askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan
-
Upload
agung-gutama -
Category
Documents
-
view
344 -
download
3
description
Transcript of askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan
Asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem penglihatan
Created By : Muhammad Ananggadipa ( 081.0062 )
5.1 Pengertian
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras pada otak
ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang
terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat
menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun
wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan,produksi air mata oleh kelenjar
lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan
cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi
terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-
angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan
untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam,
dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan
berkurang ( sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko sedera.
Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk
membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat memengaruhi kemampuan
fungsional para lansia.
Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :
Perubahan Normal yang b.d Penuaan Implikasi Klinis
1. Penurunan kemampuan
akomodasi.
2. Kontriksi pupil sinilis.
3. Peningkatan kekeruhan lensa
dengan perubahan warna menjadi
menguning.
1. Kesukaran dalam membaca huruf-
huruf yang kecil.
2. Penyempitan lapang pandang
3. Sensitivitas terhadap cahaya
4. Penurunan penglihatan pada malam
hari
5. dengan persepsi kedalamam
Perubahan sistem indera pada penuaan :
Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis
Penglihatan
Penurunan jaringan lemak sekitar mata Penurunan penglihatan jarak dekat
Penurunan elastisitas dan tonus jaringan Penurunan koordinasi gerak bola mata
Penurunan kekeuatan otot mata Distorsi bayangan
Penurunan ketajaman kornea Pandangaan biru-merah
Degenerasi pada sclera, pupil dan iris Compromised night vision
Peningkatan frekuensi proses terjadinya
penyakit
Penurunan ketajaman mengenali warna
hijau, biru dan ungu
Peningkatan densitas dan rigiditas lensa Kesulitan mengenali benda yang bergerak
Perlambatan proses informasi dari system
saraf pusat
5.2.Jenis gangguan pada lansia dengan gangguan penglihatan
5.2.1Perubahan sistem lakrimalis
Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada
system kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau
malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system
kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut,
diman dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita
dibanding pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis
masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat
terjadinya sumbatan.
Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar
lakrimal secara progesif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada duktus
nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan
tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering yaitu
adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata tersa leleh dan
kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan diantaranya konjungtiva
bulbi kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen.
Periksa yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break up time”
5.2.2Perubahan refraksi
Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus silisris. Dengan
bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan
akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang
atau terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.
Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat with the
rule 75,5% dan astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan
astigmat with the rule 37,2% dan against the rule 35%. Factor-faktor yang mempengaruhi
perubahan astigmat antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada
kornea, proses penuaan pada kornea.
Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia dimana seseorang akan kesulitan
untuk melihat dekat dipengaruhi oleh berkurangnya elastisitas lensa dan perubahan pada
muskulus silisris oleh karena proses penuaan.
5.2.3Produksi humor aqueous
Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi H.Aqueous
2.4 + 0,06 micro liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada produksi H.Aqueous. dengan
pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi
penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak
sebanyak yang diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi
H.Aqueous lebih stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.
5.2.4 Perubahan struktur kelopak mata
Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata.
Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :
1. M.orbicular
2. Retractor palpebra inferior
3. Tartus
4. Tendo kantus medial/lateral
5. Aponeurosis muskulus levator palpebra
6. Kulit
Berikut penjelasan dari uraian diatas :
1. M.orbicular
Perubahan pada m.orbicularis bias menyebabkan perubahan kedudukan palpebra yaitu
terjadi entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang terjadi pada usia lanjut disebut
entropion/ekropion senilis/ involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang
membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana enteropion muskulus
tersebut relative stabil.
Pada ektropion, bila margo palpebra mulai eversi, konjungtiva tarsalis menjadi
terpapar (ekspose), ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus akan menebal sehingga
secara mekanik akan memperberat ektropionnya.
2. Retractor palpebra inferior
Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi/
berputar kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.
3. Tartus
Bilaman tartus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas
lebih melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.
4. Tendo kantus medial/lateral
Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kartus medial/ lateral
sehingga secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.
Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga diperberat dengan keadaan dimana
bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak orbita. Akibatnya
kekencangan palpebra secara horizontal relative lebih nyata. Jadi apakah proses involusional
tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inverse atau eversi tergantung perubahan-
perubahan yang terjadi pada m.orbikularis oculi, retractor palpebra inferior dan tarsus.
5. Aponeurosis muskulus levator palpebra
Dengan bertambahnya usia maka aponeurosis m.levator palpebra mengalami
disinsersi dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita. Meskipun terjadi
perubahan pada aponeurosis m.levator palpebra namun m.levatornya sendiri relative stabil
sepanjang usia. Bial blefaroptosis tersebut mengganggu penglihatan atau secara kosmetik
menjadi keluhan bias diatasi dengan tindakan operasi.
