askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

20
Asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem penglihatan Created By : Muhammad Ananggadipa ( 081.0062 ) 5.1 Pengertian Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras pada otak ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan,produksi air mata oleh kelenjar lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering. Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-

description

gangguan penglihatan

Transcript of askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Page 1: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem penglihatan

Created By : Muhammad Ananggadipa ( 081.0062 )

5.1 Pengertian

Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras pada otak

ke lobus oksipital dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses penuaan yang

terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat

menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun

wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan,produksi air mata oleh kelenjar

lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan

cenderung cepat menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.

Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun dan reaksi

terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-

angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak, sehingga memengaruhi kemampuan

untuk menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam,

dan marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan

berkurang ( sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko sedera.

Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk

membedakan objek-objek dengan jelas, semua hal itu dapat memengaruhi kemampuan

fungsional para lansia.

Page 2: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Perubahan normal pada system sensoris (penglihatan) akibat penuaan :

Perubahan Normal yang b.d Penuaan Implikasi Klinis

1. Penurunan kemampuan

akomodasi.

2. Kontriksi pupil sinilis.

3. Peningkatan kekeruhan lensa

dengan perubahan warna menjadi

menguning.

1. Kesukaran dalam membaca huruf-

huruf yang kecil.

2. Penyempitan lapang pandang

3. Sensitivitas terhadap cahaya

4. Penurunan penglihatan pada malam

hari

5. dengan persepsi kedalamam

Perubahan sistem indera pada penuaan :

Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis

Penglihatan

Penurunan jaringan lemak sekitar mata Penurunan penglihatan jarak dekat

Penurunan elastisitas dan tonus jaringan Penurunan koordinasi gerak bola mata

Penurunan kekeuatan otot mata Distorsi bayangan

Penurunan ketajaman kornea Pandangaan biru-merah

Degenerasi pada sclera, pupil dan iris Compromised night vision

Peningkatan frekuensi proses terjadinya

penyakit

Penurunan ketajaman mengenali warna

hijau, biru dan ungu

Peningkatan densitas dan rigiditas lensa Kesulitan mengenali benda yang bergerak

Perlambatan proses informasi dari system

Page 3: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

saraf pusat

5.2.Jenis gangguan pada lansia dengan gangguan penglihatan

5.2.1Perubahan sistem lakrimalis

Pada usia lanjut seringkali dijumpai keluhan nrocos. Kegagalan fungsi pompa pada

system kanalis lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan palpebra, eversi punctum atau

malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan keluhan epifora. Namun sumbatan system

kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering dijumpai pada usia lanjut,

diman dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita

dibanding pria. Adapun patogenesia yang pasti terjadinya sumbatan ductus nasolakrimalis

masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat

terjadinya sumbatan.

Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar

lakrimal secara progesif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada duktus

nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan

tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering yaitu

adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata tersa leleh dan

kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan diantaranya konjungtiva

bulbi kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen.

Periksa yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break up time”

5.2.2Perubahan refraksi

Pada orang muda, hipermetrop dapat diatasi dengan kontraksi muskulus silisris. Dengan

bertambahnya usia hipermetrop laten menjadi lebih manifest karena hilangnya cadangan

akomodasi. Namun bila terjadi sclerosis nucleus pada lensa, hipermetrop menjadi berkurang

atau terjadi miopisasi karena proses kekeruhan di lensa dan lensa cenderung lebih cenbung.

Perubahan astigmat mulai terlihat pada umur 10-20 tahun dengan astigmat with the

rule 75,5% dan astigmat against the rule 6,8%. Pada umur 70-80 tahun didapatkan keadaan

astigmat with the rule 37,2% dan against the rule 35%. Factor-faktor yang mempengaruhi

perubahan astigmat antara lain kornea yang mengkerut oleh karena perubahan hidrasi pada

kornea, proses penuaan pada kornea.

Page 4: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Penurunan daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia dimana seseorang akan kesulitan

untuk melihat dekat dipengaruhi oleh berkurangnya elastisitas lensa dan perubahan pada

muskulus silisris oleh karena proses penuaan.

5.2.3Produksi humor aqueous

Pada mata sehat dengan pemeriksaan Fluorofotometer diperkirkan produksi H.Aqueous

2.4 + 0,06 micro liter/menit. Beberapa factor berpengaruh pada produksi H.Aqueous. dengan

pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan bahwa dengan bertambahnya usia terjadi

penurunan produksi H.Aqueous 2% (0,06 mikro liter/menit) tiap decade. Penurunan ini tidsak

sebanyak yang diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi

H.Aqueous lebih stabil disbanding perubahan tekanan intra okuler atau volume COA.

