ASLI.doc
-
Upload
reki-senja-trinanda -
Category
Documents
-
view
255 -
download
17
Transcript of ASLI.doc
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
Di PT. COMBIPHAR
Jl. Simpang Raya No. 383 Padalarang
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikutiUjian Nasional (UN)
OLEH
REKI SENJA TRINANDA
091010111
PROGRAM KEAHLIAN FARMASI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
BINA PUTERA NUSANTARA
TASIKMALAYA
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Prakerin ini telah disetujui oleh tim pembimbing dan siap untuk
dipertahankan dan dipertanggungjawabkan dalam persentasi prakerin SMK
Farmasi BINA PUTERA NUSANTARA.
Tasikmalaya, 4 Juli 2011
Pembimbing Industri Pembimbing Sekolah
( Soeprihatin, S.Si, Apt ) ( Dra. Titin Martini, Apt )
LEMBAR PERSETUJUANLAPOARAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh:
REKI SENJA TRINANDANIS:091010111
03 Juli – 30 September 2011
Menyetujui,
Pembimbing PKL PT.COMBIPHAR Pembimbing SMK BPN
TASIKMALAYA
( Soeprihatin, S.Si, Apt ) ( Dra. Titin Martini, Apt )
Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK BPN
(Pian Sopyan Nurrochman, S. Si, Apt )
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat dan
karunia nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Keeja Lapangan di Lab
R&D,PT.Combiphar Jalan Raya Simpang No 3838 Padalarang paada tanggal 4
Juli-30
September 2011 dengan baik dan lancar.Laporan ini d susun sebagai salah satu
syarat
guna mengikuti kurikulum yang ada di Sekola Menengah Kejuruan Farmasi-
Yayasan
Pendidikan Farmasi Kota Tasikmalaya.
Kegiatan PKL ini dapat terselangara dengan baaik atas kerja sama dari
berbagai
pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih atas
kesempatan,bimbingan sertaa kerjasama yang telah diberikan selama kegiatan
PKL
Farmasi Industri di PT.Combiphar kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah memberikan bantuan materi maupun dukungan
moral.
2. Bapak Pian Sopyan Nurrochman S.S,i Apt selaku kepala sekolah SMKBPN
TASIKMALAYA.
3. Ibu Titin Martini, Apt selaku pembimbing di sekolah SMK BPN
TASIKMALAYA.
4. Bapak Drs.Husni Azhar,MBA,Apt. selaku plant Direktor PT.COMBIPHAR
yang telah memberikan izin pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini.
5. Bapak Drs.Andri Sudiatna, Apt.selaku manager Product Devalopment
PT.COMBIPHAR Padalarang.
6. Bapak Maman Suhendar, S.Si, Apt selaku penanggung jawab pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan di PT.Combiphar Padalarang.
7. Ibu Soeprihatin, S. SI, Apt. selaku Asisten Manager Product Development 1
PT.COMBIPHAR Padalaarang.
8. Dra.Ibu Elis Apt.selaku asisten manager 2 PT.COMBIPHAR.
9. Ibu Regia Malvina, S.Si, Apt. Selaku Officer Product Development dan
pembimbing langsung di lapangan.
10. Ibu Siswati Ika Daliana, S.Farm, Apt selaku officer Product Development dan
pebimbing langsung di lapangan .
11 .Bapak Cundani, Ibu Euis,Bapak Yudi,Kak Adit,Kak Dani,Teh Reni dan
seluruh Kepala Bagian beserta Staff PT.COMBIPHAR yang telah banyak
membantu dan membimbing sehingga penulis banyak mendapatkan ilmu selama
mengikuti kegiatan PKL.
12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pelaksanaan kegiatan PKL dan penulisan laporan.
Penulis berharap semoga laporaan ini dapat berguna bagi perkembangan
pendidikan Farmasi, bagi industri Farmasi dan semua pihak yang tertarik dan
peduli
dengan dunia industri Farmasi sehingga dapat memberikan gambaran yang benar
dan
jelas mengenai seluk beluk industri Farmasi. penulis menyadari, laporan yang
dikerjakan
ini masih banyak kekurangan ,oleh karena itu penulis saangaat mengharapkan
kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Bandung,30 September 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sistem ganda merupakan suatu sistem pendidikan dimana
didalamnya terdapat keterpaduan kerja sama secara langsung antara pihak sekolah
dengan pihak industri, dimana hal tersebut ditunjukan bagi peningkatan mutu
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan yang akan terjun ke duni
kerja.
Latar belakang pelaksanaan pendidikan sistem ganda yang mengacu ke
dalam praktek kerja industri adalah:
Sadar akan terciptanya sling ketergantungan yang tidak dapat dihindari
antara pendidikan menenah kejuruan di satu pihak dan dunia kerja pihak
lain.denan mengacu pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikn nasional,Peraturan pemerintahan nomor 29 tahun 1990 tentang
pendidikan menengah ,peraturan pemerintahan no 39 tahun 1992 tentang peranan
masyarakat dalam Pendidikan Nasional dan kepmendikbud nomor 080/U/1993
tentang kurikulum SMK.
Pemerintahan indonesia telah mewajibkan setiap industri Farmasi di
Indonesia untuk menerapkan CPOB(Cara Pembuatan Obat yang Baik), yang
merupakan pedoman dalam pembuatan obat untuk menghsilkan obat yang
berkualitas sebagaimana yang di ngnkan sesuai dengan tujuan
pengguananya.pemastian mutu adalah suatu konsep luas ang mencakup semua hal
baik, secara tersendiri maupun secara kolektip , yang akan mempengaruhi mutu
dari obat yang dihasilkan . (CPOB 2006)
PT.Combiphar memiliki kebijkan mutu dan sasaran mutu yang harus
selalu diterapkan. Salah satu dari kebijakan mtunya adalah”selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas produk dan pelayanan untuk emberikan kepuasan kepada
pelanggan”. Kebijakan ini diturunkan salah satunya dalam pembentukan
insfratuktur Product Development yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan produk baru dan produk existing.
Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat bagi industri hendaklah
memastikan bahwa desain dan pengembangan obat dilkukan denga cara yang
memperhatikan persyartan CPOB dan cara berlabolatorium yang Baik (Pedoman
CPOB, 2006)
B. Maksud dan Tujuan.
Secara umum tujuan dari Praktek Kerja Lapangan adalah memberikan
wawasan tersendiri tentang industri, sehingga siswa dapat mengenal langsung
lingkungan industri yang sebenarnya.sedangkan tujuan pokok dari praktek
industri adalah antara lain:
a. Mengenal lebih mendalam terhadap kegiatan-kegiatan di PT.Combiphar,
terutama untuk memahami tugas, fungsi dan tanggung jawab setiap personil yang
terllibat dari suatu industri Farmasi,khususnya di bagian R&D
b. Mengetahui peran,tugas dan fungsi asisten apoteker dalam wilayah industri
Farmasi
c. Mengetahui setiap alur/ prosedur dan cara kerja yang berlangsung di
PT.COMBIPHAR
d. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.
e. Memperoleh dan memperluas pengetahuan mengenai Ke Farmasian dan
menambah
wawasan mengenai hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah..
f. Mengamati permasalahn-permasalahn yang sering terjadi selama PKL dan
berusah mencari pemecahanya.
g. Melatih diri untuk bekerja sama dan bersosialisasi denga orang lain
h. Melatih keterampilan dalam bekerja
i. Memberi pengetahuan tentang pelaksanaan CPOB di industri Farmasi
Sebagai kelanjutan dari Praktek Kerja Lapangan maka siswa di wajibkan
membuat laporan Kerja Praktek Lapangan.
Adapun tujuan pokok dari pembuatan Praktek Kerja Lapangan adalah:
a. Sebagai dokumentasi pelaksanan praktek kerja industri yang telah dilaksanakan
b. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester di SMKF BPN
TASIKMALAYA
c. Sebagai salah satu sumber informasi untuk penyusunan laporan-laporan PKL
selanjutnya.
d. Sebagai hasil evluasi megenai apa saja yang telah di dapatkan selama PKL..
C. TEMPAT DAN WAKTU PRAKERIN
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT.Combiphar yang beralamat di
Jln.Raya Simpang No 383 Padalarang, Jawa Barat. Praktek kerja berlangsung dri
tanggal 4 juli – 30september 2011.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Industri Farmasi
Adalah industri yang meliputi industri obat jadi dan industri bahn baku
obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah
melalui seluruh tahap proses pembuatan, sedangkan industri bahan baku obat
adalah industri yang menghasilkan bahan baku yang diperlukan pada proses suatu
pembuatan suatu obat jadi. Proses pembuatan merupakan seluruh rangkaian
kegiatan yang menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan pengawasan
mutu mulai dari pengadaan bahan awal, proses pengolahan, sampai obat jadi
untuk distribus
Industri Farmasi ada dua bentuk, yaitu primary industri dan secondary
industri. Primary Industri terfokus pada penemuan bahan-bahan obat baru (new
drug substances), sedangkan secondary industri terfokus pada usaha pengelolaan
bahan baku menjadi produk jadi. Saat ini, sebagian besar industri Farmasi di
indonesia adalah secondary industri. Hal ini berkaitan dengan nilai investasi yang
sngat tinggi, baik dalam bentuk biaya, fasilitas maupun waktu yang panjang.
