Askep Stenosis Aorta

19
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) STENOSIS AORTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia, salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain adalah stenosis (membuka tidak sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar. Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan katup akibat demam rematik masih sering terjadi. Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang terbaik. Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun dikurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ? 2. Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta.

Transcript of Askep Stenosis Aorta

Page 1: Askep Stenosis Aorta

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) STENOSIS AORTA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia, salah

satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain adalah 

stenosis (membuka tidak sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi

baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar.

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang

menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.

Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang

tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam

daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya

gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan katup akibat

demam rematik masih sering terjadi.

Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang terbaik.

Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun dikurangi

risiko tinggi semakin parahnya penyakit

 

1.2    Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?

2. Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ?

 

1.3    Tujuan

1.3.1        Tujuan umum

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.

 

1.3.2   Tujuan khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta.

5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik stenosis aorta.

6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis aorta.

7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.

8. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis Stenosis aorta.

Page 2: Askep Stenosis Aorta

9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause Stenosis aorta.

10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien Stenosis aorta.

 

1.4    Manfaat

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.

 

 

BAB 2 

TINJAUAN PUSTAKA 

 

  

2.1 Definisi

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang

menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart

WJ and Carabello BA, 2002: 509-516). 

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah

dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta.

Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari

bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.

(Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187). 

Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.

Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga

menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup

aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.

Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih

sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat

agar darah bisa melewati katup aorta.

 

2.2 Etiologi

Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk

ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling

sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam

rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :

1. Kelainan kongenital

Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .

sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua

daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak

Page 3: Askep Stenosis Aorta

menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai  ia dewasa dimana katup mengalami

kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.

1. Penumpukan kalsium pada daun katup

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta).

Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah

yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang

kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. Oleh karena itulah

stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun,

namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.

1. Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri

melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri

tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian

jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium

yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan

kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung

dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.

 

2.3  Patofisiologi

Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan

tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri

menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan

meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran ruang ventrikel

kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri

meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan

mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan

menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard

timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi. 

Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat bila

area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut

berat. Kemampuan adaptasi  miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru

muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup aorta(progressive

pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangtsang mekanisme

RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami

hipertrofi.Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel

agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang

normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila tahanan

Page 4: Askep Stenosis Aorta

aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai penambahan

jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan

diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard .Pada akhirnya performa ventrikel

kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien

trans-valvular menurun,tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak

nafas.Gejala yang mentolok adalah sinkope,iskemia sub-endokard  yang menghasilkan angina

dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul karena iskemia

miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen

akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan

katup aorta.

Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi peningkatan

curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra

maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat

menimbulkan hipotensi dan sinkop.

Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang

dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida Natriuretik.

Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan

menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik. Setelah penebalan miokard

maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic

ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut

sebagai disfungsi sistolik

 

2.4  Manifestasi klinis

Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup

aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi

secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat

mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis katup

aorta :

1. Nyeri dada

Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada

setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan

aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan

penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi ini, nyeri

digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan tenaga

dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri

dada disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri

koroner yang menyempit. Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali

terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung

yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui

Page 5: Askep Stenosis Aorta

klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi

suplai yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).

Ciri-ciri angina :

Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang

dada (sternum).

Nyeri juga bisa dirasakan di:

-       Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.

-       Punggung

-       Tenggorokan, rahang atau gigi

-       Lengan kanan (kadang-kadang).

Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan

nyeri.

Yang khas adalah bahwa angina:

-       dipicu oleh aktivitas fisik

-       berlangsung tidak lebih dari beberapa menit

-   akan menghilang jika penderita beristirahat.

Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.

Angina seringkali memburuk jika:

-       aktivitas fisik dilakukan setelah makan

-       cuaca dingin

-       stres emosional.

1. Pingsan (syncope)

Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan

pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran)

dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic

stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk mengkompensasi jatuhnya

tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan pingsan. Pingsan

dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur

(arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga

tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala syncope.