5.2.4 Perubahan struktur kelopak mata

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata.

Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional terjadi pada :

1. M.orbicular

2. Retractor palpebra inferior

3. Tartus

4. Tendo kantus medial/lateral

5. Aponeurosis muskulus levator palpebra

6. Kulit

Berikut penjelasan dari uraian diatas :

1. M.orbicular

Perubahan pada m.orbicularis bias menyebabkan perubahan kedudukan palpebra yaitu

terjadi entropion atau ektropion. Entropion/ektropion yang terjadi pada usia lanjut disebut

entropion/ekropion senilis/ involusional. Adapun proses terjadinya mirip, namun yang

membedakan adalah perubahan pada m.orbicularis preseptal dimana enteropion muskulus

tersebut relative stabil.

Page 5: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Pada ektropion, bila margo palpebra mulai eversi, konjungtiva tarsalis menjadi

terpapar (ekspose), ini menyebabkan inflamasi sekunder dan tartus akan menebal sehingga

secara mekanik akan memperberat ektropionnya.

2. Retractor palpebra inferior

Kekendoran retractor palpebra inferior mengakibatkan tepi bawah tarsus rotasi/

berputar kearah luar sehingga memperberat terjadinya entropion.

3. Tartus

Bilaman tartus kurang kaku oleh karena proses atropi akan menyebabkan tepi atas

lebih melengkung ke dalam sehingga entropion lebih nyata.

4. Tendo kantus medial/lateral

Perubahan involusional pada usia lanjut juga mengenai tendon kartus medial/ lateral

sehingga secar horizontal kekencangan palpebra berkurang.

Perubahan-perubahan pada jaringan palpebra juga diperberat dengan keadaan dimana

bola mata pada usia lanjut lebih enoftalmus karena proses atropi lemak orbita. Akibatnya

kekencangan palpebra secara horizontal relative lebih nyata. Jadi apakah proses involusional

tersebut menyebabkan margo palpebra menjadi inverse atau eversi tergantung perubahan-

perubahan yang terjadi pada m.orbikularis oculi, retractor palpebra inferior dan tarsus.

5. Aponeurosis muskulus levator palpebra

Dengan bertambahnya usia maka aponeurosis m.levator palpebra mengalami

disinsersi dan terjadi penipisan, akibatnya terjadi blefaroptosis akuisita. Meskipun terjadi

perubahan pada aponeurosis m.levator palpebra namun m.levatornya sendiri relative stabil

sepanjang usia. Bial blefaroptosis tersebut mengganggu penglihatan atau secara kosmetik

menjadi keluhan bias diatasi dengan tindakan operasi.

6. Kulit

Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehilangan elastisitasnya

sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini

biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak

preaponeurotik ke arterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior

dan disebut sebagai dermatokalis.

Page 6: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Gejala dan tanda :

1. Kesulitan menggangkat palpebra superior

2. Rasa tidak enak di daerah perorbita akibat penggunaan otot ocipitofrontalis dan otot

orbicularis oculi dalam mengatasi kesulitan mengangkat palpebra.

3. Terbatasnya lapangan pandang superior

4. Keluhan kosmetik.

Penanganan :

Dilakukan blefaroplasti untuk mengatasi gejala dan memperbaiki penampilan.

Dengan terjadinya perubahan struktur pada kelopak mata tersebut akibat proses

penuaan, maka secar klinis manifestasi yang sering dijumpai adalah :

1. Entropion involusional

2. Ektropion involusional

3. Blefaroptosis

4. Dermatokalasis

Aspek Klinis Entropion dan Ekstropion pada Usia Lanjut

1. Entropion Senilis / Involusional

Yaitu suatu keadaan dimana margo palpebra mengalami inverse yang terjadi pada lanjut usia.

Gejala dan tanda :

1. Mata merah

2. Berair

3. Rasa gatal

Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi cornea. Bila berlanjut bias menyebabkan

ulkus cornea.

Penanganan :

Koreksi entropion yaitu dengan cara :

1. Jahitan eversi

Page 7: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

2. Prosedur Weis (splitting palpebra transversa + jahitan eversi) dengan / tanpa

pemendekan horizontal

3. Plikasi retractor palpebra inferior

2. Ektropion Senilis / Involusional

Yaitu suatu keadaan diman margo palpebra mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.

