Askep Cidera Kepala Sedang

14
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN CIDERA KEPALA SEDANG A. PENGERTIAN Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985) Disebut cedera kepala sedang bila GCS 9-12, kehilangan kesadaran atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK. B. PATOFISIOLOGI Cedera kulit kepala Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala berdarah bila mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga merupakan tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat menimbulkan abrasi, kontisio, laserasi atau avulsi. Fraktur tengkorak Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka/tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah

description

dd

Transcript of Askep Cidera Kepala Sedang

Page 1: Askep Cidera Kepala Sedang

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN CIDERA KEPALA SEDANG

A. PENGERTIAN

Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada

jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi

(sylvia anderson Price, 1985)

Disebut cedera kepala sedang bila GCS 9-12, kehilangan kesadaran atau terjadi

amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang

mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan

otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan TIK.

B. PATOFISIOLOGI

Cedera kulit kepala

Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala berdarah bila

mengalami cedera dalam. Kulit kepala juga merupakan tempat masuknya infeksi

intrakranial. Trauma dapat menimbulkan abrasi, kontisio, laserasi atau avulsi.

Fraktur tengkorak

Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak disebabkan oleh

trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak. Adanya fraktur tengkorak

biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak

diklasifikasikan terbuka/tertutup. Bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur

tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar

fraktur dan karena alasan yang kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan

dengan sinar X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintas sinus paranasal pada tulang

frontal atau lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga sering menimbulkan hemorragi

dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva. Fraktur dasar

tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung.

Cidera otak

Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Otak

tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang bermakna sel-

sel cerebral membutuhkan supalai darah terus menerus untuk memperoleh makanan.

Kerusakan otak tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat diakibatkan karena darah yang

Page 2: Askep Cidera Kepala Sedang

mengalir tanpa henti hanya beberapa menit saja dan kerusakan neuron tidak dapat

mengalami regenerasi.

Komosio

Komosio cerebral setelah cedera kepala adalah kehilangan fase neuologik sementara

tanpa kerusakan struktur. Jika jaringan otak dan lobus frontal terkena, pasien dapat

menunjukkan perilaku yang aneh dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan

amnesia disoreantasi.

Kontusio

Kontusio cerebral merupakan CKB, dimana otak mengalami memar dan

kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada periode tidak sadarkan diri.

Pasien terbaring kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin

dan pucat.

Hemoragi cranial

Hematoma ( pengumpulan darah ) yang terjadi dalam tubuh kranial adalah akibat

paling serius dari cedera kepala. Ada 3 macam hematoma :

1. Hematoma Epidural (hematoma Ekstradural)

Setelah terjadi cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural

(ekstradural) diantara tengkorak di dura. Keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur

tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningkat tengah putus atau rusak

(laserasi), dimana arteri ini berada diantara dura dan tengkorak daerah frontal inferior

menuju bagian tipis tulang temporal, hemoragi karena arteri ini menyebabkan

penekanan pada otak.

2. hematoma subdural

hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar otak,

yang pada keadaan normal diisi oleh cairan. Hemoragi sub dural lebih sering terjadi

pada vena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani

ruang subdural. Hematoma subdural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik

tergantung pada ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah perdarahan yang

ada. Hematoma subdural akut: dihubungkan dengan cedera kepala mayor yang

meliputi kkontusio atau laserasi. Hematoma subdural subakut: sekrela kontusio sedikit

Page 3: Askep Cidera Kepala Sedang

berat dan dicurigai pada bagian yang gagal untuk menaikkan kesadaran setelah

trauma kepala. Hematoma subdural kronik: dapat terjadi karena cedera kepala minor

dan terjadi paling sering pada lansia. Lansia cenderung mengalami cedera tipe ini

karena atrofi otak, yang diperkirakan akibat proses penuaan.

3. Hemoragi Intra cerebral dan hematoma

hematoma intracerebral adalah perdarahan ke dalam substansi otak. Hemoragi

ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak kepala sampai

daerah kecil. Hemoragi in didalam menyebabkan degenerasi dan ruptur pembuluh

darah, ruptur kantong aneorima vasculer, tumor infracamal, penyebab sistemik

gangguan perdarahan.

