA ke DNA, atau dengan meregulasi level ekspresi gen.
Kebanyakan yang diketahui cis regulator elemen yang relatif pendek, 8 sampai 16
nukleotida. Peranan dari elemen ini adalah untuk menambatkan level ekspresi
gen. Peranan dari elemen gen ini adalah untuk menambat faktor transkripsi
untuk mengkoreksi gen target tetapi bukan untuk gen lain. Analogi dnegan
neurofarmakologi, rangkaian DNA spesifik elemen regulator cis beraksi sebagai
reseptor untuk faktor transkripsi. Spesifitas tempat ikatan untuk protein
ditentukan oleh basa di dalam DNA. Rangkaian regulator cis sangat penting
terlibat dalam memulai transkripsi disebut promoter gen. Elemen regulator cis
khusus di dalam gen dan faktor transkripsi khusus ditemukan dalam menentukan
sel apakah gen dapat dilihat dida lam tipe sel dan jika ia, pada keadaan apa. Sel
berisi dalam jumlah besar faktor transkripsi dengan sifat berbeda. beberapa
interaksi dengan banyak gen, yang lain hanya dalam jumlah kecil. Faktor
transkripsi dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan ekspresi gen yang
berinteraksi- dengan kata lain, mereka dapat beraksi sebagai transkripsi aktivator
atau repressor. Kemampuan faktor transkripsi untuk mengaktifkan atau
menekan ekspresi gen diregulasi oleh signal fisiologis.
Untuk dapat beradaptasi secara tepat dengan signal lingkungan, sel harus
dapat mengaktifkan atau menekan ekspresi gen. Di dalam sistem saraf, regulasi
ekspresi gen melalui signal ekstraseluler (yang berarti neurotransmitter)
merupakan mekanisme yang sangat penting mendasari kelenturan neural jangka
panjang untuk mempertahankan ingatan jangka panjang.
PEMROSESAN RNA
Setelah transkripsi DNA menjadi RNA, beberapa mekanisme dipakai pada tingkat
proses RNA untuk menghasilkan berbagai produk gen berbeda. sel eukariotik
lebih dari DNA diperlukan untuk gen. Pada genome manusia, kelihatna bahwa
mencapai 30.000 gen yang berkode protein yang memerlukan tidak lebih dari 2
persen DNA. DA tambahan ini ditemukan tidak hanya antara gen tetapi juga di
dalam mereka. Pada bakteri, protein yang berkode hampir berbeda oleh DNA
tunggal; organisme yang lebih tinggi, kebanyakan gen memiliki rangkaian kode
protein, disbut ekson (karena rangkaian ini dieksport dari nukleus dlaam bentuk
mRNA), diganggu oleh rangakain tanpa kode disebut intron. Bila gen di
transkripsi, RNA panjag dihasilkan kolinear dengan DA dan oleh karena itu, beriis
ekson dan intron. Hal ini disebut transkripsi primer. sebelum RNA meninggalkan
nukleus, RNA memprosees enzim mengeluarkan intron dan ekson bersatu utnuk
membentuk mRNA matur. Proses ini disebut splicing RNA (gamar 1.10-3). Pada
beberapa kasus, transkripsi primer dapat disambung dalam cara alternatif,
tergantung pad atipe sel atau stadiu perkembangan, untuk menghasilkan mRNA
dan oleh karena itu, protein berbeda. mekanisme ini dapat lebihd ari satu
protein disintesis dari gen tunggal dan transkripsi primer, tergantung pada ekson
yang dipertahankan atau dikeluarkan.
Salah satu contoh pemeriksan terbaik alternatif terpusat pada calcitonin
dan gen calcitonin yang mengeluarkan peptida (CGRP); sel tertentu di dalam
sistem saraf membentuk CGRP, yang dijadikan sebagai neurotransmitter,
sedangkan sel medular di dalam kelenjar tiroid membentuk kalsitonin, yang
dijadikan sebgaai hormon, dari gen yang sama. Saat sambungan selesai, mRA
meninggalkan nukleus dan terikat dnegan ribosom di dalam sitoplasma, dimana
ia secara langsung dapat mensintesis protein.
Regulasi Genetik dan Epigenetik dari Ekspresi Gen
Sel dari organisme multi seluler memiliki DNA yang asma pada nukleus mereka
tetapi berbeda struktur dan fungsi karena perbedaan ekspresi gen. Mekanisme
epigenetik sangat penting untuk mengembangkan dan diferensiasi, tetpai dapat
juga dihasilkan pada manusia dewasa baik dengan perubahan acak (proses
stochasctic) atau pengaruh lingkungan. Perubahan epigentik stabil diturunkan
dalam waktu singkat tetapi tidak melibatkan mutasi DNA sendiri. Dua mekanisme
molekular yang terlibat dalam kromatin dan memdiasi fenomena epigenetik.
