asep nugraha-1508020083.docx

5
Nama : Asep Nugraha NIM : 1508020083 Soal 1. Uraikan dan jelaskan serta beri contoh penerapan kode etik apoteker yang berkaitan dengan : a. Kewajiban terhadap pasien b. Teman sejawat apoteker c. Kewajiban terhadap tenaga kesehatan lain dalam praktek kefarmasian 2. Permenkes nomor 35 tahun 2014 mengatur tentang apa? Jelaskan bagaimana agar dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan permenkes tersebut, Peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, UU No,. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, tidak melanggar sumpah apoteker, kode etik apoteker dan disiplin apoteker! Jawaban : 1. a. Kewajiban apoteker terhadap pasien tercantum pada bab II yang berbunyi “ S eorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insan i ”, artinya dengan berubahnya paradigma kefarmasian lama (product oriented) ke paradigma baru (patient oriented), seorang apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaannya tidak hanya fokus dalam obat semata tetapi harus tetap mengutamakan kepentingan keselamatan pasien dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup pasien. Contohnya : Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang apoteker . Setiap tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak kepada kepentingan pasien dan masyarakat . Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien utk terlibat dlm keputusan pengobatan mereka . Seorang apoteker harus mengambil langkah u n t u k men jaga kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat yang terjamin kualitas, kuantitas, efikasi serta cara pakai yang benar .

Transcript of asep nugraha-1508020083.docx

Page 1: asep nugraha-1508020083.docx

Nama : Asep Nugraha

NIM : 1508020083

Soal

1. Uraikan dan jelaskan serta beri contoh penerapan kode etik apoteker yang berkaitan dengan :a. Kewajiban terhadap pasienb. Teman sejawat apotekerc. Kewajiban terhadap tenaga kesehatan lain dalam praktek kefarmasian

2. Permenkes nomor 35 tahun 2014 mengatur tentang apa? Jelaskan bagaimana agar dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan permenkes tersebut, Peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, UU No,. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, tidak melanggar sumpah apoteker, kode etik apoteker dan disiplin apoteker!Jawaban :

1. a. Kewajiban apoteker terhadap pasien tercantum pada bab II yang berbunyi “ Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani”, artinya dengan berubahnya paradigma kefarmasian lama (product oriented) ke paradigma baru (patient oriented), seorang apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaannya tidak hanya fokus dalam obat semata tetapi harus tetap mengutamakan kepentingan keselamatan pasien dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup pasien.

Contohnya : Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang

apoteker. Setiap tindakan dan keputusan profesional dari apoteker harus berpihak kepada

kepentingan pasien   dan masyarakat. Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien utk terlibat dlm keputusan pengobatan

mereka. Seorang apoteker harus mengambil langkah untuk menjaga kesehatan pasien khususnya

janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat

yang terjamin kualitas, kuantitas, efikasi serta cara pakai yang benar. Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan data-data pasien (reep dan PMR dengan

baik).Point-point di atas selaras dengan peraturan perundangan-undangan lain, yaitu UU No.36

tentang kesehatan, pada pasal 57 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan”, dan PP No.51 tentang pekerjaan kefarmasian Pasal 30 ayat 1

Setiap Tenaga Kefarmasian dalam menjalankan Pekerjaan Kefarmasian wajib menyimpan Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian.Penjelasan :

Pemberian obat oleh dokter pada dasarnya mempunyai hubungan sangat erat dengan Pekerjaan Kefarmasian di mana obat pada dasarnya mempunyai fungsi mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan, oleh karena itu perlu dijaga kerahasiaannya dan agar tidak menimbulkan dampak negatif kepada pasien.

Page 2: asep nugraha-1508020083.docx

Pasal 30 Ayat 2 “Rahasia Kedokteran dan Rahasia Kefarmasian hanya dapat dibuka untuk

kepentingan pasien, memenuhi permintaan hakim dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan”Contoh kasus dilapangan : Ketika ada suatu pasien yang berobat atau menebus resep ke aptek kita, kita sebagai

apoteker jangan bilang keteman-teman apotek kita ih pasien itu sakit kulit, sayang ya padahal cantik, dll.

Biasanya medref melakukan survey ke outlet/apotek untuk mengecek obat yang diresepkan /dituliskan dokter apalagi biasanya kita diberi uang supaya medref tersebut dapat melihat resep. Sementara dalam peraturan perundang-undangan bahwa resep hanya boleh dilihat oleh tenaga kesehatan lain yang berkepentingan.

 medication record (catatan pengobatan/rekam medik) hanya boleh ditunjukkan kepada apoteker, keluarga pasien, kepolisian bila diperlukan, dan lain-lain sesuai peraturan

Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya.

Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan permintaan dokter, maka apoteker harus melakukan komunikasi dengan dokter tersebut kecuali peraturan perundang-undangan membolehkan apoteker untuk mengambil keputusan demi kepentingan pasien.

b. Penerapan kode etik apoteker terkait kewajian apoteker terhadap teman sejawat. Dalam kode etik apoteker disebutkan bahwa “setiap Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan”

contoh penerapannya : Dalam mendirikan apotek tidak berdempetan dengan apotek sejawat kecuali apotek didirikan

di rumah tempat tinggal. Setiap apoteker harus saling menghargai teman sejawatnya. Apabila dihadapkan pada situasi

yg problematika (moral) maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan sopan.

Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik. Contohnya :

Bilamana seorang apoteker melihat sejawatnya melanggar kode etik, dengan cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebut untuk mengingatkan kekeliruan tersebut. Bilamana yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat menyampaikan kepada IAI / MPEA untuk dilakukan pembinaan.

Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya. Contoh penerapannya :

Seorang apoteker harus mampu meningkatkan kerja sama, jangan individual, hanya bersaing sendiri, maunya makmur sendiri.

Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerja sama dengan sejawat apoteker lainnya.

Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam menjalankan pengabdian profesinya.

Seorang apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin dan memelihara kerja sama, tidak boleh mencemarkan nama baik sejawatnya 

c. Penerapan kode etik Apoteker terkait kewajiban apoteker terhadap tenaga kesehatan lain

Page 3: asep nugraha-1508020083.docx

Dalam kode etik apoteker disebutkan bahwa “ Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatannya untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan”, artinya seorang apoteker harus saling menghargai, menghormati, dan mampu bekerja sama dalam melakukan pelayanan kesehatan di sarana kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan) sesuai dengan kewenangannya masing-masing sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku tanpa melanggar kode etik keprofesiannya masing-masing. Contoh penerapannya : Apoteker dalam menjalankan profesinya dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian

atau tenaga lainnya yang kompeten. Untuk itu apoteker  harus menghargai dan memperlakukan teman kerja dengan baik.

Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.

Bilamana apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan profesi kesehatan lainnya maka apoteker harus mampu mengkomunikasikan dengan baik kepada tenaga profesi tersebut tanpa bersangkutan merasa dipermalukan.Contoh kasus di lapangan : Misalnya menyalahkan, menggunjing, memojokan. Misalnya dokter memberikan

dosisnya kebesaran, mahal, dll.  Seorang Apoteker harus menjelaskannya dengan bijak jika seandainya ada kekeliruan dan bilang juga ini sudah dipertimbangkan  dan disesuaikan dengan kondisi pasien seperti usia, BB dll. Maka dari itu untuk menjaga kepercayaan pasien terhadap instruksi dokter setiap brosur atau label obat tidak diberikan kepada pasien, namun saat penyerahan obat diberikan konseling sebaik-baiknya.

2. Permenekes No. 35 tahun 2014 mengatur tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Dimana dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pada prinsipnya, dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian. Supaya peraturan tersebut dapat dijalankan atau diterapkan maka seorang apoteker tidak hanya berapatokan pada satu peraturan itu saja namun tetap harus mengetahui peraturan yang lain yaitu UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehtan, PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, Kode Etik Apoteker dan tidak melanggar sumpah janji Apoteker. Artinya seorang Apoteker harus mengikuti perkembangan peraturan peraturan terkait profesinya (mengikuti dinamika peraturan kefarmasian/selalu update). Seorang apoteker harus mengetahui dasar hukum yang melandasi pekerjaan keprofesiannya supaya ketika dalam menjalankan tugas atau pekerjaan kefarmasiannya tidak terjadi yang namanya penyimpangan atau pelanggaran baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Dengan adanya peraturan-peraturan yang mengatur tentang profesi Apoteker, sebenarnya ini merupakan jaminan hukum atau sebagai bentuk perlindungan hukum bagi Apoteker dalam menjalankan pekerjaan praktek kefarmasian. Selain itu, hal yang sangat penting supaya Kepmenkes no.35 tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasiaan di apotek ini sesuai dengan peraturan yang lain (UU no.36 tahun 2009, PP 51 tahun 2009, Sumpah janji apoteker, dan Kode etik Apoteker) yaitu perlunya kesadaran hukum dari Apoteker itu sendiri dan apotekr harus berperan aktif dalam oraganisasi profesi(IAI). Kesadaran hukum sangat penting sekali, jika kesadaran hukumnya rendah maka peraturan yang sudah dibuat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Jadi tidak hanya sekedar mengetahui peraturannya saja, tetapi harus disertai dengan kesadaran hukum dari individu masing-masing dalam hal ini adalah apoteker supaya peraturan kepmenkes no 35 tahun 2014 yang mengatur tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek dapat selaras atau sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehtan, PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, Kode Etik Apoteker dan tidak melanggar sumpah janji Apoteker.