1. Sesak napas

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan

kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.

Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari

paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan untuk mengisi ventricle

kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit berlanjut, sesak

napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa

Page 6: Askep Stenosis Aorta

menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya

gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan.

 

2.5  Pemeriksaan Diagnostik

1. Electrocardiogram (EKG) 

EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat

mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic

stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.

1. Chest x-ray

Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta

diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan

pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali

terlihat.

1. Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-

gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang

mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter

mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic

yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran

dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan

untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area

klep aortic.

1. Cardiac catheterization

Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-

tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic

dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic.

Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter

khusus.

 

2.6  Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul

gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,

tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau

Page 7: Askep Stenosis Aorta

replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk

pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk

menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan

nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana biasanya kurang

menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak

dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah

letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal ini

merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat

perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain tantangan

terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan

aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan

hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini

masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah

menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan

membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis supavalvular

yang mortalitas tinggi.

Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang

dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya

penyempitan kembali sering.

 

Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)

2. Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).

Seringnya tindakan  yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya

merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan

kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai

katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat

terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali. Balon

valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta beserta

manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-anak.

Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul

kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan

stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien

yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.

1. Percutaneous aortic valve replacement.

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan

merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup

Page 8: Askep Stenosis Aorta

aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini

dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko tinggi

timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta

 

1. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :

2. Penempatan kembali katup aorta.

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta.

Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau

bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat

pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat dengan

katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti

warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan darah. Sedangkan

penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver

manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu

sendiri jika dimungkinkan.

1. Valvuloplasty.

Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk dilakukan

daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir yang

mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara operasi

bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan

meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki

katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.

 

2.7  Komplikasi 

1. Gagal jantung  

2. Hipertensi sisitemik 

3. Nyeri dada (angina pectoris) 

4. Sesak nafas 

 

2.8  Prognosis 

Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata

rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan

operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah

trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan

ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat

Page 9: Askep Stenosis Aorta

dilakukan pada  anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada

orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi

 

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

 

3.1    Pengkajian

1. Anamnesa

1. Identitas

Nama Pasien          : Ny. R

Umur                     : 41 tahun

Suku/Bangsa         : Jawa/Indonesia

Agama                   : Islam

Pendidikan                        : SMA

Alamat                   : Banyu Urip, Surabaya

Penanggung jawab biaya

Nama                     : Tn. F

Alamat                   : Banyu Urip, Surabaya

1. Keluhan Utama     :

Klien dengan stenosis aorta akan mendapatkan nyeri dada (angina), pingsan (syncope) dan

sesak napas yang disebabkan oleh gagal jantung. Pada 4% pada pasien dengan stenosis aorta,

gejala pertama adalah kematian mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang berat.

1. Riwayat Penyakit Sekarang          :

2 minggu yang lalu klien marasa nyeri dada dan disertai dengan sesak nafas, hingga akhirnya

klien mengalami sinkope, kemudian Suaminya membawanya ke RSUD Dr. Soetomo

1. Riwayat Kesehatan Masa Lalu     :

Klien pernah dirawat di RS dengan diagnosa typus.

1. Riwayat Penyakit Keluarga          :

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir

sebagai penyebab stenosis aorta.

 

Page 10: Askep Stenosis Aorta

1. Observasi

1. Keadaan umum

Suhu                   : 364oC

Nadi                   : 24 x/menit

Tekanan Darah   : 120/80

RR                     : 87 x/menit

1. Pemeriksaan Persistem

2. B1 (Breathing)

Terjadi perubahan pernapasan, takipnoe, pernapasan dangkal.

1. B2 (Blood)

Ada perubahan denyut nadi, takikardia.

1. B3 (Brain)

Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Klien nampak gelisah.

1. B4 (Bladder)

Retensi urine

1. B5 (Bowel)

Normal

1. B6 (Bone)

Normal

 

3.2    Diagnosa keperawatan

1. Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat

sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan

retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

3. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output

sekunder.

