Aspal Final

41
BAB II PENGUJIAN BAHAN ASPAL 2.1 Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen Standar uji: SK. SNI. 06 – 2456 - 1991 2.1.1 Pendahuluan Penggunaan aspal dalam perkerasan jalan, disesuaikan dengan kebutuhannya serta sifat penetrasi dari aspal yang bersangkutan. Suatu aspal yang menggunakan nilai penetrasi yang besar belum tentu menghasilkan hasil yang baik. Oleh karena itu, penggunaan aspal harus menyesuaikan dengan situasi, kondisi, dan jenis perkerasan yang akan dipakai. Aspal biasanya mempunyai angka penetrasi 60/70; 80/100 dan 100/120. Semakin besar angka penetrasi maka semakin lembek aspal tersebut. 2.1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan cara menusukkan jarum ukuran 1 mm, beban 50 gram, setiap 5 detik ke dalam bitumen pada suhu tertentu. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan angka penetrasi dari aspal keras yang I-1

Transcript of Aspal Final

Page 1: Aspal Final

BAB II

PENGUJIAN BAHAN ASPAL

2.1 Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen

Standar uji: SK. SNI. 06 – 2456 - 1991

2.1.1 Pendahuluan

Penggunaan aspal dalam perkerasan jalan, disesuaikan dengan

kebutuhannya serta sifat penetrasi dari aspal yang bersangkutan. Suatu aspal yang

menggunakan nilai penetrasi yang besar belum tentu menghasilkan hasil yang

baik. Oleh karena itu, penggunaan aspal harus menyesuaikan dengan situasi,

kondisi, dan jenis perkerasan yang akan dipakai. Aspal biasanya mempunyai

angka penetrasi 60/70; 80/100 dan 100/120. Semakin besar angka penetrasi maka

semakin lembek aspal tersebut.

2.1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi

bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan cara menusukkan jarum

ukuran 1 mm, beban 50 gram, setiap 5 detik ke dalam bitumen pada suhu tertentu.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan angka penetrasi

dari aspal keras yang diuji. Kemudian angka penetrasi ini digunakan untuk

menentukan beban maksimum kendaraan yang masih diijinkan melalui jalan yang

ditinjau supaya tidak terjadi kerusakan jalan.

2.1.3 Bahan dan Peralatan

Bahan:

1) Aspal keras yang akan digunakan pada pembuatan campuran aspal

panas tipe AC.

2) Air.

I-1

Page 2: Aspal Final

Peralatan:

1) Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun

tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.

2) Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gram yang dapat dilepas dengan

mudah dari alat penetrasi.

3) Pemberat dari (50±0,05) gram dipergunakan untuk pengukuran

penetrasi dengan beban 50 gram.

4) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC atau HRC 54

sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.

5) Cawan contoh harus terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder

6) Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi. Tempat

tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang

cukup untuk merendam benda uji tanpa gerak.

7) Pengukur waktu. Saat pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan

stopwatch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dari

kesalahan tertinggi 0,1 detik. Sedangkan pengukuran penetrasi dengan

alat otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

8) Termometer.

2.1.4 Penyiapan Benda Uji

Contoh dipanaskan perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup cair untuk

dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk tidak lebih dari 60oC di atas titik

lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Diaduk perlahan-lahan

agar udara tidak masuk ke dalam contoh. Setelah contoh cair merata dituangkan

kedalam tempat contoh dan dibiarkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat

tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Benda uji ditutup

agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam

untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.

II-2

Page 3: Aspal Final

2.1.5 Prosedur Pengujian

1) Benda uji diletakkan ke dalam tempat air yang kecil yang telah berada

pada suhu yang ditentukan dan didiamkan dalam bak tersebut selama

1 sampai 1,5 jam.

2) Pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik

kemudian jarum penetrasi dibersihkan dengan toluene atau pelarut

lain lalu jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih dan dipasang

pada pemegang jarum.

3) Pemberat 50 gram diletakkan di atas jarum sehingga beban sebesar

(100 ± 0,1) gram diperoleh.

4) Tempat air dipindahkan ke bawah alat penetrasi.

5) Arloji penetrometer diputar kemudian angka penetrasi yang berhimpit

dengan jarum penunjuk dibaca dan pencatatannya dibulatkan hingga

angka 0,1 mm terdekat.

6) Jarum diturunkan perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh

permukaan benda uji. Kemudian diatur angka 0 di arloji

penetrometer, sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya.

