ASESMEN
-
Upload
dhika-andria-pratama -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
Transcript of ASESMEN
ASESMEN, PENGUKURAN DAN TES
I. PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Asesmen merupakan Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan
anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya
dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk
menyusun suatu rancangan pembelajaran.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran
terbagi dua yaitu tes dan non tes.
Tes merupakan alat yang dapat di gunakn untuk menilai keberhasilan
mengajar. Tes juga merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas yang
dierancanakan utuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologi
atau hasil belajar. Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk
mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap perangkat konten dan
materi tertentu.
1
II. ASESMEN
2.1 Pengertian Asesmen
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :
a. MenurutRobertMSmith(2002)
“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat
digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar
untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
b. MenurutJamesA.Mc.Lounghlin&RenaBLewis
“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi
untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu,
sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program
pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
c. Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)
· Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
· Memilih dan mendesain program treatmen
· Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.
· Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.
d. MenurutLidz2003
Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak
yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami
2
kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
Hasil Kajian dari Pengertian diatas adalah sebagai berikut :
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka
menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat
melakukan layanan pembelajaran secara tepat.
2.2 Bentuk Asesmen
Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut O’Malley and Pierce (1996):
1. Asesmen kinerja (Performance assessment)
2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Question),
3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).
4. Proyek/ Pameran (Project/ Exhibition)
5. Eksperimen/ demonstrasi (Experiment/ demonstration)
6. Bercerita (Story or text reteling)
7. Evaluasi diri oleh siswa (Self assessment)
8. Portofolio dan jurnal.
3.3 Langkah-langkah Dalam Menerapkan Asesmen
Dalam menerapkan asesmen kinerja anda perlu memperhatikan beberapa
tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat
penilaian kinerja yang baik antara lain:
1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.
3
2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
siperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang
terbaik.
3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak
terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama
siswa melaksanakan tugas.
4. Definisikan dengan jelas criteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik
produk yang dihasilkan.
Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati.
4
III. PENGUKURAN
3.1 Pengertian Pengukuran
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untu
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang
disebut objek pengukuran atau objek ukur. Mengukur pada hakekatnya adalah
pemasangan atau korespondensi 1-1 antara angka yang diberikan dengan fakta dan
diberi angka atau diukur. Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan
fakta suatu objek dengan satuan-satuan ukuran tertentu.
Pengertian pengukuran menurut para ahli:
1 Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses
atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk
melakukan penilaian.
2 Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses
pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu
tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
3 Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan
menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan
interpretasi.
4 Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan suatu ukuran.
5 Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti
angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu
produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.
5
3.2 Pengukuran Dalam Pendidikan
Objek-objek pengukuran dalam bidang pendidikan ialah:
1. Prestasi hasil belajar siswa
2. Sikap
3. Motivasi
4. Intelegensi
5. Bakat
6. Kecerdasan emosional
7. Minat
8. Kepribadian
Dalam bidang pendidikan, pengukuran memegang peranan yang sangat
penting. Data hasil pengukuran dalam bidang pendidikan memiliki arti penting baik
bagi sekolah atau lembaga pendidikan, guru maupun bagi siswa dan masyarakat. Bagi
guru misalnya hasil pengukuran berfungsi untuk membandingkan tingkat kemampuan
siswa dengan siswa-siswa lain dalam kelompok yang diajarnya. Di sekolah
pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan
untuk mengukur prestasi siswa pada umumnya adalah tes yang disebut tes hasil
belajar.
3.3 Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
menghitung kuantitatif data pengukuran dari suatu variabel. Dilihat dari bentuk data
yang dihasilkan melalui kegiatan pengukuran, maka skala pengukuran dibagi
menjadi:
1. Skala Nominal
Adalah pengelompokkan kejadian atau fenomena ke dalam kelas-kelas atau kategori,
sehingga yang masuk dalam satu kelas atau kategori adalah sama dalam hal atribut
atau sifatnya. Skala nominal merupakan skala yang paling mudah dilakukan karena
hanya menempatkan objek pengukuran dengan cara memberikan nomor urut atau
label lain. Contoh skala nominal adalah pemberian label 1 dan 2 untukvariabel jenis
kelamin di mana laki-laki diberi label 1 dan perempuan diberi label 2.
6
2. Skala Ordinal
Pengukuran dengan skala ordinal berasumsi bahwa nilai suatu variabel dapat diurut
berdasarkan tingkatan atribut atau sifat yang dimiliki oleh variabel yang ada pada unit
operasi. Skala ordinal merupakan skala yang membedakan satu jenis data dengan data
yang lain berdasarkan besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, baik-buruknya, dan
sebagainya.
3. Skala Interval
Skala interval menunjukkan tingkat karakter individu dalam suatu variabel. Skala ini
mendeskripsikan perbedaan jarak antara titik-titik angka tertentu dengan nilai interval
yang sama untuk setiap angka karena menggunakan unit pengukuran yang konsisten.
