ASIDI

6
ASIDI-ALKALIMETRI 1. A. Prinsip Percobaan Asidi-alkalimetri adalah salah satu metode analisis titrasi asam basa. Prinsip dari titrasi ini adalah pembentukan elektrolit lemah seperti air, asam lemah, dan basa lemah. Titrasi ini sangat penting digunakan dalam analisis asam-basa yang belum diketahui jumlah dan konsentrasinya. Biasanya larutan baku primer digunakan dalam titrasi jenis ini. Larutan baku primer adalah larutan yang sudah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Sebelum titrasi, titran harus distandardisasi terlebih dahulu. Standardisasi ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan titran tersebut (Darusman 2003). Asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang menggunakan asam sebagai titran. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam ini harus distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harus distandardisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara (Mathias 2000). Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang sering dipakai dalam analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH perlu distandardisasi karena senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO 2 di udara (Mathias 2000). Satu hal yang perlu diperhatikan pada titrasi asidi- alkalimetri adalah perubahan pH. Titrasi asam basa dapat terjadi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan indikator asam basa yang akan berubah warna apabila pH larutan berubah. Indikator yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Transcript of ASIDI

Page 1: ASIDI

ASIDI-ALKALIMETRI

1. A. Prinsip Percobaan

Asidi-alkalimetri adalah salah satu metode analisis titrasi asam basa. Prinsip dari titrasi ini adalah pembentukan elektrolit lemah seperti air, asam lemah, dan basa lemah. Titrasi ini sangat penting digunakan dalam analisis asam-basa yang belum diketahui jumlah dan konsentrasinya. Biasanya larutan baku primer digunakan dalam titrasi jenis ini. Larutan baku primer adalah larutan yang sudah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Sebelum titrasi, titran harus distandardisasi terlebih dahulu. Standardisasi ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan titran tersebut (Darusman 2003).

Asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang menggunakan asam sebagai titran. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam ini harus distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harus distandardisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara (Mathias 2000).

Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang sering dipakai dalam analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH perlu distandardisasi karena senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara (Mathias 2000).

Satu hal yang perlu diperhatikan pada titrasi asidi-alkalimetri adalah perubahan pH. Titrasi asam basa dapat terjadi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah. Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan indikator asam basa yang akan berubah warna apabila pH larutan berubah. Indikator yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat.2. Perubahan warna telah terjadi mendadak

3. Titik akhir tegas dan tajam.

Indikator yang akan digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi harus memiliki trayek pH yang mencakup pH pada saat titik ekivalen dan trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva titrasi (Darusman 2003).

1. B. Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan analisis asidi-alkalimetri sederhana.

1. C. Prosedur

Langkah kerja sama dengan penuntun.

1. D. Data dan Hasil Percobaan

Page 2: ASIDI

Tabel 1 Standardisasi HCl dengan larutan boraks

Meniskus awal Meniskus Akhir Volume HCl terpakai (mL)

Normalitas Larutan Boraks (N)

Normalitas HCl (N)

0.7 11 10.3 0.1 0.097

11.4 21.8 10.4 0.1 0.096

22.1 32.3 10.2 0.1 0.097

Rata-Rata 0.097

Contoh Perhitungan

1. Penentuan Normalitas HCl

V1.N1 =  V2.N2 Keterangan : 1 = Larutan Boraks

10 mL.0.1N = 10.3mL.N2 2 = HCl

= N2

= N2

1. Reaksi yang terjadi     : Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O  2 NaCl + 4 H3BO3

Indikator                                 : MM (Merah Metil)

Perubahan warna                     : Kuning – Jingga – Merah muda

Tabel 2 Standardisasi NaOH dengan larutan asam oksalat

Meniskus awal Meniskus Akhir Volume NaOH terpakai (mL)

Normalitas Larutan Asam Oksalat  (N)

Normalitas NaOH (N)

0 16.8 16.8 0.1 0.0595

16.8 34.1 17.3 0.1 0.0578

0 17.2 17.2 0.1 0.0585

Rata-Rata 0.0586

Contoh Perhitungan :

1. Penentuan Normalitas NaOH

V1.N1 =  V2.N2 Keterangan : 1 = Larutan Oksalat

10 mL.0.1N = 16.8 mL.N2 2 = NaOH

= N2

Page 3: ASIDI

= N2

1. Reaksi yang terjadi     : H2C2O4 . 2 H2O + 2 NaOH  Na2C2O4 + 4 H2O

Indikator                                 : PP (Phenolftalein)

Perubahan warna                     : Tak berwarna – Merah muda

Tabel 3 Penentuan kadar asam cuka murni dan biang

Ulangan Meniskus Awal

Meniskus Akhir

Volume NaOH terpakai (mL)

Konsentrasi Cuka (N)

Kadar Cuka (%)