7) Pemegang jarum dilepaskan dan serentak dijalankan stopwatch selama

jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

8) Pekerjaan sampai dengan di atas dilakukan sebanyak 10 kali untuk

benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan

berjarak satu sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

II-3

Page 4: Aspal Final

2.1.6 Data Hasil Pengujian

Tabel 2.1 Pemeriksaan Penetrasi(AASHTO T – 49 – 68)

Pembukaan Contoh

Contoh dipanaskan Pembacaan Waktu Pembacaan suhu oven temperatur 110oC

Mulai jam : 14.00

Selesai jam :14.30

MendinginkanContoh

Didiamkan pada suhu ruangMulai jam : 14.30Selesai jam : 14.40

Mencapai suhu pemeriksaan

Direndam pada suhu 25oC

Pembacaan suhu waterbath temperatur 25oC

Mulai jam : 14.40

Selesai jam :15.00

Pemeriksaan Penetrasi pada suhu 25oC

Pembacaan suhu penetrometertemperatur 25oC

Mulai jam : 15.00

Selesai jam :15.30

Waktu dan pemeriksaan penetrasi aspal disampaikan pada tabel 2.1

II-4

Page 5: Aspal Final

Tabel 2.2 Data Hasil Penetrasi

Penetrasi pada suhu 25oC

100 gram 5 dtk

Penetrasi (mm)

1

Penetrasi (mm)

2

Pengamatan : 1

2

3

4

5

75

74

54

80

81

73

62

72

77

75

Rata – rata (mm) 72,8 71,8

Rata – rata (mm) 72,3

Data hasil percobaan penetrasi aspal disampaikan pada tabel 2.2

2.1.7 Perhitungan dan Analisis Data

Mencari rata-rata nilai penetrasi dari percobaan diatas adalah sebagai

berikut:

Nilai penetrasi rata-rata 1

= 72,8 mm

Nilai penetrasi rata-rata 2

= 71,8 mm

Nilai rata – rata

= 72,3 mm

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai penetrasi aspal

sebesar 72,3 mm, angka penetrasi ini didapatkan dari hasil rata-rata penetrasi dua

sample. Hal ini sesuai dengan penetrasi 60/70 dengan angka penetrasi antara 60

mm sampai 79 mm. Aspal dengan penetrasi 60/70 digunakan untuk jalan

bervolume tinggi dan daerah panas sehingga didapatkan stabilitas yang tinggi.

II-5

Page 6: Aspal Final

Tabel 2.3 Tabel Koreksi

Hasil Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 - 249 250 – 500

Toleransi 2 4 12 20

Toleransi hasil pemeriksaan penetrasi aspal disampaikan pada tabel 2.3

Dari data hasil percobaan diketahui nilai penetrasi terendah sebesar 54 dan

yang tertinggi 81. Ini berarti nilai selisih kedua sampel adalah sebesar 27 mm dan

melampaui angka toleransi yang diijinkan yaitu 4 mm (Tabel 2.3). Hal ini

mungkin dikarenakan jarum pada penetrometer yang masih kotor. Bisa juga

disebabkan adanya debu yang terkandung dalam aspal.

2.1.8 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh nilai penetrasi aspal

sebesar 72,3 mm. Hal ini berarti aspal tersebut dalam jenis aspal dengan penetrasi

60/70 dengan batas angka penetrasi antara 60 mm sampai 79 mm.

2.1.9 Saran

1) Pastikan suhu ruangan 25o agar mendapatkan hasil yang sesuai atau

mendekati spesifikasinya.

2) Jarum juga perlu dijaga kebersihannya, karena apabila jarum kotor atau

aspal masih tersisa pada jarum, maka penurunan jarum tidak maksimal.

3) Pastikan saat melepas jarum penetrometer serentak dengan

dijalankannya stopwacth selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.

II-6

Page 7: Aspal Final

2.2 Titik Lembek Aspal

Standar uji :

(SNI 06-2434-1991)

2.2.1 Pendahuluan

Nilai titik lembek aspal diambil dari suhu pada saat bola baja dengan berat

tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin dalam

ukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di

bawah cincin pada ketinggian 25,4 mm sebagai akibat pemanasan pada suhu

tertentu.

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian

mutu aspal atau ter untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan

jalan.

2.2.2 Maksud dan Tujuan

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan angka titik lembek aspal

yang berkisar 30oC sampai 200oC.

