askepasma.pdf

26
6 BAB II KONSEP DASAR A. Peng erti an dan Klasi fikas i 1. Penger tian Ada beberap a pengertian men uru t par a ahli yaitu : a. As ma B ronc hi al e ad al ah pen ya kit ja la n n ap as ob s tr u kti f in t er mit en re ve rs ib le diman a tr ak hea da n br on ku s be re s po n se ca ra hip er ak ti f  terhada p stimul asi tertent u (Smeltz er 2001 ).  b. Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibat an  berbagai sel inflamasi, hiperaktifitas bronkus, obstruksi jalan napas yang  bersifat reversibel (Mansjoer, 1999). c. Asma adalah ke ad aan kl inis yang di ta nd ai ma sa pe nyempi ta n bronkus yang reversibel, dimanifestasikan dengan sesak napas dan batuk (Price, 1995). Ber das arka n beberap a pengert ian par a ahli dapat dis impulk an bah wa Asma Bronchiale adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hiperse nsitiv itas percab angan trakheo bronk hial terhada p berbag ai stimula si yang dimanif esta sika n ol eh penyempit an jala n naf as yan g b ersi fat perio dic reversibel yang disebabkan oleh spasme bronkus yang mengakibatkan batuk dan mengi. 2. Klasifikasi Menur ut Smeltz er (2001 ), ada bebera pa tipe Asma Bronc hiale yaitu: a. Asma imu nol ogi s a tau asma al ergi k 

Transcript of askepasma.pdf

Page 1: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 1/26

6

BAB II

KONSEP DASAR 

A. Pengertian dan Klasifikasi

1. Pengertian

Ada beberapa pengertian menurut para ahli yaitu :

a. Asma Bronchiale adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten

reversible dimana trakhea dan bronkus berespon secara hiperaktif 

terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer 2001).

 b. Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibat an

 berbagai sel inflamasi, hiperaktifitas bronkus, obstruksi jalan napas yang

 bersifat reversibel (Mansjoer, 1999).

c. Asma adalah keadaan klinis yang ditandai masa penyempitan bronkus

yang reversibel, dimanifestasikan dengan sesak napas dan batuk (Price, 1995).

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa

Asma Bronchiale adalah suatu penyakit yang ditandai oleh

hipersensitivitas percabangan trakheobronkhial terhadap berbagai stimulasi

yang dimanifestasikan oleh penyempitan jalan nafas yang bersifat periodic

reversibel yang disebabkan oleh spasme bronkus yang mengakibatkan batuk 

dan mengi.

2. Klasifikasi

Menurut Smeltzer (2001), ada beberapa tipe Asma Bronchiale yaitu:

a. Asma imunologis atau asma alergik 

Page 2: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 2/26

7

Sering terjadi pada anak-anak, biasanya mengikuti penyakit alergik,

Seperti : eksim, rinitis, urtikaria. Serangan dicetuskan oleh kontak 

dengan alergen pada penderita yang sensitive, alergen dapat berupa asap,

 polusi udara, serbuk bunga, bulu binatang, suhu udara yang dingin,

stress emosional, latihan fisik dan lain-lain.

 b. Asma non alergik atau asma non imunologis

Biasanya terjadi pada orang dewasa diatas 35 tahun. Serangan seringkali

dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang bronkiale.

c. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum, merupakan gabungan dari asma

alergik dan non alergik.

B. Anatomi Dan Fisiologi

1. Anatomi

Secara sistematis sistem pernapasan dibagi menjadi saluran pernafasan

atas dan saluran pernapasan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak 

di luar toraks, atau rongga dada, sementara saluran pernapasan bawah

terletak hampir seluruhnya di dalam toraks.

Saluaran penapasan atas terdiri atas hidung, nasofaring, orofaring,

laringofaring, dan laring. Saluran pernapasan bawah atau disebut divisi, terdiri

atas trachea, semua segmen dari percabangan bronkus, dan paru-paru.

