Asoy Geboy.doc
-
Upload
citra-dwi-lestari -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Asoy Geboy.doc
I. DEFINISI
Menurut Singgih D. Gunarsa (1998:140), psikosis adalah gangguan jiwa yang meliputi
keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-
norma hidup yang wajar dan berlaku umum.
Menurut W.F. Maramis (2005:180), psikosis adalah gangguan jiwa dengan kehilangan
rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan
gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik,dst. Sedemikian berat
sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis
tidaj dapat dimengerti oleh orang normal sehingga orang awam menyebut penderita
sebagai orang gila.
Menurut Zakiah Daradjat (1993:56) menyatakan , seorang yanng diserang penyakit
jiwa (psikosis), kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu
menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali
orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya
normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.
Dari tiga pendapat tersebut dapat diperoleh gambaran tentang psikosis yang intinya
sebagai berikut :
1. Psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat, atau tepatnya penyakit jiwa, yang
terjadi pada semua aspek kepribadian.
2. Bahwa penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas, penderita
hidup dalam dunianya sendiri.
3. Psikosis tidak dirasakan keberadaannya oleh penderita. Penderita tidak menyadari
bahwa dirinya sakit.
II. KLASIFIKASI
Secara garis besar klasifikasi psikosa menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) (Maramis, 2005: 150-155) adalah sebagai berikut:
1. Psikosis Berhubungan dengan Sindroma Otak Organik
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau
organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalami inkompeten
secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab dan gagal dalam menyesuaikan diri
terhadap realitas. Psikosis organik dibedakan menjadi beberapa jenis dengan sebutan
atau nama mengacu pada faktor penyebab terjadinya. Jenis psikosis yang tergolong
psikosis organik adalah sebagai berikut:
a. Dementia Paralytica
Psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan
kerusakan sel-sel otak.
b. Psikosis alkoholik
Terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau rusak akibat terlalu banyak
minum minuman keras.
c. Psikosis berhubungan dengan trauma
Psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada kepala karena terkena pukulan,
tertembak, kecelakaan, dst.
d. Psikosis obat-obatan
psikosis akibat obat-obat terlarang (kokain, sabu-sabu)
2. Psikosis Fungsional
Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat
nonorganik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidakmampuan
dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk
gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan
(mania) menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya dan
seterusnya.
Gejala-gejala psikosis mania-depresif
a) Gejala-gejala mania antara lain:
euphoria (kegembiraan secara berlebihan
waham kebesaran;
hiperaktivitas;
pikiran melayang.
b) Gejala-gejala depresif antara lain :
kecemasan;
pesimis;
hipoaktivitas;
insomnia;
anorexia.
Faktor penyebab psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan depresi. Aspek mania
terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam
bentuk aktivitas-aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya
terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan.
b. Psikosis paranoid
Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan banyak
delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang bersifat
menetap. Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863,
untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan (W. F. Maramis,
2005 : 241).
Gejala-gejala psikosis paranoid
Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama waham kejaran dan
kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan paksaan..
Mudah timbul rasa curiga .
Faktor penyebab psikosis paranoid
Faktor-faktor yangdapat menyebabkan psikosis paranoid (Kartini Kartono, 1999 :
176), antara lain :
Kebiasaan berpikir yang salah;
Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa curiga;
Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over confidence);
Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks inferioritas.
c. Skizofrenia
Menurut Ann Isaacs (2004: 151- 153)
1. Definisi
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan
berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.
2. Kriteria DSM-IV
a) Gangguan berlangsung selama sedikitnya 6 bulan dan termasuk minimal 1
bulan gejala fase aktif yang melibatkan dua atau lebih hal-hal berikut :
waham, halusinasi, bicara tidak teratur, perilaku yang sangat kacau, dan
katatonik, gejala-gejala negatif (mis., afek datar, alogia, atau avolusi).
b) Kriteria lain
Terganggunya fungsi sosial dan okupasi
Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan mengesampingkan
ciri-ciri psikotik.
Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologik dari suatu zat atau
kondisi medis umum.
3. Gejala umum skizofrenia
a) Waham : keyakinan keliru yang sangat kuat, yang tidak dapat dikurangi
dengan menggunakan logika.
b) Asosiasi longgar : kurangnya hubungan yang logis antara pikiran dan
gagasan, yang dapat tercermin pada berbagai gejala.
c) Halusinasi : persepsi sensori yang keliru dan melibatkan panca indra.
d) Ilusi : Salah menginterpretasikan stimulus lingkungan
e) Depersonalisasi : individu merasa bahwa “dirinya” sudah berubah secara
mendasar.
f) Afek datar : tidak adanya respons emosional; afek juga dapat
digambarkan sebagai tumpul (respon datar) atau tidak tepat (kebalikan
dengan apa yang diharapkan dari suatu situasi).
g) Alogia : berkurangnya pola bicara atau miskin kata-kata.
h) Avolisi : kurangnya motivasi untuk melanjutkan aktivitas yang
berorientasi pada tujuan.
4. Klasifikasi
Skizofrenia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni positif dan negatif.
Kebanyakan klien mengalami campuran kedua jenis gejala.
a) Gejala positif meliputi halusinasi, waham, asosiasi longgar, dan perilaku
yang tidak teratur atau aneh.
b) Gejala negatif meliputi emosi tertahan (afek datar), anhedonia, avolisi,
alogia, dan menarik diri.
5. Tipe Skizofrenia
Menurut Linda Carman Copel (2007 : 119), skizofrenia dibedakan ke dalam
beberapa tipe, antara lain :
Tabel 1. Tipe skizofrenia
Tipe Gejala Umum
Paranoid Pikiran dipenuhi dengan waham sistematik, yang paling
umum adalah dengan waham kebesaran atau waham kejar
Halusinasi pendengaran terfokus pada tema tunggal
sementara klien mempertahankan fungsi kognitif dan afek
yang serasi
Ansietas
Marah
Argumetatif
Hubungan interpersonal menguat
Berpotensi melakukan prilaku kekerasan pada diri sendiri
atau orang lain
Tak
terorganisasi
Perilaku kacau, menyebabkan gangguan yang berat dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari
Kurang memiliki hubungan/pertalian
Kehilangan asosiasi
Bicara tidak teratur
Perilaku kacau, bingung, atau ganjil
Afek datar atau tidk sesuai
Gangguan kognitif
Katatonia Gangguan psikomotor, seperti stupor, negativisme,
rigiditas, gairah, postur aneh
Mutisme
Ekolalia (pengulangan kata atau kalimat yang baru
diucapkan orang lain)
Ekopraksia (meniru gerakan orang lain)
Tak terinci Waham
Halusinasi
Tidak koheren
Perilaku tidak terorganisasi yang tidak dapat digolongkan
ke tipe lain
Residual Minimal mengalami satu episode skizofrenik dengan
gejala psikotik yang menonjol, diikuti oleh episode lain
tanpa gejala psikotik
Emosi tumpul
Menarik diri dari realita
Keyakinan aneh
Pengalaman persepsi tidak biasa
Perilaku eksentrik
Pemikiran tidak logis
Kehilangan asosiasi
6. Fase Skizofrenia
a) Fase Prodromal
Kemunduran dalam waktu lama (6 sampai 12 tahun) dalam tingkat fungsi
perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan, atau akademik
Timbul gejala positif dan negatif
Periode kebingungan pada klien dan keluarga
b) Fase aktif
Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya hospitalisasi
Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya
Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat klien belajar untu\
k hidup dengan penyakit yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan
perilaku.
c) Fase residual
Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala
Pengurangan dan penguatan gejala
Adaptasi
Linda Carman Copel (2007 : 118).