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan kualitas aspal yang akan

digunakan pada jalan tertentu berdasarkan nilai titik lembeknya dengan meninjau

faktor beban kendaraan dan suhu daerah setempat.

2.2.3 Bahan dan Peralatan

Bahan :

1) Aspal keras

2) Air

3) Batu es

Peralatan :

1) Termometer

2) 2 Buah cincin kuningan

3) 2 Buah bola baja, diameter 9,53 mm, berat 3,45 – 3,55 gram.

4) 2 Pengarah bola

II-7

Page 8: Aspal Final

5) Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5

cm dengan tinggi sekurang-sekurangnya 12 cm

6) Dudukan benda uji

7) Pemanas

8) Stopwatch

2.2.4 Penyiapan Benda Uji

1) Contoh dipanaskan perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus hingga

cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan dengan perlahan-

lahan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. Setelah cair

merata contoh dituangkan kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan

aspal tidak melebihi 111oC di atas titik lembeknya. Waktu untuk

pemanasan aspal tidak melebihi 2 jam.

2) Cincin dipanaskan sampai mencapai suhu tuang sampel dan kedua

cincin diletakkan di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari

campuran talc dan glycerin.

3) Contoh dituangkan kedalam cincin dan didiamkan pada suhu sekurang-

kurangnya 8oC di bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.

4) Setelah dingin, permukaan contoh diratakan dalam cincin dengan pisau

yang telah dipanaskan.

2.2.5 Prosedur Pengujian

1) Bejana gelas diisi dengan air yang dicampur dengan batu es

sehingga mencapai suhu (51)oC dengan tinggi permukaan air berkisar

antara 101,6 – 108 mm.

2) Dua pengarah bola dipasang diatas masing masing benda uji

3) Letakkan dua bola baja di tengah-tengah pengarah bola tersebut.

II-8

Page 9: Aspal Final

4) Kedua benda uji dipasang dan diatur di atas dudukan benda uji.

Kemudian seluruh peralatan tersebut dimasukkan ke dalam bejana gelas

yang telah terisi air dan batu es.

5) Termometer diletakkan di antara kedua benda uji. Jarak antara

permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji diperiksa dan diatur

sehingga menjadi 25,4 mm.

6) Baja di dalam bejana gelas dipanaskan hingga kenaikan suhu 5oC

per menit. Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan

pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Perbedaan

pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC untuk 3 menit yang pertama.

2.2.6 Data Hasil Pengujian

Tabel 2.4 Pemeriksaan Titik Lembek

Pembukaan Contoh

Contoh dipanaskan

Pembacaan Waktu Pembacaan suhu

oventemperatur 110oC

Mulai jam : 14.00

Selesai jam : 14.20

MendinginkanContoh

Didiamkan pada suhu ruangMulai jam : 14.20

Selesai jam : 14.50

Mencapai suhu pemeriksaan

Direndam pada suhu 5oC Pembacaan suhu

lemari es temperatur 5oC

Mulai jam : 14.50

Selesai jam : 15.20

Pemeriksaan

Titik Lembek pada suhu 5oCMulai jam : 15.20

Selesai jam : 15.50

Pemeriksaan titik lembek disampaikan pada tabel 2.4

II-9

Page 10: Aspal Final

Tabel 2.5 Data Hasil Pengujian Titik Lembek

NoSuhu yang diamati

Waktu (menit)Titik Lembek ( o C )

o C o F I II

1 5 41 0 - -2 10 50 1 - -3 15 59 2 - -4 20 68 3 - -5 25 77 4 - -6 30 86 5 - -7 35 95 6 - -8 40 104 7 - -9 45 113 8 - -10 50 122 9 - -11 55 131 24 52 52

Data hasil pengujian titik lembek disajikan pada tabel 2.5

2.2.6 Perhitungan dan Analisis Data

Rata-rata nilai titik lembek dari percobaan diatas dapat diperoleh dari

perhitungan data pada tabel 2.5. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

Nilai titik lembek rata – rata =

= 520C

2.2.7 Kesimpulan

Titik lembek aspal percobaan adalah 520 C berarti aspal tersebut terlelak

pada penetrasi 60/70 dengan titik lembek antara 48-58 oC. Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa aspal tersebut memenuhi syarat sebagai bahan ikat campuran

aspal beton.

