Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

83
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Berdasarkan data tercatat sejak Januari hingga Desember 2011 di ruangan Burn Unit RSUD Dr Soetomo, telah terjadi 183 kasus kebakaran. Bulan Etiologi luka bakar Jumlah kejadian Air Listrik Kimia Api Januari 1 7 1 3 12 orang Februari 3 2 1 2 8 orang Maret 8 9 0 4 18 orang April 3 4 0 5 12 orang Mei 5 7 0 8 20 orang Juni 3 8 0 9 20 orang Juli 7 1 0 8 16 orang Agustus 4 1 0 13 18 orang September 3 0 0 16 19 orang Oktober 2 1 0 11 14 orang 5

Transcript of Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Page 1: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks

yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada

jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini

mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan

yang mengancam kehidupan.

Berdasarkan data tercatat sejak Januari hingga Desember 2011 di ruangan

Burn Unit RSUD Dr Soetomo, telah terjadi 183 kasus kebakaran.

BulanEtiologi luka bakar

Jumlah kejadianAir Listrik Kimia Api

Januari 1 7 1 3 12 orangFebruari 3 2 1 2 8 orangMaret 8 9 0 4 18 orangApril 3 4 0 5 12 orangMei 5 7 0 8 20 orangJuni 3 8 0 9 20 orangJuli 7 1 0 8 16 orang

Agustus 4 1 0 13 18 orangSeptember 3 0 0 16 19 orangOktober 2 1 0 11 14 orang

November 5 1 0 5 11 orangDesember 3 3 0 9 15 orang

Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald

burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari

pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau

5

Page 2: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia

memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena

sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang

mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih

besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka

bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan

fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang

berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Komplikasi yang

paling sering ditemukan pada klien luka bakar adalah syok,

kekurangan cairan dan elektrolit, hypermetabolisme, infeksi,

masalah pernapasan akut dan juga kematian. Pada luka bakar

yang luas dapat juga terjadi kecacatan dan depresi (Suriadi dan

Rita, 2006). Penulis mengambil kasus luka bakar, karena luka

bakar merupakan kasus yang bisa menyebabkan kematian bila

tidak segera tertangani dengan benar dan juga dapat

menyebabkan kecacatan fisik.

Untuk itu pengetahuan umum para tenaga medis tentang

anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan

untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan

berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya

komplikasi multi organ yang menyertai.

1.2 Rumusan Masalah

6

Page 3: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

a. Apa definisi luka bakar?

b. Bagaimana etiologi luka bakar?

c. Bagaimana patofisiologi luka bakar?

d. Bagaimana fase yang terjadi pada luka bakar?

e. Bagaiman pembagian zona pada luka bakar?

f. Apa saja klasifikasi dari luka bakar?

g. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan luka bakar?

h. Bagaimana komplikasi klien dengan luka bakar?

i. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan luka bakar?

j. Apa definisi asuhan keperawatan lanjut burn center?

k. Bagaimana model-model asuhan keperawatan lanjut pada burn center?

l. Bagaimana inovasi model pengkajian dan intervensi keperawatan?

1.3 Tujuan

Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan askep klien

dengan luka bakar, konsep model asuhan keperawatan lanjut burn center

serta pendekatan inovasi model pengkajian, dan intervensi keperawatannya.

Tujuan khusus

a. Mengetahui dan memahami definisi luka bakar

b. Mengetahui dan memahami etiologi luka bakar

c. Mengetahui dan memahami patofisiologi luka bakar

d. Mengetahui dan memahami fase yang terjadi pada luka bakar

7

Page 4: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

e. Mengetahui dan memahami pembagian zona luka bakar

f. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari luka bakar

g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan

luka bakar

h. Mengetahui dan memahami komplikasi klien dengan luka

bakar

i. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien

dengan luka bakar

j. Mengidentifikasi definisi asuhan keperawatan lanjut burn center

k. Mengidentifikasi model-model asuhan keperawatan lanjut pada burn center

l. Menganalisis inovasi model pengkajian dan intervensi keperawatan

1.4 Manfaat

a. Mendapatkan pengetahuan tentang luka bakar.

b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan luka bakar

c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan

luka bakar

d. Mampu memahami tentang model asuhan keperawatan lanjut burn center dan

pendekatan inovasi model pengkajian, dan intervensi keperawatan serta

mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien tersebut dengan

pendekatan Student Center Learning.

8

Page 5: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan  agent

thermal, listrik, atau radioaktif (Wong.2004).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang

disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, api, air panas,

bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat. 2001).

9

Page 6: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan

oleh panas (Thermal), Kimia, Elektrik, dan Radiasi (Suriyadi.

1987).

2.2. Etiologi

Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin

ataupun zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman

luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas

pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).

1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)

Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas

(scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran apai di tubuh

(flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-

objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.)

(Schwarts et al, 1999).

2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)

Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat

atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri,

militer, ataupun bahan pembersih yang sering

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et

al, 1999).

3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)

10

Page 7: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena

arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang

bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah;

dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh

darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan

gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada

jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus

maupun ground (Moenadjat, 2001).

4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)Luka bakar radiasi

disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.

Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan

radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia

kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari

yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar

radiasi (Gillespie, 2009).

5. Forstbite

Frosbite (Pembekuan jaringan) karena terbentuknya kristal intraseluler

dan

oklusi mikrovaskuler yang menyebabkan anoksia jaringan, setelah

dilakukan pemanasan tubuh dan terjadi reperfusi akan ada kerusakan

jaringan.