4. Skala Rasio
Skala rasio menunjukkan adanya tingkatan atribut variabel, yakni dengan
membandingkan nilainya. Skala rasio memiliki interval yang sama antara satu angka
dengan angka lainnya. Contoh skala rasio seperti pengukuran terhadap besarnya gaji
pegawai atau karyawan, pengukuran panjang benda, pengukuran intelegensi, dan
sebagainya.
3.4 Bentuk Skala pengukuran
Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam
instrumen, skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu:
1. Skala Likert
Adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena
pendidikan. Contoh: pertanyaan positif diberi skor 5, 4,3, 2, dan 1; pertanyaan negatif
diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau -2, -1, 0, 1, 2. Bentuk jawaban skala Likert ialah sangat
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
2. Skala Guttman
Yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah,
ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif dan seterusnya. Pada skala Guttman
hanya ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju. Selain dapat dibuat dalam bentuk
7
pertanyaan pilihan ganda, skala Guttman juga dapat dibuat dalam bentuk daftar
checklist.
3. Semantik differensial
Yaitu skala untuk mengukur sikap yang tersusun dalam satu garis kontinum,
dimana jawaban yang sangat positif terletak pada bagian kanan garis, sedangkan
jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
4. Rating Scale
Pada rating scale, data yang dihasilkan adalah data kuantitatif (angka) yang
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam rating scale, responden akan
memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah tersedia. Rating scale dapat
digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan dan
lain-lain. Yang paling penting dalam rating scale adalah kemampuan menterjemahkan
alternatif jawaban yang dipilih responden.
5. Skala Thurstone
Ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.
Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai
dengan jarak yang sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)
pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli
(20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk variabel
yang hendak diukur.
3.5 Unsur Pokok pengukuran
1 tujuan pengukuran.
2 ada objek ukur
3 alat ukur
4 proses pengukuran
5 hasil pengukuran kuantitatif
8
IV. TES
4.1 Pengertian Tes
Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “an Instrument or systematic
procedure for measuring a sample behaviour”. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004:
71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban
benar atau salah. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa
tes adalah “a systematic procedure for observing a person's behaviour and describing
it with the aid of a numerical scale or a category system”.
Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, ada beberapa
aspek yang bisa disimpulkan berkaitan dengan pengertian tes yaitu :
1. Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur
yang sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus
dipenuhi dalam penyusunan tes mencakup pengertian obyektif, standar dan
syarat-syarat kualitas lainnya.
2. Isi tes merupakan sample dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna,
tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan
sebuah tes ditentukan oleh sejauhmana butir-butir soal yang terdapat dalam
tes tersebut mewakili kawasan (domain) yang hendakdiukur.
3. Hal yang ingin diukur oleh tes adalah prilaku. Hal ini bermakna bahwa
butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang
diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk
menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes.
Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya pendidikan,
tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak
langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam
tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk
memantauperkembanganmutupendidikan.
9
4.2 Fungsi Tes
Secara umum fungsi tes adalah:
- Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa
- Sebagai motivator dalam pembelajaran
- Berfungsi untuk upaya perubahan kualitas pembelajaran
- Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan
umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks
kelas.
- Dimaksudkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai
isyarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (tes
sumatif)
4.3 Klasifikasi Tes
Ada dua cara yang sering digunakan untuk mengukur aspek psikologi seseorang
termasuk belajar yaitu dengan tes dan nontes. Sebagai salah satu alat untuk
mengkuantifikasi sampel prilaku, maka para ahli memberikan berbagai macam
klasifikasi tes yang berbeda tergantung perspektif sang ahli tersebut. Beberapa
klasifikasi tersebut disebutkan di bawah ini.
Cangelosi (1995: 23) membedakan tes menjadi 2 buah yaitu tes baku dan tes buatan
guru. Sumadi Suryabrata (2005: 14) membuat penggolongan tes berdasarkan atribut
psikologis menjadi : (1) tes kepribadian, (2) tes intelegensi, (3) tes potensi intelektual
dan (4) tes hasil belajar. Cronbach (1970) sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar
(2004: 5) membedakan tes menjadi dua kelompok besar yaitu tes yang mengukur
performansi maksimal (maximal performance) dan tes yang mengukur performansi
tipikal(typicalperformance).
Klasifikasi tes yang lebih lengkap disampaikan oleh Anas Sudijono (2005: 68 - 75)
yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu. Jika tes digolongkan
berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan, maka ada 6 jenis tes yaitu : tes
10
seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Berdasarkan
aspek psikis yang ingin dinilai, tes dibedakan menjadi tes intelegensi, tes
kemampuan, tes sikap, tes kepribadian dan tes hasil belajar. Berdasarkan banyaknya
orang yang mengikuti maka tes dibedakan menjadi tes individu dan tes kelompok.
Jika digolongkan berdasarkan waktu yang disediakan, maka akan ada dua jenis tes
yaitu power test dan speed test. Ditinjau dari segi respon tes dapat dibedakan menjadi
dua bentuk yaitu tes verbal dan tes non verbal. Dan jika ditinjau dari cara mengajukan
pertanyaan, akan ada dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan.
