asdhadkywq,kdgwjq

19
Reproduksi Bayi Tabung dalam Perspektif Hukum Islam Dipublikasi pada 7 April 2014 oleh Jurnal Tahkim Reproduksi Bayi Tabung dalam Perspektif Hukum Islam Nur Alim Natsir* Pendahuluan Pada bulan Juli 1978 dunia dikejutkan oleh keberhasilan percobaan yang dilakukan oleh Patrick Steptoe dan Robert Edwards dengan lahirnya Louise Brown seorang bayi tabung pertama dunia dari Inggris[1] Berbagai disiplin ilmu menanggapinya dengan pandangannya masing-masing. Dunia kedokteran menanggapinya sebagai hal yang positif. Karenanya kemudian menyusul percobaan-percobaan dan penelitian-penelitian tentang bayi tabung diberbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia bayi tabung pertama lahir pada tanggal 2 Mei 1988 melalui proses pembuahan in vitro di sini menunjukkan proses pembuahan sel telur Ibu di dalam tabung petri di laboratorium.[2] Pengertian in vitro di sini menunjukkan proses pembuahan sel telur Ibu oleh sel Sperma suami di lakukan di luar tubuh Ibu. Sel sperma yang diambil Oleh suami dipertemukan dengan sel Telur Ibu di dalam tabung petri di laboratorium. [3] Setelah terjadi pembuahan embrio sampai tahap tertentu (sel) di laboratorium, kemudian embrio itudiimplantasikan ke dalam rahim ibu. Proses pembuahan seperti ini lebih populer di sebut dengan istilah bayi tabung. Pada dasarnya bayi tabung dapt diterima oleh para ulama atau cendikiawan muslim sepanjang proses reproduksi bayi tabung itu dilakukan dalam keadaan darurat dan asal usul benihnya (sperma dan sel telur) berasal dari pasangan suami istri,[4] dan embrio itu diimplantasikan kedalam rahim istri. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, kiranya sungguh segera memerlukan jawaban yang tegas dari para ulama atau intelektual muslim, mengingat teknologi reproduksi bayi tabung tidak lagi dilakukan dalam rangka ikhtiar untuk memperoleh anak bagi pasangan suami isteri mandul, melainkan untuk memperoleh anak yang genius dengan cara mengambil

description

sfywKHDWK,HD,IQWYD

Transcript of asdhadkywq,kdgwjq

Page 1: asdhadkywq,kdgwjq

Reproduksi Bayi Tabung dalam Perspektif Hukum IslamDipublikasi pada 7 April 2014 oleh Jurnal Tahkim

Reproduksi Bayi Tabung dalamPerspektif Hukum IslamNur Alim Natsir*

PendahuluanPada bulan Juli 1978 dunia dikejutkan oleh keberhasilan percobaan yang dilakukan oleh Patrick

Steptoe dan Robert Edwards dengan lahirnya Louise Brown seorang bayi tabung pertama dunia

dari Inggris[1] Berbagai disiplin ilmu menanggapinya dengan pandangannya masing-masing.

Dunia kedokteran menanggapinya sebagai hal yang positif. Karenanya kemudian menyusul

percobaan-percobaan dan penelitian-penelitian tentang bayi tabung diberbagai negara di dunia

termasuk Indonesia.

Di Indonesia bayi tabung pertama lahir pada tanggal 2 Mei 1988 melalui proses pembuahan in vitro di sini menunjukkan proses pembuahan  sel telur Ibu  di dalam tabung petri  di laboratorium.

[2] Pengertian in vitro di sini menunjukkan proses pembuahan sel telur Ibu oleh sel Sperma

suami di lakukan di luar tubuh Ibu. Sel  sperma yang diambil Oleh suami dipertemukan dengan

sel Telur  Ibu di dalam tabung petri di laboratorium.[3]  Setelah terjadi pembuahan  embrio 

sampai tahap tertentu (sel) di laboratorium, kemudian embrio itudiimplantasikan ke dalam rahim

ibu. Proses pembuahan seperti ini lebih populer di sebut dengan istilah bayi tabung.

Pada dasarnya bayi tabung dapt diterima oleh para ulama atau cendikiawan muslim sepanjang

proses reproduksi  bayi tabung itu dilakukan  dalam keadaan darurat  dan asal usul benihnya

(sperma dan sel telur) berasal dari pasangan suami istri,[4] dan embrio

itu diimplantasikan kedalam rahim istri.

Tetapi dalam perkembangan  selanjutnya, kiranya sungguh segera memerlukan jawaban yang

tegas dari para ulama atau intelektual muslim, mengingat teknologi reproduksi bayi tabung tidak

lagi dilakukan dalam rangka ikhtiar untuk memperoleh anak bagi pasangan suami isteri mandul,

melainkan untuk memperoleh anak yang genius dengan cara mengambil sperma dari sel telur

dari orang-orang yang mempunyai inteligensia tinggi.[5].

Sebagaimana lazimnya, setiap penemuan teknologi selalu diikuti penemuan teknologi baru yang

berkaitan dengan teknologi itu. Dalam perkembangannya selama 19 tahun ini teknologi

reproduksi bayi tabung di banyak negara telah ditemukan teknologi baru yang menunjang

keberhasilan teknologi reproduksi bayi tabung. Di antara penemuan teknologi baru itu adalah

ditemukannya obat pemicu ovulasi  yang dapat memproduksi sel telur lebih banyak lagi.

[6] Ditemukannya teknologi penyimpanan sel telur dan sel sperma di dalam Bank Sperma untuk

dipergunakan bila diperlukan.[7], dan ditemukannya teknologi penyimpananembrio di dalam

Bank Embrio. Maksud semula sebagai cadangan seandainya embrio yangdiimplementasikan ke

dalam rahim itu mengalami kegagalan ,  maka tidak perlu dilakukan pengambilan sel telur baru

Page 2: asdhadkywq,kdgwjq

yang prosesnya cukup rumit itu berulang kali. Namun dalam perkembangan selanjutnya,

keberadaan bank sperma  itu kemudian disalahgunakan untuk tujuan-tujuan tertentu yang

sifatnya negatif, misalnya untuk menyimpan sperma dari orang-orang yang ber-IQ tinggi yang

pada suatu saat sperma itu digunakan untuk membuahi sel telur dari wanita yang ber-IQ tinggi

dengan harapan akan diperoleh anak yang genius.

Di luar dugaan teknologi reproduksi bayi tabung dan bank sperma itu kini telah dianggap sebagai

jalan keluar yang baik oleh sementara kaum wanita yang ingin mempunyai anak akan tetapi

tidak mau menikah. Dengan bantuan teknologi reproduksi bayi tabung atau fertilisasi in vitro seorang wanita yang sudah dewasa dapat hamil dan mempunyai anak tanpa harus

menikah, atau mempunyai suami, tanpa  harus melakukan hubungan sanggama. Peristiwa

semacam itu telah terjadi, satu diantaranya adalah Afton Blake, seorang wanita sarjana psikologi

dari Los Angeles Amerika Serikat. Blake dengan Bank Sperma dan teknologi reproduksi bayi

tabung telah berhasil melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Doron[8]

Penemuan dan penerapan teknologi reproduksi Bayi tabung tersebut di atas tentu saja

mempunyai pengaruh di bidang kehidupan lainnya, misalnya dibidang agama, moral dan hukum.