11

Page 8: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

2.3. Anatomi kulit dan fungsinya

Sistem integument atau yang lebih dikenal dengan kulit merupakan organ

terbesar dan terluas dari tubuh manusia, menyumbang 16% dari total berat

tubuh manusia, dengan luas area sekitar 1,8 m2. Kulit sendiri mempunyai

beberapa fungsi, yang paling penting adalah menjadi pelindung terluar dari

kontak fisik, menjadi pengatur dari sistem hidrasi tubuh, membantu

menyebarkan elektrolit dan berbagai macam kandungan lainnya ketika

melakukan perlindungan terhadap mikroorganisme, radiasi sinar ultraviolet,

penyebab racun dan luka mekanik. Terdapat tiga lapisan dari kulit yaitu,

epidermis, dermis, dan subkutan. Rambut, kuku, kelenjar sebasea, keringat,

kelenjar apokrine merupakan bagian dari kulit. Tebalnya kulit bervariasi mulai

0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis

terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan

atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,

punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis

yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel

12

Page 9: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm

adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat

2.3.1.

Anatomi Kulit

1) Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri

dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,

Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai

tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan

epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi

regenerasi setiap 4-6 minggu.

13

Page 10: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas

sampai yang terdalam):

(1) Stratum Korneum

Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

(2) Stratum Lusidum

Brupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak

kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

(3) Stratum Granulosum

Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah

dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan

granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.

Terdapat sel Langerhans.

(4) Stratum Spinosum

Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,

dianggap filament-filamen tersebut memegang peranan penting

untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek

abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan

tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak

tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai

lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

(5) Stratum Basale (Stratum Germinativum)

Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab

dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis

14

Page 11: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini

tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel

yang mengandung melanosit

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D

dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan

pengenalan alergen (sel Langerhans)

2) Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap

sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis

dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,

yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :

(1) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

(2) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan

menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari

fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam

jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi

kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.

15

Page 12: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga

mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya

derivat epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,

menahan shearing forces dan respon inflamasi.

3) Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari

lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan

kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya

berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.

Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,

cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

16

Page 13: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

2.3.2. Vaskularisasi kulit

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara

lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan

jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi

papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu

cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat

nutrient dari dermis melalui membran epidermis

2.3.3. Fisiologi kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh

diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi

lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh

(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit

adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik,

ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi

telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon

rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir,

puting dan ujung jari.

Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.

Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer

mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari

kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan

dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperaturvmeningkat

terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi

17

Page 14: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal

kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur

yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian

akan mempertahankan panas

2.4. Patofisiologis

Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak

aktif secara metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi

penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu

akibat suatu cedera luka bakar. Suatu luka bakar akan

mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini.

1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman

2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang

kondisi lingkungan

3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan

air

Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar

akibat panas. Jaringan lunak akan mengalami cedera bila

terkena sugu di atas 115oF (46oC). Luasnya kerusakan

bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai

contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang

dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari

shower dengan suhu 68,9oC dapat menimbulkan luka bakar

18

Page 15: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

yang merusak epidemis dan dermis sehingga terjadi cedera

derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari

cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat

vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen relatif

yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini

menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma

meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.

Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan

hipermetabolik dimanifestasikan dengan adanya demam,

peningkatan laju metabolism, peningkatan ventilasi,

peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis,

serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka.

Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut

sampai penutupan luka selesai.

Berikut adalah patofisiologis yang terjadi pada sistem

tubuh :

a. Sistem integumen

Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera

setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka

bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon

tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami

19

Page 16: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya

25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface

area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri

dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.

b. Sistem kardiovaskuler

Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi

vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes,

dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.

Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya

permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep)

kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung

mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas

kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel

menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel.

Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan

osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular

dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut

menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka

bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik

pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak

mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume

darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai

20

Page 17: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya

hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output.

Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan

hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.

Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui

luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan

pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan

suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.

Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada

perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali

dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan

ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat

terjadi.

Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas

kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal

sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput

kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi

kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka

bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum

kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal.

Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian

menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka

21

Page 18: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan

yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi

cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu

berikutnya.

c. Sistem Renal dan Gastrointestinal

Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke

ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang

menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga

berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal

dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar

yang lebih dari 25 %.

d. Sistem Imun

Fungsi sistem imun mengalami depresi. Depresi pada

aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi

immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan

perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage

dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang

luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko

terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan

hidup klien.

e. Sistem Respiratori

22

Page 19: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan

penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.

1) Smoke Inhalation.

Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner

yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan

api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 %

untuk injuri yang diakibatkan oleh api.

Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi

meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan

pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx,

rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan,

tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor,

wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam

sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat

mengkonfirmasikan diagnosis.

Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri

inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas

yang dihirup.

2) Keracunan Carbon Monoxide.

CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu

substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak

berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat

23

Page 20: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan

terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO

secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga

membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan

dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada

kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar

COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum

darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sebagai

berikut.

Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)

Kadar CO (%) Manifestasi Klinik5 – 1011 – 2021 – 3031 – 4041 – 50> 50

Gangguan tajam penglihatanNyeri kepala

Mual, gangguan ketangkasanMuntah, dizines, sincopeTachypnea, tachicardia

Coma, mati

2.5. Fase Luka Bakar

a. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal

penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan

nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation

(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi

segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih

24

Page 21: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera

inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi

adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak

sistemik.

b. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi

adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak

dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:

1) Proses inflamasi dan infeksi.

2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada

luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau

pada struktur atau organ–organ fungsional.

3) Keadaan hipermetabolisme.

c. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi

parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ

fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah

penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan

pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

2.6. Zona Luka Bakar

25

Page 22: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

a. Zona Koagulasi

Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan

sumber panas dan terjadi kematian selular

b. Zona Stasis

Zona ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah,

trombosit, leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi, diikuti

perubahan permabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.

Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan

mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan

c. Zona Hiperemia

Daerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa

banyak melibatkan reaksi seluler.

(Moenadjat, 2001)

2.7 Klasifikasi

26

Page 23: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

a. Derajat luka bakar

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan

(tingkat I)Ketebalan partial superficial, mengenai epidermis

Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).

1. Kering tidak ada gelembung.

2. Oedem minimal atau tidak ada.

3. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.