2.2.8 Saran

Pelaksanaan praktikum ini dibutuhkan ketelitian dalam pembacaan

termometer karena akan berpengaruh pada nilai analisis data yang akhirnya akan

mempengaruhi nilai titik lembek aspal tersebut.

II-10

Page 11: Aspal Final

2.3 Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar

Standar Spesifikasi:

1) (PA – 0303 – 76)

2) (AASHTO T – 48 – 74)

3) (ASTM D – 92 – 52)

2.3.1 Pendahuluan

Aspal memiliki titik nyala dan titik bakar yang menentukan seberapa

kuatnya aspal tersebut jika terpapar panas. Titik nyala adalah suhu pada saat

terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal, sedangkan titik

bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala pada suatu titik di permukaan aspal.

Jika sampai pada suhu 199 o C tidak terlihat titik nyala, berarti aspal tersebut telah

memenuhi syarat di mana titik nyala minimal untuk aspal penetrasi 60/70 adalah

200 oC.

2.3.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan titik nyala dan

titik bakar.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap aspal

memiliki perbedaan suhu pada saat titik nyala dan titik bakar terlihat sehingga

dalam praktik di lapangan, pemanasan tidak boleh melebihi titik nyala dan titik

bakar.

2.3.3 Bahan dan Peralatan

Bahan:

1) Aspal keras

Peralatan:

1) Termometer

2) Cleveland open cup (cawan kuningan)

3) Pelat pemanas yang terdiri dari logam untuk melekatkan cawan

cleveland dan bagian atas dilapisi seluruhnya asbes setebal 0,6 cm

(1/4”)

II-11

Page 12: Aspal Final

4) Sumber pemanasan dari pembakaran gas yang tidak menimbulkan

asap atau nyala di sekitar bagian atau cawan.

5) Nyala penguji, yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan

Ø3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.

6) Stopwatch, untuk mengukur waktu kenaikan suhu tiap 5 oC.

7) Box, untuk menutupi bahan dan alat agar tidak tertiup angin dari

samping selama pengujian.

2.3.4 Penyiapan Benda Uji

1) Contoh aspal dipanaskan antara 148,9o – 176oC sampai cukup cair.

2) Kemudian cawan cleveland diisi sampai garis dan gelembung udara

yang ada pada permukaan cairan dihilangkan (dipecahkan).

2.3.5 Prosedur Pengujian

1) Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan sumber pemanas

diatur sehingga terletak di bawah titik tengah cawan.

2) Nyala penguji diletakkan dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik

tengah cawan.

3) Termometer ditempatkan tegak lurus di dalam benda uji dengan

jarak 6,4 mm di atas dasar cawan dan terletak pada garis yang

menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.

Kemudian diatur sehingga poros termometer terletak pada jarak ¼

diameter cawan dari tepi.

4) Sumber pemanas dinyalakan dan diatur pemanasannya sehingga

kenaikan suhu menjadi (15±1)oC per menit sampai benda uji

mencapai 56oC di bawah titik nyala perkiraan.

5) Kemudian kecepatan pemanasan diatur 5o – 6o C per menit pada

suhu 56o dan 28oC di bawah titik nyala perkiraan.

6) Nyala penguji dinyalakan agar diameter nyala penguji tersebut

menjadi 3,2 sampai 4,8 mm

II-12

Page 13: Aspal Final

7) Nyala penguji diatur sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi

cawan ke tepi cawan) dalam waktu satu detik. Pekerjaan tersebut

diulangi sampai kenaikan 2oC.

8) Pekerjaan 6 dilanjutkan sampai terlihat nyala singkat pada suatu

titik di atas permukaan benda uji.

9) Suhu pada termometer dibaca dan dicatat.

2.3.6 Data Hasil Pengujian

Tabel 2.6 Pemeriksaan Titik Nyala

Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Pembacaan Waktu

Pembacaan suhu oventemperatur 110oC

Mulai jam : 14.24Selesai jam : 14.34

Menentukan Titik Nyala Kenaikan Suhu contoh

Penuangan contoh Pembacaan suhu penuangan temperatur 1100C

Mulai jam : 14.34Selesai jam : 14.20

Sampai 560C di bawah titik nyala

150C/menit50C/menit

s/d 60C/menitMulai jam : 14.20Selesai jam : 14.35Antara 560C s/d suhu 280CMulai jam : 14.35Selesai jam : 14.41