Di bidang hukum, apakah hukum kita sudah siap menangani hasil-hasil perkembangan ilmu dan

teknologi  dibidang kedokteran tersebut. Harus diakui bahwa di Indonesia belum ada hukum

yang mengatur secara khusus perihal bayi tabung yang pada tahap sekarang  ini masih

merupakan tahap percobaan. Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah menyusun undang-

undang yang mengatur tentang masalah yang berkaitan dengan penerapan teknologi reproduksi

bayi tabung. Dalam usahanya membuat undang-undang, pemerintah harus memperhatikan nilai-

nilai ajaran Islam.

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan selalu mendorong kepada

pemeluk-pemeluknya untuk menggali dan menyelami lautan ilmu pengetahuan, menyambut

penemuan baru tentang teknologi reproduksi bayi tabung ini sebagai perkembangan pikiran

manusia yang patut dipuji dan disyukuri, asal penerapan penemuan ilmu dan teknologi itu tidak

bertentangan dengan syari’at Islam, dan tidak melanggar batas-batas moral kemanusiaan.

Penemuan ilmu dan teknologi reproduksi bayi tabung itu bila digunakan untuk kebaikan dan

untuk kemaslahatan manusia akan menjadi rahmat yang patut disyukuri. Sebaliknya bila

digunakan untuk perbuatan yang bertentangan dengan syari’at Islam tentu saja akan

menyesatkan bagi manusia itu sendiri, karenanya harus ditinggalkan.

Reproduksi Manusia Menurut Al-Qur’anUntuk mempermudah memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang reproduksi manusia yang tersebut

di berbagai surat, maka perlu dikumpulkan terlebih dahulu ayat-ayat yang membahas tentang

benih dan proses pembuahannya, tentang sifat-sifat sperma yang membuahi, tentang

bersarangnya blastula di dalam rahim, dan tentang evolusi perkembangan embrio di dalam

rahim.

Mengenai benih dan proses pembuahannya, Al-Qur’an menyebutkan sampai sebelas kali,

[9] dengan menggunakan kata-kata nuthfah yang di samping dapat diartikan sebagai setitik dari

Page 3: asdhadkywq,kdgwjq

mani, juga dapat diartikan sebagai hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma yang

disebut zygote.

Kata nuthfah yang artinya setitik dari mani menunjukkan bahwa setiap sperma atau mani (yang

dikeluarkan oleh seorang laki-laki pada waktu melakukan hubungan senggama) mengandung

ratusan juta spermatozoa,[10] mereka akan masuk ke dalam tuba fallofii  baik yang disebelah

kanan maupun yang disebelah kiri. Dan diantara sekian juta spermatozoa itu hanya

satu spermatozoa yang berhasil menembus dan membuahi sel telur, yang lain mati diserap oleh

tubuh wanita tersebut.[11]

Satu spermatozoa yang berhasil menembus dan membuahi sel telur itulah yang dimaksud oleh

kata nuthfah min mani yang diartikan nuthfah dari mani, sebagaimana firman Allah dalam al-

Qur’an: ”Bukankah (asalnya) manusia itu setitik dari mani yang dipancarkan”[12]

Jadi berdasarkan ayat tersebut nuthfah dari mani (nuthfah min mani) menunjukkan spermatozoa yang belum membuahi sel telur. Dengan demikian pengertian

dipancarkan dalam ayat tersebut adalah dipancarkan ke dalam liang kelamin wanita[13].

Dari uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa yang dibutuhkan untuk memenuhi sel telur wanita

hanya satu spermatozoa saja dari sekian ratus juta spermatozoa yang terdapat dalam sperma

yang dikeluarkan oleh seorang laki-laki pada waktu melakukan hubungan sanggama.

Di samping itu kata nuthfah  dalam ayat-ayat tersebut harus diartikan sebagai spermatozoa yang

belum membuahi sel telur. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena di ayat yang lain,

kata nuthfah dapat diartikan sebagai hasil penyatuan antara sel telur dan spermatozoa,

sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Hajj (22) : 5 yang artinya: ”Hai manusia jika kamu dalam

keraguan tentang kebangkitan dari kubur) maka (ketahuilah), sesungguhnya kami telah

menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari nuthfah , kemudian dari ’alaqah”

Pada ayat tersebut ditunjukkan bahwa setelah nuthfah maka kemudian akan

terjadi alaqah (sesuatu yang bergantung). Jadi, ’alaqah itu menunjukkan perkembangan lebih

lanjut dari nuthfah. Nuthfah merupakan perkembangan lebih lanjut dari turab (tanah)[14]. Tidak

logis bila nuthfah dalam ayat ini diartikan sebagai sel sperma (spermatozoa). Karena sel sperma

tidak mungkin dapat berkembang menjadi ’alaqah  tanpa harus ada penyatuan dengan sel telur

lebih dahulu.

Kata nuthfah yang disimpan di dalam rahim, menunjukkan adanya perjalanan zygote dari tuba fallopii tempat terjadinya pembuahan sel telur oleh spermatozoa menuju ke dalam rahim.

Sesampainya di dalam rahim, ia sudah memasuki pertengahan stadium  morula,[15] berakhir

pada saat ia berada dalam rahim, pada saat inilah ia memasuki stadiun blastula yang siap untuk

bersarang atau melekat pada dinding rahim.

Keadaan demikian itu ditegaskan di dalam QS. Al-Mursalat (77) 20-23 yang artinya : ”Bukankah

Kami menciptakan kamu dari air yang hina. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang

kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan. Lalu kami tentukan bentuknya, maka Kamilah

sebaik-baiknya yang menentukan”.

Page 4: asdhadkywq,kdgwjq

Kata diletakkan di dalam tempat yang kokoh (fiqararin makin) dalam ayat tersebut di samping

menunjukkan bahwa nuthfah itu sudah sampai pada stadium morula,[16] juga menunjukkan

suatu tempat yang terhormat, tinggi, dan kokoh yaitu disebut rahim tempat membesarnya janin

dari stadium blastula sampai ia dilahirkan di dunia.

Pengertian Bayi TabungBayi tabung atau inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial berarti ”buatan atau tiruan sedangkan insemination berasal dari bahasa Latin yakni

kata inseminatus, artinya ”pemasukan atau penyampaian”. Dalam Kamus Artificial Insemination

berarti pembuahan buatan[17].