Meskipun demikian, kedua industri tersebut bertanggung jawab atas kualitas,
keamanan dan khasiat obat yang diproduksinya. Hal ini terkait dengan hukum dan
peraturan yang mengatur Industri Farmasi untuk melindugi konsumen melalui
upaya pengadaann obat dengan kualitas, keamanan dan khasiat yang sesuai
dengan ketentuan standar yang berlaku.
1.Manajemen Mutu
Dalam manajemen mutu industri Farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan penggunnya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektip.
Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
kebijakan mutu yang memerlukn partisispasi dan komitmen dari semua jajaran di
semua departemen dalam peruasahaan, para pemasok dan prara distributoruntyuk
dasar manajemen mutu adalah suatu insfratuktur atau sistem mutu yang tepat
mencakup organisasi, prosedur, proses dan sumber daya serta pemastian mutu.
Pemastian mutu dalahtotalitas semua pengaturan yang di buat dengan tujuan
pemakainnya.
Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan
dengan pengambilan sample, spesifikasi, dan pengujian. Setiap industri farmasi
hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Dalam bab manajemen mutu.,
dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk, pengkajian mutu produk
dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor
dengan tujuan membuktikan konsistensis produk dan proses.
2. Personalia
Sumber daya mausia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri Farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
berkualitas dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan di catat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan , termasuk instruksi mengenai hygine yng berkaitan
dengan pekerjaan.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk membuat obat hendaknya memiliki ukuran,
rancangan, kontruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan kondisisnya dan
dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.
Bangunan dan Fasilitas hendaknya dirawat dengan cermat, dibersihkan, bila perlu
didensinfeksikan sesuai dengn prosedur tertulis. Tiap sarana kerja juga harus
memadai sehingga setiap resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan
berbagi kesalahan yang dapat menurunkan mutu obat dapat dihindarkan, lokasi
bangunan juga harus bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan di
sekeliling nya.agar tidak merugikan bagi ligkungan sekitarnya, serta pada alam.
Agar mutu obat tidak akn terkontaminasi.
DESAIN TATA LETAK RUANG HENDAKNYA MEMASTIKAN :
1. Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan dalam
sarana yang sama atau sarana yang berdampingan.
2. Pencegahan area produksi dimangfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan baku atau
produk yang selain sedang d proses.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan kontruksi
yang tepat, ukuran memadai serta di tempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat terjaminsesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
mempermudah pembersihan serta perawatan.
5. Sanitasi dan Hygine
Tingkat sanitasi dan hygine yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygine meliputi
personil,bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wajahnya.,
dan segala sesuatu nya yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.
Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melaui suatu program
sanitasi dan hygine yang menyeluruh dan terpadui.
6. Produksi
Produksi hendaknya dilakukan dan di awasi oleh personil yang kompetetn.
Pengolahan produk yang berbeda hendaknya tidak dilakukan secara bersamaan
atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali kalo tidak ada resiko
terjadinya campur baur atau kontaminasi silang. Yang dimaksud dengan produk
antara adalah bentuk produk yang masih berupa massa kempa atau massa cetak.
Dan yang dimaksud dengan produk ruahan adalah bentuk produk yang sudah
berupa bentuk sediaan tapi belum bisa di sebut obat karena harus di kemas
terlebih dahulu Produksi hendaknya dilaksankan dengan mengikuti prosedur yang
telah di tetapkan yang dapat menjamin senantiasa menghasilkan obat jadi yang
memenuhi spesifikasiyang di tentukan yaitu:
a. Bahan awal
Yang dimaksud dengan bahan awal adalah bahan baku dan bahan
pengemas. Tiap pengiriman batch bahan awal hendaknya di beri nomor rujukan
yang menunjukan indetitas pengiriman atau batch selama penyimpanan dan
pengolahan. Bahan awal yang diterima hendaknya di karantina pada kondisi yang
disarankan oleh pabrik pembuatan nya dan diatur sedemikian agar ada pemisah
antara bets dan memudahkan stok sampai di setujui dan diluluskan untuk
pemakaian kepala bagian QC.