Page 11: Askep Stenosis Aorta

4. Resiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan

dengan peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal.

5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan

kebutuhan oksigen jaringan.

6. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung.

 

3.3    Intervensi 

1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen

ke miokardium

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respons

nyeri dada

Kriteria evaluasi : Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara

objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan

perfusi perifer, urine >600ml/ hari.

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Catat karakteristik nyeri, lokasi,

lamanya, dan penyebaran

 

1. Anjurkan pada klien untuk

melaporkan nyerinya dengan

segera

 

 

 

 

 

 

1. Lakukan manajemen nyeri

keperawatan:

1. Atur posisi fisiologis

 

1. Variasi penampilan dan perilaku

klien karena nyeri terjadi sebagai

temuan pengkajian

2. Lokasi nyeri perikarditis pada

bagian substansial menjalar ke

leher dan punggung. Tetapi beda

dengan nyeri iskemi miokard/

infark, nyeri tersebut akan

bertambah pada saat inspirasi

dalam, perubahan posisi, dan

berkurang pada saat duduk/

bersandar ke depan.

Nyeri berat dapat ,menyebabkan syok

kardiogenik yang berdampak pada

kematian mendadak.

 

 

1. Posisi fisiologis akan

Page 12: Askep Stenosis Aorta

 

 

1. Istirahatkan klien

 

 

 

 

 

 

 

1. Berikan oksigen tambahan

dengan kanula nasal atau

masker sesuai dengan indikasi

 

1. Manajemen lingkungan:

Lingkungan tenang dan batasi

pengunjung

 

 

 

 

 

 

 

1. Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam

 

 

1. Ajarkan teknik distraksi pada

saat nyeri

 

meningkatkan suplai oksigen ke

jaringan yang mengalami iskemi

2. Istirahat akan menurunkan

kebutuhan oksigen jaringan

perifer sehingga akan

menurunkan kebutuhan

miokardium dan akan

meningkatkan suplai darah dan

oksigen ke miokardium yang

membutuhkan untuk menurunkan

iskemik.

3. Meningkatkan jumlah oksigen

yang ada untuk pemakaian

miokardium sekaligus mengurangi

ketidaknyamanan akibat sekunder

dari iskemik.

4. Lingkungan tenang akan

menurunkan stimulus nyeri

eksternal dan pembatasan

pengunjung akan membantu

meningkatkan kondisi oksigen

ruangan yang akan berkurang

apabila banyak pengunjung yang

akan berada di ruangan.

5. Meningkatkan suplai oksigen

sehingga akan menurunkan nyeri

akibat sekunder dan iskemik

jaringan otak.

6. Distraksi (pengalihan perhatian)

dappat menurunkan stimulus

internal dengan mekanisme

peningkatan produksi enddorfin

dan enkefalin yang dapat

memblok reseptor nyeri untuk

tidak dikirimkan ke korteks serebri

sehingga menurunkan persepsi

nyeri.

7. Manajemen sentuhan pada saat

nyeri berupa sentuhan dukungan

psikologis dapat membantu

Page 13: Askep Stenosis Aorta

 

 

 

 

 

1. Lakukan manajemen sentuhan

 

 

 

 

 

Kolaborasi

Pemberian terapi farmakologi

antiangina (nitrogliserin)

menurunkan nyeri. Masase ringan

dapat meningkatkan aliran darah

dan dengan otomatis membantu

suplai darah dan oksigen ke area

nyeri dan menurunkan sensasi

nyeri.

 

 

Obat- obat antiangina bertujuan untuk

meningkatkan aliran darah baik dengan

menambah suplai oksigen atau dengan

mengurangi kebutuhan miokardium akan

oksigen. Nitrat berguna untuk kontrol

nyeri dengan efek vasodilator koroner

 

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan

retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.

Kriteria hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal (16- 20x/ menit), respons

batuk berkurang.

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Auskultasi bunyi napas

(crackles)

 

1. Ukur intake dan output cairan

 

 

 

 

 

1. Indikasi adanya edema paru;

sekunder akibat dekompensasi

jantung

2. Penurunan curah jantung

mengakibatkan tidak efektifnya

perfusi ginjal, retensi natrium/

cairan, dan penurunan output

urine.

3. Perubahan tiba- tiba dari berat

badan menunjukkan gangguan

keseimbangan cairan.

4. Memenuhi kenutuhan cairan tubuh

orang dewasa, tetapi memerlukan

Page 14: Askep Stenosis Aorta

1. Timbang berat badan

 

 

1. Pertahankan pemasukan total

cairan 2000ml/ 24 jam dalam

toleransi kardiovaskuler

 

Kolaborasi

1. Berikan diet tanpa garam

 

 

 

 

 

1. Berikan diuretik, contoh:

Furosemide, sprinolakton,

hidronolakton

 

 

1. Pantau data laboratorium

elektrolit kalium

pembatasan dengan adanya

dekompensasi jantung.

 

1. Natrium meningkatkan retensi

cairan dan meningkatkan volume

plasma yang berdampak terhadap

peningkatan beban kerja jantung

dan akan meningkatkan

kebutuhan miokardium.

2. Diuretik bertujuan untuk

menurunkan volume plasma dan

menurunkan retensi cairan di

jaringan sehingga menurunkan

risiko terjadinya edema paru.

3. Hipokalemia dapat membatasi

keefektifan terapi.

 

1. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output

sekunder

Data Penunjang : Mengeluh sesak nafas, badan panas, cepat lelah, pusing, mual, nyeri

dada, palpitasiO : BP menurun, MAP abnormal, tachichardi, denyut lemah, Dyspnea,

dysritmia, pulsus paradoks, JVP > 3 cm H2O, Cyanosis

Kriteria Hasil: Keluhan hilang, ABG normal, pola EKG, isoelektrik, Vital sign dan cardiac

isoenzim dalam batas normal , tanda pulsus paradoks hilang, cyanosis hilang

Page 15: Askep Stenosis Aorta

 

1. Resi

ko

tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan) berhubungan dengan

peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal.

Data Penunjang : Berat badan meningkat, Adanya Edema

Kriteria Hasil : Keseimbangan output dan input cairan, berat badan stabil, tanda vital

dalam rentang normal, dan tidak ada edema

Intervensi Rasional

1. Pantau masukan dan

pengeluaran, catat

keseimbangan cairan, timbang

1. Kehilangan berat badan bisa

mengindikasi adanya klien

kekurangan cairan.

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Evaluasi vital sign

2. Evaluasi bunyi jantung,

pericardial friction rub, CVP.

3. Observasi tanda dan gejala

yang mungkin merupakan

indikasi berkembangnya

kegagalan.

4. Observasi tanda – tanda

toxicitas digitales

5. Pertahankan patensi jalur IV

1. Bila muncul tanda –

tanda tamponade,

maka letakkan klien

dalam posisi fowler dan

observasi tanda vital

sign secara ketat

2. Kolaborasi dengan

team medis untuk

tindakan :

-          Oksigenasi konsentrasi 24 % -

25 % dengan kecepatan aliran 2 – 3

liter permenit

-          Digitalis, diuretic, anti disritmia

-         Antibiotik per parenteral

-         Pericardiocentesis

 

 

1. Indikasi menunjukkan adanya

tanda- tanda penyakit timbul

kembali, missal: RR meningkat/

menurun, TD render atau

tinggi,dan lain- lain.

2. Indikasi menunjukkan adanya

bunyi jantung yang tidak normal

yang bias menandakan adnya

kelainan.

3. Mencegah penyakit memburuk.

4. Jika ditemukan tanda- tanda

tixicitas, segera dihentikan

pengobatan digitalis tersebut agar

tidak memperparah penyakit.

5. Kebutuhan cairan pasien

terpenuhi, tidak dehidrasi.

6. Posisi semifowler bias

memudahkan klien untuk

mendapatkan oksigen untuk

bernapas.

-       Membantu klien untuk memenuhi

oksigenasinya.

-       Obat- obat ini dapat mencegah

memprburuk keadaan klien.

Page 16: Askep Stenosis Aorta

berat badan tiap hari.

2. Auskultasi bunyi nafas dan

jantung

3. Kaji adanya distensi vena

jugularis

4. Pantau Tekanan Darah

5. Catat laporan dyspnea,

ortopnea, Evaluasi adanya

edema

6. Jelaskan tujuan pembatasan

cairan

7. Tindakan Kolaborasi : Berikan

diuretik

8. Pantau elektrolit serum

khususnya kalium

9. Berikan cairan IV melalui alat

control

10. Berikan cairan sesuai indikasi

11.  Berikan batasan diet natrium

sesuai indikasi

2. Memantau ada atau tidaknya suara

jantung abnormal.

3. Distensi vena jugularis mengindikasi

adanya gagal jantung kanan.

4. Tekanan darah harus diukur pada

waktu yang telah ditentukan untuk

menetukan klien syok atau

melemahnya kerja jantung.

5. Edema menunjukkan

ketidakseimbangan cairan.

6. Pembatasan cairan bertujuan agar

tidak terjadi retensi cairan.

1. Diuretik bertujuan untuk

menurunkan volume plasma

dan menurunkan retensi

cairan di jaringan sehingga

menurunkan risiko terjadinya

edema paru.

 

1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan

kebutuhan oksigen jaringan.

Data Penunjang :

-       Laporan verbal kelemahan atau fatigue

-       Kecepatan jantung abnormal atau TD tidak berespon terhadap aktivitas

-       Ketidaknyamanan kerja atau dyspnea

Intervensi Rasional

1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan

parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi

istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan

berat, berkeringat, pusing dan pingsan

2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas

3. Dorong memajukan aktivitas

4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan

penggunaan kursi mandi

1. Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih

 

Page 17: Askep Stenosis Aorta

periode

2. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang

untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3. Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan

aktivitas jika sudah mampu.

4. Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas

sehingga terpacu untuk sembuh.

5. Memudahkan klien ntuk beraktivitas tapi tidak

memanjakan.

1. Klien termotivasi untuk sembuh.

1. Ansietas berhubungan dengan

prognosa penyakit jantung

Data Penunjang :

-       Rangsang simpatis, eksitasi, kardiovaskuler, gelisah, insomnia

-       Peningkatan tegangan, ketakutan

-       Peningkatan ketidakberdayaan ; Takut konsekuensi yang tak khusus

-       Ketidakpastian ; Fokus pada diri sendiri

Intervensi Rasional

1. Pantau respon fisik ; contoh

palpitasi ; takikardi ; gerakan

berulang

2. Berikan tindakan kenyamanan

3. Koordinasikan waktu istirahat

dan aktivitas saat senggang

tepat untuk kondisi

4. Dorong ventilasi perasaan

tentang penyakit efeknya

terhadap pola hidup dan status

kesehatan akan datang

5. Anjurkan pasien melakukan

teknik relaksasi

6. Kaji ketidakefektifan koping

dengan stresor

1.  Mengetahui klien dalam keadaan

normal atau tidak.

2.  Dengan kenyamanan, bias mengurangi

kecemasan klien yang berhubungan

dengan penyakitnya.

3.  Dengan memanajemen waktu dengan

baik, kondisi klien bisa fit saat beraktivitas.

4.  Sharing atau saling cerita mengenai

apa yang dirasakan tentang penyakitnya

pada perawat agar perawat bisa

memantau kondisi psikologis klien.

5.  Mengetahui klien dalam keadaan stress

atau tidak agar koping klien efektif.

DOWNLOAD : WOC ASKEP STENOSIS AORTA

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Page 18: Askep Stenosis Aorta

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah

dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta.

Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari

bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang.

Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering

adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.

 

Daftar pustaka

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.

Jakarta: Salemba Medika.

Anonymousa.  2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal

22, Nopember 2010.

Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses

tanggal 22, Nopember 2010.

Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html.diakses tanggal 22,

Nopember 2010.