III. ETIOLOGI
Menurut Ann Isaacs (2004: 155-156), penyebab pasti dari skizofrenia masih
belum jelas. Banyak faktor yang berpengaruh untuk timbulnya gangguan skizofrenia
baik dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a) Faktor predisposisi
1) Biologis
Genetika
Meskipun genetika merupakan faktor risiko yang signifikan, belum ada
penanda genetika tunggal yang diidentifikasi. Kemungkinan melibatkan
berbagai gen.
Penelitian telah berfokus pada kromosom 6, 13, 18, dan 22. Risiko
terjangkit skizofrenia bila gangguan ini ada dalam adalah sebagai berikut:
- Satu orang tua yang terkena : risiko 12% sampai 15%
- Kedua orang tua terkena penyakit ini : risiko 35% sampai 39%
- Saudara sekandung yang terkena : risiko 8% sampai 10%
- Kembar dzigotik yang terkena : risiko 15%
- Kembar monozigotik yang terkena : risiko 50%
Abnormalitas perkembangan saraf
Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada
awal gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan saraf dan
diidentifikasi sebagai risiko yang terus bertambah meliputi :
- Individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua
- Individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan
- Penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa kanak-kanak awal
Abnormalitas struktur otak
Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan
otak (CT, MRI, PET) telah menunjukkan adanya abnormalitas pada struktur
otak yang meliputi :
- Pembesaran ventrikel; jaringan otak pasti lebih kecil dari normal
proses memburuknya/ berhentinya pertumbuhan jaringan otak
- Penurunan aliran darah kortikal, terutama di korteks prefontal
- Penurunan aktivitas metabolik di bagian-bagian otak-otak tertentu
- Atrofi serebri
Ketidakseimbangan neurokimia (neurotransmiter)
Dulu penelitian berfokus pada hipotesis dopamin, yang menyatakan bahwa
aktivitas dopamin yang berlebihan di bagian kortikal otak, berkaitan
dengan gejala positif dari skizofrenia.
Penelitian terbaru menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain, termasuk
serotonin, norepinefrin, glautamat, dan GABA.
Homeostasis, atau hubungan antarneurotransmiter, mungkin lebih penting
dibanding jumlah relatif neurotransmiter tertentu.
Tempat reseptor untuk neurotransmiter tertentu juga penting. Perubahan
jumlah dan jenis reseptor dapat memengaruhi tingkat neurotransmiter.
Obat psikotropik dapat memengaruhi tempat reseptor dan neurotansmiter
itu sendiri.
2) Umur dan jenis kelamin
Skizofrenia mempunyai prevalensi yang hampir sama pada pria dan
wanita. Tetapi kedua jenis kelamin ini menunjukkan perbedaan permulaan dan
perjalanan penyakitnya. Laki-laki mempunyai permulaan skizofrenia yang
lebih cepat dapripada wanita. Umur puncak terjadinya skizofrenia pada laki-
laki antara 15- 25 tahun, sedang pada wanita 25-35 tahun.
3) Ahli teori
Teori perkembangan. Ahli teori seperti Freud, Sullivian, dan Erikson
mengemukakan bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih
sayang di tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan
kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas, dan menarik diri
dari hubungan pada penderita skizofrenia.
Teori keluarga. Teori-teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam
munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian fungsi
keluarga yang diimplikasikan dalam peningkatan angka kekambuhan individu
dengan skizofrenia adalah sangat mengekspresikan emosi (high expressed
emotion). Keluarga dengan ciri ini dianggap terlalu ikut campur secara
emosional, kasar dan kritis.
b) Faktor presipitasi
1) Stresor psikososial
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam hidup seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan
penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stesor (tekanan mental) yang timbul.
Namun tidak semua orang mampu menanggulangi sehingga timbul keluhan-keluhan
kejiwaan seperti skizofrenia.
Pada umumnya jenis stresor psikososial yang dimaksud dapat digolongkan
sebagai berikut :
Perkawinan; pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu
pasangan, ketidaksetiaan
Problem orangtua; tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak
sakit dan hubungan yang tidak baik antara mertua, ipar, besan, dsb.
Hubungan interpersonal (antar pribadi); konflik dengan kekasih, rekan kerja,
antara atasan dan bawahan.
Pekerjaan; di PHK, perusaan bangkrut, dll.
Lingkungan hidup; masalah perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran,
rawan kriminalitas
Keuangan; pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terbelit hutang, soal
warisan, dsb.
Hukum; tuntutan hukum, pengadilan, penjara.
Perkembangan baik fisik, maupun mental; masa remaja, masa dewasa,
menopause, usia lanjut, dll. yang tidak dilampaui dengan baik.
Penyakit fisik atau cedera; jantung, kanker, kecelakaan, operasi, aborsi, dll.
Keluarga; sikap orang tua yang tidak baik terhadap anak, penyiksaan,
penganiayaan terhadap anak.
Lain-lain; bencana alam, huru-hara, peperangan, kebakaran, perkosaan, hamil
di luar nikah, dll.
IV. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Identitas klien
Nama pasien :
Jenis kelamin :
Usia :
Tanggal masuk RS :
Alamat :
Status perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
B. Alasan masuk RSJ :
C. Faktor predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
( ) ya, tahun___________ ( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya kemana
__________________________________________
3. Trauma
Usia Pelaku Korban
Saksi
Aniaya fisik _________ _________ __________ _________
Aniaya seksual _________ _________ __________ _________
Penolakan _________ _________ __________ _________
Kekerasan dalam keluarga_________ _________ __________ _________
Tindakan criminal _________ _________ __________ _________
Jelaskan :
____________________________________________________________
____________________________________________________________
4. Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ( ) ya ( ) tidak
a. Hubungan keluarga :
________________________________________________
b. Gejala :
___________________________________________________________
c. Riwayat pengobatan :
________________________________________________
5. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?