Gejala dan tanda :

1. Epifora

2. Konjungtiva palpebra hipewremi dan hipertrofi

3. Konjungtiva bulbi hiperemi

Penanganan :

Koreksi ektropion dengan cara :

1. Lazy – T

2. Eksisi diamond tarsokonjungtiva

3. Pemendekan palpebra horizontal

5.2.5Perubahan Dari segi aspek klinik

1.Glaukoma

Merupakan sekumpulan gangguan, glaukoma ditandai dengan tekanan intraokuler yang tinggi

yang merusak saraf optikus. Glaukoma dapat terjadi sebagai penyakit primer atau kongenital

atau sebagai akibat sekunder dari penyakit atau kondisi lain.

2.Ada 2 bentuk glaukoma, yaitu:

1. Glaukoma primer

a.Glaukoma sudut terbuka ( juga dikenal dengan glaukoma kronis, sederhana, dan

sudut lebar).

Glaukoma sudut terbuka adalah tipe yang paling umum terjadi pada lansia dan akibat dari

perubahan degeneratif di jalinan trabekular. Perubahan ini menghambat aliran humor aqueosa

Page 8: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

dari mata, yang menyebabkan tekanan intraokuler meningkat. Akibat dari hal tersebut adalah

kerusakan saraf optikus.glaukoma sudut terbuka terhitung sekitar 90% dari semua kasus

glaukoma dan umumnya terjadi di keluarga.

b.Glaukoma sudut tertutup( dikenal dengan glaukoma akut atau sudut sempit)

Glaukoma sudut tertutup akibat dari penurunan aliran balik humor aqueosa yang disebabkan

oleh sudut yang menyempit secara anatomis di antara iris dan kornea.hal ini menyebabkan

tekanan intraokuler meeningkat dengan tiba-tiba. Serangan glaukoma sudut tertutup dapat

dipicu oleh trauma, dilatasi pupil,stres atau perubahan mendorong iris ke arah

depan( misalnya, hemoragi atau pembengkakan lensa.glaukoma yang tidak diobati dapat

memburuk menjadi kebutaan total.

2.Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kondisi-kondisi seperti infeksi, uveitis, cedera,

pembedahan, penggunaan obat-obatan yang berkepanjangan(seperti kortikosteroid), oklusi

vena, dan diabetes. Kadang kala, pembuluh darah baru dapat terbentuk (vaskularisasi baru)

dan menghambat drainase humor aqueosa.

Tanda dan gejala:

1. Sakit kepala tumpul di pagi hari

2. Rasa sakit yang ringan pada mata

3. Kehilangan perifer (penglihatan menyempit)

4. Melihat lingkaran cahaya di sekitar cahaya

5. Penurunan ketajaman penglihatan (khususnya pada malam hari) yang tidak dapat

dikoreksi dengan kacamata.

6. Inflamasi mata unilateral

7. Kornea berkabut

8. Pupil berdilatasi sedang yang tidak bereaksi terhadap cahaya

Page 9: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

9. Peningkatan tekanan intraokuler diketahui dengan cara membuat tekanan yang lembut

pada kelopak mata pasien yang tertutup menggunakan ujung jari, bola mata menahan

tekanan tersebut.

Pemeriksaan diagnostik

a) Tonometri (dengan schiøtz pneumatic atau tonometer aplanasi) mengukur tekanan

intraokuler dan memberikan nilai dasar untuk perujukan. Rentang tekanan intraokuler

normal berkisar dari 8 sampai 21mmHg. Akan tetapi, pasien yang IOPnya menurun

dari rentang normal dapat mengalami tanda dan gejala glaucoma dan pasien yang

mempunyai tekanan tinggi mungkin tidak menunjukkan efek klinis.

b) Pemeriksaan slit lamp memperlihatkan efek glaucoma pada stuktur mata anterior,

meliputi kornea, iris dan lensa.

c) Gonioskopi menentukan sudut ruang anterior mata, yang memungkinkan pemeriksa

untuk membedakan glaucoma sudut terbuka dengan glaucoma sudut tertutup. Sudut

mata normal pada glaucoma sudut terbuka sedangkan pada glaucoma sudut tertutup

tampak tidak normal. Akan tetapi, pada pasien lansia penutupan sebagian dapat terjadi

yang memungkinkan dua bentuk glaucoma terjadi bersamaan.

d) Oftalmoskopi mempermudah visualisasi fundus. Pada glaucoma sudut

terbuka,pelengkungan discus optikus dapat terlihat lebih awal dibandingkan pada

glaucoma sudut tertutup

e) Perimetrik atau pemeriksaan lapang pandang menentukan keluasaan kehilangan

penglihatan perifer, yang membantu mengevaluasi pemburukan pada glaucoma sudut

terbuka.

f) Fotografi fundus memantau dan mencatat perubahan pada discus optikus.