Inseminasi buatan dalam bahasa Arab di sebut talqihus shina’i seperti tercantum dalam kitab Al-

Fatawa karya Mahmoud Syaltut. Jadi yang dimaksud dengan Inseminasi buatan adalah

pembuahan (penghamilan) buatan yang dilakukan terhadap seorang wanita tanpa melalui cara

alamiah, melainkan dengan cara memasukkan sperma laki-laki ke dalam rahim wanita tersebut

dengan pertolongan dokter.

Dengan kata lain, Inseminasi Buatan adalah proses pembuahan (penghamilan) di luar rahim

wanita dan atau tanpa melalui hubungan biologis yang alamiah. Sedangkan yang dimaksud

dengan bayi tabung adalah bayi yang diperoleh melalui proses pembuahan yang dilakukan

diluar rahim sehingga terjadinya embrio (Zigote) tidak secara alamiah, melainkan dengan

bantuan teknologi kedokteran[18].

Sejarah Bayi TabungPercobaan fertilisasi in vitro, sudah dimulai sejak tahun 1959 oleh Daniel Petrucci seorang

ilmuwan Italia. Ia berhasil melakukan pembuahan sel telur wanita dengan sel sperma secara in vitro (diluar tubuh wanita).Embrio hasil pembuahan in vitro itu hanya hidup selama 29 hari,

percobaan dihentikan karena cacat, dan mendapatkan kecaman dari masyarakat[19]

Percobaan-percobaan sejenis dilakukan lagi pada bulan Desember 1970 oleh Robert G. Edward

dan Ruth E. Fuwler dari Universitas Cambridge. Pada tahun 1974, D.A Bevis dari Universitas

Leeds di Inggris melaporkan lahirnya tiga bayi dari kehamilan yang diinisiasikan oleh fertilisasi in vitro. Baru pada tahun 1978, lahirlah Louise Brown yang dianggap sebagai bayi tabung murni

yang pertama dari Inggris.[20] Semenjak itu, berbagai negara di dunia melakukan

program fertilisasi in vitro, ada yang bertujuan untuk menolong pasangan suami isteri mandul

yang menginginkan anak, ada juga yang bertujuan untuk menciptakan generasi  penerus

(manusia) yang super.

Di Indonesia pelayanan program fertilisasi in vitro,  dimulai sejak tahun 1987 di Rumah Sakit

Anak dan Bersalin Harapan Kita, dengan tujuan untuk menolong pasangan suami isteri yang

tidak mungkin mempunyai keturunan, karena isterinya mengalami kerusakan kedua saluran telur

yang tidak mungkin dapat diperbaiki lagi. Bayi tabung pertama di Indonesia lahir pada tanggal 2

Mei 1988 dari pasangan suami isteri Markus dan Chai Ai Lian.

Sebelumnya yaitu pada tahun 1983 telah dilahirkan sebanyak 150 sampai 200 bayi tabung di

Inggris, Australia, dan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat program fertilisasi in vitro-transfer

Page 5: asdhadkywq,kdgwjq

embrio dimulai pada Eastern Virginia Medical School di Nurfolk dan bayi tabung yang pertama

lahir pada bulan Desember 1981.[21]

Tujuan Bayi TabungPada mulanya pelayanan program fertilisasi in vitro, bertujuan untuk menolong pasangan suami

isteri yang tidak mungkin mempunyai keturunan secara alamiah, karena isterinya mengalami

kerusakan pada tuba fallopii yang tidak dapat diperbaiki.

Dalam perkembangan selanjutnya, metode ini sangat baik dan efektif sekali digunakan untuk

menolong pasangan suami isteri dengan berbagai kelainan dan penyakit lainnya, sehingga

secara alamiah mereka tidak dapat hamil, seperti terjadinya kemandulan yang tidak dapat

diterangkan sebabnya, sperma suami yang kurang baik, dan adanya kelainan lendir mulut rahim

yang menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim.

Menurut dokter Sudradji Sumapradja, penerapan teknologi fertilsasi in vitro bukan hanya

bertujuan untuk memperoleh anak saja, melainkan juga dapat digunakan untuk memberikan

kesempatan bagi para ilmuwan mempelajari hal ikhwal reproduksi manusia yang pada gilirannya

akan bermanfaat bagi pengembangan kontrasepsi baru, diagnosa preinplantasi dan terapi gen

untuk menanggulangi sedini mungkin kelainankongenital (keturunan)[22] Misalnya kalau orang

tuanya pembawa penyakit keturunan yang berhubungan dengan seks/jenis kelamin yang hanya

diturunkan kepada anak laki-laki saja atau kepada anak perempuan saja, maka orang tuanya

akan memilih embrio yang tidak dirurunkan penyakitnya.

Sebagai contoh penyakit keturunan yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya adalah

penyakit “hemofilia” suatu penyakit dimana darah tidak dapat membeku bila terjadi luka pada

tubuh.

Hemofilia biasanya terjadi pada anak laki-laki, maka teknik ”sex selection” merupakan jalan

keluar untuk menanggulangi penyakit keturunan seperti itu yaitu dengan jalan

memisahkan kromosom x  dan kromosom ypada sperma. Setelah dipisahkan, kromosom x digunakan untuk membuahi sel telur dalam tabung petri. Dengan cara demikian maka akan

diperoleh anak perempuan yang terhindar dari penyakit “hemofilia”.Bagaimana cara memperoleh sel sperma yang mengandung kromosom x dan yang

mengandung kromosom y? Untuk memperoleh seorang anak yang dikehendaki, apakah anak

laki-laki ataupun perempuan cukup dengan memisahkan kromosom x dan kromosom y pada

sperma. Bila kromosom x  yang membuahi sel telur, maka anak yang lahir nanti pasti anak

perempuan. Sebaliknya bila yang membuahi itu sel sperma yang mengandung kromosom y maka anak yang lahir nanti pasti anak laki-laki. Untuk membedakan antarakromosom x dan kromosom y, maka sperma dimasukkan ke dalam botol. Oleh karena sperma yang

mengandung kromosom x lebih berat daripada yang mengandung kromosom y, maka kromosom x akan terkumpul dibagian bawah, sedang sperma yang mengandumng kromosom y  oleh

karena lebih ringan akan berada di bagian atas. Berdasarkan pengamatan,

endapan kromosom di bagian bawah 90% terdiri darikromosom x, dan endapan bagian atas bisa

70% terdiri dari kromosom y.[23]

Page 6: asdhadkywq,kdgwjq

Tujuan lain adalah untuk menciptakan generasi penerus yang genius. Untuk maksud itu,

dibutuhkan adanya sperma donor dari orang-orang pemegang nobel yang mempunyai IQ tinggi.

Untuk maksud itu di Amerika Serikat didirikan bank sperma, khusus untuk menyimpan sperma-

sperma dari orang-orang yang genius, sebagaimana telah dianjurkan oleh H.J Muller seorang

tokoh masyarakat Amerika.