(perceraian/perpisahan/konflik,dsb)
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
D. Faktor presipitasi
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
E. Persepsi klien dan harapan klien dan keluarga
1. Persepsi klien atas masalahnya
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
2. Persepsi keluarga atas masalahnya
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
3. Harapan klien sehubungan dengan pemecahan masalah
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
4. Harapan keluarga sehubungan dengan pemecahan masalah
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
F. Koping dan harapan klien / keluarga
1. Koping klien terhadap masalah yang dihadapi
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
2. Koping keluarga terhadap masalah klien
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
G. Pemeriksaan fisik
1. TD ______ mmHg N _____ x/menit S _____ oC P ___ x/menit
2. Berat badan _________ kg Tinggi badan _________ cm
3. Keluhan fisik :
__________________________________________________________________
H. Keluarga
Genogram
1. Pola pengambilan keputusan
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
2. Persepsi peran dalam keluarga
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
3. Persepsi kemampuan keluarga
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
I. Status mental
1. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) defensive ( ) curiga
( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
Jelaskan ;
____________________________________________________________
2. Persepsi : halusinasi
( ) pengecapan ( ) pendengaran ( ) perabaan ( ) penglihatan
( ) penciuman
Jelaskan :
__________________________________________________________________
3. Isi pikir
( ) obsesi ( ) depersonalisasi ( ) pikiran magis
( ) phobia ( ) ide yang terkait ( ) hipokondria
Waham
( ) agama ( ) nihilistik ( ) curiga ( ) kontrol pikir
( ) somatik ( ) sisip pikir ( ) kebesaran ( ) siar pikir
Jelaskan :
______________________________________________________
4. Arus pikir
( ) sirkumstansial ( ) flight of idea ( ) perseverasi
( ) tangensial ( ) blocking ( ) kehilangan asosiasi
5. Tingkat kesadaran
( ) bingung ( ) stupor ( ) disorientasi orang
( ) sedasi ( ) blocking ( ) disorientasi tempat
Jelaskan :
____________________________________________________________
6. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat saat ini
( ) gangguan daya ingat jangka pendek ( ) konfabulasi
Jelaskan :
____________________________________________________________
7. Tingkat konsentrasi dan berhitung
( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi
( ) tidak mampu berhitung
Jelaskan :
____________________________________________________________
8. Kemampuan penilaian
( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna
Jelaskan :
____________________________________________________________
9. Daya tarik diri
( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
____________________________________________________________
J. Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
( ) makan ya __ tidak __ ( ) transportasi ya __ tidak ___
( ) keamanan ya __ tidak __ ( ) tempat tinggal ya __ tidak ___
( ) perawatan kesehatan ya __ tidak __ ( ) uang ya __ tidak ___
( ) pakaian ya __ tidak __
Jelaskan:
____________________________________________________________
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan Total Bantuan Minimal
( ) mandi ___________ ______________
( ) kebersihan ___________ ______________
( ) makan ___________ ______________
( ) BAK/BAB ___________ ______________
( ) ganti pakaian ___________ ______________
Jelaskan:
_________________________________________________________
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda : ( ) ya ( ) tidak
Apakah anda makan memisahkan diri :
( ) ya,
jelaskan _____________________________________________________
( ) tidak
Frekuensi makan sehari __ x sehari frekuensi kudapan sehari : __x sehari
Nafsu makan : ( ) meningkat ( ) menurun ( ) berlebihan ( ) sedikit-sedikit
Berat badan: ( ) meningkat ( ) menurun
Berat badan terendah : ___ kg Berat badan tertinggi : ___ kg
Jelaskan :
_________________________________________________________
c. Tidur
Apakah ada masalah tidur _____________________
Apakah merasa segar setelah bangun tidur _______________
Apakah ada kebiasaan tidur siang _____________
Lama tidur siang _______ jam
Apa yang menolong tidur _______________
Tidur malam : __________ bangun jam : ________
Apakah ada gangguan tidur :
( ) sulit untuk tidur ( ) bangun terlalu pagi ( ) sonambulisme
( ) terbangun saat tidur ( ) gelisah saat tidur ( ) berbicara saat
tidur
Jelaskan :
_________________________________________________________
3. Kemampuan klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri ( ) ya ( ) tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri ( ) ya ( ) tidak
Mengatur penggunaan obat ( ) ya ( ) tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan ( ) ya ( ) tidak
Jelaskan :
____________________________________________________________
4. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : ( ) ya ( ) tidak
Terapis : ( ) ya ( ) tidak
Teman sejawat : ( ) ya ( ) tidak
Kelompok sosial : ( ) ya ( ) tidak
Jelaskan :
____________________________________________________________
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?
( ) ya ( ) tidak
Jelaskan :
____________________________________________________________
K. Pemeriksaan penunjang
1. CT-Scan: dapat menunjukkan struktur abnormalitas otak pada beberapa kasus
seperti schizofrenik (misalnya atrofi lobus temporal), pembesaran ventrikel dengan
rasio ventrikel-otak meningkat yang dapat dihubungkan dengan derajat yang dapat
dilihat
2. PET (Positron Emission Tomography) : mengukur aktivitas metabolik dari area
spesifik otak dan dapat menyatakan aktivitas metabolik yang rendah dari lobus
frontal. Terutama pada area prefrontal dari korteks serebral
3. MRI : memberi gambaran otak 3 dimensi, dapat memperlihatkan gambaran yang
lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal (terutama hipokampus,
girus parahipokampus, dan girus temporal superior)
4. RCBF (Regional Cerebral Blood Flow) : memetakan aliran darah dan menyatakan
aktivitas pada daerah otak yang bervariasi
5. BEAM (Brain Electrical Activity Mapping) : menunjukkan respon gelombang
otak terhadap rangsangan yang bervariasi disertai dengan adanya respon yang
terhambat dan menurun, kadang-kadang dilobus temporal dan sistem limbic
6. ASI (Addiction Severity Index) : menentukan masalah-masalah ketergantungan
(ketergantungan zat), yang mungkin dikaitkan dengan penyakit mental, dan
mengindikasikan area pengobatan yang diperlukan
7. Skrining obat (termasuk alcohol) : mengidentifikasi jenis obat yang digunakan
8. Uji psikologis (misalnya MMPI) : menyatakan kerusakan pada satu area atau
lebih.
