Askep Morbili

18

Click here to load reader

description

Keperawatan Anak 1

Transcript of Askep Morbili

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian MorbiliMorbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik. (Ilmu Kesehatan Anak edisi 2 th 1991.FKUI).Morbili adalah penyakit anak yang menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam,scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi. (Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351).B. EtiologiVirus morbili temasuk golongan paramyxovirus, penyebabnya ialah vius morbili yang penularan secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam dan sedikit virus sudah dapat menumbulkan infeksi. Virus morbii tidak memiliki daya tahan tinggi dan berada disekret nasofaring dan didalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif dalam 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawet beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35C, dan beberapa hari pada suhu 0C, virus tidak aktif pada pH rendah. (Sumarmo,2002).Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.

Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351).

C. Patofisiologi

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179).Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, usus. Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.

Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.

Droplet Infection (virus masuk)Virus memasuki aliran darahSampai dan mempengaruhi termostat dalam hipotalamusTitik setel termostat meningkatSuhu tubuh meningkatHipertermia (masalah kep: gangguan rasa nyaman: hipertermi yang dirasakan)pengaruhi nervus vagus pusatmasuk ke pusat muntah di medula oblongata.- anorexia- malaise

Koplik`s spotPloriferasi sel-sel endotel kalpiler di dalam koriumTerjadi eksudasi serum dan kadang-kadangeritrsit dalam epidermis Rash/ ruam kulitDi konjunctiva terjadi reaksi peradangan umum Konjuctivitis

Sal. CernaHiperplasi jaringan limfoid terutama padausus buntu mukosa usus teriritasikecepatan sekresi bertambahpergerakan usus meningkat diareD. Manesfestasi Klinik

Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium yaitu:1. Stadium Kataral ( Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:a. Panasb. Malaisec. Batukd. Fotofobiae. Konjungtivitisf. KorizaMenjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium ErupsiGejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:a. Koriza dan Batuk bertambahb. Kadang terlehat bercak koplikc. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badand. Terdapat pembesaran kelenjar getah beninge. Splenomegalif. Diare dan muntahVariasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium konvalesensi1. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri.2. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. 3. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis morbili.1. Darah Tepi : Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.2. PemeriksaanSerologi : Untuk mendeteksiantibodi IgMsebagai tanda adanya infeksi morbili akut. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.

F. Komplikasi Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat inveksi virus Morbili yaitu; a. Pneumonia / bronkopneumoniBronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun (misal tuberkulosis), leukimia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukkan adanya gangguan pernafasan disertai panas yang menetap.b. EncefalitisKomplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitisbiasanyatimbulpadastadiumerupsidandalam8harisetelahonsetpenyakit.Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadiumprodromal. Tanda dariencephalitisyang dapat munculadalah :kejang, letargi,koma,nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching, dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.c. Otitis media akutOtitis media merupakan salah satu komplikasi paling sering. Biasa terjadi akibat invasi virus ke dalam telinga tengah (tuba eustachii). Bila disertai infeksi sekunder, dapat terjadi otitis media purulenta.d. MastoiditisMastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media. Dengan pemberian antibiotik, komplikasi dapat dicegah.e. SSPE (Subakut Sklerosing Panensefalitis)Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan penyulitcampakonsetlambatyangrata-ratabarumuncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10xlebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi (IDAI, 2004).

G. Pencegahan1. Imunisasi AktifHal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersebut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.

2. Imunusasi PasifImunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.

H. PenatalaksanaanPengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsiapabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia>1 tahun. VitaminA diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campakjuga berguna untukmeningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total (Cherry, 2004).Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oralsulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul (IDAI, 2004). Sesungguhnya tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi campak. Dengan istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak dapat sembuh cepat tanpa menumbulkan komplikasi yang berbahaya pada kasus yang ringan.Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:1. Isolasi untuk mencegah penularan2. Tirah baring dalam ruangan yang temaran (agar tidak menyilaukan)3. Jaga agar penderita tetap merasa hangat dan nyaman4. Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna5. Asupan cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi6. Kompres air hangat bila suhu badan tinggi

I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajiana. Identitas dirib. Pemeriksaan Fisik :1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia.2) Kepala : sakit kepala.3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi).4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasapahit.5) Kulit : Permukaan kulit (kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,sputum.7) Tumbang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.9) Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan.c. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus. c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak badan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal. d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit

3. Intervensi/Implementasia. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Kriteria Hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat. Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat. Intervensi Keperawatan:1) Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es). Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan.2) Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum). Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.3) Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering. Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.4) Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik. Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.

b. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus. Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal. Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.Intervensi keperawatan :1) Memberikan kompres dingin / hangat. Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada pasien.

2) Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.3) Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi. Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.

c. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-kadang muntah dan gatal. Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi. Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.Intervensi keperawatan:1) Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter. Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.2) Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan membuat tidak nyaman.Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan menambah rasa tidak nyaman.3) Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering dibedaki. Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien.4) Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan bethadine. Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman.

d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh. Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda mudah terserang panyakit. Intervensi keperawatan:1) Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepalanya. Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan sirkulasi udara dalam paru.2) Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum. Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.3) Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau membawanya keluar selama masih demam. Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah suhu tubuh.

e. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit. Kriteria Hasil: Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit. Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat. Intervensi keperawatan:1) Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi anak, terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi. Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.2) Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang pencegahan penyakit anaknya.

5