1 0 1.6 1.6 0.00009376 0,56256

2 0 1.7 1.7 0.00009962 0,59772

Contoh Perhitungan

1. Penentuan Normalitas Larutan Cuka

V1.N1 =  V2.N2 x Faktor Pengenceran         Keterangan : 1 = Larutan NaOH

1.6 mL x 0.0586 N = (10 mL.N2) x 100                           2 = Larutan cuka

= N2 x 10 mL

= N2

0.00009376 N = N2

b.    Penentuan Massa Cuka

M = n / V

0.00009376 M = n x 0.01 L

9,376 x 10-7 mol  = n

Massa cuka = n x Mr

= 0.009376 mol x 60 gram/mol

= 5.6256 x 10-5 gram

b.  Penentuan Kadar Cuka

Kadar cuka =

=

Page 4: ASIDI

= 0.56256 %

1. E. Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan analisis asidi-alkalimetri sederhana. Percobaan pertama adalah percobaan mengenai standarisasi larutan baku primer HCl dengan larutan baku sekunder boraks. Percobaan ini menggunakan lindikator merah metil yang akan memberi warna merah muda ketika larutan bersifat asam dan berwarna kuning ketika larutan bersifat asam. Larutan boraks yang digunakan mempunyai konsentrasi sebesar 0.1 N. Proses standardisasi ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Pada ulangan pertama volume HCl yang terpakai adalah sebesar 10.3 mL. Volume HCl yang terpakai pada ulangan kedua adalah sebesar 10.4 mL dan pada ulangan ketiga volume HCl yang terpakai adalah sebesar 10.2 mL. Konsentrasi HCl dihitung melalui persamaan V1 x N1 = V2 x N2. Konsentrasi HCl yang diperoleh berturut-turut adalah sebesar 0.097 N, 0.096 N, 0.097 N sehingga konsentrasi rata-rata HCl adalah 0.097 N. Hasil konsentrasi yang diperoleh mendekati 0.1 N. Hasil ini memperlihatkan bahwa HCl yang distandardisasi dalam kondisi yang sesuai dengan konsentrasi yang tertera di label. Reaksi yang terjadi antara HCl dan larutan boraks pada saat titrasi adalah Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O  2 NaCl + 4 H3BO3 dengan perubahan warna Kuning – Jingga – Merah muda.

Percobaan kedua adalah percobaan mengenai standardisasi larutan baku primer NaOH dengan larutan baku primer asam oksalat. Indikator yang dipakai adalah Penolftalein (PP) yang pada larutan asam dan netral indikator ini tidak berwarna tetapi pada larutan yang bersifat basa indikator ini memberikan warna merah muda. Larutan asam oksalat yang digunakan mempunyai konsentrasi sebesar 0.1 N. Proses standardisasi ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Pada ulangan pertama volume NaOH yang terpakai adalah sebesar 16.8 mL. Volume NaOH yang terpakai pada ulangan kedua adalah sebesar 17.3 mL dan pada ulangan ketiga volume NaOH yang terpakai adalah sebesar 17.2 mL. Konsentrasi NaOH ditentukan melalui persamaan V1 x N1 = V2 x N2. Konsentrasi NaOH yang diperoleh berturut-turut adalah sebesar 0.0595 N, 0.0578 N, 0.0585 N sehingga konsentrasi rata-rata NaOH adalah 0.0586 N. Hasil konsentrasi yang diperoleh tidak mendekati mendekati 0.1 N. Hasil ini memperlihatkan bahwa NaOH yang distandardisasi dalam kondisi yang tidak sesuai dengan konsentrasi yang tertera di label. Hal ini disebabkan NaOH adalah senyawa higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi yang terjadi antara NaOH dan larutan boraks pada saat titrasi adalah H2C2O4 . 2 H2O + 2 NaOH Na2C2O4 + 4 H2O  dengan perubahan warna tak berwarna – merah muda.

Percobaan ketiga adalah percobaan mengenai penentuan kadar asam cuka murni dan asam cuka biang. Percobaan ini dilakukan dua kali ulangan. Pada ulangan pertama volume NaOH yang terpakai pada titrasi asam cuka dengan NaOH adalah 1.6 mL sedangkan pada ulangan kedua volume NaOH yang terpakai  adalah 1.7 mL. Konsentrasi asam cuka ditentukan melalui persamaan V1 x N1 = V2 x N2 x faktor pengenceran. Konsentrasi asam cuka yang diperoleh berturut-turut adalah 0.00009376 N dan 0.00009962 N. Persen kadar cuka ditentukan dengan cara membandingkan massa cuka dengan volume cuka dikalikan 100%. Kadar cuka yang diperoleh dari percobaan ini berturut-turut adalah adalah 0,56256 % dan 0,59772 %.

1. F. Kesimpulan

Page 5: ASIDI

Proses standardisasi HCl dan NaOH dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Konsentrasi HCl yang diperoleh berturut-turut adalah sebesar 0.097 N, 0.096 N, 0.097 N sehingga konsentrasi rata-rata HCl adalah 0.097 N. Konsentrasi NaOH yang diperoleh berturut-turut adalah sebesar 0.0595 N, 0.0578 N, 0.0585 N sehingga konsentrasi rata-rata NaOH adalah 0.0586 N. Pada ulangan pertama volume NaOH yang terpakai pada titrasi asam cuka dengan NaOH adalah 1.6 mL sedangkan pada ulangan kedua volume NaOH yang terpakai  adalah 1.7 mL. Konsentrasi asam cuka yang diperoleh berturut-turut adalah 0.00009376 N dan 0.00009962 N. Kadar cuka yang diperoleh dari percobaan ini berturut-turut adalah adalah 0,56256 % dan 0,59772 %.

1. G. Daftar Pustaka

Darusman LK. 2003. Diktat Kimia Analitik. Bandung : FMIPA ITB Press.

Mathias Laksi. 2000. Kimia Analitik Dasar. Bandung : Grafindo Media Utama.