Catatan : tipe paranoid biasanya menunjukkan sedikit atau tidak adanya kerusakan
L. Penatalaksanaan
PENATALAKSANAAN PSIKOTIK AKUT
Pertama, kita harus dapat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
psikotik akut berikut hak dan kewajibannya
1. Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga
Untuk lebih memahami dan memperjelas isi dan metode pemberian informasi
yang akan disampaikan saudara dapat dibaca lebih lengkap pada modul VI B
tentang asuhan keperawatan pasien halusinasi, waham, isolasi sosial. Beberapa
informasi yang perlu disampaikan pada pasien dan keluarga antara lain tentang :
Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan
penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode akut saja
Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau masyarakat, memerlukan
hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu tempat yang aman. Jika pasien
menolak pengobatan, mungkin diperlukan tindakan dengan bantuan perawat
kesehatan jiwa masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat
2. Menjaga keamanan pasien dan individu yang merawatnya:
Keluarga atau teman harus mendampingi pasien
Kebutuhan dasar pasien terpenuhi (misalnya, makan, minum, eliminasi dan
kebersihan)
Hati-hati agar pasien tidak mengalami cedera
3. Konseling pasien dan keluarga
Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan
psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga
dalam pengobatan pasien
Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan
stresor
Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala memba
4. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik akut :
(1) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik. Obat antipsikotik
berfungsi untuk menghambat reseptor dopamine subtipe D1 dan D2 atau jalur
serotonin dalam SSP. Obat-obat tersebut menghilangkan gejala positif, namun
efeknya terhadap gejala negatif lebih sedikit.
Haloperidol 1-5 mg PO, 1 sampai 3 kali sehari, Untuk psikosis akut. Juga
untuk anak-anak dengan problem perilaku yang berat yang bersifat
menyerang. Dipakai untuk menekan gejala-gejala putus obat akibat
narkotik dan untuk skizofrenia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obat
lain. Kemungkinan menimbulkan EPS. Mempunyai efek sedasi, hipotensi,
dan antikolinergik yang minimal.
Chlorpromazine 25 mg, 1 sampai 3 kali sehari, tingkatkan secara bertahap.
Efektif untuk psikosis akut. Efek samping sedasi kuat , dapat menimbulkan
hipotensi ortostatik.
Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek samping,
walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
(2) Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk
mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali
sehari)
(3) Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.
(4) monitoring penggunaan antipsikosis pada klien.
Jika penggunaan obat-obatan antipsikosis tidak kuat meskipun sudah
diberikan lebih dari satu jenis, maka gunakan satu jenis obat dengan dosis
adekuat dengan durasi yang lebih lama.
a. Diagnosis ulang (dan diagnosis penyakit lain)
b. Hilangkan kemungkinan psikosis yang disebabkan oleh alkohol
c. Memastikan kepatuhan terhadap pengobatan, mempertimbangkan
depo atau long-acting antipsikotik injeksi dengan maksud untuk
meningkatkan kepatuhan.
d. Pertimbangkan untuk meningkatkan pengobatan saat ini atau beralih
ke obat lain
e. Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (kecuali clozapine), jika
biaya dan ketersediaan bukan kendala, sebagai alternatif untuk
haloperidol dan klorpromazin
Jika efek ekstrapiramidal muncul (seperti parkinson dan dystonia), maka
lakukan :
a. Mengurangi dosis antipsikotik
b. Pertimbangkan untuk mengganti obat antipsikotik (misalnya dari
haloperidol ke klorpromazin)
c. Pertimbangkan obat antikolinergik untuk penggunaan jangka pendek
jika strategi-strategi ini gagal atau ekstrapiramidal efek samping yang
parah,akut, atau menonaktifkan. Obat antikolinergik :
Biperiden, harus dimulai pada 1 mg dua kali sehari, meningkat
menjadi 3-12 mg per hari, oral atau intravena. Efek samping termasuk
sedasi, kebingungan, dan gangguan memori, terutama pada orang tua.
Efek samping yang jarang berupa glaukoma sudut tertutup,
myasthenia gravis, gastrointestinal obstruksi.
Trihexyphenidyl (benzhexol), dapat digunakan sebagai alternatif
dengan dosis 4-12 mg per hari. Efek samping sama dengan biperiden.
(5) Penghentian obat antipsikosis pada kasus efek samping berat (demam,
rigiditas, dan hipertensi).
Untuk psikosis akut, pengobatan dilanjutkan sampai 12 bulan setelah
remisi penuh
Untuk psikosis kronik, pertimbangkan penghentian pengobatan jika pasien
sudah stabil dalam jangka waktu beberapa tahun, peningkatan resiko
kekambuhan perlu dipertimbangkan sebagai akibat efek dari pemutusan
pemakaian obat, selama itu pasien dan keluarga harus berkonsultasi.
Jika memungkinkan, rujuk ke spesialis setelah pemutusan pemakaian obat.
(6) Apabila saudara menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan perilaku
di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk mengatasinya.
Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan
suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson
Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan
obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)
5. Rujukan
Tindakan rujukan diperlukan bila terjadi kondisi-kondisi yang tidak dapat diatasi
melalui tindakan yang sudah dilakukan sebelumnya khususnya pada :
Kasus baru gangguan psikotik
Kasus dengan efek samping motorik yang berat atau timbulnya demam,
kekakuan, hipertensi, hentikan obat antipsikotik lalu rujuk
PENATALAKSANAAN PSIKOTIK KRONIK
Berikut ini akan diuraikan tentang penatalaksanaan pada pasien psikotik kronik secara
medik.
1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga.
Tentang asuhan keperawatan pada pasien halusinasi, waham, isolasi sosial, defisit
perawatan diri. Beberapa informasi yang dapat saudara sampaikan pada pasien dan
keluarga antara lain :
Gejala penyakit jiwa (perilaku aneh dan agitasi)
Antisipasi kekambuhan
Penanganan psikosis akut
Pengobatan yang akan mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan
Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan dan rehabililtasi pasien
Perlunya organisasi kemasyarakatan sebagai dukungan yang berarti bagi
pasien dan keluarga
2. Konseling pasien dan keluarga
Beberapa topik yang dapat menjadi fokus konseling adalah :
Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien
Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan
dan kegiatan sehari-hari
Kurangi stress dan kontak dengan stres
3. Pengobatan
Program pengobatan untuk psikotik kronik :
(1) Antipsikotik yang mengurangi gejala psikotik :
• Haloperidol 2-5 mg; 1 – 3 kali sehari
• Chlorpromazine 100-200 mg ; 1 – 3 kali sehari
Dosis harus serendah mungkin; hanya untuk menghilangkan gejala, walaupun
beberapa pasien mungkin membutuhkan dosis yang lebih tinggi
(2) Obat anti psikotik diberikan sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah episode
pertama penyakitnya dan lebih lama sesudah episode berikutnya
(3) Obat antipsikotik mempunyai efek jangka panjang yang disuntikkan jika
pasien gagal untuk minum obat oral
(4) Berikan terapi untuk mengatasi efek samping yang mungkin timbul :
Kekakuan otot (distonis dan spasme akut), yang dapat diatasi dengan obat
anti parkinson atau benzodiazepine yang disuntikkan
Kegelisahan motorik yang berat (Akatisia) yang dapat diatasi dengan
pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker
Obat anti Parkinson yang dapat mengatasi gejala parkinson (antara lain
trihexyphenidil 2 mg sampai 3 kali sehari, ekstrak belladonna 10-20 mg 3x
sehari, diphenhydramine 50 mg 3 x sehari)
4. Rujukan
Beberapa kriteria perlunya rujukan kasus adalah :
Semua kasus baru dengan gangguan psikotik
Depresi atau mania dengan gejala psikotik.
