ASKEP_KASUS

download ASKEP_KASUS

of 14

Transcript of ASKEP_KASUS

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    1/14

    KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN Ny. A

    DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONKHIAL

    DI RUMAH SAKIT UMUM P KOTA G

    A. Uraian KasusNy. A usia 35 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari

    yang lalu disertai batuk berdahak, berwarna putih agak kental dan sulit dikeluarkan.

    Sesak nafas dirasakan hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Sesak nafas dirasakan

    bertambah berat pada malam hari, saat hawa dingin, dan bila klien terpapar dengan

    debu serta bau-bauan yang menyengat. Sesak nafas dirasakan berkurang bila siang

    hari dan juga bila klien tidur/berbaring dengan menambah bantal sebanyak 2-3 buah.

    Sebelumnya pasien pernah menderita keluhan yang sama kemudian berobat ke rumah

    sakit dan mendapatkan obat semprot yang dihisap melalui mulut untuk mengurangi

    keluhan sesaknya. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan pada

    keluarga ada anggota keluarga yang menderita keluhan dan penyakit yang sama

    (kakek dan anak laki-laki klien).

    Pada pemeriksaan penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam

    batas normal. Bila sesak nafas terdengar suara mengi/wheezingdiseluruh lapang paru.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dan pemeriksaan tanda

    vital, yaitu: nadi (HR) 120x/menit, pernafasan (RR) 40x/menit, tekanan darah (BP)

    120/90 mmHg, dan suhu (T) 37,3oC. Dari data didapatkan klien berusaha bernapas

    dengan menggunakan asesoris pernapasan yaitu pernapasan cuping hidung dan

    retraksi interkosta.

    B. Pengkajian1. Anamnesa

    a) Identitas KlienNama : Ny.A

    Umur : 35 tahun

    b) Alasan Masuk (Keluhan Utama)Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang

    lalu disertai batuk berdahak, berwarna putih agak kental dan sulit dikeluarkan.

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    2/14

    c) Riwayat Penyakit DahuluKlien merasakan sesak nafas sudah sejak 5 tahun yang lalu, dimana sesak

    nafas yang dirasakan hilang timbul. Sesak nafas dirasakan bertambah berat

    pada malam hari, saat hawa dingin, dan bila klien terpapar dengan debu serta

    bau-bauan yang menyengat. Sebelumnya pasien pernah menderita keluhan

    yang sama kemudian berobat ke rumah sakit dan mendapatkan obat semprot

    yang dihisap melalui mulut untuk mengurangi keluhan sesaknya.

    d) Riwayat Penyakit KeluargaPada keluarga klien ada anggota keluarga yang menderita keluhan dan

    penyakit yang sama (kakek dan anak laki-laki klien).

    2. Pemeriksaan Fisika) Tingkat Kesadaran: Compos mentis

    b) TTV:(1)BP : 120/90 mmHg(2)RR : 40 x/menit(3)HR : 120 x/menit(4)T : 37,3oC

    3. Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam

    batas normal dan terdengarwheezingdiseluruh lapang paru.

    C. Analisa DataNo

    Data EtiologiMasalah

    Keperawatan

    1 DS:DO:

    1. Tanda-tanda vitalBP=120/90 mmHgRR=40 x/menitHR=120 x/menitT=37,3oC

    2. Klien tampak berusahabernapas denganmenggunakan asesorispernapasan yaitu pernapasancuping hidung dan retraksiinterkosta.

    3. Saat klien sesak nafasterdengar suaramengi/wheezing.

    Pencetus serangan

    (alergen)

    Reaksi antigen & antibodi

    Dikeluarkannya substansi

    vasoaktif (histamin, bradikinin,

    & anafilaksin)

    Kontraksi otot polos

    Bronkospasme

    Wheezing

    Pola nafas tidak efektif

    Pola nafastidak efektif

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    3/14

    2 DS:1. Klien mengatakan dahak sulit

    untuk dikeluarkan.

    DO:

    1. Tanda-tanda vitalBP=120/90 mmHg

    RR=40 x/menitHR=120 x/menitT=37,3oC

    2. Sesak nafas disertai batukberdahak, berwarna putih

    agak kental.3. Klien tampak kesulitan dalam

    mengeluarkan dahak.4. Saat klien sesak nafas

    terdengar suara

    mengi/wheezing.