Trauma otak mempengaruhi setiap sistem tubuh. Manifestasi klinis cedera otak meliputi :

- Gangguan kesadaran

- Konfusi

- Sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan

- Tiba-tiba defisit neurologik

- Perubahan TTV

- Gangguan penglihatan

- Disfungsi sensorik

- lemah otak

Page 4: Askep Cidera Kepala Sedang

C. PATHWAYSTrauma kepala

Ekstra kranial Tulang kranial Intra kranial

Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan

vaskuler

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang

Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)

Gangguan suplai darah- Perubahan

autoregulasi- Oedema serebral

Resiko infeksi

Nyeri

Iskemia

- Perdarahan

- hemato

Hipoksia Perubahan perfusi jaringan

kejang

Perubahan sirkulasi CSS

Gangg. Fungsi otak Gangg. Neurologis fokal

- Bersihan jln nafas

- Obstruksi jln. Nafas

- Dispnea

Peningkatan TIK- Mual-muntah

PapilodemaPandangan kaburPenurunan fungsi pendengaranNyeri kepala Defisit neurologis

Girus medialis lobus temporalis tergeser

Resiko kurangnya volume cairan

Gangg. Persepsi sensori

Resiko tidak efektif jln. Nafas

Herniasi unkus

Tonsil cerebrum tergeser Kompresi medula oblongata

Messenfalon tertekan Resiko injuri

immobilitasi

cemas

Resiko gangg. Integritas kulilt

Kurangnya perawatan diri

Gangg. kesadaran

Page 5: Askep Cidera Kepala Sedang

D. TANDA DAN GEJALA

Pola pernafasan

Pusat pernafasan diciderai oleh peningkatan TIK dan hipoksia, trauma langsung atau

interupsi aliran darah. Pola pernafasan dapat berupa hipoventilasi alveolar, dangkal.

Kerusakan mobilitas fisik

Hemisfer atau hemiplegi akibat kerusakan pada area motorik otak.

Ketidakseimbangan hidrasi

Terjadi karena adanya kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus dan peningkatan

TIK

Aktifitas menelan

Reflek melan dari batang otak mungkin hiperaktif atau menurun sampai hilang sama

sekali

Kerusakan komunikasi

Pasien mengalami trauma yang mengenai hemisfer serebral menunjukkan disfasia,

kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT Scan

Ventrikulografi udara

Angiogram

Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Ultrasonografi

F. PENATALAKSANAAN

1. Air dan Breathing

- Perhatian adanya apnoe

- Untuk cedera kepala berat lakukan intubasi

endotracheal. Penderita mendapat ventilasi dengan oksigen 100% sampai

diperoleh AGD dan dapat dilakukan penyesuaian yang tepat terhadap FiO2.

- Tindakan hiperventilasi dilakukan hati-hati untuk

mengoreksi asidosis dan menurunkan secara cepat TIK pada penderita dengan

pupil yang telah berdilatasi. PCO2 harus dipertahankan antara 25-35 mmhg.

2. Circulation

Hipotensi dan hipoksia adalah merupakan penyebab utama terjadinya perburukan

pada CKS. Hipotensi merupakan petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat,

Page 6: Askep Cidera Kepala Sedang

walaupun tidak tampak. Jika terjadi hipotensi maka tindakan yang dilakukan adalah

menormalkan tekanan darah. Lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume

yang hilang sementara penyebab hipotensi dicari.

3. disability (pemeriksaan neurologis)

- Pada penderita hipotensi pemeriksaan neurologis tidak

dapat dipercaya kebenarannya. Karena penderita hipotensi yang tidak

menunjukkan respon terhadap stimulus apapun, ternyata menjadi normal kembali

segera tekanan darahnya normal

- Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan GCS dan

reflek cahaya pupil

G. PENGKAJIAN PRIMER

a. Airway

Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia,

penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis

b. Breathing

Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada, fail

chest, gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas tambahan

seperti ronchi, wheezing.

c. Sirkulasi

Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea,

hipotermi,pucat, akral dingin, kapilari refill>2 detik, penurunan produksi urin.

d. Disability

Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.

e. Eksposure

Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.

H. PENGKAJIAN SKUNDER

- Kepala

Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan membrana

timpani, cedera jaringan lunak periorbital

- Leher

Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang

- Neurologis

Penilaian fungsi otak dengan GCS

- Dada

Page 7: Askep Cidera Kepala Sedang

Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung, pemantauan

EKG

- Abdomen

Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma tumpul abdomen

- Pelvis dan ekstremitas

Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar dan cedera yang

lain

I. DIAGNOASA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran darah

ke serebral, edema serebral

2. Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro muskuler (cedera

pada pusat pernafasan otak, kerusakan persepsi /kognitif)