Perlu kepastian diagnosis dan terapi yang paling sesuai pada kasus kronis
Keluarga merasakan terbebani dengan kondisi pasien dan memerlukan
konsultasi dengan pelayanan masyarakat yang sesuai
Pertimbangkan konsultasi untuk kasus dengan efek samping motorik yang
berat
II. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan proses pikir
2. Gangguan persepsi dan sensori : penglihatan, pendengaran
3. Hambatan komunikasi verbal
4. Ketidakefektifan koping individu
5. Ansietas
6. Harga diri rendah kronis
7. Isolasi sosial
8. Disfungsi seksual
9. Resiko membahayakan diri/orang lain
10. Defisit perawatan diri
III. Perencanaan
1. Gangguan proses pikir
Intervensi :
a. Kaji tingkat keparahan gangguan proses pikir klien, catat bentuk (dereistik,
autistic, simbolik, asosiasi konkret dan/atau kehilangan asosiasi, terhambat)
Rasional : identifikasi komunikasi/pikiran simbolik/primitive meningkatkan
pemahaman tentang proses pikir klien dan memungkinkan perencanaan intervensi
yang tepat
b. Menciptakan hubungan perawat-klien yang terapeutik
Rasional : menyediakan lingkungan emosi yang aman memungkinkan terjadinya
interaksi interpersonal dan menurunkan autisme
c. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengintervensi secara efektif
Rasional : komunikasi terapeutik akan menurunkan pikiran autistic karena bersifat
jelas, terbuka, konsisten, ringkas dan memerlukan partisipasi dari diri sendiri
d. Ekpresikan keinginan untuk memahami pikiran klien dengan mengklarifikasi apa
yang tidak jelas, pusatkan pada perasaan bukan isi, usahakan untuk mengerti
(tentang ketidakjelasan klien), mendengarkan dengan seksama, mengatur aliran
pikiran bila dibutuhkan
Rasional : klien sering tidak mampu mengorganisasikan pikiran (mudah
terdistraksi, tidak bisa berpegang pada konsep atau keutuhan) sehingga dengan
mendengar dan aktif mengidentifikasi pola pikir pasien akan mempermudah untuk
memahami pasien dan juga keinginan untuk mengerti pasien dengan menunjukkan
ekspresi dan perhatian meningkatkan perasaan makna-diri klien.
e. Berikan pikiran yang sesuai dan buat batasan (terapi kognitif) jika klien mencoba
untuk berespon secara impulsive terhadap perubahan pikiran.
f. Pantau program pengobatan, observasi dampak dan efek samping dari pengobatan
Rasional : pencegahan efek samping dapat mencegah kerusakan permanen
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat seperti antipsikotik, obat anti-
parkinson
Rasional :
Pemberian obat seperto antipsikotik dapat mencegah kekambuhan pasien dan
mengurangi gejala psikotik yang dialami pasien
2. Gangguan persepsi dan sensori : penglihatan, pendengaran
a. Kaji adanya perubahan persepsi dan sensori klien, catat faktor penyebab/ peranan
(misalnya ketergantungan obat, demam, trauma, atau penyakit/kondisi organic
lain)
Rasional : mengkaji adanya perubahan persepsi dan sensori klien dan juga
penyebab digunakan agar kita tahu selanjutnya intervensi apa yang akan dilakukan
b. Sediakan waktu bersama klien, dengarkan dengan baik dan dukung setiap
perubahan yang klien lakukan
Rasional : dukungan/ penerimaan yang konsisten dapat mengurangi kecemasan
dan ketakutan serta mengajarkan klien untuk mengurangi persepsi yang terganggu
c. Beri lingkungan yang aman yang tidak berargumen atau mengejek pasien
Rasional : perubahan persepsi sangatlah menakutkan klien dan menunjukkan
adanya kehilangan control. Karena kurang pengertian, klien melihat perubahan
persepsi sebagai suatu kenyataan dan berargumen hanya mengarah ke pembelaan
diri dan perlawanan regresif klien
d. Orientasikan kenyataan dengan komunikasi secara efektif, kuatkan kenyataan
tentang perubahan persepsi klien, dan klarifikasi waktu, tempat, dan orang
Rasional : orientasi realitas membimbing klien untuk menginterpretasikan secara
tepat rangsangan dalam lingkungan pergaulan
e. Buat batasan respon impulsif klien terhadap perubahan persepsi. Tetap bersama
klien dan berikan distraksi bila mungkin.
Rasional : klien yang mempersepsi lingkungan secara tidak tepat tidak memiliki
control internal untuk mencegah respon impulsif terhadap kesalahan persepsi.
Distraksi dapat juga mendukung klien untuk mengontrol respon terhadap
gangguan persepsi
f. Berikan control eksternal (ruangan yang sunyi, pengasingan, restrein), beri tahu
klien tujuan sentuhan, sesuai indikasi
Rasional : batasan eksternal dan control harus diberikan untuk melindungi klien
dan orang lain sampai klien dapat mengontrol secara internal dan mampu
menyangkal perubahan persepsi
3. Hambatan komunikasi verbal
a. Kaji tingkat keparahan hambatan verbal klien
Rasional : kerusakan/ hambatan komunikasi verbal klien dapat berdampak pada
kemampuan komunikasi klien untuk berinteraksi dengan petugas kesehatan dan
orang lain.
b. Tunjukkan sikap menyimak dalam hubungan perawat dengan klien
Rasional : memungkinkan perawat mendengar dengan cermat, mengobservasi
klien, dan mengantisipasi serta memperhatikan pola komunikasi klien yang
mungkin muncul
c. Akui kesulitan klien dalam berkomunikasi
Rasional : pengenalan kesulitan klien dalam mengekspresikan ide dan perasaan
menunjukkan empati, mengurangi kecemasan, dan memampukan klien untuk
berkonsentrasi dalam berkomunikasi
d. Beri lingkungan yang tidak mengancam/ aman untuk komunikasi klien
Rasional : situasi ketika seseorang merasa bebas untuk mengekspresikan diri tanpa
rasa takut dikritik, membantu memenuhi kebutuhan keamanan, rasa saling percaya
meningkat, memberikan jaminan toleransi, dan validasi komunikasi negative yang
sesuai
e. Terima penggunaan komunikasi alternatif, misalnya menggambar, menyanyi,
menari, atau pantomime.
