Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori ini di gagas pertama kali oleh Madeleine Leininger yang di inspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di Midwestern United States pada tahun 1950. Saat itu ia melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang berasal dari budaya yang berbeda. Fenomena ini membuat Leininger menelaah kembali profesi keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang. Pada tahun 1960, Leininger pertama kali menggunakan kata transkultural nursing, ethnonursing, dan cross-cultural nursing. Akhirnya, pada tahun 1985, Leininger mempublikasikan teorinya untuk pertama kali, sedangkan ide-ide dan teorinya sudah di presentasikan pada tahun 1988. Teori Leininger kemudian disebut sebagai cultural care diversity and universality. tetapi para ahli lebih sering menyebutnya transcultural nursing theory atau teori keperawatan transkultural Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, 1

Transcript of Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

Page 1: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori ini di gagas pertama kali oleh Madeleine Leininger yang di inspirasi oleh

pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di Midwestern United

States pada tahun 1950. Saat itu ia melihat adanya perbedaan perilaku di antara anak yang

berasal dari budaya yang berbeda. Fenomena ini membuat Leininger menelaah kembali

profesi keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami

budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang.

Pada tahun 1960, Leininger pertama kali menggunakan kata transkultural nursing,

ethnonursing, dan cross-cultural nursing. Akhirnya, pada tahun 1985, Leininger

mempublikasikan teorinya untuk pertama kali, sedangkan ide-ide dan teorinya sudah di

presentasikan pada tahun 1988. Teori Leininger kemudian disebut sebagai cultural care

diversity and universality. tetapi para ahli lebih sering menyebutnya transcultural nursing

theory atau teori keperawatan transkultural

Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang

berfokus pada study komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di

dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang

sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowladge

yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu

dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini

menekankan pentingnya peran keperawatan dalam memahami budaya klien

Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,

keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun

culture imposition.Cultural shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau

beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture

imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam

mauoun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku

1

Page 2: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka

meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.

Teori keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga disebut juga sebagai sunrise

model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam

transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada

klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus

mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan

budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.

Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh

faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, pendidikan,

dan ekonomi.

Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjembatani antara sistem

perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui

asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger. Oleh

karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan

yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal

tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana teori model keperawatan transkultural?

2) Bagaimana konsep keluarga?

3) Bagimana asuhan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan

transkultural?

1.3 Tujuan Masalah

1) Untuk mengetahui model keperawatan transkultural.

2) Untuk mengetahui konsep kelurga.

3) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga dengan menggunkan pendekatan

transkultural.

2

Page 3: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Model Keperawatan Transcultural in Nursing

2.1.1 Model Keperawatan Transcultural in Nursing

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuaan budaya pada proses

belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan

diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya

manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan

keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari

keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.

Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan

dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada

manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai

dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala

sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh.

Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan

polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.1.2 Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,

dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil

keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau

sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi

tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari

pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan

keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai

3

Page 4: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap

lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi

(Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa

budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang

digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal

muasal manusia.

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada

penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang

tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk

mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik

diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan

perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi

kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas

kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung

dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau

antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,

kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau

memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan

kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan

mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk

memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya

bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

4

Page 5: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

2.1.3 Paradigma Transcultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara

pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan

yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsepsentral keperawatan

yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan

norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan

pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk

mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and

Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi

kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu

keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga

dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas

sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin

mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and

Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu

totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga

bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.

Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti

daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di

daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari

sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang

berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam

masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti

5

Page 6: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik

adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok

merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.

Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.

Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah

perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negosiasi budaya dan

mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan

dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai

dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat

meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya

berolahraga setiap pagi.

b. Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk

membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan

kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya

lain yang lebih mendukung peningkatankesehatan, misalnya klien sedang hamil

mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan

sumber protein hewani yang lain.

c. Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan

status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang

biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih

biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

6

Page 7: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

2.1.4 Proses keperawatan Transcultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise

Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh

perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien

(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai

tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah

kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,

1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada “Sunrise Model”

yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat

penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu

mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah

kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan

alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk

mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat

realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat

untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya

sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,

status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara

pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama

panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala

keluarga.

7

Page 8: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh

penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah

suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya

terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang

dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,

makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan

aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya

(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan

dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga

yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material

yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi

yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya

pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain

misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota

keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh

jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka

keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan

individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan

kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat

pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif

mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

8

Page 9: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

2.1.5 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang

dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and

Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam

asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan

dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi

sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai

yang diyakini.

2.1.6 Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses

keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih

strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan

latar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang

ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :

mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan

kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan

kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan

dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan

berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan

melaksanakannya

9

Page 10: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat

dipahami oleh klien dan orang tua

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan

klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses

akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan danperbedaan budaya yang

akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya

sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu.

Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan

hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

2.1.7 Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien

tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya

klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang

mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat

diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

2.2 Konsep Keperawatan Keluarga

2.2.1 Pengertian keluarga dan pengertian keperawatan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan

keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan,

ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga

(Marilynn M. Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu

rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing

10

Page 11: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G Balion dan Aracelis

Maglaya, 1989).

Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang

atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang tinggal dalam

satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya masing-masing untuk

menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui

praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).

2.2.2 Tipe atau jenis keluarga

Menurut Friedman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga tradisional dan

keluarga nontradisional.

1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

a) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.

b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan

paman.

c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam

satu rumah tanpa anak.

d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan

anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau

kematian.

e) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

f) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah

lanjut usia.

2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

a) Keluarga community yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup

dalam satu rumah.

b) Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga.

11

Page 12: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

c) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup bersama dalam

satu rumah dan berperilaku layaknya suami istri.

2.2.3 Struktur keluarga

Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri dari :

1) Pola dan proses komunikasi dapat dikatakan berfungsi apabila jujur, terbuka,

melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki

kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim

pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas, dapat

menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi sesuai.

Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan dengan baik

jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan dapat

memvalidasi pesan yang diterima.

2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang

diberikan baik peran formal maupun informal.

3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan mempengaruhi

atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate power (hak), referen

power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power

(paksaan) dan affektif power.

4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola perilaku yang

diterima pada lingkungan sosial tertentu.

2.2.4 Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu

didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam

keluarga adalah sebagai berikut :

12

Page 13: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan dari

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga,

anggota dari kelompok sosial serta dari anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran

mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.2.5 Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :

1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan

dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada

anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3) Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk mempertahankan

generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function) adalah

untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

13

Page 14: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang

kesehatan.

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :

1) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif yang

mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya

keluarga.

2) Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan

dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.

3) Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar

terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

4) Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu

menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan

dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang

mungkin dialami oleh keluarga.

6) Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan

mengamalkan ajaran agama.

7) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang

dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga tempat

untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh, diantaranya seks yang

sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-anak.

9) Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar rumah.

Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap

anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin dan

rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka

tumbun dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu

menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu

14

Page 15: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik,

mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak

sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa

depannya.

2.2.6 Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus kehidupan

keluarga terbagi atas 8 tahap :

1) Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang

menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai tugas

perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan

bersam, membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial dan

merencanakan anak atau KB.

2) Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan

kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas

perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab, adaptasi

pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua.

3) Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama yang

berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas perkembangan, yaitu

membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan kelahiran yang berikutnya dan

membagi tanggungjawab dengan anggota keluarga yang lain.

4) Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun.

Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas untuk anak,

pengaturan keuangan, kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah, memperhatikan

kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai

dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah menyediakan fasilitas

kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam bertanggungjawab

dan mempertahankan filosofi hidup.

15

Page 16: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

6) Keluarga dengan anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama, meninggalkan

rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata kembali sumber dan

fasilitas, penataan yang bertanggungjawab antar anak, mempertahankan komunikasi

terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan menantu.

7) Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan rumah

dan berakhir pada saat pensiun. Adapun tugas perkembangan, yaitu mempertahankan

suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua tugas rumah tangga,

membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan kontak dengan anak dan

berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8) Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari salah satu

pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan

meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menghadapi

pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak dengan anak,

cucu dan masyarakat.

16

Page 17: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus :

Perawat Z berasal dari Madura mengunjungi sebuah desa, untuk menemui Keluarga Tn. A

yang mengalami musibah karena sakit yang diderita. Keluarga ini (Tn.A dan Ny.S) terkena

Lepra/ Kusta/ Morbus Hansen, sejak dua tahun yang lalu. Tampak pada saat pengamatan

lingkungan rumah keluarga Tn.A sangat kotor, tidak terdapat tempat pembuangan sampah,

biasanya Ny.S membuang sampah di sungai, tampak juga perabotan di rumah keluarga Tn.A

letaknya berserakan. Ia menganggap sakit yang dideritanya akibat kutukan karena Tn.A

mengambil buah kesemek yang dianggap keramat di desanya. Ny. S juga menderita kusta karena

ia juga ikut memakan buah kesemek tersebut, sebelumnya mereka menganggap bahwa makan

buah kesemek keramat tersebut dapat memperoleh rejeki yang berlimpah. Selain itu mereka

percaya bahwa mandi di sungai merupakan wujud kedekatan dengan ciptaan Tuhan. Mereka

tidak mau berobat ke rumah sakit atau balai pengobatan karena mereka beranggapan bahwa

berobat disana membuat penyakit mereka bertambah parah. Apabila sakit mereka pergi berobat

ke tabib atau dukun karena mereka yakin bahwa doa-doa dan mantra dapat menyembuhkan

penyakitnya.

