ASESMEN

25
ASESMEN, PENGUKURAN DAN TES I. PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Asesmen merupakan Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran terbagi dua yaitu tes dan non tes. 1

Transcript of ASESMEN

Page 1: ASESMEN

ASESMEN, PENGUKURAN DAN TES

I. PENDAHULUAN

Belajar  merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Asesmen merupakan Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan

anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya

dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk

menyusun suatu rancangan pembelajaran.

Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk

menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat

kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran

terbagi dua yaitu tes dan non tes.

Tes merupakan alat yang dapat di gunakn untuk menilai keberhasilan

mengajar. Tes juga merupakan seperangkat pertanyaan atau tugas yang

dierancanakan utuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologi

atau hasil belajar. Secara umum, tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk

mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap perangkat konten dan

materi tertentu.

1

Page 2: ASESMEN

II. ASESMEN

2.1 Pengertian Asesmen

      Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli :

a. MenurutRobertMSmith(2002)

“Suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk

mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat

digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar

untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

b. MenurutJamesA.Mc.Lounghlin&RenaBLewis

“Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi

untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu,

sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.

Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program

pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.

c. Menurut Bomstein dan Kazdin (1985)

·         Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi

·         Memilih dan mendesain program treatmen

·         Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus.

·         Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi.

d.  MenurutLidz2003

Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak

yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami

2

Page 3: ASESMEN

kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. 

Hasil Kajian dari Pengertian diatas adalah sebagai berikut :

Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka

menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat

melakukan layanan pembelajaran secara tepat.

2.2 Bentuk Asesmen

    Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut O’Malley and Pierce (1996):

1. Asesmen kinerja (Performance assessment)

2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Question),

3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).

4. Proyek/ Pameran (Project/ Exhibition)

5. Eksperimen/ demonstrasi (Experiment/ demonstration)

6. Bercerita (Story or text reteling)

7. Evaluasi diri oleh siswa (Self assessment)

8. Portofolio dan jurnal.

3.3 Langkah-langkah Dalam Menerapkan Asesmen

Dalam menerapkan asesmen kinerja anda perlu memperhatikan beberapa

tahapan.  Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat

penilaian kinerja yang baik antara lain:

1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan

mempengaruhi hasil akhir yang terbaik.

3

Page 4: ASESMEN

2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan

siperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang

terbaik.

3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak

terlalu banyak sehingga semua criteria tersebut dapat diobservasi selama

siswa melaksanakan tugas.

4. Definisikan dengan jelas criteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan

kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik

produk yang dihasilkan.

Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat

diamati.

4

Page 5: ASESMEN

III. PENGUKURAN

3.1 Pengertian Pengukuran

Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untu

menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat

kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang

disebut objek pengukuran atau objek ukur. Mengukur pada hakekatnya adalah

pemasangan atau korespondensi 1-1 antara angka yang diberikan dengan fakta dan

diberi angka atau diukur. Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan

fakta suatu objek dengan satuan-satuan ukuran tertentu.

Pengertian pengukuran menurut para ahli:

1 Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses

atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.

Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk

melakukan penilaian.

2 Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses

pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu

tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

3 Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan

menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan

interpretasi.

4 Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu

dengan suatu ukuran.

5 Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti

angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu

produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.

5

Page 6: ASESMEN

3.2 Pengukuran Dalam Pendidikan

            Objek-objek pengukuran dalam bidang pendidikan ialah:

1.    Prestasi hasil belajar siswa

2.    Sikap

3.    Motivasi

4.    Intelegensi

5.    Bakat

6.    Kecerdasan emosional

7.    Minat

8.    Kepribadian

Dalam bidang pendidikan, pengukuran memegang peranan yang sangat

penting. Data hasil pengukuran dalam bidang pendidikan memiliki arti penting baik

bagi sekolah atau lembaga pendidikan, guru maupun bagi siswa dan masyarakat. Bagi

guru misalnya hasil pengukuran berfungsi untuk membandingkan tingkat kemampuan

siswa dengan siswa-siswa lain dalam kelompok yang diajarnya. Di sekolah 

pengukuran dilakukan guru untuk menaksir prestasi siswa. Alat yang digunakan

untuk mengukur prestasi siswa pada umumnya  adalah tes yang disebut tes hasil

belajar.

3.3 Skala Pengukuran

             Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk

menghitung kuantitatif data pengukuran dari suatu variabel. Dilihat dari bentuk data

yang dihasilkan melalui kegiatan pengukuran, maka skala pengukuran dibagi

menjadi:

 1.    Skala Nominal

Adalah pengelompokkan kejadian atau fenomena ke dalam kelas-kelas atau kategori,

sehingga yang masuk dalam satu kelas atau kategori adalah sama dalam hal atribut

atau sifatnya. Skala nominal merupakan skala yang paling mudah dilakukan karena

hanya menempatkan objek pengukuran dengan cara memberikan nomor urut atau

label lain. Contoh skala nominal adalah pemberian label 1 dan 2 untukvariabel jenis

kelamin di mana laki-laki diberi label 1 dan perempuan diberi label 2.

6

Page 7: ASESMEN

 2.    Skala Ordinal

Pengukuran dengan skala ordinal berasumsi bahwa nilai suatu variabel dapat diurut

berdasarkan tingkatan atribut atau sifat yang dimiliki oleh variabel yang ada pada unit

operasi. Skala ordinal merupakan skala yang membedakan satu jenis data dengan data

yang lain berdasarkan besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, baik-buruknya, dan

sebagainya.

 3.    Skala Interval

Skala interval menunjukkan tingkat karakter individu dalam suatu variabel. Skala ini

mendeskripsikan perbedaan jarak antara titik-titik angka tertentu dengan nilai interval

yang sama untuk setiap angka karena menggunakan unit pengukuran yang konsisten.

4.    Skala Rasio

Skala rasio menunjukkan adanya tingkatan atribut variabel, yakni dengan

membandingkan nilainya. Skala rasio memiliki interval yang sama antara satu angka

dengan angka lainnya. Contoh skala rasio seperti pengukuran terhadap besarnya gaji

pegawai atau karyawan, pengukuran panjang benda, pengukuran intelegensi, dan

sebagainya.

3.4 Bentuk Skala pengukuran

             Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam

instrumen, skala yang dapat digunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu:

1.    Skala Likert

Adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena

pendidikan. Contoh: pertanyaan positif diberi skor 5, 4,3, 2, dan 1; pertanyaan negatif

diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau -2, -1, 0, 1, 2. Bentuk jawaban skala Likert ialah sangat

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

2.    Skala Guttman

Yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah,

ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif dan seterusnya. Pada skala Guttman

hanya ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju. Selain dapat dibuat dalam bentuk

7

Page 8: ASESMEN

pertanyaan pilihan ganda, skala Guttman juga dapat dibuat dalam bentuk daftar

checklist.

3.    Semantik differensial

Yaitu skala untuk mengukur sikap yang tersusun dalam satu garis kontinum,

dimana jawaban yang sangat positif terletak pada bagian kanan garis, sedangkan

jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.

4.    Rating Scale

Pada rating scale, data yang dihasilkan adalah data kuantitatif (angka) yang

kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam rating scale, responden akan

memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah tersedia. Rating scale dapat

digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan dan

lain-lain. Yang paling penting dalam rating scale adalah kemampuan menterjemahkan

alternatif jawaban yang dipilih responden.

5.    Skala Thurstone

Ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval.

Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai

dengan jarak yang sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)

pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli

(20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk variabel

yang hendak diukur.

3.5 Unsur Pokok pengukuran

1 tujuan pengukuran.

2 ada objek ukur

3 alat ukur

4 proses pengukuran

5 hasil pengukuran kuantitatif

8

Page 9: ASESMEN

IV. TES

4.1 Pengertian Tes

Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “an Instrument or systematic

procedure for measuring a sample behaviour”. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004:

71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban

benar atau salah. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa

tes adalah “a systematic procedure for observing a person's behaviour and describing

it with the aid of a numerical scale or a category system”.

Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, ada beberapa

aspek yang bisa disimpulkan berkaitan dengan pengertian tes yaitu :

1. Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur

yang sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus

dipenuhi dalam penyusunan tes mencakup pengertian obyektif, standar dan

syarat-syarat kualitas lainnya.

2. Isi tes merupakan sample dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna,

tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan

sebuah tes ditentukan oleh sejauhmana butir-butir soal yang terdapat dalam

tes tersebut mewakili kawasan (domain) yang hendakdiukur.

3. Hal yang ingin diukur oleh tes adalah prilaku. Hal ini bermakna bahwa

butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang

diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk

menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes.

Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya pendidikan,

tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak

langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam

tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk

memantauperkembanganmutupendidikan.

9

Page 10: ASESMEN

4.2 Fungsi Tes

Secara umum fungsi tes adalah:

- Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa

- Sebagai motivator  dalam pembelajaran

- Berfungsi untuk upaya perubahan kualitas pembelajaran

- Tes formatif pada dasarnya adalah tes yang bertujuan untuk mendapatkan

umpan balik bagi usaha perbaikan kualitas pembelajaran dalam konteks

kelas.

- Dimaksudkan untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai

isyarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (tes

sumatif)

4.3 Klasifikasi Tes

Ada dua cara yang sering digunakan untuk mengukur aspek psikologi seseorang

termasuk belajar yaitu dengan tes dan nontes. Sebagai salah satu alat untuk

mengkuantifikasi sampel prilaku, maka para ahli memberikan berbagai macam

klasifikasi tes yang berbeda tergantung perspektif sang ahli tersebut. Beberapa

klasifikasi tersebut disebutkan di bawah ini.

Cangelosi (1995: 23) membedakan tes menjadi 2 buah yaitu tes baku dan tes buatan

guru. Sumadi Suryabrata (2005: 14) membuat penggolongan tes berdasarkan atribut

psikologis menjadi : (1) tes kepribadian, (2) tes intelegensi, (3) tes potensi intelektual

dan (4) tes hasil belajar. Cronbach (1970) sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar

(2004: 5) membedakan tes menjadi dua kelompok besar yaitu tes yang mengukur

performansi maksimal (maximal performance) dan tes yang mengukur performansi

tipikal(typicalperformance).

Klasifikasi tes yang lebih lengkap disampaikan oleh Anas Sudijono (2005: 68 - 75)

yang mengklasifikasikan tes berdasarkan perspektif tertentu. Jika tes digolongkan

berdasarkan fungsi sebagai alat ukur perkembangan, maka ada 6 jenis tes yaitu : tes

10

Page 11: ASESMEN

seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Berdasarkan

aspek psikis yang ingin dinilai, tes dibedakan menjadi tes intelegensi, tes

kemampuan, tes sikap, tes kepribadian dan tes hasil belajar. Berdasarkan banyaknya

orang yang mengikuti maka tes dibedakan menjadi tes individu dan tes kelompok.

Jika digolongkan berdasarkan waktu yang disediakan, maka akan ada dua jenis tes

yaitu power test dan speed test. Ditinjau dari segi respon tes dapat dibedakan menjadi

dua bentuk yaitu tes verbal dan tes non verbal. Dan jika ditinjau dari cara mengajukan

pertanyaan, akan ada dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan.

Dari sekian banyak pengklasifikasian tes yang telah dilakukan, maka jika dikaitkan

dengan penelitian ini, maka jenis tes yang akan dikaji dan digunakan adalah jenis tes

prestasi hasil belajar(achievementtest).

Ditinjau dari fungsinya sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa

sebagai efek kegiatan pembelajaran, tes dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes

awal dan tes akhir. Ditinjau dari aspek psiksis, tes dibedakan menjadi lima golongan:

a. Tes intelegensi, tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memprediksi

tingkat kecerdasan seseorang

b. Tes kemampuan, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap

kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes

c. Tes sikap, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-

disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu respon

terhadap objekyang disikapi

d. Tes kepribadian, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap

ciri-ciri khas dari seseorang yang sedikit banyaknya bersifat lahiriah

e. Tes hasil belajar, yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap

tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran.

Ditinjau dari jumlah peserta yang mengikuti tes, tes dibedakan menjadi tes

individual dan tes kelompok. Ditinjau dari waktu yang disediakan bagi peserta

tes untuk menjawab butir-butir tes, tes dibedakan menjadi power test dan

speed test. Ditinjau dari bentuk respon, tes dibedakan menjadi tes verbal dan

11

Page 12: ASESMEN

tes nonverbal. Ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, tes dibedakan

menjadi tes tertulis, tes tidak tertulis, dan tes perbuatan.