    Pencetus serangan

    (alergen)

    Reaksi antigen & antibodi

    Dikeluarkannya substansi

    vasoaktif (histamin, bradikinin,

    & anafilaksin)

    permeabilitas kapiler

    Kontraksi otot polos Edema mukosa Hipersekresi

    Obstruksi jalan nafas

    Tidak efektifnya bersihan jalannafas

    Tidakefektifnyabersihan jalannafas

    D. Web of Caution (WOC)

    Gambar 14. Web of Caution kasus asma

    Pencetus serangan

    (alergen)

    Reaksi antigen & antibodi

    Dikeluarkannya substansi vasoaktif

    (histamin, bradikinin, & anafilatoksin)

    Kontraksi otot polos

    Bronchospasme

    permeabilitas kapiler

    Kontraksi otot polosEdema mukosaHipersekresi

    Obstruksi jalan napas

    Bersihan jalan napas

    tidak efektif

    Wheezing

    Pola nafas tidak efektif

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    4/14

    E. Asuhan KeperawatanNo

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan/Kriteria

    HasilIntervensi Rasional

    1 Pola nafas tidakefektif

    berhubungandengan suplai

    oksigen

    berkurang

    (bronkospasme)

    Perbaikan polanafas dengan

    kriteria hasilsebagai berikut:

    1. Mempertahankan ventilasiadekuatdenganmenunjukanRR=16-20x/menit danirama napas

    teratur.2. Tidak

    mengalamisianosis atautanda hipoksialain.

    3. Pasien dapatmelakukanpernafasandalam.

    Kolaborasi

    1. Berikanoksigentambahan.

    Mandiri

    2. Tinggikankepala danbantumengubahposisi.Berikanposisi semi

    fowler.3. Ajarkan

    pasienpernapasandalam.

    1. Memaksimalkanbernapas dan

    menurunkan kerjanapas.

    2. Duduk tinggimemungkinkanekspansi paru danmemudahkanpernapasan.

    3. Membantu pasienmemperpanjang waktuekspirasi sehingga

    pasien akan bernapaslebih efektif danefisien.

    2 Tidakefektifnya

    bersihan jalan

    nafasberhubungan

    dengan

    gangguan suplai

    oksigen

    (bronkospasme)

    , penumpukan

    sekret, sekret

    kental.

    Pencapaianbersihan jalan

    napas dengan

    kriteria hasilsebagai berikut:1. Mempertahank

    an jalan napaspaten denganbunyi napasbersih ataujelas.

    2. Menunjukanperilaku untukmemperbaikibersihan jalan

    nafas misalnyabatuk efektifdanmengeluarkansekret.

    Kolaborasi

    1. Berikan obatsesuai

    indikasibronkodilator.

    Mandiri

    2. Auskultasibunyi nafas,catat adanyabunyi nafas,ex: mengi

    3. Kaji/pantaufrekuensipernafasan,

    catat rasioinspirasi/ekspirasi.

    . Catat adanyaderajatdispnea,ansietas,distresspernafasan,penggunaanobat bantu.

    5. Tempatkanposisi yangnyaman

    1. Merelaksasikan otothalus dan menurunkan

    spasme jalan nafas,

    mengi, dan produksimukosa.2. Beberapa derajat

    spasme bronkus terjadidengan obstruksi jalannafas dan dapat/tidakdimanifestasikanadanya nafasadvertisius.

    3. Tachipnea biasanyaada pada beberapaderajat dan dapat

    ditemukan padapenerimaan atauselama stress/adanyaproses infeksi akut.

    4. Disfungsi pernafasanadalah variable yangtergantung pada tahapproses akut yangmenimbulkanperawatan di rumahsakit.

    5. Peninggian kepalatempat tidurmemudahkan fungsi

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    5/14

    pada pasien,contoh:meninggikankepala

    tempat tidur,duduk pada

    sandaratempat tidur.

    6. Pertahankanpolusilingkungan

    minimum,contoh:debu, asapdll.

    . Tingkatkanmasukan

    cairansampaidengan 3000ml/ harisesuaitoleransi

    jantungmemberikanair hangat.

    pernafasan denganmenggunakangravitasi.