Robert Graham seorangh tukang kaca mata menanggapi saran itu. Dia lalu meninggalkan usaha

kaca mata itu, dan pada tahun 1979 membuka bank sperma di Escodindo California. Bank

sperma itu diberi nama The Depository For Germinal Choice yang hanya menyimpan sperma

dari para pemenang  hadiah nobel.[24] Di Amerika, bank sperma donor itu merupakan komoditi

yang dikirim ke Eropa melalui pos, tentu saja akan dipergunakan untuk membuahi sel telur yang

berasal dari wanita yang ber IQ tinggi, dengan harapan diperoleh anak yang genius.

Proses Bayi TabungFertilisasi in vitro-transfer embrio pada manusia merupakan salah satu terapi[25] pada pasangan

suami isteriinvertil yang disebabkan tuba fallopii isterinya mengalami penyumbatan yang tidak

mungkin dapat diperbaiki lagi, sehingga secara alamiah sel sperma tidak dapat bertemu dengan

sel telur yang sudah matang di dalamtuba fallopii, padahal bertemunya sel sperma dan sel telur

di dalam tuba fallopii itu merupakan syarat pertama untuk tejadinya suatu konsepsi (secara

alamiah).

Untuk menanggulangi keadaan demikian itu diperlukan konsepsi buatan dengan jalan fertilisasi in vitro. Untuk melakukan fertilisasi in vitro transfer embrio terhadap tujuh tindakan dasar yang

harus dilakukan oleh tenaga medis yaitu :

Pertama, isteri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur

mengeluarkan sel telur. Obat itu dapat berupa obat makan atau obat suntik yang diberikan setiap

hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah ternyata sel-sel telurnya matang.

Kedua, pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari dengan melakukan pemeriksaan darah

isteri, dan pemeriksaan dengan ultrasonografi. Ada kalanya indung telur gagal beraksi terhadap

obat itu. Apabila terjadi demikian, maka pasangan suami isteri itu dapat mengikuti program pada

kesempatan lain, mungkin dengan menggunakan obat atau dosis di obat yang berlainan.

Ketiga, pengambilan sel telur dilakukan dengan pungsi (penusukan jarum) melalui vagina

dengan tuntunanultrasonografi.Keempat, setelah tenaga medis berhasil mengeluarkan beberapa sel telur, maka beberapa sel

telur itu dibuahi dengan sel sperma suaminya. Sperma akan diproses, sehingga sel-sel sperma

yang baik saja yang akan dipergunakan untuk membuahi sel telur isteri di dalam tabung petri.Kelima, sel telur isteri dan sel sperma suami yang sudah dipertemukan di dalam

tabung petri tersebut, kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan berikutnya

dilakukan 18-20 jam kemudian. Pada pemantauan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi

pembuahan sel.

Keenam, embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini, kemudian diimplantasikan ke

dalam rahim isteri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.

Page 7: asdhadkywq,kdgwjq

Ketujuh, apabila dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan ke dalam rahim tidak terjadi

menstruasi maka dilakukan pemeriksaan air kemihnya untuk kehamilan. Kehamilan baru dapat

dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi seminggu kemudian.[26]

Proses ini dapat diulang beberapa kali pada pasangan suami isteri yang mengalami kegagalan

sampai mereka memperoleh suatu keberhasilan.

Dari  segi teknik, bayi tabung terbagi atas dua macam, yaitu:

1. Fertilization in vitro (FIV), yaitu dengan cara mengambil sperma suami dan ovum isteri,

kemudian diproses dalam vitro (tabung) dan setelah terjadi pembuahan lalu ditransfer ke dalam

rahim isteri. Ovum diambil dari kandung telur isteri (dihisap dengan sejenis suntik melalui

sayatan pada perut) tepat pada saat ovulasi (bebasnya sel telur dari kandung telur).

2. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sel sperma suami

disuntikkan ke dalam vagina atau uterus isteri. Atau dengan cara mengambil sel sperma

suami dan ovum isteri dan setelah dicampur terjadi pembuahan maka segera ditanam di

saluran telur (tuba fallopii)[27].Teknik kedua ini lebih alamiah daripada teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi

ovum di tuba fallopii setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani/sperma) melalui hubungan seksual.

Dalam hal ini hasil fertilisasi (pembuahan) antara sperma dan ovum di luar rahim langsung

dimasukkan ke dalam saluran telur isteri yang memang merupakan tempat alami sperma

membuahi ovum setelah terjadinya ejakulasi dalam hubungan seksual

Hukum Menyelenggarakan Bayi TabungMasalah  bayi tabung belum pernah terjadi pada masa Rasulullah saw, pada masa sahabat,

pada masa tabi’in dan pada masa tabi’it tabi’in. Oleh karena itu istilah bayi tabung tidak

ditemukan di dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi serta fatwa-fatwa para sahabat. Ini tidak berarti

bahwa al-Qur’an dan hadis tidak mengatur masalah proses reproduksi manusia termasuk di

dalamnya proses reproduksi bayi tabung. Dalam hal reproduksi manusia Al-Qur’an mengaturnya

secara jelas dan terperinci, sebagaimana telah dibahas di muka yaitu pada konteks reproduksi

manusia menurut Al-Qur’an.

Penyelenggaraan fertilisasi in vitro transfer embrio pada dasarnya merupakan motivasi pribadi

dengan niat yang luhur yang bertujuan untuk memperoleh keturunan demi tercapainya

kebahagiaan hidup rumah tangga dan berlangsungnya regenerasi manusia yang akan

menunjang dan menegakkan agama Allah (Islam)

Untuk menentukan bagaimanakah hukum menyelenggrakan fertilisasi in vitro-transfer embrio pada manusia ditinjau dari segi hukum Islam, diperlukan suatu alat yang dapat

digunakan  untuk menarik garis hukum dari ayat-ayat al-Qur’an. Salah satu alat itu adalah kaidah

usul fiqih. Dalam kaitannya dengan hukum menyelenggarakan bayi tabung, perlu diperhatikan

suatu kaidah usul fiqih yang berbunyi: ”Hukum asal hubungan seks adalah haram kecuali datang dalil yang membolehkannya”.Bertitik tolak dari kaidah usul fiqih tersebut di atas pada dasarnya hukum asal melakukan

hubungan sanggama antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan adalah haram, kecuali

Page 8: asdhadkywq,kdgwjq

terdapat hukum-hukum yang membolehkannya yaitu diantara mereka itu terikat dalam tali

perkawinan.

Apakah masalah reproduksi bayi tabung dapat dilepaskan dari masalah perkawinan atau

pernikahan? Masalah reproduksi bayi tabung tidak dapat dilepaskan dari masalah perkawinan

atau pernikahan. Karena itu sperma dan sel telur yang digunakan dalam proses reproduksi bayi

tabung harus milik pasangan suami isteri, ketika embrio itu diimplantasikan  ke dalam rahim

ibunya mereka (Suami isteri) masih dalam ikatan tali perkawinan.