3. Kerusakan pertukaran gas b.d hilangnya control volunteer

terhadap otot pernafasan

4. Inefektif bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekresi, obstruksi

jalan nafas

5. Gangguan pola nafas b.d adanya depresi pada pusat pernafasan

6. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan b.d penurunan kesadaran

7. Resiko cedera b.d kejang, penurunan kesadaran

8. Gangguan eliminasi urin b.d kehilangan control volunteer pada

kandung kemih

J. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnosa : gangguan perfusi jaringan serebral b.d penurunan

aliran darah ke serebral, edema serebral

Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi motorik dan sensorik

Intervensi :

- Kaji faktor penyebab penurunan kesadaran dan

peningkatan TIK

- Monitor status neurologis

- Pantau tanda-tanda vital dan peningkatan TIK

Page 8: Askep Cidera Kepala Sedang

- Evaluasi pupil, batasan dan proporsinya terhadap

cahaya

- Letakkan kepala dengan posisi 15-45 derajat lebih

tinggi untuk mencegah peningkatan TIK

- Kolaburas pemberian oksigen sesuai dengan indikasi,

pemasangan cairan IV, persiapan operasi sesuai dengan indikasi

2. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuro

muskuler (cedera pada pusat pernafasan otak, kerusakan persepsi /kognitif)

Tujuan : pola nafas pasien efektif

Intervensi :

- Kaji pernafasan (irama, frekuensi, kedalaman) catat

adanya otot bantu nafas

- Kaji reflek menelan dan kemampuan mempertahankan

jalan nafas

- Tinggikan bagian kepala tempat tidur dan bantu

perubahan posisi secara berkala

- Lakukan pengisapan lendir, lama pengisapan tidak lebih

dari 10-15 detik

- Auskultasi bunyi paru, catat adanya bagian yang

hipoventilasi dan bunyi tambahan(ronchi, wheezing)

- Catat pengembangan dada

- Kolaburasi : awasi seri GDA, berikan oksigen tambahan

melalui kanula/ masker sesuai dengan indikasi

- Monitor pemakaian obat depresi pernafasan seperti

sedatif

- Lakukan program medik

3. Diagnosa : kerusakan pertukaran gas b.d hilangnya control

volunteer terhadap otot pernafasan

tujuan : pasien mempertahankan oksigenasi adekuat

intervensi :

- Kaji irama atau pola nafas

- Kaji bunyi nafas

- Evaluasi nilai AGD

Page 9: Askep Cidera Kepala Sedang

- Pantau saturasi oksigen

4. Diagnosa : Inefektif bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret,

obstruksi jalan nafas

Tujuan : mempertahankan potensi jalan nafas

intervensi :

- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misal

krekels, mengi, ronchi

- Kaji frekuensi pernafasan

- Tinggikan posisi kepala tempat tidur sesuai dengan

indikasi

- Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat warna

lendir yang keluar

- Kolaburasi : monitor AGD

5. Diagnosa : resiko cedera b.d penurunan kesadaran

tujuan : tidak terjadi cedera pada pasien selama kejang, agitasi atu postur refleksif

intervensi :

- Pantau adanya kejang pada tangan, kaki, mulut atau

wajah

- Berikan keamanan pada pasien dengan memberikan

penghalang tempat tidur

- Berikan restrain halus pada ekstremitas bila perlu

- Pasang pagar tempat tidur

- Jika terjadi kejang, jangan mengikat kaki dan tangan

tetapi berilah bantalan pada area sekitarnya. Pertahankan jalan nafas paten tapi

jangan memaksa membuka rahang

- Pertahankan tirah baring

6. Resiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan b.d penurunan kesadaran

Tujuan : tidak terjadi kekurangan kebutuhan nutrisi tepenuhi

Intervensi :

- Pasang pipa lambung sesuai indikasi, periksa posisi pipa lambung setiap akan

memberikan makanan

Page 10: Askep Cidera Kepala Sedang

- Tinggikan bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat untuk mencegah

terjadinya regurgitasi dan aspirasi

- Catat makanan yang masuk

- Kaji cairan gaster, muntahan

- Kolaburasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet yang sesuai dengan kondisi

pasien

- Laksanakan program medik

7. Diagnosa : Gangguan eliminasi urin b.d hilangnya control

volunter pada kandung kemih

tujuan : mempertahankan urin yang adekuat, tanpa retensi urin

intervensi :

- Kaji pengeluaran urin terhadap jumlah, kualitas dan

berat jenis

- Periksa residu kandung kemih setelah berkemih

- Pasang kateter jika diperlukan, pertahankan teknik steril

selama pemasangan untuk mencegah infeksi