Askep_Hipertensi 2

download Askep_Hipertensi 2

of 32

Transcript of Askep_Hipertensi 2

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    1/32

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    2/32

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    3/32

    LAPORAN PENDAHULUAN

    A. Pengertian

    Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan sistoliknya di

    atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare,

    2002 : 896).

    Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

    diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya. Mempunyai rentang dari tekanan

    darah normal tinggi sampai hipertensi maligna (Doengoes, 2000 : 39).

    B. Etiologi

    Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

    1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya

    disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang

    mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf

    simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan

    Ca interseluler, dan faktor-faktor yang risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.

    2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui

    seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,

    hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom chusing, feokromositoma,

    koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

    (Mansjoer, Arif dkk, 2001 : 518)

    3

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    4/32

    C. Manifestasi Klinis

    Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.

    Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otot

    atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis,

    mara, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-

    kunang, dan pusing (Mansjoer, Arif dkk, 2001 : 518).

    Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

    tekanan darah yang tiinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

    seperti perdarahan eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan

    pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus).

    Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

    sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan adanya kerusakan

    vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang di vaskularisasi

    oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah

    gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertensi ventrikel kiri terjadi sebagai

    respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan

    tekanan sistemik yang meningkat apabila jantung tidak mampu lagi menahan

    peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan

    patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi

    pada malam hari) dan azotema (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).

    Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan

    iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi

    4

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    5/32

    (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada

    penderita hipertensi disertai serangan iskemia, insidens infark otak mencapai 80%.

    D. Patofisiologi

    Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

    terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula

    jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis.

    Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang

    serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan di lepaskannya

    norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

    kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah, terhadap

    rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

    norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

    terjadi.

    Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

    darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

    mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi

    epineprine, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

    dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respons vasokonstiktor pembuluh

    darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

    menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

    kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

    gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

    5

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    6/32

    menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

    peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan

    keadaan hipertensi.

    Pertimbangan gerontologis perubahan struktural dan fungsional pada

    sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang

    terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya

    elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

    yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

    darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

    mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

    mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

    (Smeltzer, S.C & Bare, 2001 : 898-899)

    D. Penatalaksanaan

    Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

    terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

    mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap

    program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan

    kualitas hidup sehubungan dengan terapi.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,

    termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau,

    latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yan harus dilakukan pada setiap

    terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko

    6

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    7/32

    tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah sistoliknya menetap, di atas 85 atau

    95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai, 139 mmHG, maka perlu dimulai

    terapi obat-obatan.

    Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh joint national on detection

    evaluation and treatment of high blood pressure memungkinkan dokter memilih

    kelompok obatyang mempunyai efektifitas tertinggi, efek samping paling kecil dan

    penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi

    pilihan pertama, diuretik dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi

    riingan sudah terkontrol selama setahun terapid apat diturunkan. Agar pasien

    mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah pemberian jadwal

    terapi obat-obatan yang rumit.

    (Smeltzer, S.C dan Bare, 2001 : 900)

    E. Komplikasi

    1. Perdarahan retina

    2. Gagal jantung kongestif

    3. Infufisiensi ginjal

    4. CVA (cerebro vaskuler accident)

    (Smeltzer, S.C & Bare, 2001 : 907)

    7

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    8/32

    F. Pathway dan Masalah Keperawatan

    Resiko penurunan curah

    jantung

    Penurunan aliran darah ke

    ginjal

    Pengaktifan sistem renin

    angiotensin

    Merangsang sekresi

    aldosteron dan

    kortekadrenal

    Retensi Na + H2O

    Oedem

    Resiko kerusakan integritas

    kulit

    Hiperlipidemia, merokok,obesitas, gaya hidup dan

    faktor emosional

    Impuls saraf simpatis

    Ganglia simpatis, neuron

    perganglion melepaskan

    asetilkolin

    Merangsang serabut saraf

    ganglion ke pembuluhdarah

    Norepineprin dilepaskan

    Vasokonstriksi pembuluh

    darah

    Tahanan perifer meningkat

    Peningkatan TD

    Perubahan vaskuler retina

    Gangguan penglihatan

    Resiko tinggi cidera

    Kelebihan volume

    cairan

    Nyeri kepala

    Respon GI tract

    Nausea, vomitos

    Anoreksia

    Gangguan pemenuhan

    nutrisi

    Tubuh kekurangan kalori

    Kelemahan fisik

    Intoleransi aktivitas

    8

    Sumber :

    - Doengoes (2000 : 59)

    - Smeltzer S.C & Bare (2002 : 898)

    - Engram, B (1999 : 368)

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    9/32

    G. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

    bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari

    penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia

    darah(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol

    HDL, dan EKG).

    Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens

    kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi.

    H. Fokus Pengkajian dan Fokus Intervensi (Doengoes, M.E dan Moorhouse :

    2000)

    1. Fokus pengkajian

    a. Aktivitas / istirahat

    Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

    Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

    takipneu

    b. Sirkulasi

    Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner

    dan penyakit cerebrovaskuler.

    Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial, dan kenaikan tekanan darah

    diperlukan untuk menegakkan diagnosis)

    Hipotensi postural, nadi, denyut apikal, frekuensi atau irama,

    bunyi jantung.

    9

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    10/32

    c. Integritas ego

    Gejala : Riwayat perusahaan keperibadian, ansietas, depresi, euforia,

    atau marah kronik.

    Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang

    beerkaitan dengan pekerjaan)

    Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue

    perhatian, tangisan yang meledak

    Gerak taangan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,

    pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

    d. Eliminasi

    Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi / obstruksi

    atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)

    e. Makanan / cairan

    Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan

    (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (gorengan, keju,

    telur), kandungan tinggi kalori.

    Mual-muntah

    Perubahan berat badan akhir-akhir ini

    Riwayat penggunaan diuretik

    Tanda : Berat badan normal atau obesitas.

    Adanya edema, kongesti vena, glikosuria

    f. Neurosensori

    Gejala : Keluhan pening atau pusing

    10

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    11/32

    Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan

    menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

    Episoe kebas dan kelemahan pada satu sesi tubuh.

    Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

    Episode epistaksis

    Tanda : Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

    bicara,afek, proses pikir atau memori (ingatan)

    Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan

    atau reflek tendon dalam.

    Perubahan-perubahan retinal optik : dari sklerosis atau

    penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan

    sklerotik dengan edema, eksudat, dan hemoragi tergantung

    pada berat atau lamanya hipertensi.

    g. Nyeri atau ketidaknyamanan

    Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

    Nyeri hilang timbul pada tungkai (indikasi arterosklerosis

    pada arteri esktremitas bawah)

    Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi

    sebelumnya

    Nyeri abdomen atau massa

    h. Pernapasan

    Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja

    Takipneu, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal

    11

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    12/32

    Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum

    Riwayat merokok

    Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan

    Bunyi napas tambahan (krakels / mengi)

    Sianosis

    i. Keamanan

    Gejala : Gangguan koordinasi atau cara berjalan

    Episode parestesia unilateral transien

    Hipotensi postural

    j. Pembelajaran atau penyuluhan

    Gejala : Faktor-fakto risiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis,

    penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler

    atau ginjal.

    Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika, Amerika,

    Asia Tenggara.

    Penggunaan pil KB atau hormon lain : penggunaan obat atau

    alkohol.

    2. Fokus intervensi

    a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

    peningkatan afterload, vasokonstriksi.

    Tujuan : Tidak terjadi adnaya tanda-tanda dan gejala-gejala penurunan

    curahjantung.

    12

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    13/32

    KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD atau

    beban kerja jantung.

    - Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat

    diterima.

    - Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam

    rentang normal pasien.

    Intervensi :

    1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan atau paha untuk evaluasi

    awal.

    2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

    3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

    4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

    5) Catat edema umum atau tertentu.

    6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas atau

    keributan lingkungan

    7) Pertahankan pembatasan aktivitas sepeti istirahat di tempat tidur

    atau kursi.

    8) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan

    leher, meninggikan kepala tempat tidur.

    9) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi, aktivitas

    pengalihan.

    10) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.

    b. Intoleransi aktivitas

    13

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    14/32

    KH : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan atau

    diperlukan

    - Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang

    dapat diukur.

    - Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi

    aktivitas.

    Intervensi :

    1) Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi

    lebih dari 20 kali permenit di atas frekuensi istirahat.

    2) Instruksikasn pasien tentang tehnik penghematan energi, misal

    menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir.

    3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri

    bertahap jika dapat ditoleransi.

    4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

    c. Nyeri kepala (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular

    cerebral.

    KH : - Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau

    terkontrol

    - Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan.

    - Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

    Intervensi :

    1) Mempertahanakn tirah baring selama fase akut.

    14

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    15/32

    2) Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit

    kepala,misal : kompres dingin pada dahi, tehnik relaksasi.

    3) Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat

    meningkatkan sakit kepala, misal : mengejan saat BAB, batuk panjang,

    membungkuk

    4) Bantuan pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

    5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur

    bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan

    untuk menghentikan perdarahan.

    6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, anti ancietas, misal :

    lorazepam, diazepam.

    d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan masukan berlebihan,

    pola hidup monoton.

    KH : - Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

    - Menunjukkan perubahan pola makan, mempertahankan berat

    badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal

    Intervensi :

    1) Kaji pemahaman pasien tentang berhubungan langsung antara

    hipertensi dan kegemukan.

    2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi

    masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.

    3) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

    4) Kaji ulang masukan kalori harian dan piliah diet.

    15

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    16/32

    5) Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan

    pasien.

    6) Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan

    harian.

    7) Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari

    makanan dengan kejenuhan lemak tinggi.

    8) Kolaborasi dengan ahli gizi.

    e. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasional, sistem

    pendukung tidak adekuat.

    KH : - Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.

    - Menyatakan kesadaran kemampuan koping atau kekuatan

    pribadi.

    - Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah

    untuk mengubahnya atau menghindari.

    - Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan atau metode

    koping efektif.

    Intervensi :

    1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku.

    2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

    konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,

    ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.

    3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan

    kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

    16

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    17/32

    4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri

    dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

    5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.

    6) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan

    perubahan hidup yang perlu.

    f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungand engan kurang

    pengetahuan.

    KH : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

    pengobatan.

    - Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan

    komplikasi yang perlu diperhatikan.

    - Mempertahankan TD dalam parameter normal.

    Intervensi :

    1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.

    2) Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan tentang

    hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.

    3) Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko

    kardiovaskuler yang dapat diubah.

    4) Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien

    dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.

    5) Instruksikan dan peragakan tehnik pemantauan TD mandiri.

    6) Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga kaki saat

    berbaring

    17

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    18/32

    7) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau

    cairan tinggi kalium, misalnya jeruk, pisang, tomat, kentang dan lain-

    lain.

    8) Bantu pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein.

    9) Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti

    olahraga aerobik.

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPERTENSI DIRUANG

    ICU RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    A. Pengkajian

    Tanggal pengkajian : 10 April 2008

    Jam pengkajian : 09.00 WIB

    Tanggal masuk : 09 April 2008

    1. Identitas

    a. Identitas pasien

    Nama : Ny. S

    Umur : 91 th

    Jenis kelamin : perempuan

    Alamat : Prawit, Nusukan, Banjarsari

    Suku : Jawa

    Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    18

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    19/32

    Pekerjaan : -

    b. Identitas penanggung jawab

    Nama : Tn. H

    Umur : 40 th

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Prawit, Nusukan, Banjarsari

    Suku : Jawa

    Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Swasta

    Hub. dgn pasien : Anak kandung

    2. Keluhan utama

    Pasien mengatakan kepalanya pusing.

    3. Riwayat kesehatan

    a. Riwayat kesehatan sekarang

    Sehari sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh di kamar mandi,

    poisisi jatuh terlentang, mimisan 1 kali, mual-muntah kadang campur darah

    segar, perut sakit, kepala pusing, gatal-gatal kaki kanan, gelisah. Kemudian

    pasien dibawa ke IGD RS PKU Muhammadiyah Surakarta tanggal 09 April

    2008 jam 18.00 WIB dan di IGD mendapat terapi RL 20 tpm, injeksi

    neurosanbe 1 A, drips ektra ulceramia 1 A (iv) ekstra, dipasang DC, kunci

    10cc dan ekstra lasix 1 A/ 2ml, kemudian dipindah ke ICU jam 19.00 WIB.

    b. Riwayat kesehatan dahulu

    19

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    20/32

    Pasien baru pertama ini dirawat di RS, pasien tidak mempunyai

    riwayat alergi obat, pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun

    yang lalu, pasien tidak mempunyai riwayat DM dan jantung.

    c. Riwayat keperawatan keluarga

    Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit

    serpua dengan pasien.

    4. Pola fungsional (bio, psiko, sosio, spiritual)

    a. Biologis

    1) Pola oksigenasi

    Pasien tidak mengalami sesak nafas, Rr 28 x/menit, irama

    teratur, pernafasan cepat dan dalam, tidak batuk.

    2) Pola cairan dan elektrolit

    Sebelum sakit : Pasien minum 5-6 gelas/hari dengan komposisi air

    putih dan air teh.

    Selama sakit : Pasien mendapat cairan dari infus RL 20 tpm dan

    minum 3 gelas sehari terdiri dari air teh dan air putih.