Waktu dan pemeriksaan titik nyala aspal disampaikan pada tabel 2.6

Tabel 2.7 Data Hasil Pengujian Titik Nyala

oC dibawah titik nyala Waktu oC Titik nyala56514641363126

174179184189194199204

-------

II-13

Page 14: Aspal Final

21161161

14:3414:35

14:35:3014:36

14:36:3014:37

14:37:1014:37:3014:37:5014:38:1014:38:2014:38:4014:39:1714:39:56

14:41

209214219224229245250254259264269274279284289294299

-----------------

Data hasil pengujian titik nyala disampaikan pada tabel 2.7

2.3.7 Analisis Data

Titik nyala terjadi minimal pada suhu ≥ 200 oC, dan titik bakar terjadi

berkisar ± 5 menit dari titik nyala. Dari hasil percobaan yang dapat dilihat pada

tabel 2.7, tidak terjadi titik nyala sampai pada suhu 299 oC, sehingga titik bakar

pun tidak terjadi.

2.3.8 Kesimpulan

Pada pengamatan sampai suhu 299 oC, tidak terjadi titik nyala. Dimana

syarat minimal terjadi sebesar 200 oC, sehingga aspal penetrasi 60/70 memenuhi

syarat.

2.3.9 Saran

Sebaiknya lebih teliti dalam melihat percikan yang ditimbulkan, karena

percikan yang terjadi hanya sekilas saja.

II-14

Page 15: Aspal Final

2.4 Pemeriksaan Daktilitas

Standar uji:

(RSNI M-04-2005)

2.4.1 Pendahuluan

Nilai daktilitas sangat berpengaruh dalam pengikatan agregat terhadap

campuran aspal panas. Aspal dengan nilai daktilitas tinggi akan mengikat butir-

butir agregat dengan lebih baik tapi akan lebih peka terhadap perubahan cuaca

dan suhu.

2.4.2 Maksud dan tujuan pengujian

Maksud dari pengujian ini adalah mengukur jarak terpanjang yang

dapat ditarik pada cetakan yang berisi aspal hingga putus, pada suhu 25oC

dengan kecepatan tarik 5 cm/detik.

Tujuan dari pengujian ini adalah mengetahui nilai daktilitas aspal

dimana akan berpengaruh dalam pengikatan terhadap agregat pada campuran

aspal panas.

2.4.3 Bahan dan peralatan

Bahan:

1) Aspal keras

2) Glycerin

3) Air

Peralatan:

1) Termometer

2) Cetakan daktilitas kuningan

3) Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama

pengujian dengan ketelitian 0,1oC dan benda uji dapat direndam

sekurang-kurangnya 10 cm dibawah permukaan air. Bak tersebut

dilengkapi dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari

bak dasar perendam untuk meletakkan benda uji.

II-15

Page 16: Aspal Final

4) Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap

b) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak

menimbulkan getaran selama pemeriksaan.

2.4.4 Penyiapan benda uji

1) Semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar

dilapisi dengan campuran glycerin.

2) Contoh aspal kira-kira 100 gram dipanaskan sehingga menjadi cair

dan dapat dituang, untuk menghindarkan pemanasan setempat,

penuangan dilakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan

sampai suhu antara 80oC sampai 100oC di atas titik lembek, contoh

dituang kedalam cetakan dan diratakan.

3) Pada waktu cetakan diisi, contoh dituang hati-hati dari ujung

keujung hingga penuh berlebihan.

4) Cetakan didinginkan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit

kemudian benda uji dilepaskan dari plat dasar dan sisi-sisi cetakan.

2.4.5 Prosedur pengujian

1) Benda uji dipasang pada mesin uji dan benda uji ditarik secara

teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus.

Perbedaan kecepatan ± 5% masih diijinkan.

2) Jarak yang dibaca antara pemegang cetakan sampai pada saat

benda uji putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda

uji harus terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu

dipertahankan tetap (25 ± 9,5)oC.