Jika proses reproduksi bayi tabung dengan sperma bukan milik suaminya atau sel telurnya

bukan milik isterinya hukumnya haram karena tindakan seperti itu mempunyai akibat hukum

yang sama dengan melakukan perbuatan zina yaitu anak yang lahir itu tidak bernasab kepada

ayah biologis (penyumbang sperma) maupun kepada ayah yuridis yaitu suami dari isteri

penerima sperma dari orang lain, walaupun secara teoritis antara penyumbang sperma dengan

wanita penerima sperma itu tidak terjadi perbuatan zina, karena yang dimaksud dengan zina

adalah melakukan hubungan seksual dengan wanita lain yang bukan isterinya.

Zina merupakan perbuatan yang keji dan berdosa besar. Dalam hal ini Allah berfirman :

”Janganlah kamu hampiri zina, dan sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan

yang terburuk.”[28] demikian halnya firman Allah : ”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang

berzina, derahlah tiap-tiap seorang dera mereka 100 kali deraan, dan janganlah kamu

dikalahkan dalam menjalankan agama Allah oleh kesihan kamu kepada mereka berdua.”[29]

Ketentuan hukum Islam yang demikian ketat itu, demi untuk memelihara kehormatan dan

kesucian pada diri manusia itu sendiri dari perbuatan maksiat dan menjauhkan diri dari

perbuatan-perbuatan yang tercela. Karena itu dalam proses reproduksi bayi tabung sperma dan

sel telurnya harus milik pasangan suami isteri, agar nasab anak yang lahir menjadi jelas siapa

ayah dan ibunya. Jadi penyelenggraan reproduksi bayi tabung yang melibatkan sperma donor

atau sel telur donor termasuk dosa besar dan haram hukumnya, sebagaimana hadis nabi

mengajarkan yang artinya : ”Dosa yang paling besar di sisi Allah sesudah syirik adalah laki-laki

yang meletakkan (menumpahkan) maninya ke dalam rahim perempuan yang tidak halal

baginya”[30]Di samping itu, hadis nabi juga mengharamkan seseorang melakukan hubungan senggama

dengan wanita lain atau laki-laki lain bukan isterinya atau suaminya. Hadis itu diriwayatkan oleh

Abu Daud, Al-Tirmidzi yang artinya: Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan

akhir menyiramkan spermanya pada vagina wanita lain yang bukan isterinya”[31]Dari uraian di atas, jelaslah bahwa masalah kehamilan sangat erat kaitannya dengan

perkawinan. Hukum Islam memandang seorang wanita diperbolehkan hamil apabila ada sebab

yang membolehkan kehamilannya itu yaitu adanya perkawinan atau pernikahan lebih dahulu

sebelum terjadi kehamilan.

Di muka telah disebutkan bahwa tersumbatnya tuba fallopii[32] pada hakekatnya merupakan

suatu penyakit yang harus diobati. Pada kasus ini, satu-satunya terapi yang dapat dilakukan oleh

Page 9: asdhadkywq,kdgwjq

dokter dalam usahanya menolong pasangan suami isteri memperoleh anak adalah dengan

jalan fertilisasi in vitro-transfer embrio.Oleh karena cara tersebut merupakan satu-satunya terapi yang dapat dilakukan oleh dokter

terhadap pasien yang menginginkan anak itu, dan adanya hajat yang besar untuk memperoleh

anak, maka tindakan itu dapat digolongkan pada tingkat darurat. Mengenai hal ini kaidah fiqih

mengatakan: ”Hajat (necessitiy) dilakukan sebagai keadaan darurat”[33] Demikin juga kaidah :

Keadaan darurat membolehkan hal yang dilarang”[34]

Pada hakekatnya, menyelenggarakan proses reproduksi bayi tabung yang benihnya dari suami

isteri, danembrio itu diimplantasikan ke dalam rahim isteri tidak dilarang oleh Al-Qur’an, jalan

yang ditempuh untuk memperoleh anak itu dapat digolongkan atau diklasifikasikan ke dalam

tindakan darurat karena cara itu merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh anak.

Pengertian darurat dalam kasus bayi tabung adalah suatu perbuatan[35] yang dilakukan karena

keadaan memaksa (tidak ada jalan lain), apabila perbuatan itu tidak dilakukan akan

menimbulkan madarat pada pasangan suami isteri itu yaitu timbulnya stres karena tidak

dikaruniai anak oleh Allah swt.

Cara itu ditempuh karena pasangan suami isteri itu mengalami kesulitan untuk memperoleh anak

secara alamiah, karena itu mereka mendapat keringanan dari syara’ untuk memperoleh anak

dengan jalan bayi tabung. Dalam kasus demikian Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2) :

185 yang artinya : ”Allah hendak membikin keringanan bagi kamu dan tidak hendak membikin

keberatan atas kamu”. Juga firman Allah dalam QS. Al-Hajj (22) : 78 yang artinya ”Tuhan tidak

menjadikan atas kamu dalam agama sesuatu perkara yang berat”

Dalam hal demikian itu, Rasulullah saw bersabda yang artinya : ”Aku diutus oleh Tuhan dengan

membawa agama yang condong kepada kebenaran yang mudah dan ringan”

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tersebut di atas, seorang isteri yang menderita

penyakit pada alat reproduksinya sehingga karena penyakit itu, pasangan suami isteri itu tidak

dapat memperoleh anak secara alamiah, maka pasangan suami isteri itu dibenarkan oleh hukum

Islam untuk menempuh jalan dengan cara bayi tabung asal benihnya dari pasangan suami isteri

itu dan embrio diimplantasikan ke dalam rahim isteri yang mempunyai sel telur itu.

Oleh karena tindakan fertilisasi in vitro-transfer embrio pada manusia merupakan tindakan

darurat, maka setelah pasangan suami isteri itu memperoleh anak dengan cara fertilisasi ini vitro transfer embrio, mereka tidak dibenarkan oleh hukum Islam untuk mengikuti program yang

kedua kalinya, karena hajat untuk memperoleh anak telah dipenuhi dan pada kasus program

bayi tabung yang kedua itu katagori tindakan darurat sudah tidak lagi. Mengenai kasus ini Allah

berfirman yang artinya: ”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kamu bangkai, darah,

daging, babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barang

siapa dalam keadaan terpaksa, sedang ia tidak menginginkan dan tidak melampaui batas, maka

tidak berdosa baginya”[36]

Status Hukum Bayi TabungPada uraian tersebut di atas telah disebutkan bahwa dalam proses reproduksi bayi tabung,

benihnya (sperma dan sel telur) dapat berasal  dari pasangan suami isteri atau bukan berasal

Page 10: asdhadkywq,kdgwjq

dari pasangan suami isteri (donor), embrio hasil pembuahan invitro itupun

dapat diimplantasikan ke dalam rahim isteri atau ke dalam rahim wanita lain yang bukan

isterinya.

Oleh karena itu, pembahasan berikut ini akan dikemukakan dalam tiga bahasan pokok yaitu: (a)

benihnya dari pasangan suami isteri, embrio diimplantasikan  ke dalam rahim isteri atau ke

dalam rahim wanita lain, (b) salah satu benihnya          dari donor, embrio di implantasikan ke

dalam rahim isteri atau ke dalam rahim wanita lain, (c) semua benihnya dari donor,  embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita bersuami atau ke dalam rahim seorang gadis.