3.1 Pengkajian

1) Faktor teknologi

Keluarga menganggap bahwa dirinya sehat apabila ia mampu melakukan aktivitasnya

sehari-hari, dan menganggap bahwa dirinya sakit apabila tubuhnya terasa lemas dan

hanya bisa terbaring di tempat tidur. Apabila salah satu anggota keluarganya ada yang

sakit, tidak pernah berobat ke dokter maupun ke rumah sakit, karena mereka beranggapan

bahwa berobat disana membuat penyakit mereka semakin parah, mereka biasanya

berobat ke dukun atau tabib yang ada disekitar rumah tempat mereka tinggal, karena

mereka percaya bahwa doa atau mantra yang dibacakan oleh dukun dapat

menyembuhkan penyakitnya.

17

Page 18: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

2) Faktor agama dan falsafah hidup

Agama yang dianut oleh keluarga adalah agama islam, di dalam keluarga terdapat ayah,

ibu dan satu orang anak, Tn.A menganggap bahwa penyakit yang dideritanya akibat

kutukan Tuhan karena dirinya telah mengambil buah kesemek yang dianggap keramat di

desanya. Keluarga memperbanyak sedekah dan berdzikir untuk menebus kesalahan yang

telah dilakukannya.

3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga

Nama Suami : Tn. A

Panggilan : Tn. A

Usia : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Kawin

Nama Istri : Ny. S

Panggilan : Ny. S

Usia : 30 tahun

Jenis kelamin :Perempuan

Status : Kawin

Nama Anak : An. K

Panggilan : Keti

Usia : 15 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum kawin

Tipe keluarga yaitu “Nuclear family” atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang

terdiri dari suami, istri dan anak kandung. Suami sebagai pengambil keputusan dalam

keluarga.Tn.doel adalah seorang ayah dalam keluarga tersebut. Hubungan antar keluarga

cukup baik.

18

Page 19: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga adalah petani kesemek, bahasa

yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, keluarga susah mengerti bahasa

Indonesia dan yang lainnya, keluarga biasa makan sebanyak 3x sehari, keluarga tidak

pernah pilih-pilih makanan karena jika pilih-pilih makanan dianggap tidak mensyukuri

nikmat yang diberikan oleh Tuhannya. Tidak ada pantangan makanan yang dimakan saat

sakit. Tn. A dan Ny.S memiliki kebiasaan mandi dan mencuci pakaian di sungai belakang

rumah tempat ia tinggal, padahal mereka memiliki kamar mandi sendiri, tetapi mereka

mempercayai bahwa mandi di sungai itu merupakan wujud kedekatan mereka terhadap

Tuhannya.

Luka di tangan Tn.A dan Ny.S dirawat sendiri menggunakan rebusan daun sirih dan daun

jarak karena mereka meyakini mengobati dengan cara tersebut dapat membuat luka

secara berangsur sembuh.

5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Tn.A menetapkan peraturan kepada seluruh anggota keluarga bahwa tidak boleh keluar

rumah setelah menjelang waktu maghrib karena keluarga beranggapan jika keluar rumah

setelah menjelang maghrib akan diculik oleh makhluk ghoib dan dibawa ke alamnya.

6) Faktor ekonomi

Tn. A bekerja sehari-hari sebagai petani kesemek, untuk menambah penghasilan Ny. S

mencari kayu bakar untuk dijual. Kelurga berobat ke tabib dengan biaya pengobatan

seikhlasnya saja. Keluarga tidak memiliki tabungan karena penghasilannya hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

7) Faktor pendidikan

Tn. A dan Ny. S berpendidikan hanya sampai SD saja, sedangkan An.K sedang menjalani

pendidikan SMA.

19

Page 20: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1.

2.

DS:

- Keluarga mengatakan

bahwa terbiasa mandi

dan mencuci pakaian

di sungai

DO:

- Tampak banyak orang

menggunakan sungai

untuk mandi dan

mencuci pakaian

- Sungai tampak kotor

dan banyak sampah

yang dibuang disana

DS:

- Keluarga mengatakan

jika sakit melakukan

pengobatan ke tabib

dan menggunakan

obat-obatan

tradisional

DO:

- Tampak klien

mengobati lukanya

hanya menggunakan

rebusan daun sirih

Keluarga meyakini bahwa

mandi di sungai merupakan

wujud kedekatan mereka

dengan Tuhan

Keluarga meyakini bahwa

dengan mantra yang

dibacakan dukun, dapat

menyembuhkan penyakit

mereka.