II-16

Page 17: Aspal Final

2.4.6 Data hasil pengujian

Tabel 2.8 Pemeriksaan daktilitas

Pembukaan

Contoh

Contoh dipanaskan Pembacaan

Waktu

Pembacaan suhu oven temperatur

110oC

Mulai jam : 15.00

Selesai jam : 15.15

Mendinginkan

Contoh

Didiamkan pada

suhu ruang

Mulai jam : 15.20

Selesai jam : 16.30

Mencapai

suhu

pemeriksaan

Direndam pada

suhu 25oC

Pembacaan suhu waterbath

temperatur 25oC

Mulai jam : 16.30

Selesai jam : 16.50

Pemeriksaan Daktilitas pada

suhu 25oC

Pembacaan suhu alat temperatur

25oC

Mulai jam : 16.50

Selesai jam : 17.20

Pemeriksaan daktilitas disampaikan pada tabel 2.8

II-17

Page 18: Aspal Final

Tabel 2.9 Data hasil pengujian daktilitas

Daktilitas pada suhu 25oC

5 cm per menit

Pembacaan

pengukuran sampel

ke-1 pada alat

Pembacaan

pengukuran sampel

ke-2 pada alat

Hasil Pengamatan112 cm

(belum putus)

112 cm

(belum putus)

Hasil pengujian daktilitas disampaikan pada tabel 2.9

2.4.7 Perhitungan dan analisis data

Dari tabel 2.9 hasil pengujian daktilitas diperoleh nilai daktilitas aspal =

112 cm (belum putus).

Aspal dengan daktilitas tinggi memiliki kemampuan meminimalisasi

perubahan bentuk yang diakibatkan oleh beban lalu lintas. Karena semakin

tinggi daktilitas maka durabilitas pun akan semakin besar, sehingga aspal

menjadi lebih mempertahankan mutunya. Aspal dengan daktilitas besar akan

mengikat butir-butir agregat lebih baik tetapi lebih peka terhadap perubahan

temperatur.

2.4.8 Kesimpulan

1) Dari kedua pengamatan didapat nilai daktilitas lebih besar dari 100

cm (112 cm). Hal ini berarti bahwa aspal tersebut memenuhi

persyaratan dimana untuk aspal dengan penetrasi 60/70 memiliki

daktilitas >100 cm.

2) Aspal dengan daktilitas tinggi, kelenturannya akan semakin besar

sehingga cocok untuk jalan dengan volume lalu lintas besar.

2.4.9 Saran

1) Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan minimal dilakukan dua

kali sehingga didapatkan hasil yang akurat.

2) Pada saat pemeriksaan, perhatikan sampel yang diuji dengan baik

karena air yang terdapat didalam bak perendam keruh (akibat

II-18

Page 19: Aspal Final

pemakaian berulang), sehingga sulit untuk melihat sampel dengan

jelas.

3) Dalam melakukan percobaan, usahakan suhu tetap pada suhu ruang

sehingga tidak mempengaruhi sampel.

II-19

Page 20: Aspal Final

2.5 Pemeriksaan Kelarutan Aspal dengan Karbon Tetra Klorida

Standar Uji:

RSNI M-04-2004

2.5.1 Pendahuluan

Kemurnian aspal adalah jumlah bitumen yang larut dalam Karbon Tetra

Klorida (CCL4), di mana semakin sedikit residu atau kotoran yang larut maka

kemurnian aspal makin tinggi.

Dalam penggunaan aspal sebagai material pengikat agregat sebaiknya

kemurnian aspal perlu diketahui. Sebab, kemurnian aspal turut menentukan

kualitas aspal dan dapat menentukan apakah aspal tersebut layak digunakan

atau tidak.

2.5.2 Maksud dan Tujuan Pengujian

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar bitumen yang larut

dalam karbon tetra klorida (CCl4), sehingga dapat diketahui kemurnian aspal.

Tujuan mengetahui kemurnian aspal untuk menentukan apakah aspal yang

diuji, layak digunakan atau tidak.

2.5.3 Bahan dan Peralatan

Bahan:

1) Bitumen cair

2) Karbon tetra klorida (CCL4)

Peralatan:

1) Kertas saring

2) Labu Erlenmeyer berkapasitas 250 ml

3) Tabung penyaring

4) Tabung karet untuk menyangga kertas saring

5) Oven

6) Neraca Ohauss.

II-20

Page 21: Aspal Final

2.5.4 Penyiapan Benda Uji

Bitumen cair dipanaskan hingga mencapai suhu 150oC. Pemanasan

bertujuan untuk memudahkan aspal melarut dalam CCL4. Bitumen diambil

seberat 2 gram.

2.5.5 Prosedur Pengujian

1) Labu Erlenmeyer ditimbang.

2) Benda uji dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer sekaligus

ditimbang, seberat 2 gram. Kemudian didinginkan hingga suhunya

sama dengan suhu ruangan.