6. Kulit
Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya
sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini
biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak
preaponeurotik ke arterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior
dan disebut sebagai dermatokalis.
Gejala dan tanda :
1. Kesulitan menggangkat palpebra superior
2. Rasa tidak enak di daerah perorbita akibat penggunaan otot ocipitofrontalis dan otot
orbicularis oculi dalam mengatasi kesulitan mengangkat palpebra.
3. Terbatasnya lapangan pandang superior
4. Keluhan kosmetik.
Penanganan :
Dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.
Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses
penuaan, maka secar klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :
1. Entropion involusional
2. Ektropion involusional
3. Blefaroptosis
4. Dermatokalasis
Aspek Klinis Entropion dan Ekstropion pada Usia Lanjut
1. Entropion Senilis / Involusional
Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi pada lanjut usia.
Gejala dan tanda :
1. Mata merah
2. Berair
3. Rasa gatal
Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bias menyebabkan
ulkus cornea.
Penanganan :
Koreksi entropion yaitu dengan cara :
1. Jahitan eversi
2. Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan / tanpa
pemendekan horizontal
3. Plikasi retractor palpebra inferior
2. Ektropion Senilis / Involusional
Yaitu suatu keadaan diman margo palpebra mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.
Gejala dan tanda :
1. Epifora
2. Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi
3. Konjungtiva bulbi hiperemi
Penanganan :
Koreksi ektropion dengan cara :
1. Lazy – T
2. Eksisi diamond tarsokonjungtiva
3. Pemendekan palpebra horizontal
5.2.5Perubahan Dari segi aspek klinik
1.Glaukoma
Merupakan sekumpulan gangguan, glaukoma ditandai dengan tekanan intraokuler yang tinggi
yang merusak saraf optikus. Glaukoma dapat terjadi sebagai penyakit primer atau kongenital
atau sebagai akibat sekunder dari penyakit atau kondisi lain.
2.Ada 2 bentuk glaukoma, yaitu:
1. Glaukoma primer
a.Glaukoma sudut terbuka ( juga dikenal dengan glaukoma kronis, sederhana, dan
sudut lebar).
Glaukoma sudut terbuka adalah tipe yang paling umum terjadi pada lansia dan akibat dari
perubahan degeneratif di jalinan trabekular. Perubahan ini menghambat aliran humor aqueosa
dari mata, yang menyebabkan tekanan intraokuler meningkat. Akibat dari hal tersebut adalah
kerusakan saraf optikus.glaukoma sudut terbuka terhitung sekitar 90% dari semua kasus
glaukoma dan umumnya terjadi di keluarga.
b.Glaukoma sudut tertutup( dikenal dengan glaukoma akut atau sudut sempit)
Glaukoma sudut tertutup akibat dari penurunan aliran balik humor aqueosa yang disebabkan
oleh sudut yang menyempit secara anatomis di antara iris dan kornea.hal ini menyebabkan
tekanan intraokuler meeningkat dengan tiba-tiba. Serangan glaukoma sudut tertutup dapat
dipicu oleh trauma, dilatasi pupil,stres atau perubahan mendorong iris ke arah
depan( misalnya, hemoragi atau pembengkakan lensa.glaukoma yang tidak diobati dapat
memburuk menjadi kebutaan total.
2.Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi, uveitis, cedera,
pembedahan, penggunaan obat-obatan yang berkepanjangan(seperti kortikosteroid), oklusi
vena, dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah baru dapat terbentuk (vaskularisasi baru)
dan menghambat drainase humor aqueosa.
Tanda dan gejala:
1. Sakit kepala tumpul di pagi hari
2. Rasa sakit yang ringan pada mata
3. Kehilangan perifer (penglihatan menyempit)
4. Melihat lingkaran cahaya di sekitar cahaya
5. Penurunan ketajaman penglihatan (khususnya pada malam hari) yang tidak dapat
dikoreksi dengan kacamata.
6. Inflamasi mata unilateral
7. Kornea berkabut
8. Pupil berdilatasi sedang yang tidak bereaksi terhadap cahaya
9. Peningkatan tekanan intraokuler diketahui dengan cara membuat tekanan yang lembut
pada kelopak mata pasien yang tertutup menggunakan ujung jari, bola mata menahan
tekanan tersebut.
Pemeriksaan diagnostik
a) Tonometri (dengan schiøtz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur tekanan
intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang tekanan intraokuler
normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi, pasien yang IOPnya menurun
dari rentang normal dapat mengalami tanda dan gejala glaucoma dan pasien yang
mempunyai tekanan tinggi mungkin tidak menunjukkan efek klinis.
b) Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata anterior,
meliputi kornea, iris dan lensa.
c) Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan pemeriksa
untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma sudut tertutup. Sudut
mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan pada glaucoma sudut tertutup
tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien lansia penutupan sebagian dapat terjadi
yang memungkinkan dua bentuk glaucoma terjadi bersamaan.
d) Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut
terbuka,pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan pada
glaucoma sudut tertutup
e) Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan kehilangan
penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan pada glaucoma sudut
terbuka.
f) Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.