Semua pemasukan, pengeluaran tanggal di luluskan dan jumlah bahan
tersisa hendaklah di catat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai
pemasokan, nomor bats atau lot, tanggal penerimaan atau penyerahan tanggal
pelulusan atau tanggal kadaluarsa kalau ada.
b. Validasi proses
Studi Validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan
sesuai dengan prosedur yng telahg ditetapkan. Hasil Validasi serta kesimpulan
hendaklah di catat. Sebelum suatu prosedur pengolahan induk di terapkan,
hendaklah di ambil untuk membuktikan prosedur itu cocok untuk pelakanaan
produksi rutin, dan bahwa proses yang di tetapkan dengan menggunakan bahan
dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu.
c. Pencegahan Pencemaran Silang
Pencemaran silang dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap
atau percikan organisme dari bahan atau produk yang sedang di prosesdan dari
sisa yang tertinggal dari alat dan akaian kerja operator. Oleh karena itu:
1) Produksi harus dilkukan dalam gedung terpisah. Diperlukan seperti untuk
produk penisilin, hormoe sex, sitotoksin tertentu, vaksin ghidup dan sediaan yang
mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah.
2) Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara
d. Pengolahan
Bahan–bahan yang digunakan untuk pengolahan hendaknya diperiksa
terlebih dahulu sebelum digunakan. Kondisi tempat pengolahan juga harus di
pantau agar memenuhi syarat yang berlaku. Semua kegiatan pengolahan
hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang tertulis. Tiap
pernyimpangan hendaklah di pertanggung jawabkan dan dilaporkan.
e. Pengembalian
Semua bhan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang di kembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah di dokumentasikan
dengan benar serta di rekonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara
dan produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Untuk mencegah terkontaminasi
bahan – bahan lain yang ada di gudan penyimpanan.
f. Bangunan
Permukaan dinding, langit – langit dan lantai hendaklah licin, kedap air
dan tidak retak untuk menghindari penyebaran serta penumpukan partikel. Kayu
tanpa pelapis sebaiknya jangan digunakan.
g. in PROCES control ( IPC)
In Proces Control dilakukan untuk memastikan keseragaman batch dan
keutuhan obat....
7. Pengawasan Mutu
Merupakan bagian yang essential dari CPOB agar tiap obat yang dibuat
memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan penggunaan nya.
Bagian pengawasan mutu memiliki tugas antara lain :
a. Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan dan spesifikasi menyusun
program dan prosedur pengembalian sample secara tertulis
b. Memastikan pemberian label yang benar pada bahan wadah dan produk
c. Menyiapkan prosedur tertulis yang rinci untuk melakukan seluruh
pemeriksaan, pengujian dan analisis
d. Menyimpan sample pertinggal untuk rujukan di masa mendatang
e. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk,antara, produk
ruahan dan produk jadi.
f. Melakukan evaaluasi stabilitas semua produk jaadi secara berkelanjutan dan
bahan awal jika diperlukan, serta menetaapkan kondisi penyimpanan bahan
dan produk berdasarkan stabilitasnya.
g. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data
stabilitas serta kondisi penyimpanan.
h. Berperan atau membantu prograam Validasi
i. Menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur pengujian
yang berlaku dan menyimpan baaku pembanding tersebut pada kondisi yang
tepat.
j. Menyimpan data analitis dari hasil pengujian semua sample yang diambil.
k. Melaakukan evaluasi produk jadi kembalian menetapkan apakah produk
tersebut dapaat diluluskan atau diolah ulang atu dimusnahkan.
l. Ikut serta dalam inspeksi diri bersama dengan bagian lain dari perusahaan.
m. Memberikan rekomendasi kegiaatan pembuatan obat berdasarkan kontrak
setelah melakukan evaluasi kemampuan penerima kontarak yang
bersangkutan untik membuat produk yang memenuhi persyaratan mutu.
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan dari inspeksi diri adalah untuk menilai apakah seluruh aspek
produksi dab pengawasan mutu senantiasaa memenuhi CPOB. Hendaknya
program inspeksi diri dilakukan secara rutin dan dirancang untuk mendeteksi
kelemahan daalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan
nya. Management perusahaan hendaknya mengawasi laporan inspeksi diri dan
tindakan perbaikannya.
a. Inspeksi diri dilakukan terhadap:
1) Personalia.
2) Bangunan, termasuk fasilitas untuk personil.
3) Penyimpanan bahan awal, bahan pengemaass dan obat jadi.
4) Perawatan bangunan dan peralatan .
5) Peralatan.
6) Pengolahan daan pengawasan selama proses.
7) Pengawasan mutu.
8) Dokumentasi.
9) Sanitasi dan hygine.
10) Program Validasi dan re-Validasi.
