Asap Putih Perusak Jiwa

2
~ASAP PUTIH PERUSAK JIWA~ ...dan kepulan asap putih perusak jiwa itu kian membumbung, tanpa sadar? sepertinya t ~ Sementara dibalik sudut pembatas terlihat jelas, air mata langit belum juga berhenti Terpercik hingga kadang membasahi tempat keluarnya asap putih perusak jiwa itu. "Berhenti mengeluarkanku, berhentilah membakar tubuhku" asap putih perusak jiwa berte namun... ah, hampa... jarijari kaku itu masih saja, masih saja mengikat erat. Di sisi lain jarijari menjawab, lebih tepatnya berucap dengan keangkuhan yg tak berd terlalu dalam, biar kepulan asap putih perusak jiwa ini yg menerbangkannya". !lasan bodoh, benarbenar bodoh. ~ ernah ia berucap pada alam, suatu ketika ia akan bersahabat dengan asap putih perusa menerbangkannya, ia berhenti membakar tubuhnya. Tapi... ah, biar saja. $anya sekali lagi untuk saat ini. ~ Sesaat hening... !ir mata langit berhenti menetes. $anya deru geram teriakan gurauan dunia yg melintas. %epulan asap putih perusak jiwa menghilang, tertiup na&as langit. "Sudahlah... aku berhenti", katanya. 'eski ia sadar ini hanya gurauan sementara, kare jiwa itu masih menjadi obat ampuh. 'asih menjadi alternati& tepat untuk menyembuhkan laranya yg terpendam. (ara yg katan lara yg penuh pilihan, antara mengikuti anjuran mereka yg sangat dicinta dan mencinta jiwa yg juga dicinta dan mencintanya. (alu... %epulan asap putih perusak jiwa itu membumbung lagi. %ali ini sembari ia berjanji, bahwa suatu hari ia akan membahagiakan mereka bersama, penuh cinta. Dibawah payung besar yg sama. "aku bisa, aku mampu" teriaknya dalam hat ...dan janji itupun terbang, bersama kepulan asap putih perusak jiwa. ~) Des *+ - + /++ am~ 'ah&udhdinsyah rogram Studi endidikan Dokter 0ni1ersitas 'alikussaleh, (hokseumawe

description

puisi

Transcript of Asap Putih Perusak Jiwa

~ASAP PUTIH PERUSAK JIWA~

...dan kepulan asap putih perusak jiwa itu kian membumbung, tanpa sadar? sepertinya tidak. Dia tau betul.~Sementara dibalik sudut pembatas terlihat jelas, air mata langit belum juga berhenti menetes.Terpercik hingga kadang membasahi tempat keluarnya asap putih perusak jiwa itu."Berhenti mengeluarkanku, berhentilah membakar tubuhku" asap putih perusak jiwa berteriak memohon, namun... ah, hampa... jari-jari kaku itu masih saja, masih saja mengikat erat. Di sisi lain jari-jari menjawab, lebih tepatnya berucap dengan keangkuhan yg tak berdasar. "Derita jiwa terlalu dalam, biar kepulan asap putih perusak jiwa ini yg menerbangkannya".Alasan bodoh, benar-benar bodoh.~Pernah ia berucap pada alam, suatu ketika ia akan bersahabat dengan asap putih perusak jiwa. Ia berhenti menerbangkannya, ia berhenti membakar tubuhnya.Tapi... ah, biar saja. Hanya sekali lagi untuk saat ini.~Sesaat hening...Air mata langit berhenti menetes.Hanya deru geram teriakan gurauan dunia yg melintas.Kepulan asap putih perusak jiwa menghilang, tertiup nafas langit."Sudahlah... aku berhenti", katanya. Meski ia sadar ini hanya gurauan sementara, karena asap putih perusak jiwa itu masih menjadi obat ampuh.Masih menjadi alternatif tepat untuk menyembuhkan laranya yg terpendam. Lara yg katanya tak berujung, lara yg penuh pilihan, antara mengikuti anjuran mereka yg sangat dicinta dan mencintainya... atau belahan jiwa yg juga dicinta dan mencintanya.

Lalu...Kepulan asap putih perusak jiwa itu membumbung lagi.Kali ini sembari ia berjanji, bahwa suatu hari ia akan membahagiakan mereka bersama, dalam alunan hidup penuh cinta. Dibawah payung besar yg sama. "aku bisa, aku mampu" teriaknya dalam hati....dan janji itupun terbang, bersama kepulan asap putih perusak jiwa.

~5 Des 2013 06:00 am~MahfudhdinsyahProgram Studi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe