Askep Halusinasi

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering dijumpai pada semua lapisan masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja, tidak memandang jenis kelamin, usia, serta status sosial. Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan seseorang, seperti aktivitas penderita, kehidupan sosial, pekerjaan serta hubungan dengan keluarga dapat menjadi terganggu. Karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Salah satu tanda gejala dari skizofrenia adalah terjadinya halusinasi. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering terjadi dari gangguan persepsi. Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya ransangan sensorik ( persepsi yang salah). Dengan kata lain, klien berespon terhadap ransangan yang tidak nyata yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. Dampak dari halusinasi ini adalah pasien sulit berespon terhadap emosi, perilaku pasien menjadi tidak terkendali, dan akhirnya pasien mengalami isolasi sosial karena tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain. Seorang dengan gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa membutuhkan perawatan yang baik agar gangguan yang terjadi dapat diatasi. Seorang perawat dituntut mampu melakukan asuhan keperwatan yang sesuai dengan permasalahan yang dialami pasien. 1

description

askep halusinasi

Transcript of Askep Halusinasi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangGangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering dijumpai pada semua lapisan masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja, tidak memandang jenis kelamin, usia, serta status sosial. Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan seseorang, seperti aktivitas penderita, kehidupan sosial, pekerjaan serta hubungan dengan keluarga dapat menjadi terganggu. Karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis.Salah satu tanda gejala dari skizofrenia adalah terjadinya halusinasi. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering terjadi dari gangguan persepsi. Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya ransangan sensorik ( persepsi yang salah). Dengan kata lain, klien berespon terhadap ransangan yang tidak nyata yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. Dampak dari halusinasi ini adalah pasien sulit berespon terhadap emosi, perilaku pasien menjadi tidak terkendali, dan akhirnya pasien mengalami isolasi sosial karena tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain.Seorang dengan gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa membutuhkan perawatan yang baik agar gangguan yang terjadi dapat diatasi. Seorang perawat dituntut mampu melakukan asuhan keperwatan yang sesuai dengan permasalahan yang dialami pasien. Penanganan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat secara langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan berbagai hal kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga bervariasi (Keliat, 2002).B. Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan halusinasi ?2. Apa saja macam-macam atau jenis dari halusinasi?3. Apakah faktor penyebab / etiologi dari terjadinya halusinasi?4. Apa sajakah dimensi halusinasi?5. Bagaimanakah manifestasi klinik dari halusinasi?6. Bagimanakah proses terjadinya halusinasi?7. Bagaimana kah mekaisme koping individu yang mengalami halusinasi?8. Apa saja akibat yang di timbulkan dari halusinasi?9. Bagaimana kah penatalaksanaan terhadap pasien halusinasi?10. Bagaimana kah pohon masalah dari halusinasi ?11. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien halusinasi?C. Tujuan1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan halusinasi 2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam atau jenis dari halusinasi3. Untuk mengetahui faktor penyebab / etiologi dari terjadinya halusinasi4. Untuk mengetahui apa saja dimensi halusinasi5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari halusinasi6. Untuk mengetahui proses terjadinya halusinasi7. Untuk mengetahui mekaisme koping individu yang mengalami halusinasi?8. Untuk mengetahui apa saja akibat yang di timbulkan dari halusinas9. Untuk mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien halusinasi10. Untuk mengetahui pohon masalah dari halusinasi 11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien halusinasi

BAB IIPEMBAHASANA. PengertianHalusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).Kesimpulannyabahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

B. Macam-Macam Halusinasi1. PendengaranMendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.2. PenglihatanStimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.3. PenghiduMembaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.4. PengecapanMerasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.5. PerabaanMengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.6. CenestheticMerasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine7. KinistheticMerasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Etiologi1. Faktor PredisposisiFaktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)a) Faktor perkembanganJika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.b) Faktor sosiokulturalBerbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya. c) Faktor biokimiaMempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP). d) Faktor psikologisTipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.e) Faktor geneticGen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.2. Faktor PresipitasiSecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:a. BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.b. Stress lingkunganAmbang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.c. Sumber kopingSumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. Dimensi HalusinasiMenurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :1. Dimensi fisikHalusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.2. Dimensi emosionalPerasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.3. Dimensi intelektualHalusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.4. Dimensi sosialKlien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.5. Dimensi spiritualSecara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

E. Manifestasi KlinikMenurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :1. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.2. Melihat seseorang yang sudah meninggal.3. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain4. Bicara atau tertawa sendiri.5. Marah-marah tanpa sebab.6. Menutup mata.7. Mulut komat-kamit8. Ada gerakan tangan9. Tersenyum10. Gelisah11. Menyendiri, melamunF. Proses Terjadinya Halusinasi1. Fase Pertama / comforting / menyenangkanPada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara.Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.2. Fase Kedua / comdemmingKecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.3. Fase Ketiga / controllingHalusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.4. Fase Keempat / conquering/ panikKlien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya ( apa yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :a. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkanGejala klinis :1) Menyeringai/ tertawa tidak sesuai2) Menggerakkan bibir tanpa bicara3) Gerakan mata cepat4) Bicara lambat5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkanb. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkanGejala klinis :1) Cemas2) Konsentrasi menurun3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyatac. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikanGejala klinis :1) Cenderung mengikuti halusinasi2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)d. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkanGejala klinis :1) Pasien mengikuti halusinasi2) Tidak mampu mengendalikan diri3) Tidak mampu mengikuti perintah nyata4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkunganG. Mekanisme KopingMekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

H. Akibat Yang DitimbulkanPasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.Tanda dan Gejala antara lain:1. Memperlihatkan permusuhan2. Mendekati orang lain dengan ancaman3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan5. Mempunyai rencana untuk melukaiKlien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.Tanda dan gejalanya adalah muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. I. PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :1. Menciptakan lingkungan yang terapeutikUntuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.2. Melaksanakan program terapi dokterSering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang adaSetelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat dengan klien.4. Memberi aktivitas pada klienKlien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatanKeluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.6. Farmakologi:a. Anti psikotik:1) Chlorpromazine (Promactile, Largactile)a) IndikasiIndikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.b) Mekanisme kerjaMemblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.c) Efek samping Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar. Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.d) Kontra indikasi Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.e) Penggunaan obat Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)a) Indikasi Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.b) Mekanisme kerjaObat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.c) Efek samping Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.d) Kontra indikasi Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.e) Penggunaan obatPenggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.3) Stelazine4) Clozapine (Clozaril)5) Risperidone (Risperdal)b. Anti parkinson:1) Trihexyphenidilea) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.b) Mekanisme kerja Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya.c) Efek sampingMulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.d) Kontra indikasiKontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.e) Penggunaan obatPenggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.2) ArthanJ. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminyab. Pasien dapat mengontrol halusinasinyac. Pasienmengikuti program pengobatan secara optimal2. Tindakan keperawatan :a. Membantu pasien mengenali halusinasi. Anda dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar/dilhat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul.Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara cara kontrol halusinasi, ajarkan pasienmengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi

Orientasi :selamat pagi, D saya perawat puskesmas ... yang akan merawat D. Nama saya SS, senang dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa?

Bagaimana perasaan D hari ini? apa keluhan disaat ini ?

Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang suara yang selama ini D dengar tetapi tak tampak wujudnya ? Dimana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit ?

Kerja :Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu ?

Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri ?

Apa yang D rasaakan pada saat mendengar suara itu?Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita blajar cara-cara untuk mencegah suara suara muncul ?

D, ada 4 cara untuk mencegah suara suara itu muncul . Pertama,dengan menghardik suara itu muncul. Kedua, dengan bercakap cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yangg sudah terjadwal. dan keempat minum obat secara teratur.

Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik

Caranya sebagai berikut: saat suara suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar,...saya tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya. stop jangan ganggu saya. begitu diulang ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah.., begitu..Bagus! Coba lagi! Ya bgus, D sudah dapat

Teminasi:Bagaimana perasaan D stelah peragaan latihan tadi? Kalau suara suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau pukul berapa saja latihannya? (anda memasukankegiatan latihan menghardik halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara suara dengan cara kedua ? Jam berapa D? Bagiamana kalau 2 jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya?

Baiklah, sampai jumpa

b. Melatih pasien mengontrol halusinasi . Dapat dilatih dengan 4 cara:1) Menghardik halusinasi: adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya . Kalau ini dapat dilakukan pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :a) menjelaskan cara menghardik halusinasib) memperagakan cara menghardikc) meminta pasienmemperagakan ulangd) memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien2) Bercakap cakap dengan orang lain. Hal ini dapat mengontrol halusinasi. Ketik pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Latihan pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap cakap dengan orang lain

Orientasi :Selamat pagi D. Bagaimana perasaan D hari ini? apakah suara suara itu masih muncul ? apakah suadah dipakai cara yang kita latih? berkurangkah suara suara nya? Bagus! sesuai janji kita tadi, saya akan melatih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakapc cakap dengan orang lain. kita akan latihan selama 20 menit. mau dimana? disini saja ?

Kerja :Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan , ber-cakap cakap dengan orang lain. Jadi, kalau D mulai mendengar suara suara, langsung saja cari teman untuk di ajak bicara. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini ... tolong, saya mulai mendengar suara-suara. ayo ngobrol dengan saya ! atau kalau ada orang di rumah ini mis. Kakak. D katakan, kak ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara suara. begitu D. Coba D lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya, begitu. Bagus ! Nah, latih terus ya, D!

Terminasi :Bagaimana perasaan D setelah latihan ini ? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalh kedua cara ini kalau D mengalamai halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal harian D ? Mau pukul berapa latihan bercakap cakap? Nah nanti lakukan secara teratur jika sewaktu waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal ? Mau pukul berapa? Bagaimana kalau pukul 10? Mau dimana? disini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi

3) Melakukan aktivitas yang terjadwal. Hal ini untuk mengurangi risiko munculnya kemblai halusinasi. Pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Tahapan intervensinya adalah sebagai berikut :a) menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasib) mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasienc) melatih pasien melakukan aktivitasd) Menyusun jadwal aktivitas sehari harie) memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi :selamat pagi, D. Bagaimana perasaan D hari ini ? apakah suara suara nya masih muncul? apakah sudah dipakai dua cara yang kita latih ? bagaimana hasilnya?bagus! sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. mau dimana kita bicara? baik, kita duduk di ruang tamu. berapa lama kita bicara? bagaimana kalau 30 menit? Baiklah

Kerja:apa saja yang biasa D lakukan ? apa saja keggiatan yang biasa dilakukan? (terus tanyakan sampai didapatkan kegiatan sampai malam). wah banyak sekali kegiatannya. mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). bagus sekali D dapat lakukan. kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan

Terminasi :bagaimana perasaan D setelah kita bercakap cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? bagus sekali! coba sebut kan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara suara. bagus sekali. mari kita masukan ke dalam jadwal kagiatan harian D. coba lakukan sesuai jadwal ya! (anda dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) bagaimana kalau kita membahas cara minum obat yang baik serta kegunaan obat pada kunjungan saya berikutnya. sampai jumpa

4) Menggunakan obat secara teratur. Tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat :a) jelaskan kegunaan obatb) jelaskan akibat putus obatc) jelaskan cara mendapatkan obat/berobatd) jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)Latih pasien menggunakan obat secra teratur

Orientasi :selamat pag D. bagaimana perasaan D hari ini ?apakah suara suaranya masih muncul? apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih? apakah jadwal kegiatannya sudah di laksanakan? apakah pagi ini sudah minum obat? baik. hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. kita akan berdiskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. disini saja ya D?

Kerja :D, apakah bedanya setelah minum obat secara teratur? apakah suara-suara berkurang atau hilang? minum obat sangat penting supaya suara suara yang D dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. berapa macam obat yang D minum? (perawat menyiapkan obat pasien) ini yang warna orange CPZ 3 kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran tenang. ini yang putih (THP) 3 kali sehari pukulnya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. sedangkan yang merah jambu 3 kali sehari , waktu nya sama gunannya untuk menghilangkan suara suara. kalau suara suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. nanti konsultasikan dengan dokter , sebab kalau putus obat D akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. kalau obat habis D dapat minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat menggunakan obat obatan ini. pastikan obatnya benar. artinya D harus memastikan bahwa itu benar benar punya D. jangan kelitu dengan obat milik orang lain. baca nama kemasannya. pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. yaitu diminum sesudah makan dan tepat pada waktunya. D juga harus memperhatikan berapa jumlah obatsekali minum danharus cukup minum 10 gelas per hari

Terminasi :bagaimana perasaan D setelah bercakap cakap tentang obat? sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara suara? Coba sebutkan! bagus! (jika jawaban benar) mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau dirumah. nah, maknan sudah datang. kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara yang sudah mencegah suara yang telah kita bicarakan. bagaimana kalau minggu depan? mau pukul berapa? bagaimana kalau pukul 10? sampai jumpa

K. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga 1. Tujuan Tindakan Keperawatan :a. keluarga dapat terlibat dalam perawatn pasien baik di rumah sakit maupu keluargab. keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien2. Tindakan keperawatan :a. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasienb. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasic. Memberikankesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasiend. memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan lanjutan pasien. Pendidikan kesehatan tentang pengertian halusnasi, jenishalusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara cara merawat pasien halusinasi

Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan anda!Orientasi:selamat pagi, bapak ibu saya SS, perawat yang merawat anak bpk/ibu

bagaimana perasaan bapak /ibu hari ini? apa pendapat bpk/ibu tentang anak bpk/ibu?

hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang bpk/ibu hadapi dalam merawat D?

kita mau diskusi dimana? bagaimana kalau di ruang tamu? berapa lama waktu bpk /ibu? bagaimana kalau 30 menit?

Kerja :apa yang bpk/ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D? apa yang bpk/ibu lakukan?

Ya, gejala yang dialami oleh anak bpk/ibu namanya halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya

tandan tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah marah tanpa sebab

jadi kalau anak bpk ibu mendengar suara suara, sebenarnya suara itu tidak ada

kalau anak bpk/ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada

untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan bebrapa cara. ada beberapa cara untuk mebantu anak bpk/ibu agar dapat mengendalikan halusinasi. cara cara tersebut antara lain: pertama, dihadapan anak bpk/ibu jangan mebantah hakusinasi atau menyokongnya. katakan saja bahwa bpk/ibu percaya bahwa D memang mendengar suara atau bayangan, tetapi bpk/ibu sendiri tidak mendengar ataupun melihatnya

kedua, bantu anak bpk/ibu minum obat secra teratur. jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih D untuk minum oat secara teratur. Jadi bpk ibu dapat mengingatkan kembali . obatnya ada 3 acam ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menenangkan pikiran. diminum 3 kali sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, waktu minum nya sama dengan CPZ tadi. yang biru namanya HP. gunanya menghilangkan suara suara. waktu minum ny sama dengan CPZ. obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan

:terakhir bila tandatanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi D dengan cara menepuk punggung anak bpk/ibu. kemudian suruhlah D menghardik suara tersebut. D sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.

sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi D. sambil menepuk punggung D, katakan D: D , sedanf apa kamu? kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara siuara itu datang? Ya. usir dan katakan stop pada suara itu. tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu saya tidak mau dengar, jangan ganggu saya, stop tinggalkan saya. ucapkan berulang ulang D sekarang coba bpk/ibu praktikan cara yang baru saja saya ajarkan

bagus pak/bu

Terminasi:bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita berdiskusi dan memerlukan latihan memutuskan halusinasi D?

sekarang coba bpk/ibu sebutkan kembali tiga cara merawat D

bagus sekali pakbu. bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktikan cara memutus halusinasi langsung kepada D

pukul berapa kita bertemu?

baik, sampai jumpa.selamat pagi

Latih keluarga melakukan praktik merawat pasien secara langsung dihadapan pasien

Beri kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien halusinasi langsung dihadapan pasien.Orientasi:selamat pagi!

bagaimana perasaan bpk/ibu pagi ini?apakah bpk ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi D yang sedang mengalami halusinasi? bagus!

sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktikan cara memutus halusinasi langsung kepada D

mari kita temui D

Kerja:selamat pagi D. D, bpk/ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara suara yangs sering D dengar. untuk ini pagi ini bpk/ibu D akan mempraktikan cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka bpk/ibu akan mengingatkan sperti ini.sekarang, coba bpk/ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut(anda mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhaap pasien). bagus sekali! bagimana D? senang di bantu bpk/ibu? nah, bpk/ibu ingin melihat jadwal harian D. (pasien memperlihatkan dan mendorong oran tua memberikan pujian) baiklahsekarang saya dan orang tua D ke ruang perawat dulu (anda dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi :bagaimana perasaan bpk/ibu setelah mempraktikan cara memutus halusinasi lngsung kepada D?

diingat ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/bu. bpk ibu dapat melakukan cara itu bila D mengalami halusinasi

bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian D. jam berapa bpk/ibu dapat datang ? tempatnya disini ya. sampai jumpa.

Jelaskan perawatan lanjutan

Peragakan kepada pasngan anda komunikasi dibawah ini!Orientasi:selamat pagi pak/bu, karena progran kunjungan saya sudah mau berakhir, sesuai janji kita sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal D

nah, sekarang kita bicarakan jadwal D. mari kita duduk di ruang tamu !

berapa ama bpk/ibu ada waktu? bagaimana kalau 30 menit?

Kerja:ini jadwal kegiatan D yang telah disusun. jadwal ini dapat dilanjtkan. coba bpk/ibu lihat mungkinkahh dilakukan? siapa yang kira kira memotivasi dan mengingatkan? jadwal yang telah kita buat tolong dilanjtkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya

hal hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh D. Mis. kaluD terus menerus mendengar suara suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. jika hal ini terjadi segera hubungi saya di puskesmas, ini nomor telepon puskesmasnya xxxx.

Terminasi:bagaimana bpk/ibu? ada yang ingin ditanyakan? coba ibu sebutkan cara cara merawat D! bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat) ini jadwalnya. sampai jumpa!

L. Pohon Masalah

M. Asuhan Keperawatan

1. Data yang Perlu Dikajia. Alasan masuk RSUmumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.b. Faktor prediposisi1) Faktor perkembangan terlambata) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan2) Faktor komunikasi dalam keluargaa) Komunikasi peran gandab) Tidak ada komunikasic) Tidak ada kehangatand) Komunikasi dengan emosi berlebihane) Komunikasi tertutupf) Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik dalam keluarga3) Faktor sosial budayaIsolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.4) Faktor psikologisMudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.5) Faktor biologisAdanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.6) Faktor genetikTelah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.c. Faktor presipitasiFaktor faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.1) KesehatanNutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.2) LingkunganLingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.3) SikapMerasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.4) PerilakuRespon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :a) Jenis dan Isi halusinasiData objektif dapat anda kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjktif dapat anda kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan. b) Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi. Kapan halusinasi terjadi? Pukul berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah ketika sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu? Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pertanyaan klien.c) Respon klien terhadap halusinasiSejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.d. PemeriksaanfisikYang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.1) Status mentala) Penampilan : tidak rapi, tidak serasib) Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belitc) Aktivitas motorik : meningkat/menurund) Afek : sesuai/maladaprife) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan nformasif) Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikirg) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistish) Tingkat kesadarani) Kemampuan konsentrasi dan berhitung2) Mekanisme kopinga) Regresi : malas beraktifitas sehari-harib) Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.c) Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.2. Masalah Keperawatan yang Mungkin MunculAda beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:a. ResikoPerilaku kekerasanberhubungan dengan halusinasi pendengaran.b. Gangguanpersepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial.

3. Rencana Tindakan

DIAGNOSA KEPERAWATANTUJUANINTERVENSI

Resiko perilaku kekerasan

TUM:Selama perawatan diruangan, pasien tidak memperlihatkan perilaku kekerasan, dengan criteria hasil(TUK): Dapat membina hubungan saling percaya Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK dengan cara : Fisik Social dan verbal Spiritual Minum obat teratur Dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan cara mencegah PK yang sesuai Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK Dapat terlibat dalam kegiatan diruanganTindakan Psikoterapia.Pasien BHSPAjarakan SP I: Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang dilakukan pasien serta akibat PK Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal) Masukkan dalam jadwal harianAjarkan SP II: Diskusikan jadwal harian Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertif Masukkan dalam jadwal kegiatan harianAjarkan SP III: Diskusikan jadwal harian Latih cara spiritual untuk mencegah PK Masukkan dalam jadawal kegiatan harianAjarkan SP IV Diskusikan jadwal harian Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat secara teratur Masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakitKeluarga : Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta proses terjadinya Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obatTindakan psikofarmako Berikan obat-obatan sesuai program pasien Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum Mengukur vital sign secara periodicTindakan manipulasi lingkungan Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan mulai meningkat Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan realita

Gangguan persepsi sensori: halusinasiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu mengontrol halusinasi dengan kriteria hasil: Klien dapat membina hubungan saling percaya Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, waktu, dan frekuensi halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yg sudah dilakukan Klien dapatmenyebutkan dan mempraktekan cara mengntrol halusinasi yaitu dengan menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, terlibat/ melakukan kegiatan, dan minum obat Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya Klien dapatminum obat dengan bantuan minimal Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIKKlien Bina hubungan saling percaya Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya Tanyakan keluhan yang dirasakan klien Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien tentang halusinasinya meliputi :SP I Identifikasi jenis halusinasi Klien Identifikasi isi halusinasi Klie Identifikasi waktu halusinasi Klien Identifikasi frekuensi halusinasi Klien Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi Identifikasi respons Klien terhadap halusinasi Ajarkan Klien menghardik halusinasi Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harianSP II Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianSP III Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan Klien di rumah) Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harianSP IV Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar. Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara control yang sudah diajarkan Menganjurkan Klien memilih salah satu cara control halusinasi yang sesuaiKeluarga Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam merawat Klien Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis halusinasi yang dialami Klien serta proses terjadinya Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasi Latih keluarga melakukan cara merawat Klien halusinasi secara langsung Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat

TINDAKAN PSIKOFARMAKO Berikan obat-obatan sesuai program Klien Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum Mengukur vital sign secara periodic

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan Libatkan Klien dalam TAK halusinasi

Isolasi Sosial

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama3x24 jamKlien dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara individu maupun secara berkelompok dengan kriteria hasil : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial. Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. Dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Dapat berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain secara bertahap Terlibat dalam aktivitas sehari-hari

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIKKlienSP 1 Bina hubungan saling percaya Identifikasi penyebab isolasi sosialSP 2 Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalamjadwalkegiatan harian dirumahSP 3 Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain dalamjadwalkegiatan harian dirumahSP 4 Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek samping obat) Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasidalamjadwalkegiatan harian dirumah Anjurkan Klien untukbersosialisasi dengan orang lainKeluraga Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam merawat Klien Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan proses terjadinya Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA Beri obat-obatan sesuai program Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN Libatkan dalam makan bersama Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering Berikan reinforcement positif setiap Klien berhasil melakukan suatu tindakan Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya

Defisit perawatan diriSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x hari, klien dapat mandiri melakukan perawatan diri dengan kriteria: Dapat menjelaskan pentingnya kebersihan dan kerapian Menyebutkan ciri-ciri badan yang bersih dan rapi Dapat menyebutkan manfaat badan bersih dan rapi Dapat menyebutkan kerugian badan badan yang tidak bersih dan tidak rapi Dapat mempraktikan cara melakukan cara perawatan diri dengan benar Badan bersih dan rapi Badan tidak bau Dapat melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIKPasien Menjelaskan pentingnya kebersihan dan kerapian diri Mendiskusikan ciri-ciri badan bersih dan rapi Menjelaskan manfaat bsdsn bersih dan rapi dan kerugian jika jika badan tidak bersih dan tidak rapi Mengajarkan cara menjaga kebersihan dan kerapian diri Memberikan kesempatan pada pasien untuk mendemonstrasikan cara menjaga kebersihan dan kerapian diri Menganjurkan pasien memasukan cara menjaga kebersihan dan kerapian kedalam jadwal kegiatan harianKeluarga Mendiskusikan kesulitan yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien dengan masalah deficit perawatan diri Menjelaskan ciri-ciri pasien yang mengalami masalah deficit perawatan diri dan jenis deficit perawatan diri yang sering dialami oleh pasien dan proses terjadinya Menjelaskan cara cara merawat pasien deficit perawatan diri Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas perawatan diri bagi pasien dirumah termasuk minum obat (discharge planning)TINDAKAN PSIKOFARMAKO Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien Memantau keefektifan dan efeksamping obat yang diminum Mengukur vital sign secara periodic (tekanan darah, nadi dan pernafasan)TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN Mendukung pasien untuk melakukan perawatan diri sesuai kemampuan dengan menyediakan alat-alat untuk perawatan diri Memberikan pengakuan atau penghargaan yang positif untuk kemampuannya melakukan perawatan diri Jadwalkan pasien melakukan defekasi dan berkemih, jika pasien mengotori dirinya

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan1. Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.2. Macam macam halusinasi antara lain : Pendengaran, Penglihatan, Penghidu, Pengecapan, Perabaan, Cenesthetic, KinistheticB. SaranGangguan jiwa salah satunya halusinasi, perlu dan harus mendapat perhatian khusus dari masyarakat maupun dari tenaga kesehatan. Saran untuk mahasiswa yaitu melakukan pengkajian sesuai dengan teori dan dapat mendokumentasikan data secara lengkap, serta dalam melakukan pengkajian, perawat hendaknya menggunakan teknik komunikasi terapeutik, sehingga dapat terbina hubungan saling percaya antara klien atau keluarga dengan perawat.

DAFTAR PUSTAKAKusumawati dan Hartono . 2010 .Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 .Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC .

Keliat Budi Ana. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I.Jakarta : EGC

Nita Fitria. 2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2001).Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.

Akemat. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

35