Penanganan
1.Glaukoma sudut terbuka
Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan
karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-obatan tersebut meliputi penyekat beta,
seperti timolol (digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita asma dan menderita
bradikardia) serta betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada
glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk meningkatkan
aliran balik humor aqueosa.
Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan
trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser argon pada
jalinan trabekular pada sudut terbuka. Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang
mengubah permukaan meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.
Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk
membuka jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil dan melakukan
iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran balik humor aqueosa dibawah
konjungtiva dan menghasilkan filtering bleb. Pada pascaoperatif, injeksi
subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi
mengurangi tekanan dengan cara mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik
humor aqueosa. Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada
mata lainnya (yang normal) untuk mencegah episode glaukoma akut pada mata tersebut.
2.Glukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang membutuhkan
terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi. Terapi obat-obatan
praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler dengan asetazolamid, pilokarpin (yang
mengontriksikan pupil, mendorong iris jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan
terbebas) dan manitol lewat I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan
menjadikan hipertonik). Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser
atau iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat untuk
menyelamatkan penglihatan pasien.
Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah
iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan otot-otot siliaris
dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah perlekatan.
5.3 Asuhan keperawatan
5.3.1.Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut ini:
1. Ukuran pupil mengecil
2. Pemakaian kacamata
3. Penglihatan ganda
4. Sakit pada mata seperti glaukoma dan katarak
5. Mata kemerahan
6. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan)
7. Kesulitan memasukkan benang ke lubang jarum
8. Permintaan untuk membacakan kalimat
9. Kesulitan atau ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan
sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAK/BAB serta berpindah)
10. Visus
5.3.2. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan persepsi sensori:penglihatan
2. Risiko cedera: jatuh
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
5. Kurang pengetahuan
6. Kecemasan
5.3.3. intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut:
1. Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien
2. Pastikan objek yang dilihat dalam linkup lapang pandang klien
3. Beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu
4. Bersihkan mata apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih
5. Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata dan
penatalaksanaan katarak
6. Berikan penerangan yang cukup
7. Hindari cahaya yang menyilaukan
8. Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis
9. Periksa kesehatan mata secara berkala
Diagnosa Keperawatan Utama dan Kriteria Hasil (Glaukoma)
Diagnosa 1:
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokuler
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika perubahan penglihatan
terjadi dan akan memperoleh kembali penglihatan normal serta mempertahankan penglihatan
normalnya dengan terapi.
Diagnosa 2:
Risiko cidera yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan kewaspadaan untuk mencegah
cedera karena kerusakan penglihatan.
Diagnosa 3:
Takut yang berhubungan dengan kemungkinan kebutaan
Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mengidentifikasi sumber-sumber rasa takut, mencari
informasi mengenai glaucoma dari sumber-sumber yang tepat untuk mengurangi rasa takut,
dan mengungkapkan pemahaman bahwa kepatuhan terhadap regimen terapi yang diresepkan
dapat mencegah kehilangan lebih lanjut.
Intervensi keperawatan
1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai
resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser
atau pembedahan.
2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit.
Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan
glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih
tersisa.
3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi
pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk
mengistirahatkan pupil.
4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan pelindung
mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke bagian yang tidak
sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.
5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien secar
teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.
6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur
7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang
hidup.
Penyuluhan pasien
1. Tekankan pentingnya kepatuhan yang sangat cermat terhadap terapi obat-obatan
yang diresepkan untuk mempertahankan tekanan intraokuler rendah dan mencegah
perubahan pada diskus optikus yang menyebabkan kahilangan penglihatan.
2. Jelaskan semua prosedur dan terapi, khususnya pembedahan, untuk membantu
mengurangi kecemasan pasien.
3. Informasikan pada pasien bahwa kehilangan penglihatan tidak dapat diperbaiki
namun terapi tersebut biasanya dapat mencegah kehilangan penglihatan lebih
lanjut.
4. Ajarkan pada pasien mengenai tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian
medis segera, seperti perubahan penglihatan yang tiba-tiba atau nyeri pada mata.
5. Beri tahu pada anggota keluarga cara memodifikasi lingkungan agar aman bagi
pasien. Sebagai contoh, anjurkan untuk mempertahankan lorong dirumah dengan
pencahayaan yang terang dan orientasikan kembali pasien terhadap susunan ruang
jika perlu.
6. Diskusikan pentingnya skrining glukoma untuk deteksi dan pencegahan dini.
Tekankan pada pasien semua orang di atas 35 tahun harus melakukan pemeriksaan
tonometri setiap hari.
Daftar pustaka
Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:salemba
medika
Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan.Jakarta:salemba medika