(a)   Benihnya dari Suami IsteriHukum Islam membolehkan kepada pasangan suami isteri mandul mengikuti program fertilisasi in vitro-transfer embrio apabila jalan yang ditempuh tidak bertentangan dengan hukum Islam

yaitu sperma dan sel telurnya berasal dari pasangan suami isteri ,

ketika embrio diimplantasikan  ke dalam rahim ibunya, suami isteri itu masih dalam ikatan

perkawinan, alasan tidak dapat memperoleh anak secara alamiah harus dapat dibuktikan dan

motivasi pribadi dengan niat yang luhur untuk mendapatkan anak yang saleh yang akan

menegakkan agama Islam, atau cara itu dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi

penyakit keturunan secara dini.

Apabila persyaratan itu dipenuhi maka baik secara yuridis maupun secara biologis genetika anak

(bayi tabung) itu mempunyai kedudukan sebagai anak sah dari pasangan suami isteri . Diantara

mereka ada hubungan nasab, hubungan waris mewaris dan hak perwalian dari orang tuanya

dalam nikah nanti. Di dalam hukum Islam msalah nasab, waris dan perwalian merupakan

masalah penting karena hal itu menyangkut martabat manusia.

Dalam proses reproduksi bayi tabung biasanya dokter membuahi beberapa sel telur, tetapi

yangdiimplantasikan ke dalam rahim ibunya hanya satu atau dua. Bolehlah kelebihan embrio itu diimplantasikanke dalam rahim wanita lain? Dalam kasus ini ada dua pendapat.

Pendapat pertama mengatakan hukum mengimplentasikan embrio ke dalam rahim wanita lain

adalah haram.[37] Dengan alasan hadis nabi yang artinya: Tidak halal bagi seorang yang

beriman kepada Allah dan hari akhir menyiramkan (sperma) ke dalam ladang (rahim, vagina)

orang lain”.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, tindakan seperti itu termasuk kejahatan yang

menurunkan martabat manusia, merusak tata hukum yang telah dibina dalam masyarakat.

Dalam kasus ini tidak mengimplantasikan embrio ke dalam rahim wanita lain telah merusak

hukum perkawinan, khususnya dalam hal sahnya anak. Sebagai konsekuensi dari pendapat itu

maka apabila terjadi kasus bayi tabung yang melibatkan rahim wanita lain, anak yang lahir bukan

anak sah dari pasangan suami isteri penghamil dan bukan anak sah dari pasangan suami isteri

pemilik embrio. Oleh karena itu ia tidak mempunyai hubungan nasab dengan ibu penghamil

maupun dengan pasangan suami isteri pemilik embrio (penyewa rahim).

Dalam kasus seperti itu penerapan teknologi fertilisasi in vitro-transfer embrio  bukannya menjadi

rahmat bagi manusia tetapi sebaliknya menjadi laknat yang harus ditinggalkan dan dijauhi,

karena menyesatkan manusia dan menjadi sumber konflik dalam kehidupan rumah tangga.

Page 11: asdhadkywq,kdgwjq

Pendapat kedua mengatakan, bahwa kelebihan embrio hasil pembuahan secara in vitro itu

diperbolehkan untuk diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bukan isterinya, karena

rahim ibunya mengalami gangguan sehingga tidak dapat menghamilkannya, dengan alasaan

tindakan ini termasuk tindakan darurat.

Untuk memperkuat pendapatnya itu dokter Ali Akbar mengemukakan alasan dengan

mengqiyaskan sistemembrio mendapat energi dari ibu penghamil sama dengan seorang bayi

menyusui pada ibu susuan, karena fungsi rahim tempat membesarkan embrio itu hanya

memberi makan yaitu sumber energi yang terdiri dari ikatan kimia asam amino sebagai protein,

glukosa sebagai zat arang (karbohidrat) dan asam lemak sebagai lemak, disamping O2 yang

diserap melalui uterus (rahim).[38]

Menyusukan anak kepada wanita lain diperbolehkan oleh ajaran Islam sebagaimana Allah

berfirman di dalam QS. al-Baqarah (2) : 233 yang artinya: Jika kamu menghendaki perempuan

lain menyusukan anakmu, maka tiada berdosa kamu bila kamu berikan upahnya secara ma’ruf”.

Berdasarkan pendapat kedua tersebut di atas, timbul pertanyaan apakah darah si-ibu penghamil

yang berfungsi sebagai makanan embrio tidak mempengaruhi sifat-sifat anak itu? Menurut ilmu

embriologi, terjadinya manusia dimulai dengan pembuahan yaitu suatu proses dimana dua sel

yang sangat khusus sifatnya, spermatozoa dari pria dan sel telur wanita bergabung untuk

membentukk organisme baru yang disebut zygote. Zygote ini merupakan manusia satu sel,

[39] ia telah diwarisi oleh sifat-sifat dari ayah ibunya yaitu masing-masing mewariskan 23

kromosom dari sperma ayah dan 23 kromosom dari sel telur ibunya, dengan demikian sifat atau

watak yang diwariskan ayah ibunya itu jumlahnya seimbang.

Dengan demikian darah ibu penghamil yang memberi makan pada embrio tidak akan

mempengaruhi sifat-sifat anak yang telah diwariskan atau yang diturunkan oleh ayah ibunya

sejak terjadinya konsepsi atau pembuahan.

Menurut ilmu keturunan, setiap individu atau makhluk hidup selalu menurunkan sifat-sifat kepada

anak-anaknya. Faktor yang menurunkan sifat-sifat ini tidak terletak di dalam darah, tetapi terletak

dalam suatu benda yang dinamakan kromosom.[40] Di dalam kromosom terdapat gene-gene[41] setiap gene membawa satu sifat.

Bertitik tolak dari pendapat kedua itu, maka status hukum anak yang lahir secara biologis genetikamempunyai kedudukan sebagai anak sah pasangan suami isteri yang mempunyai

benih, karena itu diantara mereka mempunyai hubungan nasab, hubungan waris mewaris dan

bagi anak perempuan mempunyai hak perwalian dari orang tuanya dalam akad nikah nanti.

Anak itu juga mempunyai kedudukan sebagai anak susuan bagi wanita yang mengandung dan

melahirkannya karena ditinjau dari segi kedokteran fungsi rahim dapat diqiyaskan sama dengan

seorang wanita menyusui anak orang lain yaitu sama-sama berfungsi memberi makan

pada embrio atau bayi itu.[42]

Perbedan pendapat itu adalah wajar karena masalah bayi tabung, surrogate mather merupakan

masalah ijtihadiyah, masing-masing pendapat telah mengemukakan argumentasinya sesuai

dengan ajaran Islam dan Ilmu yang di milikinya.