4. Sembuh 5-10 hari

Eritema Nyeri

(tingkat II A)Mengenai epidermis dan lapisan atas dermis, komponen epitel dan folikel rambut, kelenjar keringat dan syaraf sensori

Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.

1. Terdapat kerusakan kapiler2. Penyembuhan 7 – 14 hari3. Terjadinya jaringan parut

minimal

Kemerahan Sangat nyeri

(tingkat II B)Mengenai epidermis dan seluruh lapisan dermis

Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.

1. Penyembuhan 4 -5 minggu(penyembuhan menimbulkan keloid, kontraktur dan kecacatan)

2. Jika terdapat edema parah, bisa menyebabkan luka kompartment sindrom

Putih pucat Nyeri bila ditekan atau diteusuk dengan jarum

(tingkat III)Mengenai seluruh lapisan kulit bahkan meliputi jaringan dibawah subcutan, otot dan tulang

Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik.

1. Kering disertai kulit mengelupas.

2. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.

3. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.

4. Tidak pucat bila ditekan.5. Penyembuhan dengan flap

atau amputasi

Putih, kering, hitam, coklat tua, abu-abu coklat kehitaman.Hitam.Merah.

Tidak sakit, sedikit sakit.Rambut mudah lepas bila dicabut.

27

Page 24: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Gambar 1. Luka bakar berdasar derajat kedalaman

b. Luas luka bakar

1) Metode The Rule of Nines

28

Page 25: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9

yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of

wallace yaitu:

a) Kepala dan leher : 9%

b) Lengan masing-masing 9% : 18%

c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

d) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

e) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

29

Page 26: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang

umumnya mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan

kepala dengan luas ekstrimitas bawah dibandingkan pada orang

dewasa.  Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir (10

persen lebih besar daripada orang dewasa).  Hal ini terjadi akibat

pengurangan pada luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar

13 persen.  Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10

tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama ditambah

30

Page 27: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

pada setiap ekstrimitas bawah.  Setelah usia 10 tahun, digunakan

persentase orang dewasa. 

2) Metode The Lund and Browder

Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang

akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Prosentase luas luka bakar

pada berbagai bagian anatomi, khususnya kepala dan tungkai akan

berubah menurut pertumbuhan.

3) Metode telapak tangan (Palm Method)

31

Page 28: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar

dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 %

dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.

4) Metode The Rule of Fives

Khusus untuk bayi : - kepala bayi 4 x 5%

ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%

badan anterior + posterior : 2 x 4 x 5%

ekstremitas inferior D+S : 2 x 2 x 5%

Khusus untuk anak : - kepala 3 x 5%

ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%

badan anterior + posterior : 2 x 3 x 5%

ekstremitas inferior D+S : 2 x 3 x 5%

c. Berat ringannya luka bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan

beberapa faktor antara lain :

1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan

tubuh.

32

Page 29: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

2) Kedalaman luka bakar.

3) Anatomi lokasi luka bakar.

4) Umur klien.

5) Riwayat pengobatan yang lalu.

6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American college of surgeon membagi dalam:

1) Parah–critical:

a) Tingkat II : >25% - 30% pada orang dewasa; 15% - 20%

pada anak

b) Tingkat III : 10% atau lebih, terjadi karena

listrik

c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah dan

genitalia

d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung,

fractur, soft tissue yang luas, DM dan

hipertensi

2) Sedang–moderate:

a) Tingkat II : 15 – 25% pada dewasa; <10% - 15% pada

anak

b) Tingkat III : 1 – 10%

3) Ringan–minor:

a) Tingkat II : kurang 15% untuk dewasa, <10% untuk anak

b) Tingkat III : kurang 1%

33

Page 30: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

2.8 Penatalaksanaan Perawatan di Tempat Kejadian

a. Penanganan di tempat kejadian

Penanganan luka bakar dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu ;

1. Luka bakar disebabkan karena api

Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati. Apabila penderita

masih dalam keadaan terbakar, maka dapat ditempuh dengan cara:

a) Menyiram dengan air dalam jumlah banyak, apabila api disebabkan

karena bensin atau minyak, jika menyiram dengan air dalam jumlah

sedikit, hanya akan memperbesar api.

b) Menggulingkan penderita, bila memiliki karung basah, segera

gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.

2. Luka bakar karena bahan kimia

Apabila menemukan penderita masih dalam keadaan terkena zat kimia :

a) Selalu proteksi diri (Nilai keamanan tempat kejadian dan

keselamatan diri penolong.

b) Apabila zat kimia bersifat cair, langsung semprot dengan air

mengalir. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena terus menerus

selama 20 menit atau lebih. Lebih baik agak lama dengan usaha

membersihkan zat kimia daripada langsung membawa ke RS

3. Luka bakar karena air panas

a) Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian,

langsung siram secara perlahan-lahan dengan air putih dingin

sekitar 10 menit.

34

Page 31: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

b) Bila yang tersiram adalah bagian tubuh yang tertutup pakaian,

siram langsung bagian tersebut. Setelah itu, baru buka pakaian

dengan hati-hati. Bila ini sulit dilakukan, gunting saja pakaian

atau celana yang dipakainya, lalu siram lagi bagian yang terluka

itu dengan air dingin.

c) Kompreslah dengan kain bersih yang diberi air dingin sampai rasa

sakitnya berkurang. Anda boleh memberinya parasetamol atau

asetaminofen untuk mengurangi rasa sakit balita Anda

d) Tutup/balut bagian tubuh yang terluka dengan kain kassa steril

untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya,

oleskan salep khusus untuk luka bakar atau salep antibiotik. jangan

memecahkan gelembung dan Jangan balut luka terlalu kencang, dan

balutan harus melebihi bagian yang luka.

4. Luka bakar karena listrik

Luka listrik cukup sering ditemukan, yang harus diperhatikan adalah :

a) Yang menyebabkan kematian adalah kuat arus (ampere) bukan

voltase.

b) Apabila datang dan penderita masih dalam keadaan terkena arus

listrik:

1) Matikan listrik dan sumbernya.