Berdasarkan fungsi, system pernapasan juga mencakup beberapa struktur 

aksesori, termasuk rongga mulut, sangkar iga, dan diafragma (Asih Y dan

Effendy) 2003).

Page 3: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 3/26

8

Gambar 1: saluran pernafasan manusia. (Asih Y dan Effendy2003)

2. Fisiologi

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada

 pernapasan melalui paru-paru atau externa, oksigan dipungut melalui hidung dan

mulut, pada waktu bernapas ; oksigen masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial

ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisma,

menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah

melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Page 4: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 4/26

9

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau

 pernapasan externa adalah :

a) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar.

 b) Arus darah melalui paru-paru

c) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari

setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh.

d) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.

CO2   lebih mudah berdifusi dari pada oksigen. Semua proses ini diatur 

sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah

tepat CO2 dan O2 . Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-

 paru membawa terlalu banyak CO22   dan terlampau sedikit O2   : jumlah CO2

itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri

 bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk 

memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi

yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak 

O2 (Pearce, 2002).

C. Etiologi / Predisposisi

Menurut Barbara C. Long (1996), kelainan yang mendasari pada asma adalah

 peningkatkan respon jalan napas terhadap berbagai rangsangan, yang

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Alergik 

Page 5: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 5/26

10

Seperti bulu binatang, debu serbuk bunga dan antigen lain yang ditemukan di

lingkungan.

2. Rangsangan farmakologi

Obat yang paling sering adalah aspirin, bahan pewarna misal tartazin,

antagonis beta adrenergic.

3. Factor pekerjaan

Pajanan terhadap senyawa seperti logam (platinum), debu, kayu, bahan kimia,

 plastic.

4. Factor lingkungan dan polusi udara

Perubahan dalam suhu lingkungan terutama udara dingin, polutan atmosfir 

seperti asap rokok dan industry.

5. Infeksi

Infeksi jalan napas yang disebabkan oleh virus ataupun alergi.

6. Latihan fisik berlebihan

Seperti olah raga yang berlebihan

7. Stress emosional

Seperti stress dan gangguan emosional

8. Adanya riwayat asma dalam keluarga

Seperti faktor keturunan keluarga, riwayat positif keluarga sering kali

 berkaitan dengan asma alergik.

Page 6: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 6/26

11

D. Patofisiologi

Suatu serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen-antibodi

yang menyebabkan di lepaskannya mediator-mediator kimia. Mediator-mediator 

kimia tersebut meliputi histamine, slow releasing substance of anaphylaksis (SRS-

 A), eosinophilic chemototic factor of anaphilaksis (ECF-A).   Mediator kimia itu

 berkaitan dengan Ig E yang menyerang sel mast dalam paru, sehingga

menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama : 1) kontraksi otot-otot polos baik 

saluran napas yang besar maupun saluran napas yang kecil yang menimbulkan

 bronkospasma; 2) peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam

terjadinya edema mokosa yang menambah sempitnya saluran napas lebih lanjut;

3) peningakatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mucus.

Sebagai akibatnya, klien yang mengalami serangan asma akan berusaha untuk 

 bernapas melalui mulut yang mengakibatkan keringnya mulut danlebih lanjut

akan menghambat saluran napas.

Selain serangan akut, alveoli mengembang secara progresif seperti pada

emfisema. Bila relaksasi bronkiolus tidak dapat dilakukan,oksigen yang tidak 

memadai melewati membrane alveolar-kapiler ke dalam darah (hipoksia)

sehingga pasien tampak sianosis. Pada waktu yang sama, penderita biasanya

mengalami hiperventilasi dan mengerluarkan CO2. Bila PaCO2   menjadi

meningkat maka penderita akan mengalami kelelahan dan usaha ventilasi menjadi

tidak adekuat sehingga pertukaran gas dalam tubuh terganggu dan tubuh

kekurangan suplay oksigen (Price, 1995; Long, 1996).