Rasional : meningkatkan perasaan aman klien, menyediakan ruang untuk
mengekspresikan kebutuhan
f. Hindari sanggahan atau persetujuan pada komunikasi yang tidak akurat,
sederhanakan pemberian pandangan realita dengan gaya tidak menghakimi
Rasional : sanggahan merupakn tindakan non terapeutik dan dapat menyebabkan
klien menjadi defensive. Persetujuan dengan ekspresi komunikasi klien yang tidak
akurat akan memicu kesalahpahaman terhadap realita
g. Gunakan komunikasi terapeutik saat berkomunikasi dengan klien seperti parafrase,
refleksi, klarifikasi.
Rasional :alur komunikasi klien (terlalu cepat/lambat) membutuhkan pengaturan.
Teknik ini dibimbing dengan orientasi terhadap realita, untuk itumeminimalkan
kesalahan interpretasi dan mempermudah komunikasi yang akurat
h. Gunakan pendekatan yang mendukung klien dengan mengkomunikasikan
keinginan untuk mengerti (minta klien untuk membantu anda, begitu pula
sebaliknya)
Rasional : pengenalan tentang pengalaman masa lalu klien menimbulkan
ketidakpercayaan, menimbulkan upaya mempertahankan jarak dengan pemberian
pesan yang samar dan tidak jelas
4. Ketidakefektifan koping individu
a. Kaji seberapa parah tingkat kerusakan koping klien
Rasional : memberi informasi tentang kemampuan koping aktual dan yang
dirasakan, bagian kehidupan yang berubah, tingkat ansietas, stress, tingkat
perkembangan fungsi, penggunaan mekanisme pertahanan, dan kemampuan
pemecahan masalah
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi/ mendiskusikan pikiran, perasaan, dan persepsi
Rasional : klien mampu melihat bagaimana persepsi/pikiran/afek diproses dan
menguatkan realita dan keterampilan koping
c. Dorong klien untuk mengekspresikan kekhawatiran. Dukung menyusun tujuan
yang realistic dan belajar teknik pemecahan masalah yang tepat
Rasional : dalam hubungan saling dipercaya, klien dapat mulai belajar
keterampilan ini, tanpa takut merasa dihakimi
d. Bantu klien mengidentifikasi pencetus yang menimbulkan koping tidak efektif,
jika mungkin
Rasional : pengetahuan tentang stressor yang telah dicetuskan memperburuk
kemampuan koping klien untuk mengenal dan menghadapi faktor-faktor ini
sebelum masalah terjadi
e. Bantu klien mengenali dan mengembangkan keterampilan koping efektif/tepat
Rasional : pemecahan masalah/perilaku koping ynag meningkat/fleksibel
mencegah dekompensasi (kenyataan yang terganggu, sistem delusi)
5. Ansietas
a. Kaji tingkat kecemasan klien, pertimbangkan keparahan, kebutuhan yang tidak
terpenuhi, kesalahan persepsi, mekanisme pertahanan yang dipakai saat ini, dan
keterampilan koping.
Rasional : ego pada pasien penyakit psikosa yang melemah menyebabkan
penurunan kemampuan untuk membedakan realita dan kehilangan kemampuan
untuk pemecahan masalah. Hal ini dapat meningkatkan perasaan tidak berdaya dan
timbulnya ansietas
b. Kaji derajat dan realita ketakutan yang saat ini dirasakan pasien
Rasional : pengalaman takut klien dapat menurunkan kemampuan koping dan
meningkatkan ketakutan/ansietas
c. Bina hubungan saling percaya, menerima, memperhatikan, dan mendukung pasien
Rasional : kepercayaan, yang sangat sulit bagi klien psikosa merupakan dasar
hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien. Mutualitas pengalaman 1:1
memampukkan klien melewati rasa takut dan mengidentifikasi metode yang tepat
untuk pemecahan masalah dengan bermain peran dalam hubungan tersebut
d. Anjurkan klien untuk mengungkapkan rasa takutnya
Rasional : pengungkapan persepsi menakutkan (takut) mengurangi menarik diri
dan/atau potensi perilaku berbahaya (proyeksi impuls agresif)
e. Bantu klien untuk mengidentifikasi/mengkomunikasikan sumber ansietas dan are
kekhawatiran
Rasional :ansietas dapat timbul dari kesalahan mempersepsikan ancaman terhadap
diri sendiri, kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan kehilangan yang dirasakan
(control/pengakuan). Disintegrasi pikiran, persepsi, dan afek mungkin berkurang
seiring klien mengungkapkan perasaan ketakutannya
f. Pantau keefektifan/efek samping obat
Rasional : pencegahan efek samping obat dapat mengurangi pengalaman fisiologis
menakutkan yang dapat meningkatkan ansietas
g. Tunjukkan/dorong penggunaan strategi koping ansietas konstruktif, efektif
(misalnya teknik relaksasi, dan penghentian-pikiran, meditasi, dan latihan fisik).
Gunakan bermain-peran, penguatan positif.
Rasional : koping maladaptif diperiksa dengan penekanan pada hasil yang tidak
efektif. Mengurangi peningkatan sekunder dan memampukkan klien untuk belajar
membuat keputusan lebih adaptif/efektif, pemecahan masalah, dan keterampilan
koping.
h. Tetap bersama klien dan klarifikasikan realita yang ada
Rasional : membantu klien mencapai koping efektif. Kehadiran seorang individu
yang dapat dipercaya dapat membantu klien merasa terlindungi dari bahaya
eksternal, dan mempertahankan kontak dengan kenyataan
i. Libatkan klien dalam rencana pengobatan
Rasional : berpartisipasi dalam pengobatan meningkatkan perasaan control klien
dan memberikan kesempatan untuk latihan keterampilan pemecahan masalah
6. Harga diri rendah kronis
a. Kaji derajat gangguan konsep diri klien
Rasional : mendokumentasikan persepsi diri dan orang lain, tujuan klien,
perubahan/kehilangan yang bermakna memberi dasar penentuan kebutuhan terapi
dan evaluasi perkembangannya
b. Sediakan waktu bersama klien, dengarkan dengan penerimaan yang positif dan
menghormati dengan tidak menghakimi
Rasional : menyampaikan empati, penerimaan, dukungan dapat meningkatkan
harga diri klien. Identitas personal dikuatkan ketika klien mengenalinya bersama
perawat dan mengalami perhatian terapeutik dalam hubungan perawat-klien
c. Bantu klien untuk mengungkapkan kekhawatiran/perasaannya
Rasional : harga diri diwujudkan dengan meningkatkan pengertian dan perasaan.