2) Apabila tidak mungkin, maka coba lepaskan penderita dengan

perantaraan kayu kering (bahan non konduksi listrik). Apabila

35

Page 32: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

listril sudah mati. Tetapi kita ingin menyakinkan, maka selalu

meraba dengan punggung tangan, jangan dengan telapak tangan.

b. Penanganan Luka Bakar di IRD

Urut-Urutan Tindakan Luka Bakar Berat di IRD

1) Lepas seluruh pakaian dan perhiasan (hati-hati hipotermia), letakkan di

tempat bersih

2) Evaluasi ABC dan resusitasi (primary survey)

a) Bila waktu masuk terdapat obstruksi jalan napas yang jelas (tandaobjektif),

segera lakukan intubasi endotrakeal

b) Berikan O2 tekanan tinggi terutama penderita dengan trauma inhalasi

c) Pada penderita dengan diagnosa trauma inhalasi tetapi belum ada

tandaobstruksi jalan napas, intubasi endotrakeal harus dilakukan

sebelum pemeriksaan penunjang lain yang membutuhkan waktu yang lama.

d) Pasang infus dengan abbocath ukuran besar, berikan Ringer Lactate

(Baxter Resuscitation)

e) Segera berikan analgetika intra vena (Morfin 2,5 mg – 5 mg

(0,05mg/kgBB) diencerkan dalam saline 10 cc secara perlahan.

f) Pasang kateter untuk monitor produksi urine.

g) Pada luka bakar berat pasang CVP

3) Evaluasi lebih lanjut mengenai luas luka bakar dengan cermat, kedalaman

luka bakar dan ada tidaknya trauma penyerta lain.

36

Page 33: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

4) Mengisi lembar observasi dan rekam medik luka bakar. Tindakan nomor 1 – 4

dilakukan oleh PPDS Jaga I.

5) Panggil dan laporkan ke DLB (dalam waktu 15 menit harus sudah datang)

6) Terapi suportif lain (protektif lambung, antibiotika, dll) sesuai indikasi.

c. Penanganan luka bakar di rawat inap

1) Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan

sirkulasi, yaitu :

a) Periksa jalan nafas.

b) Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila

perlu tracheostomi atau intubasi.

c) Berikan oksigen 100%.

d) Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk

mengatasi syok.

e) Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis.

f) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus

paralitik.

g) Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan

sirkulasi darah.

2) Resusitasi cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,

Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena

37

Page 34: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena

luka bakar.

Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi

cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh

tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah

karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan

disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan

cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi

maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip

dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler

dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.

Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 24 jam

setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai

1.5mL/kgBB/jam.

Formula untuk resusitasi cairang menggunakan rumus Baxter yaitu : %

x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,

sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan

elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan

setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan

luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc =

4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua

38

Page 35: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Baxter Dewasa = 4cc x luas LB x BBAnak = 2cc x luas LB x BB + kebutuhan faali

Kebutuhan faal : 0-1 tahun 100 cc/kg/BB 1-3 tahun 75 cc/ kg/BB 3-5 tahun 50 cc/kg/BBRumus 17:3RL : Dextran

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25

kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan

cairan:

Pemantauan urin output tiap jam

Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral

Kecukupan sirkulasi perifer

Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi

Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

Indikasi Rawat Inap

a) Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar >

10% pada anak atau > 15% pada orang dewasa.

b) Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara

hangat.

c) Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat,

seperti pada wajah, mata, tangan, kaki atau perineum.

d) Luka bakar karena listrik

e) Luka bakar derajat III > 2%

39

Page 36: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

3) Perawatan Luka

Dikenal dua cara merawat luka :

a. Perawatan terbuka (exposure method)

Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah.

Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan

kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila

digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur

menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang

enak karena melihat luka yang tampak kotor.

Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan

pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka harus diamati

beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka

bakar yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan

eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan pembersihan

luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering.

Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang

luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap

dilakukan eksisi eskar atau debridement.

b. Perawatan tertutup (occlusive dressing method)

Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan

balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari

kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka

40

Page 37: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Hanya

diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya

banyak pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari

kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat

mungkin luka ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi

dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti

beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar

yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga

dilakukan debridement. Tetapi untuk luka bakar luas

debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan

melakukan eksisi eskar.

No. Perawatan luka bakar terbuka (exposure method)

Perawatan luka bakar tertutup(occlusive dressing method)

1. Keuntungan :a. mudah dan murahb. permukaan luka yang selalu terbuka

menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang

c. baik untuk luka bakar yang dangkal.

Keuntungan :a. luka tampak rapi b. luka menggunakan balutan sehingga

terlindung dan enak bagi penderitac. dapat menutup luka kemungkinan dari

kontaminasi

2. Kerugian :a. bila menggunakan obat tertentu

misalnya nitras argenti alas tidur menjadi kotor

b. memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif

Kerugian :a. memerlukan tenaga dan biaya yang lebih

banyakb. balutan kompres bisa diganti beberapa

kali sehari

4) Tindakan Bedah

Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar

yang dapat melewati fase aktif adalah eksisi dan penutupan

41

Page 38: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan

kematian oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme

yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial.

Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia

atau lebih dalam.

Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini

adalah :

a. Keadaan umum cepat membaik.

b. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri

dihilangkan.

c. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan

skin graft.

d. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.

e. Sensitivitas lebih baik.

Pencangkokan kulit digunakan dalam mengobati luka bakar ketebalan parsial dan

ketebalan penuh. Operasi pengangkatan Dini (eksisi atau debridemen) dari kulit yang

terbakar diikuti oleh pencangkokan kulit dapat meningkatkan fungsi dan penampilan

area yang terbakar, terutama saat wajah, tangan, atau kaki yang terlibat. Namun, jika

hidup pasien dalam bahaya pencangkokan kulit biasanya ditunda.