Page 7: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 7/26

12

E. Manifestasi Klinik 

Menifestasi klinis dari Asma dicirikan adanya batuk, dispnea dan   mengi

(wheezing). Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan dan rasa sesak 

dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat (pernapasan cuping hidung),

sputum kental dan lengket, klien tampak lemah, letih, keluar keringat serta kuku

dan mulut cyanosis,ekstremitas dingin. Gejala biasanya bersifat paroksismal yaitu

membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari (Smeltzer, 2001).

Klien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha

 penuh Mengerahkan tenaga untuk bernapas, bahwa kesulitan utama terletak pada

ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi,

tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit,

mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan

 berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada ekspirasi. Udara terperangkap pada

 bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru.

Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu

 pasien berusaha memaksakan udara keluar. (Smeltzer, 2001).

Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas

yang berbunyi   ngik-ngik   dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari

menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol

yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. Penderita asma

akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat

mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang

menyebabkan timbulnya bunyi mengi pada saat bernafas. Pada penderita asma,

Page 8: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 8/26

13

 penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan

tertutupnya saluran oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan

menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat

hiperaktifitas bronkus.Gejala dan tanda asma(Mansjoer, 2001) antara lain:

a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.

 b. Batuk produktif sering pada malam hari

c. Pusing-pusing

d. Nafas atau dada seperti tertekan

e. Pasien terbangun dan merasa tercekik 

f. Kebiruan dimulut dan sekitarnya.

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala

klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,

gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu

 pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah

sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang

merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,

antara lain : silent chest    ,sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,

tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada

malam hari (Mansjoer, 2001).

Page 9: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 9/26

14

F. Komplikasi

Komplikasi asma dapat mencakup status asmatikus, fragtur iga, pneumonia.

Obstruksi jalan nafas, terutama selama episode asmatik akut, mengakibatkan

hipoksemia membutuhkan pemberian oksigen dan pemantauan gas darah arteri.

Status asmatikus yang merupakan kedaruratan medis, yaitu keadaan asma yang

tidak berespon dengan pengobatan rutin atau pengobatan agonis beta dan teofilin.

Tanpa pengobatan yang kuat, status asmatikus dapat berlanjut ke gagal napas

dengan hypoksemia, hypercapnea dan asidosis. Pasien memerlukan intubasi dan

ventilasi mekanik selama pemberian pengobatan yang kuat untuk 

mempertahankan hidup (Le Mone, 2000).

G. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

Menurut Long (1996), Pengobatan asma diarahkan terhadap gejala-gejala

yang tibul saat serangan, mengendalikan penyebab spesipik dan perawatan

 pemeliharaan kesehatan optimal yang umum. Tujuan utama dari berbagai

macam pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi bronkus. Terapi

awal, yaitu :

a. Oksigen 4 – 6 liter/menit

 b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol 5 mg atau fenetoral 2,5 mg atau

terbutalin 10 mg). inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat di ulang

setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat

Page 10: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 10/26

15

secara subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan

dekstrose 5 %.

c. Aminophilin intravena 5 – 6 mg / kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam

12 jam sebelumnya maka cukup di berikan setengah dosis.

d. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg intervena jika tidak ada respon

segera atau dalam serangan sangat berat.

e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya

golongan beta adrenergic dan anti kolinergik.

2. Non farkologis

Menurut Manjoer (1999), penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu :

a. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan

sputum dengan baik.

 b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktifitas fisik.

c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler).

d. Anjurkan untuk minum air hangat 1500 – 2000 ml/hari.

e. Usahakan agar pasien mandi air hangat setiap hari.

f. Hindarkan pasien dari factor pencetus.

Page 11: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 11/26

16

H. Pengkajian Fokus

1. Fokus pengkajian

Doenges (2000), Pengkajian fokus yang perlu dilakukan pada klien

dengan asma Doenges (2000), adalah :

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : keletihan, kelelahan, malaise; ketidakmampuan untuk melakukan

aktifitas sehari-hari karena sulit bernapas; ketidakmampuan untu

tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi; Dispnea pada Istirahat

atau respons terhadap aktivitas atau latihan

Tanda : keletihan, gelisah, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

 b. Sirkulasi

Gejala : pembekakan pada ekstremitas.