    3) Pola nutrisi

    Sebelum sakit : Pasien makan 3 x sehari dengan komposisi makanan

    lunak dan sayur.

    Selama sakit : Pasien tidak mau makan, nafsu makan menurun,

    sakti menelan dan pasien mengatakan mual dan mau

    muntah jika disuapi makanan, pasien makan 3 x

    20

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    21/32

    sehari dengan porsi RS diit hipertensi sekali makan

    hanya 2 sendok.

    4) Pola eliminasi

    Sebelum sakit : Pasien BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek

    dan BAK 4-5 x/hari dengan warna kuning jernih.

    Selama sakit : Pasien BAB 1 kali sehari konsistensi lembek, BAK

    melalui DC dengan produksi 950 cc/8 jam, dengan

    warna urine kuning jernih.

    5) Pola keamanan dan kenyamanan

    Sebelum sakit : Pasien mengatakan nyaman karena tidak merasakan

    sakit.

    Selama sakit : Pasien mengatakan kepala pusing dan gelisah.

    6) Pola personal hygiene

    Sebelum sakit : Pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore, gosok gigi 2 x

    sehari.

    Selama sakit : Pasien disibin 2 x sehari oleh perawat dan oral

    hygiene 2 x sehari oleh perawat.

    7) Pola istirahat tidur

    Sebelum sakit : Pasien tidur 7-8 jam/hari di malam hari dan 1

    jam pada siang hari.

    Selama sakit : Selama dalam perawatan pasien dapat tidur 10 jam

    dengan nyenyak.

    8) Pola aktivitas dan latihan

    21

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    22/32

    Sebelum sakit : Pasien dapat beraktivitas ringan seperti makan,

    minum ke kamar mandi, dan berpindah.

    Selama sakit : Aktivitas sehari-hari dibantu oleh perawat karena

    tubuh pasien lemas dan hanya bisa berbaing di

    tempat tidur.

    9) Konsep diri

    Tidak dapat terkaji karena pasien gelisah dan bicara kacau.

    10)Pola sexual

    Pasien berjenis kelamin perempuan dan mempunyai 5 orang

    anak, suami sudah meninggal 20 tahun yang lalu.

    11)Psikologis

    Pasien tidak dapat mengatakan bahwa hubungan dengan

    keluarga dan orang lain baik dan dalam lingkungan pasien berperan

    sebagai warga yang baik.

    12)Spiritual

    Pasien beragam Islam dan rajin beribadah dan selama sakit

    pasien hanya dapat berdoa untuk kesembuhannya.

    13)Pengetahuan

    Keluarga pasien mengatakan mengetahui tentang penyebab

    penyakit yang diderita pasien.

    7. Pemeriksaan fisik

    a. Keadaan umum : Baik

    b. Kesadaran : Compos mentis

    22

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    23/32

    GCS : - Reflek membukat mata 4

    - Respon motorik 6

    - Respon verbal 3

    c. Tanda-tanda vital : TD : 180/110 mmHg, Rr : 24 x/menit

    N : 84 x/mnt, S : 36,8C

    d. Kepala : Mesocepal, rambut beruban, bersih, tidak ada

    ketombe, lingkar kepala 52 cm, LILA 21 cm

    e. Mata : Conjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil isokor

    f. Hidung : Simetris kanan-kiri, tidak ada penumpukan sekret,

    tidak ada polip, terpasang O2 nasal 2 lt/menit.

    g. Telinga : Simetris kanan kiri, tidak ada serumen,

    pendengaran menurun.

    h. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis

    i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

    j. Dada :