    6. Pencetus tipe alergipernafasan dapatmentriger episode

    akut.7. Hidrasi membantu

    menurunkan

    kekentalan sekret,penggunaan cairan

    hangat dapatmenurunkankekentalan sekret,penggunaan cairanhangat dapat

    menurunkan spasme

    bronkus.

    F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi1. Penatalaksanan Farmakologi

    Belum terlalu lama, yakni baru sejak pertengahan tahun 1990-an mulai

    mengental keyakinan di kalangan kedokteran bahwa asma yang tidak terkendali

    dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan

    paru-paru.

    Cara menangani asma yang reaktif, yakni hanya pada saat datangnya serangan

    sudah ketinggalan zaman. Hasil penelitian medis menunjukkan bahwa para

    penderita asma yang terutama menggantungkan diri pada obat-obatan pelega

    (reliever/bronkodilator) secara umum memiliki kondisi yang buruk dibandingkan

    penderita asma umumnya. Selanjutnya prosentase keharusan kunjungan ke unit

    gawat daruat (UGD), keharusan mengalami rawat inap, dan risiko kematiannya

    karena asma juga lebih tinggi.

    Hal ini membuktikan bahwa pasa asma ekstrinsik, penyebab asma yang

    mereka derita adalah karena peradangan (inflamasi), dan bukan karena

    bronkokonstriksi. Dengan demikian, dokter masa kini menggunakan obatperadangan sebagai senjata utama, sedang obat-obatan pelega sebagai

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    6/14

    pendukung. Keyakinan ini sangat disokong oleh penemuan obat-obatan pencegah

    peradangan saluran pernapasan, yang aman untuk digunakan dalam jangka

    panjang.

    Menurut AAAI (Amerika Academy of Allergy, Asthma & Immunology)

    penggolongan obat asma (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:

    a) Obat-obat anti peradangan (preventer)(1)Usaha pengendalian asma dalam jangka panjang(2)Golongan obat ini mencegah dan mengurangi peradangan,

    pembengkakan saluran napas, dan produksi lendir

    (3)Cara kerjanya adalah dengan mengurangi sensitivitas saluranpernapasan terhadap pemicu asma yang berupa alergen.

    (4)Penggunaannya harus teratur dalam jangka panjang(5)Daya kerja lambat/gradual, biasanya mengambil waktu sekitar

    dua minggu baru terlihat efektivitasnya ayang terukur.

    Contoh obat anti peradangan adalah beclometasone [Becotide],

    budesonide [Pulmicort], fluticasone [Flixotide], mometasone

    [Asmanex], dan montelukast [Singulair] secara bertahap

    mengurangi peradangan saluran napas dan (jika digunakan secara

    teratur) akan mengontrol penyakit asma. Obat pencegah biasanya

    tersedia dalam bentuk inhaler berwarna cokelat, putih, merah, atau

    oranye, meskipun beberapa (misalnya montelukast) tersedia dalam

    tablet.

    b) Obat-obat pelega gejala berjangka panjangObat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam nama generik

    yang ada di pasaran adalah salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol

    xinafoate) dan teofilin (theophylline).

    (1)SalmeterolObat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana

    obat ini bekerja dengan mengendurkan oto-otot yang

    mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif bila

    dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan

    tidak dapat berfungsi sebagai pelega seketika dalam hal terjadi

    serangan asma.

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    7/14

    Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya

    kerjanya bertahan hingga 12 jam. Obat ini disajikan dalam

    bentuk obat hirup dosis terukut dan obat hirup bubuk kering.

    Obat ini tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12

    tahun.

    (2)TeofilinObat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif

    yang terdapat dalam secangkir kopi) dan termasuk

    bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek samping obat ini

    sama seperti kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien

    hiperaktif.

    (3)Albuterol Sulfat atau Salbutamol.Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam

    bentuk obat hirup dosis terukur, obat hirup bubuk kering,

    larutan untuk alat nebulizer, sirup, tablet biasa, tablet lepas-

    tunda (extended-reliase). Bentuk hirup bekerja lebih karena

    langsung menuju saluran pernapasan yang bermasalah,

    ketimbang harus lewat lambung dulu. Efek samping obat ini

    dapat menyebabkan stimulasi, jantung berdebar, dan pusing.