Metilasi DNA dan modifikasi histone. Modifikasi histone pada terminal amino
oleh asetilasi, fosforilasi, metilasi dan ada dimana-mana memiliki peranan dasar
dalam regulasi gen, dengan kombinasi asetilasi, fosforilasi, dan status metilasi
histon menentukan aktivitas gen. Metilasi DNA pada manusia merupakan
mekanisme umum untuk menyajikan untuk menyajikan transkripsi. Metilasi DNA
merupakan salah sat komponen program epigenetik luas yag mencakup
modifikasi post sintesis dari kromatin. Kromosom diatur dalam daerah fungsional
ekspresi gen (daerah kromatin), yang berbeda berdasarkan aktivtias
transkripsional. Struktur kromatin menggunakan kontorl jangka panjang melebihi
ekspresi gen. Karena setiap sel organisme berisi DNA yang sama (yang berarti
salinan lengkap genom organisme), gen individual harus berisi elemen regulator
yang membuat ekspresi gen selama perkembangan dan kehidupan dewasa.
Ekspresi berbeda dari genom umum diperlukan untuk pembentukan tipe sel
berbeda selama perkembangan (misalnya neuron dibandingkan dnegan ginjal
dibandingkan dnegan sel hati), termauk diferensiasi ribuan tipe berbeda neuron
yang ditemukan did alam otak. Perbedaan ekspresi gen juga mendasari sifat yang
unik dari berbagai tipe sel.
Kontorl jangka panjang ekspresi gen did alam sel juga dikontrol oleh
modifikasi covalent DNA (misalnya oleh penambahan kelompok metil untuk
residue cytosin) dan oleh struktur kromatik. Beberapa mekanisme jangka
panjang ini dapat ditransmisikan ke sel turunan setelah pembelahan sel.
mekanisme seperti itu tidak secara langsung mempengaruhi rangkaian DNA
seperti yang dijelaskan dnegan mekanisme epigenetik. Tabel 1.10-2 menyajikan
pandangan mekanisme regulasi gen yang terlihat di dalam sel manusia.
Tabel 1.10-2 Regulation of Gene Expression in Human Cells
Mechanism Examples
Transcriptional
Binding of tissue-specific transcription
factors to cis-acting elements of a single
gene
Erythroid-specific transcription
factor NF-E2
Direct binding of hormones or growth
factors to response elements in inducible
transcription elements
Steroid hormone response elements
Use of alternative promoters in a single
gene
Eight distinct promoters generate
cell-type-specific expression of the
dystrophin gene
Posttranscriptional
Alternative splicing Differential splicing in the
WT1Wilms' tumor gene
Tissue-specific RNA editing Expression of apolipoprotein B gene
in the intestine
Translational control mechanisms IRE binding protein regulates
production of ferritin heavy chain
and transferrin receptor
Epigenetic and long-term control of gene
expression by chromatin structure
Allelic exclusion Imprinting exclusively in brain of
UBE3A gene
X chromosome inactivation Inactivation of many X chromosome
genes by XIST gene product
Long-range control by chromatin structure Suppression of expression of the
SOX9 gene in campomelic dysplasia
Short-range cell–cell signaling Mammalian embryo cells
Regulasi ekspresi gen oleh neurotransmiter dan messenger keda. Ekspresi gen di
dalam otak dapat diaktifkan oleh proses fisiologis normal oleh pengalaman dan
oleh agen farmakologi. Mekanisme umum dimana signal sinaptik ditransduksi ke
genom melibatkan aktivasi sistme messenger kedua intraseluler dan protein
kinase. Protein kinase kemudian faktor transkripsi spesifik fosforilasi (atau
disertai protein) dapat merubah aktivita stranskripsional nya. Fosforilasi faktor
transkripsi dapat merubah ikatannya dnegan elemen cis-regulator yang tepat,
jika telah terikat dengan DNA, kemampuan untuk meregulasi aktivitas
polimerase II kompleks (gambar 1.10-4). Dengan skema ini, ada dua varian
utama. satu terlibat secara langsung dalam aktivasi faktor transkripsi yang ada
dalam neuron bahkan pad akeadaan basal, sebagai contoh, oleh fosforilasi.
Mekanisme lain yang secara tidak langsung, fosforilasi mengakitkfkan faktor
transkripsi yang ada, lalu mengaktifkan ekspresi gen yang berkdoe faktor
transkripsi tambahan. Faktor yang baru disintesis ini kemudian dapat
mengaktifkan atau menekan tambahan gen target. Mekanisme pertama yang
terjadii lebih cepat daripada kedua dan khususnya menjelaskan perbedaan luas
waktu yang ditemukan untuk regulasi transinaptik ekspreis gen. Jadi beberapa
reseptor neurotransmiter mengalami perubahan stimulasi dalam ekspresi gen
yang terjadi dalam beberapa menit, sedangkan yang lain memerlukan beberapa
jam tergantung pada sinstesis protein baru.