Tanda : peningkatan TD, takikardia berat, warna kulit/membran mokosa:

normal atau abu-abu /sianosis: kuku tabuh dan sianosis perifer, Pucat

dapat menunjukkan anemia.

c. Integritas Ego

Gejala : Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rasang.

d. Makanan/Cairan

Gejala : Nafsu makan buruk; ketidakmampuan untuk makan karena distres

 pernapasan

Tanda : Turgo kulit buruk; Berkerngat; Penurunan berat badan, penurunan

massa otot.

Page 12: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 12/26

17

e. Higiene

Gejala : Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan

aktifitas sehari-hari.

Tanda : kebersihan buruk, bau badan

f. Pernapasan

Gejala : Sulit napas, rasa dada tertekan; ketidakmampuan untuk bernapas;

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernapasan: Biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi memanjang

dengan mendengkur, napas bibir; Penggunaan otot bantu pernapasan,

misal meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula, melebarkan

hidung; Bunyi napas: ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi

dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau

tak adanya bunyi napas (asma); Warna: pucat dengan sianosisbibir 

dan dasar kuku.

g. Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan;

Adanya/berulangnya infeksi; kemerahan/ berkeringat (asma)

h. Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

i. Interaksi

Gejala : Hubungan ketergantungan

Page 13: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 13/26

18

Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara karena

 pernapasan; Keterbatasan mobilitas fisik 

 j. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : Penggunan/ penyalahan obat pernapasan; kesulitan menghentikan

merokok.

2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada asma(Tucker, 1998), (Manjoer, 1999)

adalah :

a. Pemeriksaan darah

Hitung terlebih dulu jenis leukosit

Pada pemeriksaan darah didapatkan peningkatan eosinofil.

 b. Pemeriksaan sputum

Kultur untuk menentukan adanya infeksi, pemeriksaan sitolitik untuk 

mengetahui gangguan alergi bisanya didapatkan hasil spiral chrusmann

dan Kristal charcot – leyden

c. Analisa gas darah

Pada analisa gas darah kita mungkin akan menjumpai penurunan

saturasi oksigen darah, Peningkatan PCO2 darah arteri sehingga terjadi

acidosis respiratorik (bila asma semakin berat / status asmitikus) dan

Penurunan PO2 darah.

d. Foto Thorax = ekspansi paru berlebihan

e. Tes fungsi paru, dengan spirometri atau peak flow meter.

Digunakan untuk menentukan adanya obstruksi jalan napas.

Page 14: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 14/26

19

f. Tes provokasi bronkial.

Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV,

sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 %

dari maksimum di anggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 

10 % atau lebih,(Karnen B.;1998).

g. Elektrokardiogram

Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthma, ini karena

hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan .

Sinus takikardi – sering terjadi pada asthma.

Page 15: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 15/26

20

Pathways

Imunologika/alergi (debu, asap non imunologik (stress, latihanRokok, asbes, udara dingin, bulu) berat, infeksi saluran pernafasan

Reaksi antigen -antibody Reaksi inflamasi

Mediator kimia dilepas: Bronchus iritasi &

Slow realising substance of Anafilaksis (ARS -A) menjadi lebih

Eosinophilic chemotetik factor of Anafilaksis (EFS-A) hiperresponsif 

Reaksi inflamasi

Konstraksi otot Peningkatan Peningkatan

Polos bronchu s permeabilitas kapiler Bronchuspas me sekresei kenjer  

& bronchiolus brounchus & Bronchiolus mukus

Edema mukosa Akumulasi sekret

Mucus di bronchus

Penyempitan bronchus Jalan napas

& bronchiolus tersumbat

Relaksasi bronchus

Hiperventilasi/ Oksigen yang melewati

Mengeluarkan membran alveolar-

Co2   kapiler kurang

PaCO2 kurang PaCO2 kurang Batuk berlebih

Suplai oksigen

Kurang

Energi kurang, kelumahan sesak anoreksia

Fisik 

Intake makanan tidak 

adekuat

(Smeltzer,S.C & Bare, B.G, 2002, Long,C.B 1995)