Dari sekian banyak pengklasifikasian tes yang telah dilakukan, maka jika dikaitkan
dengan penelitian ini, maka jenis tes yang akan dikaji dan digunakan adalah jenis tes
prestasi hasil belajar(achievementtest).
Ditinjau dari fungsinya sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa
sebagai efek kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes
awal dan tes akhir. Ditinjau dari aspek psiksis, tes dibedakan menjadi lima golongan:
a. Tes intelegensi, tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memprediksi
tingkat kecerdasan seseorang
b. Tes kemampuan, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes
c. Tes sikap, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-
disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu respon
terhadap objekyang disikapi
d. Tes kepribadian, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
ciri-ciri khas dari seseorang yang sedikit banyaknya bersifat lahiriah
e. Tes hasil belajar, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran.
Ditinjau dari jumlah peserta yang mengikuti tes, tes dibedakan menjadi tes
individual dan tes kelompok. Ditinjau dari waktu yang disediakan bagi peserta
tes untuk menjawab butir-butir tes, tes dibedakan menjadi power test dan
speed test. Ditinjau dari bentuk respon, tes dibedakan menjadi tes verbal dan
11
tes nonverbal. Ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, tes dibedakan
menjadi tes tertulis, tes tidak tertulis, dan tes perbuatan.
4.4 Pengembangan Tes Sebagai Alat Evaluasi
Langkah-langkah konstruksi tes:
1) Menetapkan tujuan tes
2) Analisis kurikulum
3) Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya
4) Membuat kisi-kisi
5) Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
6) Penulisan soal
7) Reproduksi tes terbatas
8) Uji-coba tes
9) Analisis hasil uji coba
10) Revisi soal
11) Merakit soal menjadi tes
2. Nontes
a. Pedoman observasi
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah
laku atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi
dapat berbentuk observasi eksperimental yaitu observasi yang dilakukan
dalam situasi yang dibuat dan observasi non-eksperimental yaitu observasi
yang dilakukan dalam situasi yang wajar.
b. Pedoman wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan
muka, maupun dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua
jenis wawancara,yaitu:
- Wawancara terpimpin
- Wawancara tidak terpimpin
12
c. Angket
Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada
ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau
bentuk skala sikap.
d. Pemeriksaan dokumen
Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan
tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-
dokumen.
4.5 Teknik Penulisan Tes
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses belajar tersebut
telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat
peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes yang berkaitan
dengan tujuan ini sering disebut tes prestasi hasil belajar (TPHB). Saifuddin Azwar
(2003: 9) menyatakan bahwa tes prestasi hasil belajar adalah tes yang disusun secara
terencana untuk mengungkap informasi subyek atas bahan-bahan yang telah
diajarkan. Menurut Anas Sudijono (2005: 73) tes prestasi hasil belajar adalah tes yang
digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian belajar. Dari beberapa pengertian
di atas, ada satu benang merah yang sepertinya disepakati yaitu bahwa tes prestasi
hasil belajar merupakan salah satu cara untuk menelusuri kemampuan-kemampuan
yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar selama waktu
tertentu. Meskipun tes bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkap hasil belajar
siswa, tetapi ia merupakan alat yang paling sering digunakan karena kepraktisan
penggunaannya serta biaya yang murah.
Tidak seperti alat pengukur ilmu alam yang tunggal, alat pengukur dalam ilmu-ilmu
sosial dapat terdiri lebih dari satu macam. Tes sendiri jika ditinjau dari bentuk
soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes hasil belajar dalam bentuk uraian (non
obyektif dan tes hasil belajar bentuk obyektif. Disebut tes obyektif karena siapapun
yang memeriksa hasil tes akan menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian
hasilnya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes bentuk uraian dapat digolongkan
13
kedalam dua bagian yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian terbatas. Pada tes
uraian terbuka setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab
sesuai dengan yang dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas jawaban yang
dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah dibatasi. Tes bentuk obyektif
memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian.
karena itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar
dibandingkan tes bentuk uraian. ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :
a.Tesbenarsalah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang
bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang
berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas
peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Contoh
salahsatutesbentukuraianadalah :
BS: Ibukota Peru berjumlah lima buah.
BS: Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara
b.TesMenjodohkan
Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas
peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri
pertanyaan dan seri jawaban. Contoh bentuk tes menjodohkan adalah :
14
c.TesIsian
Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan
rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian
kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu.
Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang
sesuai. Salah satu contoh tes isian adalah sebagai berikut :
1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..
2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab
suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.
Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran beranggapan
bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal).
Aliran sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin,
maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran yang mencoba memadukan kedua
pendapat berbeda itu.
d.TesPilihanganda
Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang
suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang
terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban
dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal.
Dari beberapa bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara
bersamaan dalam satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan
untuk memilih bentuk tes yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73)
pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu
yang tersedia untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan
karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Slameto (1995). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Susilana, dkk (2008). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Hamzah . Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar.(2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :
PT. Bumi Aksara.
17