ASKEP FRAKTUR

17
ASKEP FRAKTUR >> Kamis, 10 Juli 2008 FRAKTUR I. PENGERTIAN Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543) Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553). II. ETIOLOGI Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu : a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh : 1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. 2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh

description

kmb

Transcript of ASKEP FRAKTUR

Page 1: ASKEP FRAKTUR

ASKEP FRAKTUR

>> Kamis, 10 Juli 2008

FRAKTUR

I. PENGERTIAN

Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553).

II. ETIOLOGIMenurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :a. Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.b. Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit

Page 2: ASKEP FRAKTUR

polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMURa. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.- Kontaminasi ringan.2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse- Fraktur komuniti sedang.3) Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.c. Fraktur complete• Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).d. Fraktur incomplete• Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.e. Jenis khusus fraktura) Bentuk garis patah1) Garis patah melintang2) Garis pata obliq3) Garis patah spiral4) Fraktur kompresi5) Fraktur avulsib) Jumlah garis patah1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.c) Bergeser-tidak bergeser Fraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser. Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

IV. PATOFISIOLOGIProses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :1. Fase hematum• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat2. Fase granulasi jaringan• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.

Page 3: ASKEP FRAKTUR

3. Fase formasi callus• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus4. Fase ossificasi• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah5. Fase consolidasi dan remadelling• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).

V. TANDA DAN GEJALA1. DeformitasDaya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness/keempukan6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung Mengetahui tempat dan type frakturBiasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

VII. PENATALAKSANAAN1. Fraktur Reduction Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates

Page 4: ASKEP FRAKTUR

batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.Peralatan traksi :o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendeko Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.2. Fraktur Immobilisasi Pembalutan (gips) Eksternal Fiksasi Internal Fiksasi Pemilihan Fraksi3. Fraksi terbuka Pembedahan debridement dan irigrasi Imunisasi tetanus Terapi antibiotic prophylactic Immobilisasi (Smeltzer, 2001).

MANAJEMEN KEPERAWATANI. PENGKAJIANPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :a. SirkulasiGejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).b. Integritas egoGejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.c. Makanan / cairanGejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).d. PernapasanGejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.e. KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.f. Penyuluhan / PembelajaranGejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

II. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Page 5: ASKEP FRAKTUR

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang- Klien tampak tenang.Intervensi dan Implementasi :a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluargaR/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatifb. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeriR/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeric. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeriR/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.d. Observasi tanda-tanda vital.R/ untuk mengetahui perkembangan kliene. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesikR/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

Page 6: ASKEP FRAKTUR

- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.Intervensi dan Implementasi :a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.c. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..- melakukan pergerakkan dan perpindahan.- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :    0 = mandiri penuh    1 = memerlukan alat Bantu.

Page 7: ASKEP FRAKTUR

    2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.    3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.    4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.Intervensi dan Implementasi :g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.- luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.- Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.Intervensi dan Implementasi:a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

Page 8: ASKEP FRAKTUR

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

IV. EVALUASIEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKABlack, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : PhiladelpiaBoedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, JakartaDoenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. JakartaNasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

PROSES KEPERAWATAN PADA KLIENFRAKTUR FEMUR

Femur merupakan tulang yang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal tulang memerlukan gaya yang besar untuk mematahkan batang femur pada orang dewasa, kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma multiple yang menyertainya. Secara klinis fraktur femur terdiri dari patah tulang paha terbuka dan patah tulang paha  tertutup yang asuhan keperawatannya berbeda.

Sering klien mengalami syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak ke dalam jaringan maupun syok neurogenik disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat yang dialami klien.

Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Page 9: ASKEP FRAKTUR

KlasifikasiAda 2 tipe dari fraktur femur, yaitu:

1.      Fraktur Intrakapsuler Femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan melalui kepala femur (Capital Fraktur)

a.       Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar / yang lebih kecil / pada daerah intertrokhanter.

b.      Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

2.      Fraktur Ekstrakapsulera.       Hanya dibawah kepala femurb.      Melalui leher dari femur

A.  PENGKAJIANManifestasi klinis fraktur femur hampir sama pada klinis fraktur umum tulang panjang seperti nyeri,

hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur, krepitus, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur, tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam / hari setelah cedera.

B.  ANAMNESA1.      Identitas klien2.      Keluhan utama

Pada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

 Provoking Incident

 Quality of Paint

 Region

  Severity (Scale) of Pain

  Time

:

:

:

:

:

Faktor presipitasi nyeri adalah trauma pada bagian paha.Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk-nusuk.Rasa sakit bisa reda dengan immobilisasi atau dengan istirahat, rasa sakit tidak menjalar atau menyebar, dan rasa sakit terjadi di bagian paha yang mengalami patah tulang.Rasa nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara skala 2-4 pada rentang skala pengukuran0-4Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari / siang hari.

C.  RIWAYAT PENYAKIT1. Riwayat Penyakit Sekarang

Kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, apakah sudah berobat ke dukun? Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit-penyakit tertentu seperti Kanker Tulang dan penyakit Paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit Diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya Osteomyelitis akut maupun kronik dan juga Diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang paha adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.

4. Riwayat Psikososial Spiritual

Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga / masyarakat.

Page 10: ASKEP FRAKTUR

Pola Persepsi dan Konsep DiriDampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat frakturnya,

rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).

D.  PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum:

         Kesadaran penderita: apatis, spoor, koma, gelisah, compos mentis, tergantung pada keadaan klien.         Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.         Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.

(Breathing)      Pada klien dengan fraktur femur pemeriksaan pada sistem pernapasan inspeksi pernapasan tidak ada

kelainan. Palpasi thorax didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan.

(Blood)      Inspeksi : tidak tampak iktus jantung. Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi : suara S1

dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.

      Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis      Muka : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi,

simetris, tidak ada edema.      Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (apabila klien dengan patah tulang tertutup,

karena tidak  terjadi perdarahan). Pada klien dengan fraktur terbuka dengan banyaknya perdarahan yang keluar biasanya konjungtiva didapatkan anemis.

            Sistem sensorik, pada klien faktur femur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak timbul gangguan, begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

(Bladder)      Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk berat jenis urine, biasanya

klien fraktur femur tidak ada kelainan pada sistem urine.(Bowel)

      Abdomen.      Inspeksi     : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.      Palpasi       : turgor baik, tidak ada depands muskuler, hepar tidak teraba.      Perkusi      : suara tymphani.      Auskultasi : peristaltic usus normal  20 kali / menit.      Inguinal-Genetalia-Anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lympe, tak ada kesulitan BAB

      Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik, sensorik dan peredaran darah.

 Look : Sistem Integumen : terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, edema, nyeri tekan. Didapatkan adanya pembengkakan hal-hal yang tidak biasa (abnormal), deformitas, perhatikan adanya kompartemen sindrom pada lengan bagian distal fraktur femur. Apabila terjadi open fraktur di dapatkan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sampai pada kerusakan integritas kulit. Pada fraktur oblik, spiral atau bergeser yang mengakibatkan pemendekan batang femur. Adanya tanda-tanda cidera dan kemungkinan keterlibatan bekas neurovaskuler (saraf dan pembuluh darah). Paha seperti bengkak/edema. Perawat perlu mengkaji apakah dengan adanya pembengkakan pada tungkai atas yang mengganggu sirkulasi peredaran darah ke bagian bawahnya. Terjebaknya otot, lemak, saraf dan pembuluh darah dalam sindroma kompartemen pada fraktur femur adalah perfusi yang tidak baik pada bagian distal pada jari-jari kaki, tungkai bawah pada sisi fraktur bengkak, adanya keluhan nyeri pada tungkai, timbulnya bula yang banyaknya menyelimuti bagian bawah dari fraktur femur.

 Feel : Adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha.

Page 11: ASKEP FRAKTUR

 Move : Terdapat keluhan nyeri pada pergerakan

      Pola Tidur dan Istirahat:      Semula klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu dan

kebutuhan tidur klien.

E.  DIAGNOSA KEPERAWATANMasalah keperawatan yang sering muncul pada fraktur humerus baik yang fraktur terbuka dan fraktur tertutup, meliputi:

1. Nyeri

2. Kerusakan mobilitas fisik

3. Defisit perawatan diri

4. Resiko tinggi trauma

5. Resiko tinggi infeksi

6. Kerusakan integritas kulit

7. Kecemasan

F.   INTERVENSI KEPERAWATAN1. Nyeri berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi, saraf, cedera neuromuskuler,

trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

 Tujuan : Nyeri berkurang, hilang atau beradaptasi Kriteria Hasil : Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau

dapat diadaptasi. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkat kan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.

 Intervensi :a.       Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4

  Rasional : Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

b.      Atur posisi immobilisasi pada paha Rasional : Immobilisasi yang adekuat dapat mengurangi

pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri pada paha.

c.       Ajarkan relaksasi:Teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkat relaksasi masase.

 Rasional : Akan melancarkan peredaran, darah sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

d.      Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut Rasional : Mengalihkan perhatian nyerinya dengan hal-hal

menyenang  kan.e.       Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian analgetik untuk menguji

keefektifannya. Serta setiap 1-2 jam setelah tindakan perawat selama 1-2 hari. Rasional : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat

data yang objektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat

f.       Kolaborasi dengan dokter1)      Pemberian analgetik

 Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

2)      Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang Rasional : Traksi yang efektif akan memberikan dampak

pada penurunan pergeseran fragmen tulang dan memberikan posisi yang baik untuk penyatuan tulang

3)      Operasi untuk pemasangan fiksasi interna Rasional : Fiksasi interna dapat membantu immobilisasi

fraktur femur sehingga pergerakan fragmen

Page 12: ASKEP FRAKTUR

berkurang

2.      Resiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi Kriteria Hasil : Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan

trauma Intervensi :

a.       Pertahankan immobilisasi pada lengan atas Rasional :  Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan akibat

fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnyab.      Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi

yang netral.Rasional : Mencegah perubahan posisi dengan tetap

mempertahankan kenyamanan dan keamananc.       Monitor traksi :1)      Keadaan kontratraksi

 Rasional : Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif. Umumnya berat badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan kontratraksi

2)      Kesinambungan traksi Rasional : Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan

immobilisasi fraktur efektif.3)      Tali traksi tulang

 Rasional : Traksi skelet tidak boleh terputus karena akan memudah kan trauma pada tulang akibat adanya pergeseran tiba-tiba fragmen tulang.

4)      Pemberat traksi Rasional : Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi

dimaksud kan intermitten. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus dihilangkan. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.

5)      Posisi anatomis paha klien Rasional : Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan

pusat tempat tidur ketika traksi dipasang6)      Tali tidak boleh macet

 Rasional : Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

d.      Kolaborasi pemberian antibiotika Rasional : Antibiotic bersifat baketrisida/baktiostatik untuk

membunuh/ menghambat perkembangan kumane.       Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan dengan lokal/sistemik, seperti peningkatan

nyeri edema). Rasional : Menilai perkembangan masalah klien

3.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurun nya kekuatan pada otot paha.

 Tujuan : Perawatan diri klien dapat teratasi Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup

untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai denga tingkat kemampuan, mengidenti-fikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.

 Intervensi :a.       Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.

 Rasional : Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.

b.      Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien perlu Rasional : Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini

dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.

Page 13: ASKEP FRAKTUR

c.       Rencanakan tindakan untuk penurunan pergerakan pada sisi paha yang sakit seperti tempatkan makanan dan peralatan dekat dengan klien.

 Rasional : Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang diperlu-kan karena lebih dekat dengan lengan yang sehat.

d.      Identifikasi kebiasaan BAB, anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas. Rasional : Meningkatkan latihan dan menolong mencegah

konstipasi

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. 1985. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI.

Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskletal. Edisi 1.