    Merek yang paling populer adalah Ventolin dan Proventil

    yang disajikan sebagai obat hirup dosis terukur. Proventil HFA

    sebagai obat hirup bubuk kering. Ventolin terdaftar di

    Indonesia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, nebulizer, dan

    spray. Merek lain adalah Ascolen.

    c) Obat-obat pelega gejala asma (reliever/bronkodilator)Misalnya salbutamol [Ventolin], terbutaline [Bricanyl],

    formoterol [Foradil, Oxis], dan salmeterol [Serevent] secara

    cepat mengembalikan saluran napas yang menyempit yang terjadi

    selama serangan asma ke kondisi semula. Obat pereda/pelega biasanya

    tersedia dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.

    d) Obat-obatan kortikosteroid oralKortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi

    pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan asma.

    Obat ini membutuhkan enam hingga delapan jam untuk bekerja,

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    8/14

    sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya kerja yang

    dirasakan.

    Malam hari termasuk waktu dimana serangan asma paling sering

    terjadi, karena fungsi paru-paru berada pada titik yang paling rendah di

    tengan malam. Dari hasil penelitian terbukti bahwa dosis

    kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari bisa membantu mereka

    yang mengalami serangan asma untuk tidur pada malam harinya.

    Di sisi lain, efek samping penggunaan kortikosteroid oral juga

    cukup nyata, seperti perubahan suasana hati (mood changes),

    meningkatnya selera makan, perubahan berat badan, dan gejala demam

    yang ditekan. Akan tetapi, efek samping dari penggunaan

    kortikosteroid ini tidak perlu dikhawatirkan jika penggunaannya hanya

    dalam jangka pendek dan kadangkala saja.

    (1)Prednison (Prednisone)Prednison adalah preparat kortikosteroid oral yang paling

    umum digunakan. Obat ini disajikan dalam bentuk pil maupun

    sirup.

    (2)Prednisolon (Prednisolone)Prednisolon adalah kortikosteroid oral yang sangat mirip

    prednisone, dengan kelebihan rasanya yang lebih bisa diterima

    anak-anak. Dengan merek Prelone disajikan sebagai sirup 15

    mg per 5 ml. Prediaped disajikan sebagai sirup 5 mg per 5 ml.

    (3)Metilprednisolon (Methylprednisolone)Sangat mirip dengan prednisolon, tetapi harganya lebih

    mahal. Biasanya digunakan di rumah sakit dengan cara

    intravenuous.

    (4)Deksametason (Dexamethasone)Dengan merek Decadron, satu dosis tunggalnya berdaya

    kerja dua hingga tiga kali lebih lama dibandingkan preparat

    kortikosteroid yang lain. Cocok untuk pasien anak-anak yang

    sulit minum obat.

    e) Alat-alat hirupAlat hirup dosis terukuratauMetered Dose Inhaler(MDI) disebut

    juga inhaler atau puffer adalah alat yang paling banyak digunakan

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    9/14

    untuk menghantar obat-obatan ke saluran pernapasan atau paru-paru

    pemakainnya. Alat ini menyandang sebutan dosis terukur (metered-

    dose) karena memang menghantar suatu jumlah obat yang

    konsisten/terukur dengan setiap semprotan.

    Sebagai hasil teknologi mutakhir, alat hirup dosis terukur kini bisa

    digunakan oleh segala tingkatan usia, mulai dari balita hingga lansia.

    Alat hirup dosis terukur memuat obat-obatan dan cairan tekan

    (pressurized liquid), biasanya chlorofluorocerbous/CFC, yang

    mengembang menjadi gas ketika melewati moncongnya. Cairan yang

    sebutan populernya adalah propelan tersebut memecah obat-obatan

    yang dikandung menjadi butiran-butiran atau kabut halus, dan

    mendorongnya keluar dari moncong masuk ke saluran pernapasan atau

    paru-paru pemakainya.