Pengertian dicapai saat klien mengatakan secara verbal /identifikasi perasaan
(misalnya rasa tidak berharga, penolakan, kesendirian)
d. Bantu klien mengidentifikasi bagaimana perasaan negative dapat menurunkan
harga diri
Rasional : perasaan negative dapat menimbulkan kecemasan berat dan/atau
kecurigaan. Kewaspadaan/persepsi tentang faktor-faktor penyebab dapat
membantu klien mengenali bagaimana perasaan negative menyebabkan
penyimpangan
e. Bantu klien untuk mengenali karakteristik positif yang terkait dengan diri klien
Rasional : mendiskusikan aspek positif harga diri, seperti keterampilan sosial,
kemampuan bekerja, pendidikan, bakat, penampilan, dapat menguatkan perasaan
layak/mampu klien
f. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program/aktivitas latihan yang tepat
Rasional : meningkatkan kemampuan untuk hubungan interpersonal (berdua 1:1
dan dalam kelompok kecil). Aktivitas yang menggunakan pancaindra
meningkatkan perasaan diri sendiri dan latihan fisik memicu rasa sejahtera positif
g. Beri penguatan positif untuk usaha/kemampuan klien
Rasional : umpan balik positif dapat meningkatkan harga diri, memberi dorongan,
dan mengembangkan rasa diri terarah
h. Tentukan tingkat penampilan peran saat ini dan catat faktor penyebab/kontribusi
yang mempengaruhinya
Rasional :faktor-faktor seperti pengetahuan yang tidak adekuat, konflik peran,
perubahan persepsi peran diri/orang lain, dan perubahan pola tanggung jawab yang
biasa dapat memengaruhi kemampuan fisik dan psikologis klien untuk penampilan
peran yang efektif
i. Bantu klien beradaptasi terhadap perubahan penampilan peran dengan bekerja
bersama klien/orang terdekat untuk mengembangkan strategi menangani gangguan
peran dan meningkatkan koping secara efektif
Rasional : tingkat akhir penampilan klien mungkin memengaruhi dipengaruhi oleh
sistem pendukung yaitu memperhatikan dan responsif
j. Kaji identitas personal saat ini, dengan pertimbangkan jika klien menyatakan
keberadaan dirinya dan mengekspresikan perasaannya tentang ketidaksiapan
bertemu dengan orang lain/objek
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individu dan intervensi yang tepat.
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi diri menimbulkan masalah utama yang
dapat mengganggu interaksi seseorang dengan orang lain
k. Analisis adanya/keparahan faktor-faktor yang dapat mengganggu identitas pribadi
(misalnya paranoid, afek tumpul)
Rasional : batasan ego disintegrasi dapat menyebabkan kelemahan perasaan
tentang diri. Klien sering mengekspresikan ketakutan tentang munculnya faktor-
faktor dan karenanya kehilangan identitas personal
l. Kolaborasi dengan ahli kejiwaan untuk melakukan uji yang tepat (misalnya minta
klien untuk menggambar figure diri, Body Image Aberration, Physical Anhedonia
Scale)
Rasional : uji ini menunjukkan pandangan klien, konsep diri klien, dan korelasi
klien dengan berbagai macam variabel
m. Rujuk ke ahli terapi okupasi/terapi pergerakan/Outdoor Education Program, dan
lain-lain
Rasional : memberi aktivitas yang memberikan harga diri dan pencapaian selama
keterlibatan dengan program hospitalisasi parsial. Hospitalisasi parsial dapat
memfasilitasi transisi dari lingkungan rumah sakit ke komunitas
7. Isolasi sosial
a. Kaji derajat keparahan isolasi yang dialami klien dengan mendengarkan
pandangan klien tentang kesendiriannya.
Rasional : perasaan tidak percaya dapat mengarah kek kesulitan dalam membina
hubungan, dan klien dapat menarik diri dari kontak tertutup dengan orang lain
b. Sediakan waktu bersama klien, buat interaksi yang singkat tetapi yang
mengomunikasikan minat, kekhawatiran, dan perhatian
Rasional : membina hubungan trust dengan klien dengan kontak yang jujur,
singkat, konsisten dengan perawat dapat membantu klien membina kembali
interaksi penuh percaya dengan orang lain
c. Rencanakan waktu yang tepat untuk aktivitas (dengan membatasi menarik diri,
menganekaragamkan rutinitas harian hanya yang ditoleransi)
Rasional : konsistensi dalam hubungan interpersonal 1:1 dan kesamaan lingkungan
dibutuhkan pada awal untuk memungkinkan klien menurunkan perilaku menarik
diri. Motivasi dirangsang dengan berbagi pengalaman.
d. Bantu klien berpartisipasi dalam aktivitas pengalih dan batasi/rencanakan situasi
intervensi dengan orang lain pada pertemuan kelompok/unit, dll.
Rasional : dengan toleransi hubungan interpersonal dan penguatan batasan ego,
klien dapat meningkatkan sosialisasi dan masuk ke situasi kelompok kecil.
Interaksi yang singkat dapat membantu klien merasa lebih nyaman diantara orang
lain dan memberikan kesempatan untuk mencoba keterampilan sosial baru
e. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk klien (misalnya keluarga,
teman, rekan sejawat)
Rasional : dukungan merupakan bagian penting dari rehabilitasi klien,
memberikan jaringan kerja untuk membimbing klien dalam pemulihan sosial
f. Kaji hubungan keluarga, pola komunikasi, pengetahuan tentang kondisi klien
Rasional : masalah dalam keluarga (keterampilan berhubungan/sosial yang kurang,
ekspresi emosi yang tinggi) dapat mengganggu perkembangan klien dan
menunjukkan perlunya terapi keluarga
g. Catat perasaan makna-diri klien dan keyakinan tentang identitas individu/peran
dalam pergaulan dan lingkungan
Rasional : ketika klien merasa dirinya lebih baik dan mempunyai makna, interaksi
keluarga dengan orang lain ditingkatkan.