Page 12: asdhadkywq,kdgwjq

Dalam kasus surrogate mather, penulis lebih condong mengikuti pendapat kedua (dengan

alasan-alasan yang telah dikemukakan) dari pada pendapat pertama, karena menurut hemat

penulis hadis yang dijadikan landasan, untuk mengharamkan surrogate mother  itu tidak tepat,

karena embrio yang akan diimplantasikanke dalam rahim wanita lain itu pada hakekatnya bukan

sperma sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadis yang dijadikan landasan

mengharamkan surrogate mother tersebut dimuka, tetapi embrio itu sudah merupakan suatu

organisme baru hasil penyatuan antara sel sperma dan sel telur,

bila embrio itudiimplantasikan ke dalam rahim dapat tumbuh menjadi janin, sedang sperma bila

ditanamkan ke dalam rahim tidak akan tumbuh menjadi janin apabila sel sperma itu belum

membuahi sel telur di dalam tuba fallopii. Danembrio itu mempunyai kemampuan untuk

membelah diri daro satu sel menjadi dua sel, dua sel menjadi empat sel dan seterusnya secara

diferensial, sedang sel sperma tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri seperti itu.

[43]

Di samping itu, menurut ajaran Islam embrio itu pada dasarnya sudah merupakan manusia,

sedang sperma belum merupakan manusia. Dalam hal ini hadis nabi menerangkan bahwa: ”Tiap

manusia terjadi dalam perut ibunya sebagai nuthfah selama 40 hari, sesudah  itu menjadi alaqah

selama itu pula, kemudian menjadi mudghah selama itu pula.”

Konsekwensi dari hadis tersebut di atas, maka pengguguran kandungan atau

pemusnahan embrio hasil pembuahan di dalam tabung petri merupakan pembunuhan terhadap

jiwa manusia, karena embrio itu merupakan awal kejadian manusia. Tindakan itu merupakan

dosa besar, dan pelakunya dapat dikenakan hukuman memerdekakan hamba

sahaya[44] apabila hamba sahaya itu sudah tidak ada, maka diganti dengan diyat. Sedang

pemusnahan sperma tidak mempunyai konsekuensi hukum seperti itu, misalnya membuang

sperma yang tidak digunakan untuk membuahi sel telur di dalam tabung petri.Dari uraian tersebut di atas, pendapat kedua yang membolehkan embrio diimplantasikan ke

dalam rahim wanita lain tidak melanggar syariah Islam (Al- Qur’an dan Hadis), karnea hal itu

dilakukan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan sisa embrio yang tidak

mungkin diimplantasikan ke dalam rahim ibunya sebab secara normal rahim ibu hanya mampu

mengandungnya satu atau dua embrio saja. Fungsi rahim disini hanya sebagai tempat untuk

membesarkan dan memberi makan embrio melalui darah ibunya yang disalurkan

melalui plasenta, darah ibunya itu tidak dapat merubah sifat-sifat anak yang sudah diwariskan

oleh ayah ibunya sejak saat terjadinya pembuahan. Jadi fungsi rahim disini dapat diqiyaskan

sama dengan seorang ibu menyusui anak orang lain. Menyusukan anak kepada wanita lain

dibenarkan oleh hukum Islam sekalipun diupayakan dengan membayar kepada wanita itu secara

ma’ruf.

Sebagaimana telah disebutkan di muka, dalam kasus proses bayi tabung dengan meminjam

rahim wanita lain (Surrogate mother) penulis mengikuti pendapat kedua, tetapi tidak berarti

bahwa penulis membolehkan sisiembrio hasil pembuahan dalam

tabung petri itu diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain. Dal hal ini penulis mengharamkan,

karena madaratnya lebih besar dari pada maslahatnya.

Page 13: asdhadkywq,kdgwjq

Maslahatnya adalah menyelamatkan kelebihan embrio itu dari tindakan pemusnahan, karena hal

itu termasuk dosa besar. Madaratnya adalah (a) kehadiran anak itu dapat menjadi sumber

konflik antara suami isteri penyewa rahim dengan suyami isteri yang menyewakan rahim,

misalnya setelah anak itu lahir tidak mau menyerahkannya kepada suami isteri penyewa rahim,

(b) kemungkinan terjadinya komersialisasi rahim sehingga seorang wanita cantik tidak mau

mengandung takut body tubuhnya menjadi rusak, (c) tidak tyerjalin hubungan keibuan antara

anak dengan ibu yang menyewa rahim, hal ini tidak sejalan dengan Al-Qur’an : ”Kami wajibkan

manusia taat kepada bapak ibunya, ibunya telah mengandungnya yang semakin lama semakin

lemah (karena embrio bertambah besar dan berat), ibunya menyusuinya selama dua

tahun”[45]Juga firman Allah : ”Kami telah memerintahkan manusia berbuat baik kepada ayah

ibunya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah

payah”.[46]

Permasalahan lain timbul apabila ketika embrio itu diimplantasikan ke dalam rahim ibunya,

sedang suami isteri itu telah bercerai. Bagaimanakah pandangan hukum Islam, terhadap kasus

ini?

Dimuka telah disebutkan bahwa menurut hukum Islam masalah kehamilan tidak dapat

dilepaskan dari masalah perkawinan, artinya seorang wanita dibenarkan atau diperbolehkan

hamil apabila ia dihamili oleh seorang laki-laki yang masih terikat dalam tali perkawinan

dengannya. Konsekuensinya bila diantara mereka sudah bercerai embrio itu tidak dibenarkan

oleh hukum Islam diimplantasikan ke dalam rahim jandanya, walaupun embrio itu benihnya dari

pasangan suami isteri itu.

b. Salah Satu Benihnya Dari DonorMenyelenggrakan fertilisasi in vitro transfer embrio dengan sperma donor hukumnya haram,

Dalam hal ini Allah berfirman : ”Isteri-isteri kamu itu ladang kamu, oleh karena itu datangilah

ladang kami itu sebagaimana kamu kehendaki dan sediakanlah untuk diri kamu, dan takutlah

kepada Allah”[47]

Maksud ayat Al-Qur’an dan hadis tersebut di atas adalah suami hanya dibenarkan menanmkan

benihnya (sperma) di dalam rahim isterinya, dan isteri tidak dibenarkan menerima benih

(sperma) dari orang lain yang bukan suaminya.

Termasuk dalam pengertian demikian itu adalah adanya larangan membuahi sel telur isteri

dengan sep sperma bukan milik suaminya di dalam tabung petri, karena tindakan membuahi sel

telur isteri dengan sel sperma bukan milik suaminya menciderai perkawinan pasangan suami

isteri itu, dan menurut hukum Islam yang menjadi obyek akad nikah adalah halalnya hubungan

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, termasuk didalamnya melakukan

hubungan sanggama yang dapat mengakibatkan adanya keturunan.