    Berikut ini adalah cara menggunakan alat hirup dosis terukur

    (Metered Dose Inhaler/MDI), yaitu:

    1. Lepaskan tutup dari moncong alat hirup, dan kocok tabungnya;2. Embus atau buang napas Anda sewajarnya;3. Taruh moncong tabung di mulut Anda, dan dongakkan sedikit

    kepala Anda ke belakang;

    4. Mulai menarik napas, kemudian tekan tabung untuk melepassatu semprotan;

    5. Teruskan menarik napas hingga paru-paru Anda rasanya penuh.f) Peak Flow Meter

    Alat ini memegang peranan yang sangat penting dalam usaha dan

    program pengendalian asma, terutama untuk mendeteksi gejala akan

    datangnya serangan asma. Berpegang pada prinsip bahwa untuk

    menatalaksana segala sesuatu dengan baik harus ada tolok ukurnya,

    maka orangtua anak penderita asma, maupun anak-anak dan orang

    dewasa penderita asma sendiri harus menguasai cara mengukur fungsi

    paru-paru mereka. Tindakan selanjutnya kemudian adalah mengambil

    langkah yang sesuai dengan hasil pengukuran tersebut.

    Peak Flow Meter adalah alat sederhana yang bisa digunakan di

    rumah, termasuk oleh anak-anak berumur lima tahun ke atas. Alat ini

    mengukur kekuatan embusan napas pemakainya. Ada tiga hal yang

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    10/14

    mempengaruhi kekuatan embusan napas seseorang, yaitu ukuran paru-

    parunya, besar usahanya dalam mengembus; dan bukaan (lebar atau

    sempitnya) saluran pernapasannya. Untuk menggunakannya, si

    pemakai menarik napas dan mengisi paru-parunya sepenuh mungkin,

    kemudian meniup ke dalam Peak Flow Meter secepatnya dengan

    sekuat-kuatnya. Seseorang yang saluran pernapasannya menyempit,

    tidak akan bisa meniup sekuat bila saluran pernapasannya terbuka

    sempurna. Pertanda pertama dari datangnya serangan asma bisanya

    terlihat dari menurunnya ukuran catatan Peak Flow Meter seseorang.

    Ini bahkan sebelum muncul gejala-gejala yang lain seperti batuk, lendir

    yang berlebihan, atau sesak napas.

    Untuk mengetahui kondisi bukaan saluran pernapasan seseorang,

    kita membandingkan hasil pengukuran sesaat dengan patokan ukuran

    terbaik dari orang tersebut. Untuk memperoleh patokan terbaik

    seseorang, lakukan pengukuran dengan Peak Flow Meterpada waktu

    orang tersebut berada dalam kondisi asmanya terkendali dengan baik,

    dan catat hasilnya.

    Kondisi asma seseorang dianggap terkendali baik jika hasil

    pengukuran sesaat ada dalam rentang 80-100% dari kondisi terbaiknya

    (masuk zona hijau); antara 60-80% dari kondisi terbaik ia memasuki

    zona kuning, yang berarti harus waspada karena terlihat tanda-tanda

    akan datangnya serangan asma. Pengukuran di bawah 60% kondisi

    terbaik memasuki zona merah, berarti bahaya, dan orang yang

    bersangkutan harus segera ke dokter untuk menghindari keharusan

    dirawat di UGD.

    2. Penatalaksanan Non FarmakologiPenatalaksanaan secara non farmakologi dapat memanfaatkan tanaman-

    tanaman herbal dalam penyembuhan berbagai penyakit pasien. Pengobatan yang

    menggunakan tanaman herbal sebagai medianya biasa disebut sebagai pengobatan

    secara tradisional atau pengobatan menggunakan ramuan herbal. Berikut ini

    beberapa ramuan herbal yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan asma, yaitu:

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    11/14

    a) Resep 115 g kulit jeruk mandarin kering

    (1)Cuci bersih semua bahan, iris-iris, rebus dengan 600 cc airhingga tersisa 200 cc, lalu saring.

    (2)Minum selagi hangat.(3)Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

    b) Resep 25 g adas

    5 batang serai

    20jari kayu manis20 g jahe merah

    30 g pegagan segar (15 g keringi)

    Gula aren secukupnya

    (1)Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hinggatersisa 200 cc, lalu saring.

    (2)Minum selagi hangat.(3)Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

    c) Resep 33 g bunga melati kering (10 g segar)

    7 lembar daun jinten

    (1)Cuci bersih, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalusaring.

    (2)Minum selagi hangat.(3)Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).

    d) Resep 4200 g lobak putih

    3 siung bawang putih

    30 g kencur

    (1)Cuci bersih semua bahan, lalu jus atau blender dan saring.(2)Panaskan airnya dengan api kecil hingga mendidih. Minum

    hangat-hangat.