3) 100 ml karbon tetra klorida dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer,

sedikit demi sedikit hingga aspal terendam seluruhnya. Setelah itu,

labu Erlenmeyer digoyangkan hingga bitumen larut.

4) Kertas saring dioven terlebih dahulu kemudian ditimbang pada

neraca Ohauss.

5) Kertas saring dilipat hingga menyerupai corong, kemudian

diletakkan di atas tabung penyaring.

6) Larutan dari prosedur b dituangkan sedikit demi sedikit pada kertas

saring yang telah dipersiapkan, hingga menetes ke dalam tabung

penyaring.

7) Setelah larutan habis, kertas saring dimasukkan ke dalam oven

selama 20 menit pada 100oC hingga 125oC, kemudian ditimbang.

II-21

Page 22: Aspal Final

2.5.6 Data Hasil Pengujian

Pengujian ke-1

Berat erlenmeyer + aspal = 115,81 gr

Berat erlenmeyer kosong = 113,81 gr

Berat aspal = 2,00 gr

Berat kertas saring + endapan = 1,50 gr

Berat kertas saring kosong = 1,20 gr

Berat endapan = 0,30 gr

Tabel 2.10 Waktu pemeriksaan kelarutan dalam CCl4

Pembukaan contoh Kertas saring

dioven

Pembacaan

Waktu

Pembacaan

suhu oven

temperatur

110oCMulai jam : 14.45

Selesai jam : 15.25

Pemeriksaan : -Penimbangan

-Pelarutan

Mulai jam : 15.05

Selesai jam : 16.00

Penyaringan Mulai jam : 16.15

Selesai jam : 16.55

Pengeringan Mulai jam : 16.55

Selesai jam : 17.15

Penimbangan Mulai jam : 17.20

Selesai jam : 17.25

Waktu pada saat pelaksanaan pengujian dapat dilihat pada tabel 2.10

II-22

Page 23: Aspal Final

2.5.7 Perhitungan dan Analisis Data

Berat aspal = (berat erlenmeyer + aspal) –

(berat erlenmeyer kosong)

= 115,81 gr – 113,81 gr

= 2,00 gr

Berat endapan = (berat kertas saring + endapan) – (berat

kertas saring kosong)

= 1,50 gram – 1,20 gram

= 0,3 gram

Prosentase endapan = x100%

= 15 %

Prosentase aspal yang larut = 100 % - 15 %

= 85%

2.5.8 Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan kelarutan aspal dalam CCl4 diperoleh nilai

kelarutan CCl4 = 85 %. Berarti aspal tersebut tidak memenuhi syarat, di mana

aspal harus mempunyai nilai kelarutan minimal 99%.

2.5.9 Saran

Keakuratan hasil pemeriksaan kemurnian bitumen sangat bergantung

pada ketelitian neraca. Semakin baik tingkat ketelitian neraca, maka hasil yang

didapat semakin akurat. Sebaiknya menggunakan neraca dengan ketelitian

0,001 gram atau lebih.

Cara penyimpanan aspal perlu diperhatikan karena berpengaruh

terhadap kemurnian aspal. Sebaiknya menggunakan tempat yang tertutup dan

bebas dari pengaruh udara luar. Sehingga terhindar dari debu dan kotoran dari

lingkungan sekitar.

II-23

Page 24: Aspal Final

2.6 Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen

Standar spesifikasi:

1) (AASHTO T-228-68)

2) (ASTM D-70-72)

2.6.1 Pendahuluan

Dalam penggunaan aspal sebagai material campuran aspal panas harus

benar-benar diketahui sifatnya, termasuk di antaranya berat jenis bitumen. Berat

jenis bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen dan berat air suling

dengan isi yang sama dengan isi bitumen, pada suhu tertentu.

2.6.2 Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis aspal dengan

menggunakan alat picnometer.

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah berat jenis aspal

memenuhi syarat yang ditentukan untuk digunakan dalam analisis campuran.

2.6.3 Bahan dan peralatan

Bahan:

1) Bitumen cair yang telah dipanaskan

2) Air suling

Alat:

1) Termometer

2) Dua buah picnometer

3) Timbangan

2.6.4 Prosedur Pengujian

1) Picnometer dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang dalam keadaan

kosong. Kemudian dicatat berat picnometer kosong tersebut (A).

2) Picnometer tersebut diisi air hingga penuh dan ditutup rapat. Kemudian

picnometer dengan isi air tersebut ditimbang, dan dicatat beratnya (C).

