Askep jiwa 2

5
PENGERTIAN Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuartdan Sundeen, 1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif - kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu : Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega. Frustasi: Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis. Pasif: Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata - kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,memberi kata -kata ancaman -ancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. FAKTOR PREDISPOSISI Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:

description

hgdew

Transcript of Askep jiwa 2

Page 1: Askep jiwa 2

PENGERTIAN

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuartdan Sundeen, 1996). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif

- kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu :

Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.

Frustasi: Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.

Pasif: Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.

Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata

- kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.Kekerasan: sering juga disebut gaduh

- gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,memberi kata

-kata ancaman

-ancaman, melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:

1.Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudiandapat timbul agresif atauamuk. Masa kanak

- kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.

2.Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

Page 2: Askep jiwa 2

3.Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah -olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

4.Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

FAKTOR PRESPITASI

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut,padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflikdapat pula memicu perilaku kekerasan.

TANDA DAN GEJALA

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien kerumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengancara:

Observasi: Muka merah, pandangan tajam,otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.

Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

Wawancara: diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda

-tanda marahyang dirasakan klien.

MASALAH KEPERAWATAN

1.Perilaku kekerasan

2.Resiko mencederai

3.Gangguan harga diri: harga diri rendah

POHON MASALAH

Resiko mencederaiOrang lain/ lingkungan

Perilaku Kekerasan (CP)

Gangguan harga diri: harga diri rendah

DIAGNOSA

1.Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan kekerasan

2.Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

Page 3: Askep jiwa 2

RENCANA KEGIATAN KEPERAWATAN

Rencana tindakan keperawatan dibagi dua, yaitu:

1. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien:

a.Pertemuan ke 1

Kontrak dengan keluarga

Identifikasi masalah keluarga

Informasi tentang perilaku kekerasan

Informasi tentang cara merawat klien perilaku kekerasan

b.Pertemuan ke 2 dan 3

Penerapan cara merawat klien selama dirawat di rumah sakit

c.Pertemuan ke 4

Perencanaan pulang, tentang cara merawat klien di rumah

Cara mengevaluasi perilaku kekerasan di rumah

Cara mengevaluasi jadwal kegiatan di ruma

Page 4: Askep jiwa 2

PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAATTERJADI PERILAKUKEKERASAN

1.Tim Krisis Perilaku Kekerasan

Tim krisis perilaku kekerasanterdiri dari ketua tim krisisyang berperan sebagai pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif” ,perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor yang telah terlatih menangani krisis. Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,1998):

o Aktivitas ketua tim krisis

o Susun anggota tim krisis

o Beritahu petugas keamanan jika perlu

o Pindahkan klien lain dari area penanganan

o Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)

o Uraikan perencanaan penanganan pada tim

o Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien

o Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif

o Ikat klien dengan petunjuk ketua tim

o Berikan obat sesuai program terapi dokter

o Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien

o Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim

o Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan

o Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap

2.Pembatasan Gerak Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamarisolasi. Klien dibatasi perger akannya karena dapat mencederai orang lain atau dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998)

Langkah

-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut