Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem · 12 9 Aspek-aspek penting budidaya...

2
9 12 Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem agroforestri di lahan gambut dalam (ketebalan gambut 200-300 cm) meliputi penyiapan lahan, penanaman, pengelolaan kesuburan tanah, pengelolaan air dan pola tanam. Pertama, penyiapan lahan. Penyiapan lahan merupakan aspek paling penting dalam budidaya tanaman sistem agroforestri di lahan gambut tebal. Penyiapan lahan dilakukan dengan membagi lahan dalam petakan-petakan dengan parit sebagai pembatas antar petakan (teknik petak berparit). Pembuatan parit berfungsi ganda yaitu sebagai pengelolaan tata air dan sebagai sekat bakar, terutama untuk api bawah tanah. Adanya parit dapat mempertahankan muka air tanah (lengas tanah) antara 60 – 100 cm dari permukaan tanah sehingga memberi peluang akar tanaman dapat tumbuh dengan baik (drainase dan aerasi tanah berlangsung dengan baik). Ukuran parit yang digunakan untuk luas lahan 1 ha adalah 50 – 100 cm untuk lebar dan kedalaman parit. Nenas ditanam di sekeliling parit drainase, yang berfungsi untuk memadatkan tanah di sekitar parit agar tidak mudah longsor, sebagai sekat bakar hijau terutama untuk api permukaan dan membantu mencegah masuknya gulma ke lahan budidaya. Menurut Noor (2001) salah satu kendala dalam budidaya pohon di lahan gambut adalah rendahnya kerapatan lindak (bulk density) dan kecilnya daya dukung tanah sehingga tanaman menjadi mudah rebah dengan semakin meningkatnya bobot tanaman di atas tanah. Peningkatan daya dukung tanah memerlukan pemadatan, khususnya pada mintakat perakaran atau jalur tanaman. Teknik pemadatan yang dilakukan oleh petani lokal secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu menggunakan vegetasi dan pemadatan yang dilakukan di dalam lubang tanam. Vegetasi yang biasa digunakan untuk kegiatan pemadatan tanah adalah nenas dan ubi kayu. Kearifan petani dalam memanfaatkan limbah hasil panen dan gulma sebagai bahan organik bersifat spesifik untuk tiap-tiap individu petani. Secara umum hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (a) memberikannya langsung ke tanah, baik itu sebagai mulsa pada permukaan tanah maupun dipendam dalam tanah; (b) membakar bahan organik (mengakibatkan mineralisasi). Abu hasil pembakaran tersebut berfungsi sebagai bahan amelioran yang cepat dan murah; (c) mengomposkan bahan organik tersebut dengan teknik “puntal sebar” dan (d) menjadikannya sebagai pakan ternak, selanjutnya kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Ketiga, pengelolaan air. Kegiatan ini dilakukan oleh petani lokal meliputi pembuatan saluran keliling dan sistem tabat. Sistem tabat dilakukan petani lokal untuk mempertahankan muka air selama musim tanam (lacak) pada sekitar bulan Maret – April. Tabat dibuka pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan untuk mengeluarkan unsur pemcemar (Al, Fe, H2S). Keempat, pola tanam. Sistem agroforestri berbasis jenis jelutung rawa yang telah dikembangkan oleh petani lokal dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Pola tanam yang telah dikembangkan oleh petani lokal tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: (a) agrosilvofishery, (b) mixed cropping, dan (c) alleycropping. Ketiga pola tanam tersebut seperti dijelaskan pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Transcript of Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem · 12 9 Aspek-aspek penting budidaya...

Page 1: Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem · 12 9 Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem agroforestri di lahan gambut dalam (ketebalan gambut 200-300

912

Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem

agroforestri di lahan gambut dalam (ketebalan gambut 200-300 cm)

meliputi penyiapan lahan, penanaman, pengelolaan kesuburan tanah,

pengelolaan air dan pola tanam.Pertama, penyiapan lahan. Penyiapan lahan merupakan aspek