Mk :Pola napas tidak efektif 

MK :

Bersihan jalan

apas tidak efektif 

MK :

Intoleransi aktifitas

MK :ansietas

MK :

Perubahan

nutrisi kura ng

dari kebutuhan

MK :

Kerusakan

 pertukaran Gas

Page 16: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 16/26

21

B. Fokus Intervensi Dan Rasional

Fokus intervensi dan rasinol asma menurut Doenges (2000)

1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhungan dengan akumulasi sekret

 berlebih pada jalan napas, bronkospasme ditandai dengan pernyataan sulit

 bernapas, perubahan kedalam atau kecepatan pernapasan, penggunaan otot

aksesori, bunyi napas tak normal (mengi, ronki, krekles), batuk dengan atau

tanpa produksi sputum.

Tujuan : Bersihan jalan napas efektif 

Kriteria hasil :

a. Pasien mampu mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas

 bersih.

 b. Pasien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,

misalnya : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanyan bunyi napas, misal mengi

(wheezing).

Rasional : Bronchospasme karena obstruksi jalan napas, dimanifestasikan

oleh suara napas yang tidak normal, seperti wheezing dan ronchi.

 b. Monitor frekuensi pernapasan.

Rasional : Pernapasan umumnya tachipnea, cepat dan dangkal, ekspirasi

memanjang dibanding inspirasi.

c. Monitor adanya derajat dyspne, misal : gelisa, ansietas, distress pernapasan.

Page 17: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 17/26

22

Rasional : disfungsi pernapasan dapat bervariasi tergantung terjadinya

 proses akut yang menyebabkan pasien harus dirawat.

d. Kaji klien untuk posisi yang nyaman, misal : peninggian kepala tempat

tidur.

Rasional : Peninggian tempat tidur bagian kepala dapat meningkatkan fungsi

 pernapasan. Pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang paling

mambantu agar pasein mudah bernapas.

e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal : debu, asap.

Rasional : Polusi lingkungan dapat merupakan pencetus alergi pernapasan

yang dapat menimbulkan episode akut.

f. Bantu klien latihan napas dalam / batuk efektif.

Rasional : Merupakan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan

mengurangi udara yang ’’terperangkap’’dalam paru.

g. Tingkatkan intake cairan sampai 3000 ml/hari, berikan minum air hangat.

Rasional : Hidrasi yang adekuat membantu mengurangi kekentalan sputum,

sehingga mudah dikeluarkan.

h. Kolaborasi :

1) Pemberian obat sesuai indikasi, misal : bronkodilator, xantin. Steroid,

analgesik.

Rasional : merelaksasi otot polos dan kongesti lokal dan menurunkan

spasme jalan napas dan produksi sputum. Mengurangi edema mukosa dan

spasme otot polos, mengurangi wheezing. Kortikosteroid untuk mencegah

reaksi alergi, menghambat histamin, menurunkan spasme jalan napas.

Page 18: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 18/26

23

2) Pemberian humidifikasi tambahan, misal : nebulisen, humidifier aerosol.

Rasional : Meningkatkan status oksigen dan meningkatkan mobilisasi sekret

yang kental

3) Lakukan fisioterapi dada.

Rasional : Untuk memobilisasi sputum dan menigkatkan ekspansi paru.

4) Monitor hasil AGD dan elektrolit

Rasional : Mengevaluasi perkembangan status oksigen.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan ketidakseimbangan suplay oksigen

(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus) ditandai dengan dispnea,

 bingung, gelisa, ketidakmampuan membuang sekret, nilai GDA tak normal

(hipoksia dan hiperkapnia), perubahan tanda vital, penurunan toleransi

terhadap aktifitas.

Tujuan : gangguan pertukaran gas teratasi, pertukaran gas adekuat.