4.4 Pengembangan Tes Sebagai Alat Evaluasi

Langkah-langkah konstruksi tes:

1)    Menetapkan tujuan tes

2)    Analisis kurikulum

3)    Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya

4)    Membuat kisi-kisi

5)    Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

6)    Penulisan soal

7)    Reproduksi tes terbatas

8)    Uji-coba tes

9)    Analisis hasil uji coba

10) Revisi soal

11) Merakit soal menjadi tes

 

2.    Nontes

a.    Pedoman observasi

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah

laku atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi

dapat berbentuk observasi eksperimental yaitu observasi yang dilakukan

dalam situasi yang dibuat dan observasi non-eksperimental yaitu observasi

yang dilakukan dalam situasi yang wajar.

b.    Pedoman wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang

dilaksanakan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan

muka, maupun dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua

jenis wawancara,yaitu:

-       Wawancara terpimpin

-       Wawancara tidak terpimpin

12

Page 13: ASESMEN

c.    Angket

Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada

ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau

bentuk skala sikap.

d.    Pemeriksaan dokumen

Untuk mengukur kemajuan belajar siswa dapat juga dilakukan dengan

tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumen-

dokumen.

4.5 Teknik Penulisan Tes

Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauhmana proses belajar tersebut

telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat

peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes yang berkaitan

dengan tujuan ini sering disebut tes prestasi hasil belajar (TPHB). Saifuddin Azwar

(2003: 9) menyatakan bahwa tes prestasi hasil belajar adalah tes yang disusun secara

terencana untuk mengungkap informasi subyek atas bahan-bahan yang telah

diajarkan. Menurut Anas Sudijono (2005: 73) tes prestasi hasil belajar adalah tes yang

digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian belajar. Dari beberapa pengertian

di atas, ada satu benang merah yang sepertinya disepakati yaitu bahwa tes prestasi

hasil belajar merupakan salah satu cara untuk menelusuri kemampuan-kemampuan

yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar selama waktu

tertentu. Meskipun tes bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkap hasil belajar

siswa, tetapi ia merupakan alat yang paling sering digunakan karena kepraktisan

penggunaannya serta biaya yang murah.

Tidak seperti alat pengukur ilmu alam yang tunggal, alat pengukur dalam ilmu-ilmu

sosial dapat terdiri lebih dari satu macam. Tes sendiri jika ditinjau dari bentuk

soalnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes hasil belajar dalam bentuk uraian (non

obyektif dan tes hasil belajar bentuk obyektif. Disebut tes obyektif karena siapapun

yang memeriksa hasil tes akan menghasilkan skor yang sama sedangkan tes uraian

hasilnya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes bentuk uraian dapat digolongkan

13

Page 14: ASESMEN

kedalam dua bagian yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian terbatas. Pada tes

uraian terbuka setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab

sesuai dengan yang dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas jawaban yang

dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah dibatasi. Tes bentuk obyektif

memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian.

karena itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar

dibandingkan tes bentuk uraian. ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :

a.Tesbenarsalah

Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang

bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang

berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas

peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Contoh

salahsatutesbentukuraianadalah :

BS: Ibukota Peru berjumlah lima buah.

BS: Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara

b.TesMenjodohkan

Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas

peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri

pertanyaan dan seri jawaban. Contoh bentuk tes menjodohkan adalah :

14

Page 15: ASESMEN

c.TesIsian

Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan

rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian

kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu.

Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang

sesuai. Salah satu contoh tes isian adalah sebagai berikut :

1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..

2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab

suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.

Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran beranggapan

bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal).

Aliran sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin,

maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran yang mencoba memadukan kedua

pendapat berbeda itu.

d.TesPilihanganda

Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang

suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang

terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban

dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal.

Dari beberapa bentuk tes yang tersedia, tidak semuanya dapat digunakan secara

bersamaan dalam satu kesempatan. Ada beberapa pertimbangan yang diperlukan

untuk memilih bentuk tes yang paling sesuai. Menurut Djemari Mardapi (2004: 73)

pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta, waktu

yang tersedia untuk pemeriksaan lembar jawaban, cakupan materi tes dan

karakteristik mata pelajaran yang diujikan.

15

Page 16: ASESMEN

16

Page 17: ASESMEN

DAFTAR PUSTAKA

 

Slameto (1995). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:  

Rineka Cipta

Susilana, dkk (2008). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Hamzah . Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

            Hamalik, Oemar.(2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :

                        PT. Bumi Aksara.

17