    Paru I : Pengembangan paru simetris

    P : Fremitus raba kanan sama dengan kiri

    P : Sonor

    A : Vesikuler

    Jantung I : Ictus cordis tidak tampak

    P : Ictus cordis kuat angkat

    P : Batas jantung tidak melebar

    A : BJ I, II register

    23

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    24/32

    k. Abdomen : I : Dada sejajar perut

    A : Peristaltik usus 12 x/menit

    P : Tidak ada nyeri tekan

    P : Tympani

    l. Ekstremitas

    Atas : Terpasang infus RL 20 tpm, capilary refil kurang dari

    2 detik, tidak ada sianosis, tidak ada oedem, tidak

    ada gangguan pergerakan

    Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada gangguan pergerakan

    m. Geneta urinaria : Bersih, terpasang DC

    n. Kulit : Teraba hangat, turgor kulit kering, tidak ada luka

    dekubitus

    8. Pemeriksaan penunjang

    a. Hasil laboratorium tanggal 09 April 2008

    Hemoglobin 10,6 Normal : 11,5-16,5 g/dl

    Lekosit 10.400 Normal : 4.103 11.103 /mm3

    Eritrosit 3,52 Normal : 4,0-5,10 /mm3

    Hematokrit 33 Normal : 37-43 %

    Trombosit 252.103 Normal : 150.103-400.103 /mm3

    golongan darah B

    SGOT 17 Normal < 31 u/l

    SGPT 11 Normal < 31 u/l

    24

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    25/32

    Ureum 29,8 Normal 10-50 mg/dl

    Asam urat 3,9

    kreatinin 0,6 Normal 0,6-1,1 mg/dl

    b. Program terapi

    1) Infus RL 20 tpm

    2) Injksi taxegram 1 gr/12 jam (iv)

    3) Injeksi nicolin 250mg/12 jam (iv)

    4) Injeksi kalnex 50 l/8 jam (iv)

    5) Injeksi herbeser 10 mg kalau perlu (iv)

    6) Injeksi valium A / 8 jam

    7) Analgesik 3 x 1

    8) Angiotensin 1 x 50 mg per oral

    9. Data fokus

    a. Data subyektif :

    1) Pasien mengatakan kepalanya pusing

    2) Pasien mengatakan aktivitas dibantu perawat

    3) Pasien mengatakan mual

    b. Data obyektif :

    1) Keadaan umum sedang

    2) Pasien tidak mau makan

    3) Muntah

    4) TD : 180/110 mmHg, S : 36,8C, N : 84 x/menit, Rr : 24 x/menit

    5) Pasien tammpak gelisah

    25

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    26/32

    6) GCS E : 4 M : 6 V : 3

    7) Mukosa bibir kering

    8) Pasien makan hanya 2 sendok

    9) LILA : 21 cm, LK : 52 cm

    B. Analisa Masalah

    No Data Problem Etiolog

    1. DS : - Pasien mengatakan pusing

    DO : - Keadaan umum lemah

    - TD : 180/110 mmHg, S : 36,8C,

    N : 84 x/menit, Rr : 24 x/menit

    - Pasien tampak gelisah

    - GCS E ; 4 M : 6 V : 3

    Pelebaran

    pembuluh

    darah akibat

    dari

    peningkatan

    TD

    Gangguan

    rasa nyaman

    sakit kepala

    2. DS : - Pasien mengatakan mual jika

    makan

    DO : - Pasien tidak mau makan

    - Muntah

    - Mukosa bibir kering

    - Pasien makan hanya 2 sendok

    - Hb : 10,6

    - LILA : 21 cm Lk : 52 cm

    Anoreksia,

    mual muntah

    Perubahan

    nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan

    tubuh

    3. DS : -

    DO : - Kebutuhan ADL pasien dibantu

    perawat dan keluarga

    - Keadaan umum lemah

    Kelemahan

    fisik

    Gangguan

    pemenuhan

    ADL

    26

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    27/32

    No Data Problem Etiolog

    - Hb : 11,1

    C. Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan rasa nyaman : sakit kepala berhubungan dengan pelebaran pembuluh

    darah akibat dari peningkatan TD

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

    mual muntah.

    3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

    D. Intervensi

    1. Gangguan rasa nyaman : sakit kepala berhubungan dengan pelebaran

    pembuluh darah akibat peningkatan TD.

    Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam

    berkurang atau hilang

    KH : - Pusing berkurang atau hilang

    - Tekanan darah normal

    Intervensi :

    a. Kaji tanda-tanda vital

    b. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan pusing misal

    kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, redupkan lampu

    kamar, tehnik relaksasi (panduan imaginasi, distraksi)

    27

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    28/32

    c. Anjurkan pasien untuk meminimalkan aktivitas yang dapat menjadikan

    kepala pusing misal mengejan, batuk panjang, membungkuk

    d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

    e. Kolaborasi dalam pemberian analgesik nicholin 250 mg/12 jam, analsik 3 x 1

    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

    mual muntah.

    Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam nutrisi

    pasien terpenuhi.

    KH : - Mukosa lembab

    - Hasil laboratorium dalam batas normal

    Intervensi :

    a. Kaji kebiasaan diet, masukan makan saat ini

    b. Lakukan oral gygiene

    c. Timbang BB sesuai indikasi (LILA, LK)

    d. Konsultasi dengan ahli gizi

    3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

    Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien

    dapat beraktivitas sesuai toleransinya.