Cangkokan kulit paling baik menggunakan kulit pasien itu sendiri. Cangkokan

(autografts) idealnya diambil dari lokasi yang tidak biasa terlihat, seperti bokong atau

42

Page 39: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

paha atas, karena kulit donor tidak akan normal penampilannya setelah mereka

sembuh. Namun, ukuran cangkok yang dibutuhkan dan lokasi luka bakar juga akan

menentukan darimana cangkok diambil dari.

Alat yang disebut dermatom listrik diatur ke kedalaman kulit tertentu dan mengiris

dari lapisan kulit yang sehat untuk graft ke kulit yang terbakar. Ketebalan cangkok

kulit tergantung pada daerah yang memerlukan graft. Kulit donor untuk cangkok

tidak perlu pembedahan tertutup dan biasanya akan membentuk lapisan atas kulit

baru dalam 10 sampai 14 hari.

5) Terapi Suportif

Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat

nitrogen balans negatif. Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4

selama 7 – 10 hari dengan formula :

a. Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari

Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari

b. Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB

Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB

Kalorinya terdiri dari : 20% protein

50 – 60% KH

30 – 30% lemak

vitamin C 1.500 mg; B1 50 mg

43

Page 40: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis

disesuaikan)

2.9 Pemeriksaan diagnostik

a. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan

hemokonsentrasi sehubungan dengan

perpindahan/kehilangan cairan.

b. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan

/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium

awalnya menurun pada kehilangan air.

c. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan

cairan interstitiil/ganguan pompa natrium.

d. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan

kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.

e. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi

f. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi

g. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia

pada luka bakar listrik.

h. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

i. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera

inhalasi.

j. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

44

Page 41: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

k. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein

pada edema cairan.

l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk

penyembuhan luka bakar selanjutnya.

2.10 Komplikasi

a. Distres pernafasan

b. Gagal ginjal

c. Kontraktor

d. Sepsis

e. Keloid

f. Kontraktur

g. Stres ulcer

2.11 Prognosis

Luka bakar kimia adalah yang paling ringan dan dapat

diobati tanpa menyebabkan masalah jangka

panjang. Beberapa luka bakar menyebabkan

komplikasi medis yang signifikan yaitu terbentuknya jaringan

parut. Beberapa luka bakar disebabkan karena  bahan

kimia yang tertelan dan terhirup. Ini luka bakar dapat

menyebabkan cacat permanen atau kematian. Sedangkan

45

Page 42: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

luka bakar pada mata dapat menyebabkan kebutaan.

(emedicinehealth, 2012)

Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5

tahun, dan pada dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun.

Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka

bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.

46

Page 43: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

BAB 3

ANALISA

3.1 Definisi Asuhan Keperawatan Lanjut

Keperawatan lanjut adalah disiplin profesional yang menerapkan banyak

bentuk pengetahuan dan ketrampilan berpikir kritis dalam setiap situasi klien

melalui penggunaan model keperawatan dalam proses keperawatan. Model

keperawatan yang ada sekarang ini beragam tingkat spesifikasinya. Meskipun

begitu, masing-masing model dapat digunakan dalam praktek keperawatan.

Model keperawatan terus akan dikembangkan dan diperbaiki sejalan

dengan perubahan praktek keperawatan. Model ini akan mengetengahkan

bagaimana perawat berupaya meningkatkan kesejahteraan klien dan bagaimana

keperawatan berespon terhadap kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat yang

terus berubah. Praktek keperawatan yang didasarkan proses keperawatan

memfasilitasi klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan mereka. (Paula J,

2009)

3.2 Perawat Lanjut Burn Center

Perawat lanjut Burn Center adalah anggota terampil disiplin yang sangat

khusus. Perawat dari semua tingkat keahlian dan pengalaman mengambil bagian

dalam bukti penting penelitian berbasis, peluang mengajar, dan layanan

dukungan masyarakat. Semua anggota staf diundang dan didorong untuk

berpartisipasi dalam program penjangkauan global untuk kesadaran dan

47

Page 44: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

keselamatan. Sebagai pemimpin dalam perawatan luka bakar, Burn Center

menyediakan perawat di semua tingkat pengalaman dengan kesempatan untuk

tumbuh dan unggul. (UNC Health Care System,2013)

Burn Center telah menyediakan untuk perawatan korban luka bakar mulai

dari luka terkecil, sampai luka bakar kritis yang mengancam hidup. Memiliki

komitmen Profesional adalah jantung dan jiwa dari tim multidisiplin perawat

burn center. Kekuatan pendorong di belakang model perawatan kolaboratif ini

adalah staf perawat yang berdedikasi dengan keberanian untuk peduli dan

kekuatan untuk menyembuhkan. (UNC Health Care System,2013)

3.3 Peran Advance Practice Nursing (APN) Burn Unit

Peran APN ini terbukti pada berbagai tingkatan, meliputi semua anggota

tim kesehatan, pasien dan keluarga, dan sistem. Sebagai literatur menunjukkan,

rumus Parkland, apabila didasarkan pada persentase yang akurat dari TBSA luka

bakar, dapat menjadi alat yang berharga untuk menghitung jumlah cairan yang

akan diberikan selama fase awal resusitasi luka bakar. Banyak kesalahan yang

terkait dengan resusitasi cairan dari perawatan di fasilitas burn center yang

kurang. Pembentukan Proaktif hubungan kolaboratif antara pusat dan burn center

terpencil dan personil pra-rumah sakit sangat penting untuk hasil pasien yang

optimal. Sebagai sumber daya ahli, pusat burn center APN dapat membantu

memfasilitasi pengembangan program pendidikan dan kompetensi bagi mereka

yang kurang akrab dengan luka bakar. Dengan memberikan pendidikan khusus

yang terkait dengan stabilisasi, membakar estimasi ukuran, dan resusitasi awal,

48

Page 45: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

awal over-atau underresuscitation dan komplikasi yang dihasilkan dapat

dihindari.

Karena waktu transportasi ke pusat luka bakar mungkin beberapa jam,

staf di pusat luka bakar harus segera menjadi terlibat dengan merawat pasien

dengan memberikan konsultasi telepon. Setelah menerima transfer, pusat burn

center APN dapat menetapkan persentase akurat TBSA luka bakar kepada pasien

berdasarkan baik deskripsi cedera atau real-time video di daerah di mana

telemedicine tersedia ( Duchesne et al, 2008. , Latifi, 2008 ). 