11) Kalibrasi alaat atau sistem pengukuran.
12) Prosedur penarikan kembali obat jadi.
13) Penanganan keluhan pengawasanb label.
14) Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan .
b. Audit mutu
Penyelenggara audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Umum nya dilaksanakan
oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang di bentuk khusus untuk hal
ini oleh manajemen perusahaan.
9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Produk dan Produk
Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.untuk
menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila
perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacata dari
peredaran secara cepat dan efektip.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari peredaran. Penarikan kembali
produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau ada laporan
mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan,.
Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan dfan
penghentian pembuatan obat tersebut.
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri Farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
kadaluarsa, atau alasan laain misalnya kondisi wadah atau kemasaan yang akan
menimbulkan keraguan akan indetitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan.
a. Penarikan kembali produk
Seseorang yang memahami tentang operasi penarikan kembali produk di
tunjuk untuk bertanggung jawab melaksanakan dan mengkordinasikan penarikan
kembali produk sesuai dengan tingkat urgensinya daan sebaiknya memiliki setap
yang memadai, memiliki prosedur yang tertulis yang diperiksa secara berkala.
Operasi penarikan hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tia saat.
Keputusaan penarikan kembali produk::
1) Dapat diprakarsai oleh industri Farmasi atau atas perintah otoritas pengawasan
obat.
2) Secara intrn hendaklah daatang dari kepaala bagian Manajemen Mutu dan
Manejemen perusahaan.
3) Dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir
4) Dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk
pelaksanaan penarikan:
a) Dilakukan setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan
mengenai reaksi yang merugikan.
b) Pemakaian produk yang beresiko tinggi terhadap kesehatan, hendaklah
dihentikan secara embargo yang dilanjutkaan dengaan penarikaan kembaali
dengan segera sampai menjangkaau tingkaat konsumen.
c) Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri Farmasi,
heendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali produk
dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas.
d) Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhaadap produk hendaklah dibuat
untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembaali dapat dilakukan
dengan cepat dane efektif dari seluruh mata rantai distribusi. Produk yang
ditarik kembali hendaklah di beri indetifikasi dan disimpan terpisah di area
yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut.
Perkembangan dari proses penarikan hendaklah dicatat dan dibuat laporan
akhir, termasuk hasil rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang
ditemukan kembali.
b. Produk kembalian
Industri Farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk
penahanan,penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan
keputusan apakah produk kembalian dapat di proses ulang atau harus
dimusnahkan setelah dilakukan evaaluasi secara kritis. Berdasarkan hasilo
evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sbb :
1) Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan dalam persediaan.
2) Produk kembalian yang dapat diproses ulang.
3) Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak daapat diproses
kembali
prosedur hendaklah mencakup :
a) Indetifikasi dan catatan mutu produk kembalian.
b) Penyimpanan produk kembalian dalam karantina.
c) Penyelidikan pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian pengawasan
mutu
d) Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mangambil kepututsan apakah produk
dapat diproses ulang aatau tidak.
e) Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang
10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi managemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dan pemastian mutu,
dokumen yang diperlukan meliputi spesifikasi. Spesifikasi baahan awal,
pengemas dan produk jadi, prosedur, metode dan intruksi, catatan dan laporan
serta dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksaanaan,
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa
tiap personil mendapat intruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakan, sehingga memperkecil resiko salah nafsir dan kekeliruan yang
biasa timbul kaarena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Isi dokumen hendaknya tidak berarti ganda, baik judul, sufat dan tujuan
nya hendaknya dinyatakan jelas. Dokumen hendaknya dikaji ulang secara berkala
dan dijaga agar selalu up to date.keterbacaan dokumen itu sangat penting.
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dikerjakan dengan baik
dan benar, disrtujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang
dapat menyebabkan produk aau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan.kontrak tertulis dan pemberi kontrak dan penerima kontrak harus
dibuata secara jelas menentukan tanggung jawab dan kepentingan masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untukdiedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
mutu( pemastian mutu)
12. Kualivikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri Farmasi untuk mengindetifikasi Validasi
yang harus
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan.
Perubaahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang mempengaruhi
mutu
produk hendaklah di Validasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah
digunakan
untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan Validasi.
B. Peraturan perundang – undangan
1. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
2. UU No. 5 Tentang Perindustrian.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 245/Menkes/V/1990 tentang ketentuan
pelaksanaan pemberian izin usaha industri farmasi.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan ri. No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
5. UU No. 8 Tentang Perlindungan Konsumen.
6. Keputusan Presiden No. 102 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen.