Askep Perioperatif Fraktur Femur.docx

14
Askep Perioperatif Fraktur Femur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur. Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke  posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang  bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti semula (remodeling/swapugar). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di tusukan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit. Sedangkan fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini adalah terjadi reposisi sempurna, tidak  perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko infeksi tulang, Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung kembali. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada An. W dengan kasus Fraktur Femur.  C. Ruang lingkup Permasalahan yang timbul pada bedah fraktur femur sangat luas, sehingga penulis mengambil  judul “Asuhan Keperawatan Peri operatif Fraktur Femur pada An.W di instalasi bedah sentral RSUD Kebumen” D. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalalah untuk mengetashui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif fraktur femur di RSUD Kebumen  2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif Fraktur Femur   b. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan intra operasi Fraktur Femur  c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post operasi Fraktur Femur  E. Manfaat Penulisan a. Bagi individu 

Transcript of Askep Perioperatif Fraktur Femur.docx

Askep Perioperatif Fraktur FemurBAB IPENDAHULUAN

A.Latar belakang masalahPersendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas.Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti semula (remodeling/swapugar). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di tusukan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit. Sedangkan fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara iniadalah terjadi reposisi sempurna, tidak perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko infeksi tulang, Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung kembali.B.Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada An. W dengan kasus Fraktur Femur.C.Ruang lingkupPermasalahan yang timbul pada bedah fraktur femur sangat luas, sehingga penulis mengambil judul Asuhan Keperawatan Peri operatif Fraktur Femur pada An.W di instalasi bedah sentral RSUD KebumenD.Tujuan1.Tujuan UmumTujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalalah untuk mengetashui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif fraktur femur di RSUD Kebumen2.Tujuan Khususa.Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif Fraktur Femurb.Untuk Mengetahui asuhan keperawatan intra operasi Fraktur Femurc.Untuk mengetahui asuhan keperawatan post operasi Fraktur FemurE.Manfaat Penulisana.Bagi individuDapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek di rumah sakit.b.Bagi Rumah SakitMembantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan peri operatif fraktur femur, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi optimal .c.Bagi institusi STIKESSebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

a.DEFINISIRusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.b.FISIOLOGI / ANATOMIPersendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.c.KLASIFIKASIAda 2 type dari fraktur femur, yaitu :1.Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, pangguldan Melalui kepala femur (capital fraktur)Hanya di bawah kepala femurMelalui leher dari femur2.Fraktur Ekstrakapsuler;Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebihbesar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2inci dibawah trokhanter kecil.d.PATOFISIOLOGI1.Penyebab Fraktur Adalah TraumaFraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :Osteoporosis ImperfektaOsteoporosisPenyakit metabolik

TRAUMADibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.TANDA DAN GEJALANyeri hebat di tempat frakturTak mampu menggerakkan ekstremitas bawahRotasi luar dari kaki lebih pendekDiikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.PENATALAKSANAAN MEDIKX.RayBone scans, Tomogram, atau MRI ScansArteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSIPenyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkinMetode Pemasangan traksi:Traksi ManualTujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.Traksi MekanikAda dua macam, yaitu :1. Traksi KulitDipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatasuntuk 4 minggu dan beban < 5 kg.Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.2. Traksi SkeletalMerupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSITraksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :Mengurangi nyeri akibat spasme ototMemperbaiki dan mencegah deformitasImmobilisasiDifraksi penyakit (dengan penekanan untuknyeri tulang sendi).Mengencangkan pada perlekatannya.MACAM - MACAM TRAKSI1. Traksi PanggulDisempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.2. Traksi Ekstension (Bucks Extention)Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.3. Traksi CervikalDigunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.4. Traksi RussellsTraksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

5. Traksi khusus untuk anak-anakPenderita tidur terlentang 1-2 jam,di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopangatau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.e.PENGKAJIAN1.Riwayat keperawatana.Riwayat Perjalanan penyakitKeluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatanApa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau traumaBagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dllPerubahan bentuk, terbatasnya gerakanKehilangan fungsiApakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosisb.Riwayat pengobatan sebelumnyaApakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lamaApakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanitaBerapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebutKapan klien mendapatkan pengobatan terakhirc.Proses pertolongan pertama yang dilakukanPemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkanTinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema2.Pemeriksaan fisika.Mengidentifikasi tipe frakturb.Inspeksi daerah mana yang terkena

-Deformitas yang nampak jelas-Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera-Laserasi-Perubahan warna kulit-Kehilangan fungsi daerah yang cidera

c.Palpasi

Bengkak, adanya nyeri dan penyebaranKrepitasiNadi, dinginObservasi spasme otot sekitar daerah fraktur

BAB IIITINJAUAN KASUSA.BiodataNama: An.WUmur: 13 tahunAlamat: kedaleman kulon puringRuang: terataiDx medis: fraktur femu tertutup dextraB.Pengkajian tgl 14/11/20111.Keluhan utama:Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.2.Riwayat kesehatan sekarang :Pasien dengan post jatuh dari olahraga (volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada kaki kanan, sakit sekali dan tidak bisa digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pernah dipijat 1 bln yang lalu ditempat yang sama3.Riwayat kesehatan dahulu :Pasien blm pernah mengalami patah tulang(fraktur) sebelumnya, tidak mempunyai riwayat hipertensi ataupun DM4.Riwayat kesehatan keluarga :Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM5.Pemeriksaan fisikKU: CukupKesadaran: ComposmentisTanda-tanda VitalTD:132/92mmHgS: 370CN: 102 x/mntR: 22 x/mntHead to toe:Kepala: bentuk mesochepalRambut: rambut agak kotorMata: anemis, sklera tak ikterikTelinga: tidak ada dischargeHidung:Hidung tidak ada discharge,Gigi dan mulut : mukosa bibir kering, gigi agak kotorLeher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroidDada: dinding dadasimetris, tidak menggunakan ototbantu pernafasanParu: suara paru vesikuler,wheezing,sonor diseluruh lapang paruJantung: cor: reguler, gallop dan murmur tdk adaAbdomen: dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 5x/mntPunggung: tidak ada luka dekubitus atau yang lainGenitalia: jenis kelamin laki-lakiAnggota gerak atas :tidak ada fraktur,keduatanganmampu digerakkanAnggota gerak bawah:tidakdapat digerakan,hasil radiologi terdapat fraktur femurTurgor kulit : baik6.DataPenunjanga.Diagnosa medis: Frakturfemur tertutup dextrab.Hasil pemeriksaan radiologi-Rontgen terdapat frakturfemur tertutup dextrac.Hasil Laboratorium(14-11-2011)PemeriksaanHasilNormal

HbRBCHCT10 g/dL3.46 x 106/uL28.6 %11.7 17.33.80 5.9035.0 52.0

1.PRE OPERASIAnalisa DataNODataPathwayEtiologiMasalah

1DS : Klien mengatakan kaki kanan nya sakit sekali, P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, R: area femur, S: 8 , T: Saat digerakan sampai selesai diimobilisasiDO: - ps terlihat meringis menahan nyeri, merintih, bengkak, px. rontgen fraktur femur dextra, RR: 22 x/mnt , TD:132/92mmHg, S: 37oC ,N: 102 x/mnt

cedera jaringan kulit dan tulang

diskontinuitas tulang

proses inflamasi

menekan ujung syaraf bebas

nosiseptor

Nyeri akutDiskontinuitas tulangNyeri akut

2.DS: Pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa digerakan .DO: dalam pemeriksaan didapatkan hasil adanya fungsialesa, deformitas, Px. Radiologi diperoleh hasil fraktur femur dextra, sudah terpasang spalk.Kerusakan musculoskeletal

Mempersempit ruang gerak

Fungsialesa

Kelemahan fisik

Kerusakan musculo skeletalKelemahan fisik

Intervensi KeperawatanNODiagnosaTujuanPlaning

1.Nyeri akutb.d.Diskontinuitas tulangNOC:-Tingkt kenyamanan-perilaku mengendalikn nyeri-Tingkt nyeri;jmlh nyeri yg dilaporkan atau ditunjukkn-Nyeri: efekmerusak: perilaku yg diamati/dilaporkanTujuan/Kriteria evaluasi:-Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 pasien mampu mempertahankn tingkt nyeri pd skala 3-Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 pasien menunjukkn nyeri: efek merusak dibuktikan dg indikator nilai 5 yaitu tidak ada gangguanditunjukkn dari ekspresi nyeri lisan atau pada wajah,kegelisahan atau gangguan otot

Pengkajian-Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidaknyamanan pada skala 0-10 (0=tdk ada nyeri, 10= sangat nyeri)-Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan dn lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien-Lakukan pengkajian nyeri yg komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frek, kualitas, intenistas/keprhn nyeri,faktor presipitasi-Observasi isyarat ktdknyamanannonverbal,khususnya ps yg tdk mampu berkomunikasi scr verbal-Hadir di dpn ps dn klg untk memenuhi keb.rasa nyamn&aktivitas lain untuk membantu relaksasi

2.Kelemahan fisik berhubungan dengan kerusakan muskulokeletalSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam kelemahan fisik dapat teratasi dengan criteria hasil:-kelemahanfisik tidak terjadi

Terapi ambulasi

1.Persiapan pasienPosisi pasien: supinasiAnestesi: general anestesiTD:132/92mmHgNadi: 102x/menitRR: 22x/menitPemasangan: bed side monitorWaktu: -Operator: Dr. EkoAsisten: RiniInstrumen: Fauzi2.Persiapan alatBasic setJmlhAlat tambahanJmlh

oGunting kassaoGunting jaringanoKlemoPinset anatomis (besar/kecil)oPinset cirugis (besar/kecil)oKocheroDukklemoNail fuderoScuple (no 4)oKomoBengkok

11102

2452222oJas operasioHandscoonoDuk besaroDuk sedang/sarung kakioCanul suctionoSelang suctionoKassaoPisturi no. 22oCutteroBenang: crumic 2/0, side 2/0,plain 2/0oJarum: taper no: 24, cutting no 30oSet ORIF:Bone klemReductionRaspatoriumKuretMata borScrew driver 3,5Plate 1/3 tubuler 6 whole4431115111

1

2211111 set

3.Penatalakasanaan/instrumenNoTindakanPeralatan

1DesinfeksiKom, betadin, alcohol, klempanjang, kassa

2DrappingDuk besar, duk lubang, duk klem

3Menandai daerah sayatanPisau, klem, kassa

4Melakukan sayatan pada kulit sampai ototPisau, kassa, klem arteri,Pinset cirugis, gunting

5Mempertahankan hemostatisKassa klem cutter, suction

6Membersihkan area frakturKuret

7Reposisi fraktur menahan area frakturRaspatorium

8Fiksasi frakturBone klem, Raspatorium

9Bor 6 whole area frakturBor, mata bor

10Memasang platePlate, screw driver

11Mencuci daerah operasiNaCL

12Hecting ototPlain 2/0, taper no 30

13Hecting sub cutisChromic 2/0, taper no 24

14Hecting kulitSide 2/0, cuting no 30

15DesinfeksiKassa betadin

16Balut lukaKassa steril, kassa betadin dan hipafix

2.INTRAOPERASIANALISA DATANoWaktuData FokusEtiologiMasalah

1.14.20Subjektif :-Objektif :-Insisi 20 cm-Perdarahan 750 cc-TD: 128/90 mmHg-Nadi : 78x/menit-RR: 18x/menitPerdarahan akibat pembedahanResiko syok hipovolemik

MASALAH KEPERAWATANResiko syock hipovolomic b.d Perdarahan akibat pembedahan

RENCANA KEPERAWATANNoDiagnosaTujuanIntervensi

1.Resiko syok hipovolomik b.d perdarahan akibat pembedahan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama operasi 1x2 jam diharapkan syock hipovolomic tidak terjadi dengan kriteria hasil:-Tidak ada tanda tanda syock hipovolemik (cyanosis)-TTV dalam batas normal (TD: 120/80-140/100, Nadi 60-90).-Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.-Ingatkan operator dan asiasten bila terjadi perdarahan hebat-Monitor vital sign tiap 5 menit-Monitor cairan yang melewati DC katheter-Memberikan cairan RL untuk resusitasi cairan-Memonitortanda-tanda syock hipovolemic.

3.POST OPERASIANALISA DATANoWaktuDataEtiologiMasalah

1.Subjektif:-Objektif:Pasien hanya tiduran saat dipindahkan, kaki belum dapat digerakan, kaki kanan terdapat luka post operasi pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar.Proses pemindahan brankarResiko tinggi cedera

MASALAH KEPERAWATANResiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar

RENCANA KEPERAWATANNoDiagnosaTujuanIntevensi

1.Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi.Dengan kriteria hasil:-Tidak terjadi abserasi kulit karena pemindahan pasien.

-Pasien dapat dipindahkan dengan aman dan nyaman.-Perhatikan posisi pasien-Mendekatkan bed di samping pasien-Melindungi organ vital pasien-Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada-Mengakat pasien secara bersamaan-Memberikanpenyangga di tempat tidur pasien.

BAB IVPEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada pasien bernama An.W dengan post jatuh dari olahraga (volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada kaki kanan, sakit sekali dan tidak bisa digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pernah dipijat 1 bln yang lalu ditempat yang samaDari hasil pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul yaitu nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.Saat akan dilakukan operasi, pembiusan dilakukan dengan General anestesi, keadaan tanda-tanda vital TD132/92mmHg, Nadi 102x/menit, RR 22x/menit, dilakukan tindakanORIF femur. Sayatan dilakukan di area kaki kanan, dapat diambil diagnosa risiko perdarahan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.Untuk diagnosa post operasi ditemukan diagnose risiko cedera berhubungan dengan pemindahan pasien, karena efek general anestesi.

BAB VPENUTUP

A.Kesimpulan1.Pada pre ditemukan masalah keperawatan nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan tulang dan hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal.2.Pada intra ditemukan masalah keperawatan resiko perdarahan b.d proses pembedahan.3.Pada post ditemukan masalah keperawatan resiko cedera b.d proses pemindahan pasien.

B.Saran1.Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi pembedahan.2.Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan terkait perawatan post operasi.3.Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan professional di ruang IBS.

DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGCPrice Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta : EGCSmeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGCTucker, Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3.Jakarta : EGC