II-24

Page 25: Aspal Final

3) Air di dalam picnometer dikeluarkan, kemudian picnometer tersebut

dibersihkan dan dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan

kandungan air di dalam picnometer.

4) Picnometer diisi dengan aspal yang sudah dipanaskan setinggi ± 3/4

bagian picnometer dan didiamkan hingga dingin selama ± 24 jam.

Kemudian ditimbang dan dicatat berat picnometer dan aspal tersebut (B).

5) Picnometer dengan ini aspal diisi air hingga penuh dan ditutup rapat.

Kemudian ditimbang dan catat berat picnometer + aspal + air (D).

2.6.5 Data hasil pengujian

Tabel 2.11 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal

Pembukaan Contoh Contoh dipanaskan Pembacaan Waktu Pembacaan

suhu oven

temperatur

110oC

Mulai jam : 14.00

Selesai jam : 14.15

Mendinginkan

contoh

Didiamkan pada

suhu ruang

Mulai jam : 14.30

Selesai jam : 15.00

Mencapai suhu

pemeriksaan

Direndam pada

suhu 25oC

Pembacaan

suhu waterbath

temperatur 25oCMulai jam : 15.15

Selesai jam : 17.15

Pemeriksaan Berat jenis pada

suhu 25oC

Mulai jam : 17.30

Selesai jam : 18.00

Waktu dan pemeriksaan berat jenis aspal disampaikan pada tabel 2.11

II-25

Page 26: Aspal Final

2.12 Data Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal

Sampel I II

Berat picnometer + contoh (B)

Berat picnometer kosong (A)

Berat contoh (1)

29,05 gr

16,5 gr

13,45 gr

29,6 gr

16,75 gr

12,85 gr

Berat picnometer + air (C)

Berat picnometer kosong (A)

Isi Air (2)

41,85 gr

16,5 gr

25,35 gr

40,90 gr

16,75 gr

24,15 gr

Berat picnometer + contoh + air (D)

Berat picnometer + contoh (B)

Isi Air (3)

42,00 gr

29,95 gr

12,05 gr

42,00 gr

26,6 gr

12,40 gr

Isi Contoh (2 - 3) 13,30 gr 11,75 gr

Berat Jenis I = (1)/(2 - 3)

Berat Jenis II = (1)/(2 - 3)

1,0113 gr/cc

1,0936 gr/cc

Rata- rata 1,0524 gr/cc

Data hasil pengujian berat jenis aspal disampaikan pada tabel 2.12

2.6.6 Perhitungan dan analisa data

A = Berat picnometer dengan penutup (gram)

B = Berat picnometer berisi aspal (gram)

C = Berat picnometer berisi air (gram)

D = Berat picnometer berisi aspal dan air (gram)

Sampel 1

Berat contoh (1) = B - A

= 29,05 – 16,5

= 13,45 gr

II-26

Page 27: Aspal Final

Isi air (2) =

=

= 25,35 cc

Isi air (3) =

=

= 12,05 cc

Isi contoh = (2) – (3)

= 25,35 – 12,05

= 13,30 cc

=

= 1,0113 gr/cc

Sampel 2

Berat contoh (1) = B – A

= 29,6 – 16,75

= 12,85 gr

Isi air (2) =

=

= 24,15 cc

Isi air (3) =

=

= 12,40 cc

Isi contoh = (2) – (3)

= 24,15 – 12,40

= 11,75 cc

II-27

Page 28: Aspal Final

=

= 1,0936 gr/cc

Berat Jenis Bitumen Rata-Rata = = 1,0524 gr/cc

Berdasarkan dari pengujian diperoleh nilai berat jenis rata – rata

bitumen sebesar 1,0524 gr/cc.

2.6.7 Kesimpulan

Dari pemeriksaan berat jenis aspal diperoleh berat jenis rata-rata 1,0524

gr/cc sehingga dapat disimpulkan bahwa aspal tersebut memenuhi syarat untuk

aspal penetrasi 60/70 yaitu minimal 1,0 gr/cc.

2.6.8 Saran

1) Penggunaan picnometer harus baik, yaitu dalam pemakaian tutup

picnometer jangan sampai tertukar karena akan mengurangi berat asli

picnometer tersebut.

2) Pembacaaan timbangan harus teliti agar didapatkan data yang tepat.

3) Prosedur praktikum dilakukan secara urut dan hati-hati dalam

pelaksanaannya.

II-28