    (3)Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).e) Resep 5 (pemakaian luar)

    Jahe secukupnya, iris dengan ketebalan 3-5 mm

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    12/14

    (1)Tempelkan jahe dengan menggunakan koyo hangat pada titikdazhui, yaitu ruas tulang paling menonjol yang terletak antara

    ruas tulang belakang leher ketujuh dan ruas tulang belakang

    dada yang pertama.

    (2)Lakukan secara teratur 2 kali sehari (Wijayakusuma, 2008).f) Resep 6

    6 buah biji cermai

    8 butir bawang merah

    8 butir buah lengkeng

    4 potong akar kara

    (1)Ditumbuk semua bahan dan direbus dengan 2 gelas air hinggasatu setengah gelas.

    (2)Diminum satu hari 2 kali minum (Widjadja, 2009).Selain mengunakan ramuan herbal kita juga bisa menggunakan terapi. Salah

    satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi pijat (Hartanti, 2003).

    Gambar 15. Area dilakukan memijatan

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    13/14

    G. Health Education (Pendidikan Kesehatan)Pendidikan bagi pasien adalah suatu bagian yang penting dalam usaha

    meningkatkan cara penanganan asma. Dasar pemikirannya, asma adalah suatu

    penyakit biasa yang bisa dikendalikan. Namun, asma juga penyakit yang bersifat

    Variabel, dalam arti gejala-gejalanya bisa membaik dan memburuk dari waktu ke

    waktu. Karena variabilitas ini, sering penanganannya harus ditinjau ulang dan diubah.

    Untuk itu dibutuhkan komunikasi yang efektif antara sang pasien dengan dokternya

    (Hadibroto & Alam, 2006). Dalam hal ini sebaiknya sang pasien mempunyai referensi

    atau pengetahuan tentang:

    1. Apakah asma itu, beserta faktor-faktor pemicunya, terutama yang menyangkutdirinya sendiri;

    2. Seluk beluk pengobatan asma, dan kemungkinan akibat sampingan darimasing-masing obat;

    3. Cara menggunakan alat-alat pengobatan asma secara benar;4. Tujuan pengobatan dan penatalaksanaan;5. Pengenalan tanda-tanda dan gejala awal datangnya serangan;6. Penulisan rencana tindakan (Action Plan);

    Rencana tindakan adalah suatu rencana mengatasi kondisi asma yang

    memburuk, dan rencana ini harus dimiliki oleh setiap penderita asma. Rencana

    tindakan menyesuaikan dengan tingakat keparahan gejala, sehingga si

    penderita punya pegangan dalam usaha mengendalikan asmanya (Hadibroto &

    Alam, 2006). Lengkapnya rencana ini bisa:

    a) Memberi pengarahan kapan waktunya untuk mengubah, meningkatkanatau mengurangi, dan menambah obat-obatan yang digunakan.

    b) Memberitahukan apa yang harus dilakukan, juka kondisi sang pasientidak membaik.

    c) Memberikan kesempaatan bagi penderita asma untuk segera dan lebihawal memulai penanganan, menghadapi gejala asma yang memburuk,

    untuk mencegah serangan yang lebih gawat.

    Memberi arahan akan kapan dan bagaimana usaha mengurangi

    penggunaan obat-obatan hingga dosis seminimal mungkin, begitu asma sudah

    terkendali.

    7. Pengisian Buku Harian asma.

  • 7/29/2019 ASKEP_KASUS

    14/14

    Buku harian asma adalah sarana yang sangat penting untuk mencatat

    gejala-gejala asma, obat-obatan yang digunakan, dan catatan prestasi Peak

    Flow Meter. Jika gejala-gejala semuanya tercatat, sang pasien akan lebih sadar

    akan perubahan-perubahan yang mengindikasikan bahwa asmanya mulai lepas

    kendali. Dengan demikian ia bisa menyesuaikan pengobatannya berdasarkan

    Rencana Tindakan. Buku Harian asma digunakan bersama dengan Rencana

    Tindakan, yang disiapkan di bawah pengawasan dan persetujuan dokter yang

    merawat.

    Gambar 16. Catatan harian asma