Seorang APN mampu menyampaikan penanganan luka bakar yang tepat

dan cepat mulai dari awal kwjadian terjadinya luka bakar, saat transportasi atau

pada saat perjalanan dan samapai di rumah sakit hingga pasien benar-benar

mendapat perawatan yang intensif. APN juga berfungsi sebagai kolaborator dan

pendidik dapat membantu memastikan hasil pasien yang optimal. APN dapat

menawarkan bimbingan ke rumah sakit luar mengenai jenis cairan dan laju infus

dengan menghitung cairan pasien kebutuhan. Sampai pasien tiba di burn center,

APN harus menjaga kontak dengan tim transportasi untuk memastikan bahwa

pasien menerima perawatan yang optimal.

Jika lembaga menggunakan protokol resusitasi, perawat staf dan APN

ketat harus mematuhi itu ( Säffle, 2007 ). Jika lembaga memiliki protokol tidak,

APN harus terlibat dalam mengembangkan sebuah protokol untuk memastikan

kesadaran staf dan praktik terbaik. Protokol resusitasi perlu dimanfaatkan baik di

UGD dan di burn unit. Protokol harus dirancang untuk memberikan perawat staf

otonomi untuk titrasi cairan berdasarkan respon pasien. Sebuah protokol

49

Page 46: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

resusitasi di UGD dapat membantu meringankan over-dan isu-isu

underresuscitation dan membantu membimbing mereka yang kurang akrab

dengan resusitasi luka bakar. Namun, protokol harus mencakup pedoman untuk

menentukan persentase luka bakar sebagai penelitian telah menunjukkan bahwa

misestimation ukuran luka bakar adalah masalah umum untuk spesialis

nonburn. Resusitasi cairan harus dimulai dengan perhitungan yang akurat dari

persentase TBSA luka bakar.

3.4 Model Asuhan Keperawatan Lanjut Burn Center

Proses keperawatan adalah tindakan independen yang akan berimplikasi

pada profesionalitas keperawatan baik di mata profesi sendiri maupun profesi

lain dan pasien. Proses pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar

menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan sehingga efektif dan

efisien. Penyediaan informasi klinik dalam perawatan adalah sesuatu yang sangat

vital dalam upaya  meningkatkan perbaikan mutu. Kebutuhan akan keyakinan

bahwa teknologi mendukung cara berpikir kritis perawat dan memberikan

50

Page 47: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

informasi yang diperlukan akan  membantu membuat suatu keputusan yang

tepat. 

Penggunaan Electronic HealthRecord (HER)/ Electronic

Nursing/Record (ENR)/Electronic Medical Record(EMR)/Electronic Patient

Record (EPR) merupakan satu pilihan yang efektif untuk mendokumentasikan

proses keperawatan dibandingkan dengan pendokumentasian secara naratif di

kertas karena banyak mendatangkan keuntungan baik dari sisi waktu, biaya,

peningkatan kemampuan, kepuasan klien, sikap perawat, lingkungan, sinergisitas

dengan tenaga kesehatan lain dan terhadap profesi.

Inovasi ini menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang

profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan

profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai

pihak pun akan terpenuhi.

a. Metode Dokumentasi Keperawatan secara tertulis (paper based

documentation) :

Dokumentasi keperawatan yang berlaku di rumah sakit saat ini

umumnya dilakukan secara tertulis (paper based documentation).

Metode ini mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang

cukup lama untuk mengisi form yang tersedia, membutuhkan biaya

pencetakan form yang cukup mahal, sering hilang atau terselip, memerlukan

tempat penyimpanan yang luas dan menyulitkan pencarian kembali saat

diperlukan. Disamping itu masih banyak perawat yang belum menyadari

bahwa tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Perawat juga

51

Page 48: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

banyak yang tidak tahu data apa yang harus dimasukkan dan bagaimana

dokumentasi keperawatan yang benar,untuk itu perlu adanya inovasi

pencatatan dengan menggunakan pencatatan berbasis elektronik.

b. Metode Penggunaan Electronic Health Record (HER)/Electronic Nursing

Record  (ENR)/Electronic Medical Record(EMR) /Electronic Patient

Record (EPR) 

Pencatatan berbasis elektronik telah lebih dahulu dilakukan oleh

negara-negara maju, namun di Indonesia baru dilakukan pada dekade 20an

dan masih seputar uncomprehensive datas. Terdapat beberapa rumah sakit di

Indonesia yang telah mencoba menggunakan EHR/ENR/EMR/EPR sebatas

pada data demografi, diagnosa penyakit, hasil laboratorium dan tindakan

khusus, sedangkan catatan keperawatan sendiri masih tetap berada pada

lembaran.

EMR/ENR/EPR/EHR adalah kumpulan sistematis informasi kesehatan

pasien berbasis elektronik yang terhubung dan terintegrasi dengan sistem

informasi dalam jejaring rumah sakit. bermacam data dapat dimasukkan untuk

mempermudah akses baik oleh tim kesehatan maupun pasien, data tersebut

meliputi data demografi, riwayat medis, pengobatan, hasil uji laboratorium

dan radiologi, proses keperawatan, discharge planning dan bahkan informasi

penagihan.

Sistem ini memberikan keuntungan antara lain:

1. penurunan biaya baik biaya oleh pasien maupun administrasi rumah sakit karena

semua tersimpan dalam sistem tanpa sheet,

52

Page 49: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

2. meningkatkan kualitas pelayanan, pelaksanaan sistem ini akan membantu

mengurangi penderitaan pasien karena kesalahan medis dan ketidakmampuan

para analis untuk menilai suatu kualitas kesehatan,

3. mendukung bukti pengobatan, artinya pasien dengan leluasa mendapatkan

pengetahuan tentang praktik medis yang efektif,

4. menjaga catatan dan mobilitas pasien, dengan sistem ini akan mempermudah

klien mengakses seluruh kebutuhan bahkan sampai janji pengobatan dan

perawatan serta mengikuti suatu prosedur.