Ketidakmampuan

pemeliharaan kesehatan

Ketidakpercayaan

keluarga terhadap

pengobatan medis

20

Page 21: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakmampuan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keyakinan nilai budaya

yang diyakini.

2. Ketidakpercayaan keluarga terhadap pengobatan medis berhubungan dengan keyakinan

yang dimiliki

3.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1

2

Ketidakmampuan

pemeliharaan

kesehatan

berhubungan dengan

keyakinan nilai

budaya yang diyakini.

Ketidakpercayaan

keluarga terhadap

pengobatan medis

berhubungan dengan

keyakinan yang

dimiliki

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 hari

diharapkan keluarga

mampu memelihara

kesehatan

KH :

- Keluarga tidak

mandi di sungai

- Keluarga

menggunakan

fasilitas kamar

mandi yang ada di

rumah

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 hari

diharapkan percaya

terhadap pengobatan

1. Identifikasi perbedaan

persepsi antara keluarga dan

perawat

2. Beritahu keluarga tentang

pentingnya perilaku hidup

sehat

3. Beritahu keluarga mengenai

bahaya penularan penyakit

yang diderita

Reconstruction :

Beritahu agar keluarga

menghilangkan kebiasaan

mandi di sungai

1. Beri penjelasan tentang proses

penyakit yang dialami

2. Beritahu keluarga tentang

pentingnya menjalani

21

Page 22: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

medis

KH :

- Keluarga mau

berobat ke rumah

sakit

pengobatan medis secara rutin

Negotiation :

Perbolehkan keluarga tetap

berobat ke tabib, tetapi juga

berobat ke rumah sakit

3.4 Implementasi Keperawatan

No.

Dx

Tanggal Implementasi Pelaksana

1.

2.

12 Mei 2013

12 Mei 2013

1. Mengidentifikasi perbedaan persepsi

antara keluarga dan perawat

2. Memberitahu keluarga tentang pentingnya

perilaku hidup sehat

3. Memberitahu keluarga mengenai bahaya

penularan penyakit yang diderita

4. Memberitahu agar keluarga

menghilangkan kebiasaan mandi di sungai

1. Memberi penjelasan tentang proses

penyakit yang dialami

2. Memberitahu keluarga tentang pentingnya

menjalani pengobatan medis secara rutin

3. Melakukan negosiasi dengan

memperbolehkan keluarga tetap berobat

ke tabib, tetapi juga berobat ke rumah

sakit

Zulyanma

Zulyanma

22

Page 23: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

3.5 Evaluasi Keperawatan

No No Diagnosa Catatan perkembangan Pelaksana

1. 1

Tanggal

15 Mei 2013

S :

- Klien mengatakan bahwa ia telah

mengerti cara merawat kebersihan diri

(personal hygiene) yang baik

- Klien mengatakan sudah tidak pernah

mandi lagi di sungai

O :

- Klien dapat menyebutkan tentang cara

merawat kebersihan diri yang baik

- Klien dapat menyebutkan bahaya dan

dampak penyakit yang dideritanya

- Klien sudah menggunakan fasilitas

kamar mandi yang ada di rumahnya

dengan menggunakan air yang bersih

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Zulyanma

2. 2

15 Mei 2013

S :

- Klien mengatakan bahwa ia sudah pergi

ke dokter tetapi dengan intensitas yang

sangat jarang

- Klien mengatakan masih

berobat ke tabib atau dukun

O :

- Klien minum obat dari dokter

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Zulyanma

23

Page 24: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Transcultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses

belajar dan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya

dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,

keoercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

khussnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Model

konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan

dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model) seperti

yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini

digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah

klien (Andrew & Boyle, 1995).

Ada tiga pedoman yang yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan

kesehatan, mengakomodasi budaya kien bila budaya klien kurang menguntungkan

kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan

kesehatan.

4.2 Saran

Peran perawatan pada transcultural nursing teori ini adalah menjembatani antara sistem

perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui

asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger. Oleh

karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan

yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses keperawatan, hal

tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.

24

Page 25: Askep Keluarga Dengan Pendekatan Transkultural

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M. (1998). Family Nursing : Research, Theory and Practice. (4th Ed.).

Norwalk CT : Alpleton & Lange.

http://widantivirgian.wordpress.com/2013/03/29/konsep-keperawatan-keluarga/ (diakses

pada tanggal 25 September 2013; 19.00 WIB)

http://okfridacanismutputri.blogspot.com/p/pengkajian-transkultural.html (diakses pada

tanggal 25 September 2013; 19.00 WIB)

25