    KH : - Pasien tampak segar

    - Pasien dapat beraktivitas secara mandiri

    Intervensi :

    a. Kaji tingkat ketergantungan pasien

    b. Bantu pasien dalam beraktivitas

    28

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    29/32

    c. Dekatkan barang yang dibutuhkan pasien

    d. Kolaborasi dengan keluarga dalam pemenuhan ADL

    E. Implementasi

    NoHari/Tgl/

    jamDx Implementasi Respon Paraf

    1 Kamis

    10-4-2008

    09.00

    I - Mengukur LILA dan

    LK

    - Memberikan injeksi

    nicholin 250 ml/12

    jam, taxegram 1 gr/12

    jam

    LILA 21 cm, LK 52 cm

    Obat masuk melalui

    selang infus

    II - Memberikan ekstra

    snack dan air teh

    Pasien tidak mau

    makan snack dan mau

    minum teh hanya 25 cc

    12.00 II - Memberikan fooding

    pasien diit hipertensi

    Pasien tidak mau

    makan

    I - Memberikan obat oral

    analsik 3 x 1

    Pasien tidak mau minum

    obat, obat masuk dengan

    digerus terlebih dahulu

    dan dapat masukhanya

    setengah sendok

    1230 III - Membuang urine Urine yang terbuang 200

    cc

    13.00 I - Mengukur tanda- TD : 175\96 mmHg

    29

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    30/32

    NoHari/Tgl/

    jamDx Implementasi Respon Paraf

    tanda vital N : 80 x/menit

    S : 36,3C

    Rr : 24 x/menit

    14.00 I - monitor TTV TD : 175\96 mmHg

    N : 80 x/menit

    S : 36,3C

    Rr : 24 x/menit15.00 III - Menyibin pasien Pasien badannya tampak

    bersih

    16.00 II - Memberikan ekstra

    snack dan air teh

    Pasien tidak mau makan

    dan minum

    17.00 I - Memberikan injeksi :

    nicholin 250mg/12jam

    taxegram 1gr/12jam

    Obat masuk melalui

    selang infus

    18.00 - Injeksi valium A Pasien tampak gelisah

    obat masuk lewat selang

    18.30 II - Membantu memasang

    NGT 55,5

    NGT terpasang

    04.30 III - Menyibin pasien dan

    oral hygiene

    Pasien mau disibin

    06.30 II - Memberikan lewat

    sonde

    - Memberikan obat oral

    analsik

    Sonde masuk 200 cc

    Obat masuk lewat sonde

    07.00 I - Monitor TTV TD : 176\97 mmHg

    N : 82 x/menit

    30

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    31/32

    NoHari/Tgl/

    jamDx Implementasi Respon Paraf

    S : 36,6C

    Rr : 26 x/menit

    09.00 I - Membeikan injeksi

    Calnex 500 mg/8 jam

    Nicholin 250mg/12jam

    Taxegram 1 gr/12jam

    Obat masuk lewat selang

    infus

    12-04-2008

    08.00

    II -Mengukur LILA dan

    LK

    LILA : 21 cm, LK : 52

    cm

    09.00 I - Mengukur TTV TD : 160/98 mmHg

    N : 84 x/menit

    S : 36,6C

    Rr : 28 x/menit

    F. Evaluasi

    No. Dx Tgl/jam Evaluasi TTD

    I 12-04-2008

    I

    S : -

    O : - LILA 21 cm

    - LK 52 cm

    - Mukosa bibir kering

    A : Masalah teratasi sebagian

    P : Intervensi dilanjutkan

    - Perawatan dilanjutkan oleh perawat

    ruang Arofah

    II S : -

    O : TD : 160/98 mmHg

    31

  • 8/3/2019 Askep_Hipertensi 2

    32/32

    No. Dx Tgl/jam Evaluasi TTD

    N : 84 x/menit

    S : 36,6C

    Rr : 28 x/menit

    A : Masalah teratasi sebagian

    P : Intervensi dilanjutkan

    - Perawatan dilanjutkan oleh perawat

    ruang Arofah3 III S : -

    O : ADL masih dibantu oleh perawat

    Keadaan umum lemah

    A : Masalah belum teratasi

    P : Intervensi dilanjutkan

    - Perawatan dilanjutkan oleh perawat

    ruang Arofah

    DAFTAR PUSTAKA

    Barbara, Engram, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

    Doengoes, M.E., Moorhouse, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

    Smeltzer, C. Suzanne, 2001,Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.