Namun sebagai suatu sistem, EMR ini mempunyai kerugian diantaranya :

1. membutuhkan banyak waktu untuk memahami cara memasukkan data,

2. biaya banyak untuk menyediakan provider dan staf tekhnologi termasuk

kemungkinan menurunkan cost dokter dan perawat.

Pemberian asuhan keperawatan diperlukan efektifitas dan efisiensi

sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak bukti yang

mendukung bahwa inovasi pencatatan dengan elektronik sangat berdampak

positif bagi keperawatan, berikut dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian

di jurnal-jurnal kesehatan:

1. Building an innovation Electronic Nursing Record pilot structure with nursing

clinical pathway (Angelica at.al, 2006)

dikatakan bahwa dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap perawat

menghadapi banyak data dan informasi sedangkan jumlah perawat tidak

seimbang, hal ini membutuhkan asisten agar cakap dalam menyusun

53

Page 50: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

perencanaan dan melakukan proses yang efektif efisien dan benar. Dengan

menggunakan tekhnologi computer maka akan menghasilakan kualitas

pelayanan yang tinggi, berpusat pada pasien dan perawatan kesehatan yang

efisien. Selain itu dapat mempermudah pengambilan keputusan untuk

melakukan perawatan tahap demi tahap. Salah satu sistem yang disusun

adalah dengan menyusun struktur pencatatan keperawatan dengan elektronik

yang terintegrasi dengan standar keperawatan internasional untuk mendukung

kecakapan dan keakuratan perencanaan keperawatan dalam clinical pathway

process.

Inovasi yang dibuat adalah :

a) menganalisa catatan pasien secara retrospektif dan mengumpulkan

beberapa diagnosa medis dan clinical pathway terbesar dan tersering

kemudian menyusun tanda dan gejalanya sehingga muncul suatu diagnosa

keperawatan,

b) mengintegrasikan taxonomy dan code dari NANDA, NIC, NOC, ICNP

dengan data yang berhubungan dengan clinical pathways di atas, dan

c) menyusun inovasi ENR yang meiputi pengkajian, diagnosa, perencaan dan

pencatatan keperawatan. Struktur ini disusun sampai dengan discharge

planning.

2. E-Nursing documentation as a tool for quality assurance (Rajkovic, 2006)

mengatakan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan salah satu jaminan

kualitas suatu pelayanan kesehatan, hal ini bisa dicapai dengan menggunakan

sistem pendokumentasian yang canggih diantaranya dengan menghadirkan

54

Page 51: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

model penyediaan data based dan menggunakan software prototype untuk

mengatur pendokumentasian keperawatan. Secara umum sistem ini disusun

dengan menyediakan data dasar yang terintegrasi dengan diagnosa dan

intervensi keperawatan sampai dengan tindakan apa yang harus dilakukan

perawat untuk 1 diagnosa. Perawat hanya membutuhkan waktu beberapa

menit untuk log in dengan password untuk kemudian meng-klik itrm-item

data sampai dengan implementasinya. Ini lebih mudah, efektif dan efisien.

3. Computerized nursing process in critical care unit using the ICNP-Beta

2 (Sasso, et al, 2006) menjelaskan bahwa proses keperawatan adalah

pendekatan penyelesaian masalah secara asertif untuk mengidentifikasi

masalah dan merawat pasien. Di CCU didapatkan perawatan yang kompleks,

perubahan kondisi klinis pasien yang selalu berubah secara konstan dan

meningkatnya informasi pasien dimana akan mempengaruhi proses

keperawatan dan kualitas perawatan. Dilakukan pendokumentasian proses

keperawatan dengan menggunakan ICNP Beta 2 meliputi perencanaan,

perkembangan, modifikasi hal penting dan evaluasi proses. Dengan

pendokumentasian menggunakan sistem di atas maka memungkinkan adanya

modifikasi evaluasi, mudah ditegakkan, informasi keperawatan lebih jelas dan

dapat mempercepat deteksi kesalahan. Sistem informasi ini pada dasarnya

akan membuat perawat secara eksplisit dapat mengambil keputusan klinis

terhadap pasiennya.

4. Analysis of electronic nursing record based on the ICNP(Chung, 2006)

menitikberatkan pada penggunaan sistem ENR setelah sekian lama

55

Page 52: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

menggunakan pendokumentasian keperawatan secara naratif dengan

menggunakan kertas. Penelitian ini dilakukan di RS Bundang Seoul, mereka

menganalisa pendokumentasian keperawatan secara naratif berdasarkan

lembaran pada pasien bedah dibandingkan dengan ENR sistem. Ditemukan

bahwa ternyata mereka membutuhkan konsep baru pada ICP untuk

meningkatkan ekspresi pada catatan keperawatan khususnya dalam

mendeskripsikan tindakan keperawatan.

Tim profesional kesehatan perawatan Burn unit diharapkan terlatih khusus

dalam memenuhi syarat pengelolaan luka bakar, luka perawatan dan

perawatan kritis.  Spesialis perawatan Burn unit diminta untuk mengajar,

berpartisipasi dalam Dukungan Association American Life Burn Practice -

menyediakan pemadam kebakaran, petugas rumah sakit, paramedis, dokter,

perawat dan profesional kesehatan lainnya dengan kemampuan untuk menilai

dan menstabilkan pasien dengan luka bakar serius selama jam-jam kritis

pertama setelah cedera.

Oleh karena itu untuk mendukung efektifitas pelaksanaan proses

keperawatan, perawat dibekali akan kemampuan penggunaan sistem ini

sehingga tujuan tercapai, disamping peningkatan pengetahuan dan

kemampuan dalam menentukan diagnosa yang tepat dan menyusun intervensi

yang sesuai. Inovasi ini menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan

yang profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi

dengan profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari

berbagai pihak pun akan terpenuhi.