paling penting dalam budidaya tanaman sistem agroforestri di lahan

gambut tebal. Penyiapan lahan dilakukan dengan membagi lahan

dalam petakan-petakan dengan parit sebagai pembatas antar petakan

(teknik petak berparit). Pembuatan parit berfungsi ganda yaitu sebagai

pengelolaan tata air dan sebagai sekat bakar, terutama untuk api

bawah tanah. Adanya parit dapat mempertahankan muka air tanah

(lengas tanah) antara 60 – 100 cm dari permukaan tanah sehingga

memberi peluang akar tanaman dapat tumbuh dengan baik (drainase

dan aerasi tanah berlangsung dengan baik). Ukuran parit yang

digunakan untuk luas lahan 1 ha adalah 50 – 100 cm untuk lebar dan

kedalaman parit. Nenas ditanam di sekeliling parit drainase, yang

berfungsi untuk memadatkan tanah di sekitar parit agar tidak mudah

longsor, sebagai sekat bakar hijau terutama untuk api permukaan dan

membantu mencegah masuknya gulma ke lahan budidaya. Menurut

Noor (2001) salah satu kendala dalam budidaya pohon di lahan

gambut adalah rendahnya kerapatan lindak (bulk density) dan kecilnya

daya dukung tanah sehingga tanaman menjadi mudah rebah dengan

semakin meningkatnya bobot tanaman di atas tanah. Peningkatan

daya dukung tanah memerlukan pemadatan, khususnya pada

mintakat perakaran atau jalur tanaman. Teknik pemadatan yang

dilakukan oleh petani lokal secara umum dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu menggunakan vegetasi dan pemadatan yang

dilakukan di dalam lubang tanam. Vegetasi yang biasa digunakan

untuk kegiatan pemadatan tanah adalah nenas dan ubi kayu.

Kearifan petani dalam memanfaatkan limbah hasil panen dan

gulma sebagai bahan organik bersifat spesifik untuk tiap-tiap individu

petani. Secara umum hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi

empat, yaitu: (a) memberikannya langsung ke tanah, baik itu sebagai

mulsa pada permukaan tanah maupun dipendam dalam tanah; (b)

membakar bahan organik (mengakibatkan mineralisasi). Abu hasil

pembakaran tersebut berfungsi sebagai bahan amelioran yang cepat

dan murah; (c) mengomposkan bahan organik tersebut dengan teknik

“puntal sebar” dan (d) menjadikannya sebagai pakan ternak,

selanjutnya kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Ketiga, pengelolaan air. Kegiatan ini dilakukan oleh petani lokal

meliputi pembuatan saluran keliling dan sistem tabat. Sistem tabat

dilakukan petani lokal untuk mempertahankan muka air selama musim

tanam (lacak) pada sekitar bulan Maret – April. Tabat dibuka pada akhir

musim kemarau atau menjelang musim hujan untuk mengeluarkan

unsur pemcemar (Al, Fe, H2S). Keempat, pola tanam. Sistem agroforestri berbasis jenis

jelutung rawa yang telah dikembangkan oleh petani lokal dapat

dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Pola tanam

yang telah dikembangkan oleh petani lokal tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yakni: (a) agrosilvofishery, (b) mixed

cropping, dan (c) alleycropping. Ketiga pola tanam tersebut seperti

dijelaskan pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Page 2: Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem · 12 9 Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem agroforestri di lahan gambut dalam (ketebalan gambut 200-300

1110

Pola

Agro

fore

stri

Desk

ripsi

Sin

gka

t(S

usu

nan K

om

ponen)

Kom

ponen U

tam

a

Alle

y cr

oppin

gdengan t

ekn

ikgunduka

n(t

ongko

ngan).

Alle

y cr

oppin

gdengan

tekn

ik s

urj

an.

Agro

silv

ofish

ery

dengan

tekn

ik s

urj

an.

Lahan d

ibagi m

enja

di ta

buka

n y

ang b

erf

ungsi

sebagai ko

lam

ika

n p

elih

ara

an m

aupun b

eje

(kola

m p

era

ngka

p ika

n)

dan b

agia

ngulu

dan y

ang d

itanam

i ta

nam

an k

era

s(j

elu

tung, durian, gaharu

, ka

ret

dan m

angga k

ueni)

sert

a t

anam

an b

uah-b

uahan (

sala

k pondoh).

Pohon:

kare

t, jelu

tung,

gaharu

, m

angga k

ueni,

dan d

urian.

Tanam

an b

uah-b

uahan:

sala

k pondoh,

Kola

m ika

n d

an b

eje

.

Pohon:

kare

t, jelu

tung.

Tanam

an s

em

usi

m:

padi lo

kal (t

ahun).

Tanam

an p

adi ditanam

pada loro

ng y

ang

terb

entu

k dari b

aris

tanam

an p

ohon

yang d

itanam

dengan t

ekn

ikgunduka

n (

tongko

ngan).

Lahan d

ibagi m

enja

di ta

buka

n y

ang d

itanam

ipadi lo

kal (p

adi ta

hun)

dan b

agia

n g

ulu

dan

yang d

itanam

i ta

nam

an k

era

s(k

are

t dan a

tau jelu

tung).

Pohon:

kare

t, jelu

tung.

Tanam

an s

em

usi

m:

padi lo

kal/ta

hun.

Tabel 1 P

ola

agro

fore

stri y

ang d

ikem

bangka

n o

leh p

eta

ni di la

han g

am

but

dangka

l

Gambar 4. Alley cropping dengan teknik gundukan (kiri), Alley

cropping dengan teknik surjan (tengah) dan

Agrosilvofishery dengan teknik surjan (kanan).