Penanganan

1.Glaukoma sudut terbuka

Untuk glaukoma sudut terbuka, terapi obat-obatan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan

karena penurunan produksi humor aqueosa. Obat-obatan tersebut meliputi penyekat beta,

seperti timolol (digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita asma dan menderita

bradikardia) serta betaksolol; epineprin untuk mendilatasi pupil (dikontraindikasikan pada

Page 10: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

glaucoma sudut tertutup); dan obat tetes mata miotik, seperti pilokarpin, untuk meningkatkan

aliran balik humor aqueosa.

Pasien yang tidak berespons terhadap terapi obat-obatan dapat memanfaatkan

trabekuloplasti laser argon; yaitu ahli oftalmologi memfokuskan sinar laser argon pada

jalinan trabekular pada sudut terbuka. Prosedur ini menghasilkan pembakaran termal yang

mengubah permukaan meshwork tersebut dan mudah aliran balik humor aqueosa.

Untuk melakukan trabekulektomi, ahli bedah mendiseksi lipatan sclera untuk

membuka jalinan trabekular. Ahli bedah menghilangkan blok jaringan kecil dan melakukan

iridektomi perifer, yang menciptakan lubang untuk aliran balik humor aqueosa dibawah

konjungtiva dan menghasilkan filtering bleb. Pada pascaoperatif, injeksi

subkonjungtivafluororasil dapat diberikan untuk mempertahankan tekanan fistula. Iridektomi

mengurangi tekanan dengan cara mengeksisi sebagian iris untuk mengembalikan aliran balik

humor aqueosa. Beberapa hari kemudian, ahli bedah melakukan iridektomi profilaktik pada

mata lainnya (yang normal) untuk mencegah episode glaukoma akut pada mata tersebut.

2.Glukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut) adalah kedaruratan yang membutuhkan

terapi segera untuk mengurangi tekanan intraokuler yang tinggi. Terapi obat-obatan

praoperatif awal menurunkan tekanan intraokuler dengan asetazolamid, pilokarpin (yang

mengontriksikan pupil, mendorong iris jauh dari trabekula dan memungkinkan cairan

terbebas) dan manitol lewat I.V. atau gliserin aoal (yang mendorong cairan dari mata dengan

menjadikan hipertonik). Jika pengobatan ini gagal untuk menurunkan tekanan, iridotomi laser

atau iridektomiperifer dengan pembedahan harus dilakukan dengan cepat untuk

menyelamatkan penglihatan pasien.

Analgetik narkotik dapat digunakan jika pasien mengalami nyeri berat. Setelah

iridektomi perifer, tetes mata sikloplegik dapat diberikan untuk merilekskan otot-otot siliaris

dan mengurangi inflamasi, sehingga mencegah perlekatan.

5.3 Asuhan keperawatan

5.3.1.Pengkajian

Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi hal-hal berikut ini:

1. Ukuran pupil mengecil

Page 11: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

2. Pemakaian kacamata

3. Penglihatan ganda

4. Sakit pada mata seperti glaukoma dan katarak

5. Mata kemerahan

6. Mengeluh ketidaknyamanan terhadap cahaya terang (menyilaukan)

7. Kesulitan memasukkan benang ke lubang jarum

8. Permintaan untuk membacakan kalimat

9. Kesulitan atau ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan

sehari-hari (mandi, berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAK/BAB serta berpindah)

10. Visus

5.3.2. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang biasanya terdapat pada lansia dengan masalah penglihatan adalah

sebagai berikut:

1. Gangguan persepsi sensori:penglihatan

2. Risiko cedera: jatuh

3. Gangguan mobilitas fisik

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

5. Kurang pengetahuan

6. Kecemasan

5.3.3. intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan pada lansia dengan masalah penglihatan adalah sebagai berikut:

1. Kaji penyebab adanya gangguan penglihatan pada klien

2. Pastikan objek yang dilihat dalam linkup lapang pandang klien

Page 12: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

3. Beri waktu lebih lama untuk memfokuskan sesuatu

4. Bersihkan mata apabila ada kotoran gunakan kapas basah dan bersih

5. Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata dan

penatalaksanaan katarak

6. Berikan penerangan yang cukup

7. Hindari cahaya yang menyilaukan

8. Tulisan dicetak tebal dan besar untuk menandai atau pemberian informasi tertulis

9. Periksa kesehatan mata secara berkala

Diagnosa Keperawatan Utama dan Kriteria Hasil (Glaukoma)

Diagnosa 1:

Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan peningkatan tekanan

intraokuler

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mencari bantuan medis ketika perubahan penglihatan

terjadi dan akan memperoleh kembali penglihatan normal serta mempertahankan penglihatan

normalnya dengan terapi.

Diagnosa 2:

Risiko cidera yang berhubungan dengan gangguan penglihatan

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan melakukan tindakan kewaspadaan untuk mencegah

cedera karena kerusakan penglihatan.

Diagnosa 3:

Page 13: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

Takut yang berhubungan dengan kemungkinan kebutaan

Kriteria hasil tindakan : Pasien akan mengidentifikasi sumber-sumber rasa takut, mencari

informasi mengenai glaucoma dari sumber-sumber yang tepat untuk mengurangi rasa takut,

dan mengungkapkan pemahaman bahwa kepatuhan terhadap regimen terapi yang diresepkan

dapat mencegah kehilangan lebih lanjut.

Intervensi keperawatan

1. Bagi pasien yang menderita glaukoma sudut tertutup, berikan obat-obatan sesuai

resep, dan siapkan ia secara fisik dan psikologis untuk menjalani iridektomi laser

atau pembedahan.

2. Ingat untuk memberikan obat tetes mata sikloplegik hanya pada mata yang sakit.

Pada mata yang tidak sakit, obat tetes mata ini dapat mencetuskan serangan

glaukoma sudut tertutup dan dapat mengganggu penglihatan pasien yang masih

tersisa.

3. Setelah trabekulektomi, berikan obat-obatan sesuai program untuk mendilatasi

pupil. Selain itu, oleskan kortikosteroid topical sesuai program untuk

mengistirahatkan pupil.

4. Setelah pembedahan, lindungi mata dengan memasangpenutup mata dan pelindung

mata, menempatkan pasien pada posisi telungkup atau miring ke bagian yang tidak

sakitdan melakukan tindakan keamanan umum.

5. Pantau kemampuan pasien untuk melihat dengan jelas. Tanyakan pada pasien secar

teratur mengenai terjadinya perubahan penglihatan.

6. Pantau tekanan intraokuler secara teratur

7. Pantau kepatuhan pasien terhadap terapi dan perawatan tindak lanjut sepanjang

hidup.

Penyuluhan pasien

1. Tekankan pentingnya kepatuhan yang sangat cermat terhadap terapi obat-obatan

yang diresepkan untuk mempertahankan tekanan intraokuler rendah dan mencegah

perubahan pada diskus optikus yang menyebabkan kahilangan penglihatan.

Page 14: askep pada lansia dgn gangguan sistem penglihatan

2. Jelaskan semua prosedur dan terapi, khususnya pembedahan, untuk membantu

mengurangi kecemasan pasien.

3. Informasikan pada pasien bahwa kehilangan penglihatan tidak dapat diperbaiki

namun terapi tersebut biasanya dapat mencegah kehilangan penglihatan lebih

lanjut.

4. Ajarkan pada pasien mengenai tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian

medis segera, seperti perubahan penglihatan yang tiba-tiba atau nyeri pada mata.

5. Beri tahu pada anggota keluarga cara memodifikasi lingkungan agar aman bagi

pasien. Sebagai contoh, anjurkan untuk mempertahankan lorong dirumah dengan

pencahayaan yang terang dan orientasikan kembali pasien terhadap susunan ruang

jika perlu.

6. Diskusikan pentingnya skrining glukoma untuk deteksi dan pencegahan dini.

Tekankan pada pasien semua orang di atas 35 tahun harus melakukan pemeriksaan

tonometri setiap hari.

Daftar pustaka

Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:salemba

medika

Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan

keperawatan.Jakarta:salemba medika