56

Page 53: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

3.5 Inovasi Model Pengkajian dan Intervensi keperawatan

PICOT

Judul Populasi Intervention Comprehension Outcome TimePengaruh O2

hiperbarik terhadap sel radang akibat luka bakar karena air

18 ekor tikus jantan wistar dengan berat 200-300 gram dengan luka bakar air panas 70oC selama 15 detik grade II 5%

Pemberian O2 hiperbarik 2,4 ATA

Perlakuan1. grup hari 0 tidak luka bakar2. grup hari 1 dengan luka bakar3. grup hari 5 dengan luka bakar

Penurunan pada sel radang monosit

3 kali 30 menit, selama 5 menit menghirup udara biasa 1x sehari selama 5 hari

Pengaruh O2

hiperbarik terhadap aktivitas radikal bebas pada pengobatan luka bakar

36 ekor tikus wistar jantan dewasa

Pemberian O2 100%

Perlakuan pada masing-masing grup1. 1 ATA (kontrol)2. 2,4 ATA3. 3,0 ATA

Dapat menghambat progresifitas kerusakan jaringan

3 x 30 menit interval 5 menit bernafas biasa

Analisa

Judul Metode Sampel Hasil yang diukur

Hasil

Pengaruh O2

hiperbarik terhadap sel radang akibat luka bakar karena air

Eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only desain

6 tikus jantan wistar tiap grup

Prosentase jumlah sel radang monosit, histosit, PMN, makrofag, limfosit, dan plasma sel

Penurunan pada sel radang monosit

Pengaruh O2

hiperbarik terhadap aktivitas radikal bebas pada

Eksperimental laboratoris dengan post test of only control grup

18 ekor tanpa luka bakar dan 18 dengan luka bakar

Kadar radikal bebas oksigen (SOR) spesies

Terjadi penghambatan kerusakan jaringan

57

Page 54: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

pengobatan luka bakar

desain oksigen reatif dalam darah pada saat setelah paparan dan 3 jam setelah paparan

yang progresif

BAB 4

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Luka bakar (Combustio) adalah luka yang terjadi akibat

sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang

menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik dll). Beratnya luka

bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan

kedalaman luka. Kedalaman luka bakar dapat dibagi menjadi 3

yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat 2, dan luka bakar

derajat 3. berat luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu ringan,

sedang, dan berat. Luka bakar dapat dihitung dengan

berdasarkan rumus rule of nine dari wallace.

58

Page 55: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Proses keperawatan adalah tindakan independen yang akan berimplikasi

pada profesionalitas keperawatan baik di mata profesi sendiri maupun profesi

lain dan pasien. Proses pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar

menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan sehingga efektif dan

efisien. Penyediaan informasi klinik dalam perawatan adalah sesuatu yang sangat

vital dalam upaya  meningkatkan perbaikan mutu. Kebutuhan akan keyakinan

bahwa teknologi mendukung cara berpikir kritis perawat dan memberikan

informasi yang diperlukan akan  membantu membuat suatu keputusan yang

tepat. 

Inovasi menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang

profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan

profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai

pihak pun akan terpenuhi.

1.2 Saran

Mengingat kasus luka bakar merupakan bentuk cedera

berat yang memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang

sangat kompleks, dengan biaya yang mahal serta angka

morbiditas dan mortalitas yang sangat kompleks. Faktor-faktor

yang mempengaruhi antara lain, faktor penderita, faktor

pelayanan, faktor fasilitas pelayanan, faktor cedera.

59

Page 56: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Penanganan luka bakar sejak awal harus tepat dan benar karena sangat

menentukan perjalanan penyakit luka bakar selanjutnya. Jika terjadi luka bakar

lakukan penanganan yang tepat:

1. Jika karena air panas atau api lakukan pendinginan luka dengan menyiram

air yang suhunya lebih rendah atau menyelimuti pasien dengan selimut

yang dibasahi.

2. Jika terkena bahan kimia lakukan dekontaminasi

3. Jangan mengolesi luka bakar dengan odol, oli, kecap, atau yang lain yang

dapat memperberat atau menyebabkan infeksi pada luka bakar.

Seorang APN harus mampu menyampaikan penanganan luka bakar yang

tepat dan cepat mulai dari awal kejadian terjadinya luka bakar, saat transportasi

atau pada saat perjalanan dan samapai di rumah sakit hingga pasien benar-benar

mendapat perawatan yang intensif. Seorang APN juga harus menjadi kolaborator

dan pendidik dapat membantu memastikan hasil pasien yang optimal. APN dapat

menawarkan bimbingan ke rumah sakit luar mengenai jenis cairan dan laju infus

dengan menghitung cairan pasien kebutuhan. Sampai pasien tiba di burn center,

APN harus menjaga kontak dengan tim transportasi untuk memastikan bahwa

pasien menerima perawatan yang optimal.

60

Page 57: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, et. al. (2006). “Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy

People Journal. Building an Innovation electronic Nursing Record Pilot

Structure with Nursing Clinical Pathway”. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press.

61

Page 58: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2.

Jakarta : EGC

Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa

Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Choi, et. al. (2006). “Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy

People Journal. Users’ Satisfaction on the Electronic Nursing Record

System”. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press

Christensen, Paula J.2009.”Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Ed.4”

Jakarta:EGC.

Doengea, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

Jakarta : EGC

Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care.

(2nded.). Philadelphia: F.A. Davis Co.

Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.

Jakarta : EGC

Kim, et. al. (2007). MEDIINFO 2007 Journal. “New method of realization of Nursing

diagnosis Based on 3N in an Electronic Medical Record System”. IOS Press.

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic

approach, (4thed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.

62

Page 59: Askep Luka Bakar Anp Kelompok 5

Muttaqin, Arif dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Integumen. Jakarta : Salemba Medika

Nettina, S. (1996).The Lippincott manual of nursing practice.(6thed.). Lippincott:

Lippincott-Raven Publisher.

Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC

Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika

Smeltzer, 2002 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta

Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing.St. Louis: Mosby.

Muscary, M.E., 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

63