Kriteria hasil :

a. Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan iksigenasi jaringan adekuat dengan

AGD dalam batas normal (pH = 7,35 – 7,45; PaO2 = 80 – 100 mmhg; PaCO2  =

38 – 45 mmhg) dan bebas gejala distres pernapasan.

 b. Klien mau berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai tingkat kemampuan

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat penggunaan otot aksesori, napas

 bibir.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat distress pernapasan.

 b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu klien memilih posisi yang nyaman.

Page 19: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 19/26

24

Rasional : Meningkatkan status oksigenasi, meningkatkan ekspansi paru dan

menurunkan kemungkinan kolaps paru.

c. Dorong klien mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan.

Rasional : Sekret yang banyak dan kental, merupakan penyebab utama

kegagalan pertukaran gas. Suction diperlukan bila sekret tidak dapat

dikeluarkan melalui batuk.

d. Awasi tingkat kesadaran atau status mental, warna kulit dan membran mukosa.

Rasional : Gelisah dan cemas merupakan manisfestasi yang sering terjadi pada

hipoksia. Nilai AGD yang buruk disertai dengan somnolen merupakan indikasi

disfungsi serebral akibat kegagalan pernapasan.

e. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas, berikan lingkungan yang tenang dan batasi

aktivitas pasien sesuai tingkat toleransi individu.

Rasional : selama distress pernapasan akut, seringkali klien tidak dapat

melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat

merupakan hal yang penting dalam program pengobatan.

f. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : tachicardi, disritmia dan perubahan tanda vital merupakan

manifestasi hipoksia.

g. Kolaborasi :

1) Monitor AGD

Rasinonal : PaCO2   biasanya meningkat dan PaCO2   umumnya menurun,

sehingga hipoksia dapat terjadi dalam berbagai degradasi.

2) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Page 20: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 20/26

25

Rasional : Merupakan salah satu cara untuk mengatasi hipoksia.

3. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme peningkatan

 produksi sekret ditandai dengan perubahan kedalaman dan atau kecepatan

 pernapasan, gangguan perkembangan dada, bunyi napas tak normal (mengi, ronki,

krekles), batuk dengan atau tanpa produksi sputum.

Tujuan : pola napas kembali efektif.

Kriteria hasil :

a. Pasien menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam

rentang normal dan paru jelas atau bersih.

 b. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas atau prilaku meningkatkan fungsi paru.

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspensi dada

Rasional : kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan

kerja napas. Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung pada derajat gagal

napas.

 b. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional : Sputum berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan atau

anti koagulan berlebihan.

c. Bantu klien napas dalam

Rasional : Dapat meningkatkan banyaknya sputumdimana gangguan ventilasi

dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.

d. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas seperti krekles, mengi,

gesekan pleural.

Page 21: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 21/26

26

Rasional : Bunyi napas menurun bila jalan napas obtruksi skunder terhadap

 perdarahan, bekuan, kolaps jalan napas kecel. Ronki dan mengi mengertai

obstruksi jalan napas.

e. Kolaborasi

1) Bersihan oksigen tambahan.

Rasional : Maksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.

2) Berikan humidifikasi tambahan, misalnya mebuliser ultrasonik.

Rasional : Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu

mengencerkan sekret untuk memudahkan pembersihan.

4. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anorexia, mual, muntah, peningkatan produksi sputum ditandai dengan

 penurunan berat badan, kehilangan massa otot, tonus otot buruk, kelemahan,

nafsu makan kurang atau hilang.

Tujuan : kebutuhan nutrisi tercukupi

Kriteria hasil :

a. Klien menunjukkan peningkatan berat badan / BB dalam batas normal.

 b. Klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk meningkatkan BB.

c. Hb tidak turun.

Intervensi :

a. Kaji masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan.

Rasional : klien distress pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,

 produksi sputum dan obat.

 b. Auskultasi bunyi usus

Page 22: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 22/26

27

Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan

konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan

 pemasukan cairan, pilihan makan baru, penurunan aktivitas dan hipoksemia.

c. Berikan perawatan oral sesering mungkin.

Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap

nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan

kesulitan napas.

d. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan

memberikan kesempatan untuk meningkatan masukan kalori total.

e. Hindari makanan yang menghasilkan gas dan minuman karbonat.

Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas

abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.

f. Hindari makanan sangat panas / sangat dingin.

Rasional : Suhu ekstrem dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk.

g. Kolaborasi :

1) Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna.

Rasional : Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi

individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal

 pasien/penggunaan energi.

2) Berikan multivitamin penambah nafsu makan

Rasional : Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan

terapi nutrisi.

Page 23: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 23/26

28

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak adekuat

suplay oksigen ditandai dengan laporan verbal, kelemahan, kelelahan, keletihan.

Dispnea karenakerja, takipnea. Takikardia sebagai respon terhadap aktifitas

sianosis.

Tujuan : klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan toleransi.

Kriteria hasil :

a. Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat di

ukur dengan tidak adanya dyspnea, kelemahan yang berlebihan.

 b. TTV dalam batas normal.

Intervensi :

a. Evaluasi respon klien terhadap aktifitas, catat adanyan laporan peningkatan

kelemahan.

Rasional : Menetapkan kemampuan/kebutuhan klien dan memudahkan pilihan

intervensi.

 b. Berikan lingkungan tenang dan batasi penunjang selama fase akut sesuai

indikasi

Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan

istirahat.

c. jelaskan pentingnya istirahat dalam perencanaan pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktifitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

d. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/atau tidur 

Page 24: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 24/26

29

Rasional : Klien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau

menuduk kedepan meja atau bantal.

e. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

6. Ansietas berhubungan dengan krisi situasi, serangan asma ditandai dengan

gelisah, peka rangsang, menolak atau menyerang, berkrringat, dilatasi pupil.

Tujuan : Menyatakan kesadaran terhadap ansietasvdan cara sehat untuk 

mengatasinya.

Kriteria hasil :

a. Mengakui dan mendiskusikan takut

 b. Tampak rilek dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat

ditangani.

c. Menunjukkan pemecahan masalah dan menggunaan sumber efektif 

Intervensi :

a. Observasi peningkatan kegagalan pernapasan, agitasi, gelisa, emosi labil.

Rasional : Memburuknya hipoksemia dapat menyebabkan atau meningkatkan

ansietas.

 b. Pertahankan lingkungan tenang dan sedikit rangsang. Jadwalkan perawatan dan

 prosedur untuk memberikan periode istirahat tak terganggu.

Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan

 penghematan energi.

Page 25: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 25/26

30

c. Tunjukkan /bantu dengan teknikrelaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.

Rasional : Memberikan kesempatan untuk klien menangani ansietasnya sendiri

dan merasa terkontrol.

d. Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.

Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidantifikasi yang

dapat membantu untuk individu.

e. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.

Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap

identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri

untuk mengatasi.

f. Akui kenyataan stres tanpa menyangkal atau meyakinkanbahwa segalanya akan

 baik. Berikan informasi tentang tindakan yang akan diambil untuk 

memperbaiki/menghilangkan kondisi.

Rasional : Membantu klien menerima apa yang terjadi dan dapat menurunkan

tingkat ansietas/takut karena tak tahu. Salah meyakinkan tidak membantu

karena baik perawat dan klien mengetahui hasil akhirnya.

g. Identifikasi teknik yang telah digunakan klien sebelumnya untuk mengatasi

ansietas.

Rasional : Fokus perhatian pada keterampilan klien yang telah dilalui,

meningkatkan rasa kontrol diri.

h. Bantu orang terdekat untuk berespons positif pada klien / situasi.

Page 26: askepasma.pdf

7/22/2019 askepasma.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/askepasmapdf 26/26

Rasional : Meningkatkan penurunan ansietas melihat orang lain tetap tenang.

Karena ansietas dapat menular, bila orang terdekat/staf memperlihatkan

ansietas mereka, kemampuan koping klien dapat dengan mudah dipengaruhi.

i. kolaborasi berikan sedatif sesuai indikasi

Rasional : Mungkin diperlukan untuk membantu menangani ansietas dan

meningkatan istirahat.