Di dalam hukum Islam, kejelasan status anak mempunyai arti yang penting karena anak sah itu

akan menimbulkan konsekuensi hukum misalnya, anak yang lahir secara sah menurut hukum

Islam, akan menimbulkan konsekuensi hukum bagi kedua orang tuanya yaitu berkewajiban

untuk memberi nafkah, membesarkan, mendidiknya, agar menjadi anak yang saleh, di samping

itu juga terjadi hubungan nasab antara anak dengan ayah ibunya, hubungan waris-mewaris

Page 14: asdhadkywq,kdgwjq

antara anak dan orang tuanya beserta saudara-saudaranya dan timbul hak perwalian bagi anak

itu.

Anak zina tidak menimbulkan akibat hukum yang demikian itu, anak itu hanya mempunyai

hubungan waris-mewaris dengan ibunya saja, laki-laki yang menyebabkan hamil tidak

mempunyai kewajiban apapun terhadap anak itu, diantara mereka (anak itu dengan laki-laki

yang menghamili ibunya) tidak terdapat hubunganmahram, hubungan waris mewaris, hak dan

kewajiban. Konsekuensi hukum demikian itu berlaku juga terhadap kasus bayi tabung dengan

sperma donor karena benihnya bukan berasal dari pasangan suami isteri.

Menurut Mahmoud Sjaltout penghamilan buatan (tentu saja termasuk di dalamnya bayi tabung)

dengan sperma donor merupakan pelanggaran dan dosa besar. Perbuatan itu setaraf dengan

perbuatan zina dan akibatnya sama pula dengan perbuatan ziana yaitu sama-sama

memasukkan mani orang lain ke dalam rahim perempuan yang diantara kedua orang itu tidak

ada hubungan nikah secara syara’.[48] Timbul pertanyaan apakah pelakunya (wanita itu) dapat

dikenankan hukuman had?

Dalam kasus bayi tabung dengan sperma donor yang berakibat status hukum anak itu, dapat

diqiyaskan sama dengan anak hasil; perbuatan zina, tetapi ibunya tidak dapat dikenakan

hukuman had[49] Karena unsur zina tidak dipenuhi yaitu hubungan kelamin antara seorang laki-

laki dengan seprang perempuan yang dilakukan di luar perkawinan yang sah menurut syara’.

Dalam kasus bayi tabung dengan sperma donor yang terjadi hanyalah pertemuan antara sel

telur isteri dengan sel sperma donor di dalam tabung petri setelah terjadi pembuahan embrio itu

kemudian diimplantasikan  ke dalam rahim ibunya.

Tidak dipenuhinya unsur zina tersebut diatas sesuai dengan pengertian zina yang dikemukakan

oleh empat mashab yaitu (a) menurut mazhab Maliki, zina adalah jima’ dengan sengaja oleh

seorang mukalaf pada faraj manusia tidak diragukan labi bahwa ia bukan muhrimnya, (b)

menurut mazhab Hanafi, zina adalah jima’ seorang laki-laki pada faraj perempuan yang bukan

haknya atau yang diragukan haknya, (c) menurut mazhab Syafi’i, zina adalah memasukkan

zakar ke dalam faraj perempuan yang diharamkan, yang diingini menurut tabiat yang sehat dari

perempuan yang diharamkan dicampuri dan tidak ada subhat, (d) menurut mazhab hambali zina

adalah melakukan perbuatan cabul dalam faraj.[50]

Jadi tindakan membuahi sel telur dengan sel sperma donor di dalam tabung petri tidak dapat

diqiyaskan sama dengan perbuatan zina, karena itu pelakunya tidak dapat dikenakan sanksi

hukuman had.

Permasalahan lain timbul apabila embrio itu diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis.

Dalam kasus ini status anak yang lahir dapat diqiyaskan sama dengan susuan, karena fungsi

rahim disini hanya sebagai tempat membesarkan embrio dan memberi makan kepada embrio itu

melalui darah ibunya yang disalurkan lewat placenta. Fungsi rahim demikian itu dapat diqiyaskan

sama dengan seorang wanita menyusui bayi orang lain, menyusukan anak kepada wanita lain

diperbolehkan oleh ajaran Islam.

Semua Benihnya Dari Donor

Page 15: asdhadkywq,kdgwjq

Hukum Islam mengharamkan proses reproduksi bayi tabung yang sel telurnya dan sel

spermanya berasal dari orang yang tidak terikat dalam tali perkawinan yang sah menurut syara’

karena hal itu bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis nabi sebagaimana telah disebutkan

pada pembahasan item b tersebut dimuka.

Apabila terjadi kasus bayi tabung dengan sel telur dan sel spermanya berasal dari orang-orang

yang tidak terikat dalam tali perkawinan yang sah menurut syara’ dan embrio itu

kemudian diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang bersuami, maka status anak

yang lahir dapat diqiyaskan sama dengan anak susuan bagi pasangan suami isteri itu, karena

fungsi rahim disini dapat diqiyaskan sama dengan seorang ibu menyusui anak orang lain yaitu

sama-sama memberi makan atau energi pada embrio atau bayi itu sebagaimana telah dibahas

dimuka.

Pembahasan tentang staus hukum anak (bayi tabung) tersebut dimuka, telah memberi

penjelasan kepada manusia bahwa manusia itu dilahirkan didunia dalam keadaan suci, ia tidak

menanggung dosa atas hal ini Allah berfirman yang artinya: ”Dan tidaklah seseorang akan

menanggung dosa orang lain yang telah diperbuatnya”[51] Juga firman Allah : ”Barang siapa

mendapat petunjuk, maka sesungguhnya perbuatan yang telah dilakukan oleh orang tuanya

atau orang lain, mengenai ia mendapat petunjuk untuk dirinya sendiri, dan barang siapa

mendapat sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, karena itu seseorang

tidak akan menanggung dosa orang lain yang diperbuatnya”[52]

PenutupReproduksi bayi tabungmerupakan proses pembuahan (penghamilan) buatan yang dilakukan

terhadap seorang wanita tanpa melalui hubungan biologis yang alamiah, melainkan dengan cara

memasukkan sperma laki-laki ke dalam vagina atau rahim tersebut melalui bantuan dokter.

Secara hukum, reproduksi bayi tabung didasarkan kepada sumber sperma dan ovum. Dalam hal

ini hukum bayi tabung terdiri dari 3 macam, yakni: (1) benihnya dari pasangan suami isteri; di

mana hukum Islam membolehkan kepada pasangan suami isteri mandul mengikuti

program fertilisasi in vitro-transfer embrioapabila jalan yang ditempuh tidak bertentangan dengan

hukum Islam yaitu sperma dan sel telurnya berasal dari pasangan suami isteri; (2) salah satu

benihnya dari donor; dengan menyelenggrakan fertilisasi in vitro ransfer embrio dengan sperma

donor hukumnya haram; (c) semua benihnya dari donor; dimana hukum Islam mengharamkan

proses reproduksi bayi tabung yang sel telurnya dan sel spermanya berasal dari orang yang

tidak terikat dalam tali perkawinan yang sah menurut syara’ karena hal itu bertentangan dengan

Al-Qur’an dan hadis nabi.