8. Disfungsi seksual
a. Izinkan klien untuk menggambarkan persepsinya tentang fungsi
seksual/seksualitas
Rasional : ketika kekhawatiran dan persepsi sudah diungkapkan, ungkapan
tersebut memberikan kesempatan untuk memahami sudut pandang klien,
mengidentifikasikan kebutuhan individu, dan mengklarifikasi kesalahan konsep
b. Tentukan adanya/derajat faktor-faktor yang mengganggu fungsi
seksual/seksualitas
Rasional : disintegrasi batsan ego dapat menyebabkan perilaku regresif (menarik
diri) yang mengganggu pembentukan usaha dan menciptakan konfusi identitas
gender. Pengobatan antipsikotik dapat menyebabkan perubahan endokrin
(amenore, laktasi pada wanita dan impoten, hambatan ejakulasi, ginekomastia
pada pria)
c. Beri informasi mengenai obat-obatan, indikasi, dosis dan juga efeksampingnya,
dan lakukan konseling/penyuluhan tentang pemecahan masalah
Rasional : kurang pengetahuan mungkin sebagai faktor yang memperberat difungsi
d. Anjurkan klien untuk mengidentifikasi/melaporkan setiap perubahan dalam fungsi
seksual/seksualitas
Rasional : intervensi pada suatu saat dapat mencegah disintegrasi batasan ego yang
akan dating dan efek samping pengobatan lebih lanjut
e. Lakukan konseling pada klien tentang pengaturan kehamilan, implikasi genetic
memiliki anak
Rasional : penyakit klien yang parah mengakibatkan kesulitan dalam berhubungan
dan tidak membuat pasangan atau orang tua menjadi lebih baik. Konseling eugenic
pra-nikah menjadi sangat penting
f. Identifikasi praktik “seks yang lebih aman” dan diskusikan resiko terkena Penyakit
Menular Seksual (PMS)
Rasional : kurangnya hambatan sosial (pasangan multipel, seks yang tidak aman)
menempatkan klien ini pada kemungkinan beresiko terkena penyakit menular
seksual, dan tingkat fungsi yang buruk dapat berakibat pada pengabaian
pengobatan
9. Resiko membahayakan diri/orang lain
a. Kaji adanya/derajat potensi membahayakan diri atau orang lain dengan
menggunakan skala 1-10. Tentukan keinginan untuk bunuh
diri/membunuh/indikasi kehilangan control perilaku (aktual atau dirasakan),
perilaku bermusuhan secara verbal/nonverbal, faktor resiko dan keterampilan
koping sebelumnya/sekarang.
Rasional : kaji adanya atau derajat potensi membahayakan diri sendir atau orang
lain dijadikan sebagai sumber informasi dan dasar untuk melakukan tindakan
intervensi selanjutnya.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan aman, jauhkan benda-benda tajam dan
berbahaya yang dapat digunakan untuk melukai dirinya atau orang lain, katakana
pada klien “anda aman”.
Rasional : mempertahankan rangsangan lingkungan dengan minimal dan
pemberian keyakinan membantu mencegah agitasi
c. Hati-hati dalam memberi tempat bersandar/memberi pelukan,dll
Sentuhan mungkin dapat diartikan sebagai bahasa tubuh yang agresif
d. Anjurkan pengungkapan perasaan dan tingkatkan cara ekspresi verbal yang
diterima misalnya berteriak diruangan, atau memaki bantal
Rasional : pengungkapan perasaan dapat mengurangi perlunya tindakan fisik
e. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang dapat memicu ansietas/perilaku agresif
Rasional : memberi pemahaman hubungan antara ansietas berat dan situasi yang
mengakibatkan perasaan dekstruktif yang menimbulkan tindakan agresif
f. Gali implikasi dan konsekuensi penanganan situasi ini dengan agresi
Rasional : membantu klien menyadari kemungkinan dan pentingnya
mempertimbangkan situasi sebelum melakukan tindakan
g. Bantu klien mendefinisikan alternative perilaku agresif. Awalnya libatkan dalam
aktivitas fisik sendiri, bukan dalam kelompok. Pantau aktivitas kompetitif, lakukan
dalam kewaspadaan.
Rasional : mengajarkan klien untuk belajar menangani situasi dengan cara yang
dapat diterima orang lain dan lingkungannya. Pengungkapan yang tepat dapat
menghilangkan rasa permusuhan. Ansietas dan ketakutan dapat meningkat selama
aktivitas ketika klien merasa dirinya berkompetisi dengan orang lain dan dapat
memicu terjadinya perilaku yang membahayakan
h. Atur batasan, nyatakan dengan jelas, spesifik, sikap yang tegas terhadap apa yang
dapat/tidak dapat diterima. Gunakan tuntutan hanya bila situasi memerlukannya
Rasional : bersikap jelas dan tetap tenang meningkatkan kesempatan klien
bekerjasama dan mengurangi potensi kekerasan. Dengan memberlakukan batasan
yang sedikit tetapi penting akan meningkatkan kesempatan untuk mengobservasi
i. Waspada terhadap tanda-tanda yang memunculkan perilaku kekerasan,
peningkatan aktivitas psikomotor, intensitas afek, pengungkapan pikiran delusi,
terutama ekspresi adanya ancaman, halusinasi ketakutan
Rasional : meningkatkan intervensi tepat waktu karena komuniksi terapeutik lebih
efektif sebelum perilaku menjadi berbahaya
j. Waspada terhadap respon diri sendiri pada perilaku klien (misalnya marah atau
takut)
Rasional : berespon secara defensive cenderung memperberat situasi.
k. Isolasi segera dengan cara tidak menghukum, dengan menggunakan bantuan
adekuat bila terjadi perilaku yang membahayakan. Pegang klien dan beritau klien
untuk MENGHENTIKAN perilakunya
Rasional : pemindahan klien ke lingkungan yang lebih tenang dapat mengurangi
rangsangan dan dapat membantu klien merasa lebih tenang. Sering memegang
klien da/atau berkata “berhenti” adalah cukup untuk membantu klien mendapatkan
kembali control atas dirinya
l. Kolaborasi untuk menempatkan dalam tempat isolasi, dan/atau gunakan restrain
sesuai petunjuk dan dokumentasikan alasan tindakan
Rasional : menempatkan dalam tempat isolasi atau menggunakan restrain
diperlukan sampai klien merasa mendapat pengendalian atas dirinya sendiri
m. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : digunakan untuk menurubkan gejala, mengurangi pikiran delusi, dan
bantu klien mencapai pengendalian diri
10. Defisit perawatan diri
a. Tentukan tingkat perawatan diri seperti makan, mandi/kebersihan,
berpakaian/berdandan, dan toileting
Rasional : mengidentifikasi potensi dan menetapkan derajat asuhan keperawatan
yang akan dilakukan
b. Kaji adanya/beratnya faktor yang memengaruhi kapasitas klien untuk merawat diri
(misalnya kemampuan kognitif/persepsi, disintegratif, status mobilisasi)
Rasional : gangguan pada area ini dapat mengubah kemampuan/kesiapan klien
untuk merawat diri
c. Diskusikan penampilan/dandanan individu dan anjurkan untuk berpakaian dengan
pakaian warna terang dan atraktif. Beri umpan balik positif untuk usaha klien
Rasional : penampilan memengaruhi bagaimana klien dapat melihat dirinya.
Penampilan yang tidak rapih, tidak cocok, memperlihatkan perasaan layak diri
yang rendah, karena penampilan yang atraktif dan serasi memperlihatkan perasaan
positif klien dan juga orang lain
d. Tingkatkan aktivitas hidup sehari-hari klien sesuai kemampuan klien
Rasional : latihan fisik adekuat meningkatkan tonus otot, sehingga mengajarkan
pasien untuk mampu bergerak dan memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri
e. Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya dirumah
Rasional : melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien dapat
membentuk koping keluarga menjadi lebih baik