askep limfoma

25
BAB II PEMBAHASAN I. Konsep Dasar Penyakit a. Pengertian Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH). b. Epidemiologi Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat. Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60 tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat

Transcript of askep limfoma

Page 1: askep limfoma

BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Penyakit

a. Pengertian

Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan

dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit

sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada

orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem

kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD)

dan Limfoma non-Hodgkin (LNH).

b. Epidemiologi

Saat ini, sekitar 1,5 juta orang di dunia hidup dengan limfoma maligna terutama

tipe LNH, dan dalam setahun sekitar 300 ribu orang meninggal karena penyakit

ini. Dari tahun ke tahun, jumlah penderita penyakit ini juga terus meningkat.

Sekadar gambaran, angka kejadian LNH telah meningkat 80 persen dibandingkan

angka tahun 1970-an. Data juga menunjukkan, penyakit ini lebih banyak terjadi

pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia antara 45 sampai 60

tahun. Sedangkan pada Limfoma Hodgkin (DH) relative jarang dijumpai, hanya

merupaka 1 % dari seluruh kanker. Di negara barat insidennya dilaporkan

3,5/100.000/tahun pada laki-laki dan 2,6/100.000/tahun pada wanita. Di

Indonesia, belum ada laporan angka kejadian Limfoma Hodgkin. Penyakit

limfoma Hodgkin banyak ditemukan pada orang dewasa muda antara usia 18-35

tahun dan pada orang di atas 50 tahun.

c. Etiologi

Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan

pasti..Empat kemungkinan penyebabnya adalah: faktor keturunan, kelainan sistem

kekebalan, infeksi virus atau bakteria (HIV, virus human T-cell

Page 2: askep limfoma

leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), Helicobacter Sp) dan

toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).

d. Faktor Predisposisi

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Gaya hidup yang tidak sehat

4. Pekerjaan

Page 3: askep limfoma

e. Patofisiologi

Faktor keturunan

Kelainan system kekebalan

Infeksi virus dan bakteri

Toksin lingkungan

Mutasi sel limfosit (sejenis leukosit)

Kurang terpajan

informasi

Kurang pengetahuan

HiperkatabolikTidak mampu dlm

memasukkan, mencerna mengabsorpsi makanan

Mengenai sumsum tulang

Meningkatnya katabolisme

Keringat malam

Berat badan menurun

Kurang nafsu makan

Intake makanan kurang

Anemia, pendarahan, infeksi

Kelemahan, keletihan

Penurunan komponen selular utk pengiriman

oksigen/nutrisi ke sel

Ketidakseimban-gan antara suplai

oksigen dgn kebutuhan

Limfoma maligna

Ketidakseim-bangan nutrisi Perubahan perfusi

jaringan Intoleran aktivitas

Infeksi

Proses Inflamasi

Hyperthermia (demam)

Page 4: askep limfoma

f. Klasifikasi

1. Klasifikasi Penyakit

Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit

Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala

yang mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi

anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih

agresif

2. Klasifikasi Patologi

Klasifikasi limfoma maligna telah mengalami perubahan selama bertahun-

tahun. Pada tahun 1956 klasifikasi Rappaport mulai diperkenalkan. Rappaport

membagi limfoma maligna menjadi tipe nodular dan difus kemudian subtipe

berdasarkan pemeriksaan sitologi. Modifikasi klasifikasi ini terus berlanjut

hingga pada tahun 1982 muncul klasifikasi Working Formulation yang

membagi limfoma maligna menjadi keganasan rendah, menengah dan tinggi

berdasarkan klinis dan patologis. Seiring dengan kemajuan imunologi dan

genetika maka muncul klasifikasi terbaru pada tahun 1982 yang dikenal

dengan Revised European-American classification of Lymphoid Neoplasms

(REAL classification). Meskipun demikian, klasifikasi Working Formulation

masih menjadi pedoman dasar untuk menentukan diagnosis, pengobatan, dan

prognosis, yaitu sebagai berikut :

Keganasan

rendah

 

         Limfoma malignum, limfositik kecil

         Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran

kecil cleaved

         Limfoma malignum, folikular, campuran sel berukuran

kecil cleaved dan besar

 

Keganasan

menengah

 

          Limfoma malignum, folikular, didominasi sel berukuran

besar

          Limfoma malignum, difus, sel berukuran kecil

          Limfoma malignum, difus, campuran sel berukuran kecil

Page 5: askep limfoma

dan besar

          Limfoma malignum, difus, sel berukuran besar

 

Keganasan

tinggi

 

          Limfoma malignum, sel imunoblastik berukuran besar

          Limfoma malignum, sel limfoblastik

          Limfoma malignum, sel berukuran kecil noncleaved

 

Lain-lain

 

          Komposit

          Mikosis fungoides

          Histiosit

          Ekstamedular plasmasitoma

          Tidak terklasifikasi

3. Stadium Limfoma Maligna

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II

sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara

stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu

kelenjar getah bening.

Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok

kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada

seluruh dada atau perut.

Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok

kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.

Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening

setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-

paru, atau otak

g. Gejala Klinis

Page 6: askep limfoma

Gejala klinis dari penyakit limfoma maligna adalah sebagai berikut :

1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran

kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada

leher, ketiak atau pangkal paha)

2. Demam

3. Sering keringat malam

4. Penurunan nafsu makan

5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)

6. Kelemahan, keletihan

7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai

sumsum tulang secara difus

h. Pemeriksaan Fisik

j. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah bening

yang terkena dan juga untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk

mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET

scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan

stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter

mendiagnosis Limfoma. Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma

maligna yaitu :

1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening yang

membesar.

2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening dengan

jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon terhadap

pengobatan.

3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul

untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang.

k. Terapi

Page 7: askep limfoma

Cara pengobatan bervariasi dengan jenis penyakit. Beberapa pasien dengan

tumor keganasan tingkat rendah, khususnya golongan limfositik, tidak

membutuhkan pengobatan awal jika mereka tidak mempunyai gejala dan

ukuran lokasi limfadenopati yang bukan merupakan ancaman.

Radioterapi

Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar terlokalisasi

dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang relapse dini yang

tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium II dan III. Radiasi

local untuk tempat utama yang besar harus dipertimbangkan pada pasien yang

menerima khemoterapi dan ini dapat bermanfaat khusus jika penyakit

mengakibatkan sumbatan/ obstruksi anatomis.

Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium III dan IV,

penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil yang sebanding

dengan khemoterapi.

Khemoterapi

1. Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinyu atau

intermiten yang dapat memberikan ha

sil baik pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah yang

membutuhkan terapi karena penyakit lanjut atau gejala sistemik

2. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan

prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah

atau sedang berdasakan stadiumnya.

l. Prognosis

Kebanyakan pasien dengan penyakit limfoma maligna tingkat rendah bertahan

hidup lebih dari 5-10 tahun sejak saat didiagnosis. Banyak pasien dengan penyakit

limfoma maligna tingkat tinggi yang terlokalisasi disembuhkan dengan

radioterapi. Dengan khemoterapi intensif, pasien limfoma maligna tingkat tinggi

Page 8: askep limfoma

yang tersebar luas mempunyai perpanjangan hidup lebih lama dan dapat

disembuhkan.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Biodata klien dan penanggung jawab

2. Data

Data subyektif

- Demam berkepanjangan dengan suhu diatas 38 derajat celcius

- Sering keringat malam

- Cepat merasa lelah

- Badan lemah

- Nafsu makan menurun

- Intake makan dan minum menurun

Data obyektif

- Timbul benjolanyang kenyal, mudah digerakkan pada leher, ketiak

atau pangkal paha

- Wajah pucat

3. Kebutuhan dasar

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala :

Kelelahan, kelemahan atau malaise umum

Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan

Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak

Tanda :

Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang

menunjukkan kelelahan

SIRKULASI

Gejala

Page 9: askep limfoma

Palpitasi, angina/nyeri dada

Tanda

Takikardia, disritmia.

Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus

limfa adalah kejadian yang jarang)

Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan

obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)

Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

INTEGRITAS EGO

Gejala

Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga

Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan takut mati

Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan

(kemoterapi dan terapi radiasi)

Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilangan

pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.

Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang yang

tergantung pada keluarga.

Tanda

Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

ELIMINASI

Gejala

Perubahan karakteristik urine dan atau feses.

Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi

(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)

Tanda

Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi

(hepatomegali)

Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali)

Page 10: askep limfoma

Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal

ginjal).

Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih

lanjut)

MAKANAN/CAIRAN

Gejala

Anoreksia/kehilangna nafsu makan

Disfagia (tekanan pada easofagus)

Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10%

atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya

diet.

Tanda

Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder

terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)

Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena

kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)

Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus

limfa intraabdominal)

NEUROSENSORI

gejala

Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran

nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral

Kelemahan otot, parestesia.

Tanda

Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap sekitar.

Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan diskus

pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batng spinal)

Page 11: askep limfoma

NYERI/KENYAMANAN

Gejala

Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar

mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang

umum (keterlibatan tulang limfomatus).

Nyeri segera pada area yang terkena setelaah minum alkohol.

Tanda

Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

PERNAPASAN

Gejala

Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

Tanda

Dispnea, takikardia

Batuk kering non-produktif

Tanda distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan

kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.

Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).

KEAMANAN

Gejala

Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pwencetus untuk

infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial)

Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer

tinggi virus Epstein-Barr).

Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.

Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa

minggu (demam pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam

tanpa menggigil.

Kemerahan/pruritus umum

Page 12: askep limfoma

Tanda

Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala

infeksi.

Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal

paling umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus

aksila dan mediastinal)

Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.

Pembesaran tosil

Pruritus umum.

Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo)

SEKSUALITAS

Gejala

Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak

mempengaruhi, tetapi pengobatan mempengaruhi)

Penurunan libido.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN

Gejala

Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin

dari pada populasi umum)

Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia)

4. Pemeriksaan fisik

- KU

- TTV

Kaji adanya peningkatan temperature, takikardi, dan penurunan tekanan

darah (Donna D, 1995). Demam merupakan salah satu gejala dari

Limfoma maligna.

- Pemeriksaan fisik pada daerah leher, ketiak dan pangkal paha

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,

tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal paha

Page 13: askep limfoma

b. Diagnosa Keperawatan

1. Hyperthermia b.d tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi

2. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selular untuk pengiriman

oksigen/nutrisi ke sel

3. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan

kebutuhan

4. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu

dalam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena factor biologi

5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

c. Intervensi

1. Hyperthermia b.d tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap

inflamasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

suhu tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :

1. suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius)

Intervensi :

1. Observasi suhu tubuh klien

R : dengan memantau suhu tubuh klien dapat mengetahui keadaan klien

dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat

2. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha

R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien

3. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan

kebutuhan cairan tubuh klien)\

R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga

keseimbangan cairan dalam tubuh klien

4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

R : antipiretik dapat menurunkan suhu tubuh

Page 14: askep limfoma

2. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selular untuk

pengiriman oksigen/nutrisi ke sel

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat dengan kriteria hasil :

1. Tanda-tanda vital stabil

2. Membran mukosa warna merah muda

3. Haluran urine adekuat

Intervensi :

1. Awasi tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dan dasar kuku

R : memberikan informasi tentang derajat keadekuatan perfusi jaringan

dan untuk intervensi selanjutnya

2. Tinggikan tempat tidur sesuai dengan toleransi

R : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler

3. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi

R : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan

4. Kolaborasi dalam pemberian darah merah lengkap sesuai dengan indikasi

dan awasi secara ketat untuk komplikasi transfuse

R : meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen dan juga untuk

mengurangi resiko pendarahan

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak

mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena

faktor biologi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan criteria hasil :

1. Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil

2. Nafsu makan klien meningkat

3. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk

mempertahankan berat badan yang sesuai

Page 15: askep limfoma

Intervensi :

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi

selanjutnya

2. Observasi dan catat masukan makanan klien

R : mengawasi masukan kalori

3. Timbang berat badan klien tiap hari

R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi

4. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering

R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah

distensi gaster

5. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi

R : meningkatkan masukan protein dan kalori

4. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan

kebutuhan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

klien dapat beraktivitas kembali dengan criteria hasil :

1. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi :

1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/aktivitas sehari-hari

R : untuk intervensi selanjutnya

2. Berikan lingkungan yang nyaman, pertahankan tirah baring bila

diindikasikan

R : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh

3. Tingkatkan tingkat aktivitas klien sesuai dengan toleransi

R : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dapat

memperbaiki tonus otot/stamina

4. Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila pusing/kelemahan

terjadi

Page 16: askep limfoma

R : Stress dapat menimbulkan dekopensasi/kegagalan

5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan

diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang

diderita oleh klien dengan criteria hasil :

1. Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien

2. Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang

penyakit yang diderita oleh klien

3. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan

dilaksanakan

Intervensi :

1. Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien

R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien

2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga

klien

R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang

diderita oleh klien

d. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan :

1. Suhu tubuh klien dalam rentang normal (35,9-37,5 derajat celcius)

2. Klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat

3. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

4. Klien dapat berktivitas kembali

5. Klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh

klien

Page 17: askep limfoma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limfoma maligna atau disebut juga kanker kelenjar getah bening adalah sejenis

kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang

sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal nenjadi ganas. Seperti halnya

limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh

termasuk kelenjar getah bening, limpa, sum-sum tulang, darah maupun organ

lainnya contoh saluran cerna, paru, kulit dan tulang

Limfoma juga sering dikaitkan dengan paparan zat karsinogenik.Limfoma maligna

adalah setiap kelainan neoplastik jaringan limfoid. Limfoma juga disebut sebagai

penyakit limfosit yang menyerupai kanker. Disebut penyakit limfosit karena

menyerang sel darah putih sehingga berkembang (membelah) abnormal dengan

cepat dan menjadi ganas. Limfosit abnormal yang semakin banyak ini (kemudian

disebut limfoma) sering terkumpul di kelenjar getah bening dan membuat bengkak.

Karena sistem limfatik menyerupai peredaran darah yang bersikulasi ke seluruh

tubuh membawa getah bening, maka penyakit limfoma juga dapat terbentuk di

mana saja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan permasalahan yang penulis

angkat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit dari limfoma maligna ?

2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan limfoma

maligna ?

Page 18: askep limfoma

1.3 Tujuan

Tujuan daripada penulisan ini adalah :

1. Mengetahui konsep dasar penyakit dari limfoma maligna

2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengn limfoma

maligna