asam

23
Etiologi Trauma kimia asam biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah. Tabel 2.1 berikut merupakan contoh bahan kimia yang bersifat asam: Tabel 2.1 Bahan penyebab trauma kimia asam 5,6 Komponen Aktif Sumber Utama Catatan Asam sulfat (H2SO4) Pembersih industri, air accu Percampuran dengan air mata menyebabkan koagulasi kornea, dapat disertai dengan adanya benda asing atau robekan jaringan Asam sulfit (H2SO2) - Terbentuk dari percampuran sulfur diokida (SO2) dengan air mata - Pengawet buah/sayuran - Bahan pemutih - Bahan pendingin Relatif lebih mudah berpenetrasi dibandingkan asam lainnya Asam hidrofluorik (HF) Bahan pemoles/pemutih kaca, pemisah mineral, akilasi bensin, produksi silicon Mudah berpenetrasi Asam klorida Larutan asam klorida Kerusakan berat bila konsentrasi pekat dan kronis Asam cuka (CH3COOH) Cuka 4-10%, cuka biang 80%, asam asetat glasial 90% Trauma ringan bila konsentrasi <10%, kerusakan meningkat bila konsentrasi pekat Asam chromik (HCr2O3) Industri verkrom Berat bila pekat dan kronis

description

mata

Transcript of asam

EtiologiTrauma kimia asam biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah. Tabel 2.1 berikut merupakan contoh bahan kimia yang bersifat asam:Tabel 2.1 Bahan penyebab trauma kimia asam5,6Komponen AktifSumber UtamaCatatan

Asam sulfat (H2SO4)Pembersih industri, air accuPercampuran dengan air mata menyebabkan koagulasi kornea, dapat disertai dengan adanya benda asing atau robekan jaringan

Asam sulfit (H2SO2) Terbentuk dari percampuran sulfur diokida (SO2) dengan air mata Pengawet buah/sayuran Bahan pemutih Bahan pendinginRelatif lebih mudah berpenetrasi dibandingkan asam lainnya

Asam hidrofluorik (HF)Bahan pemoles/pemutih kaca, pemisah mineral, akilasi bensin, produksi siliconMudah berpenetrasi

Asam kloridaLarutan asam kloridaKerusakan berat bila konsentrasi pekat dan kronis

Asam cuka (CH3COOH)Cuka 4-10%, cuka biang 80%, asam asetat glasial 90%Trauma ringan bila konsentrasi limbusJelek

ab

cdGambar 2.4 Derajat keparahan trauma kimia berdasarkan Roper-Hall.(a) Gradasi I; (b) Gradasi II; (c) Gradasi III; (d) Gradasi IV

2.6PatofisiologiBahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein di sekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terkelupas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea, berbeda dengan bahan kimia basa yang akan bergabung dengan asam lemak dalam sel membran sehingga terjadi proses saponifikasi/penyabunan yang mengakibatkan kerusakan sel, diikuti koagulasi dan perlunakan jaringan.19Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan.19

Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal berikut:a. Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbusb. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersihc. Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornead. Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensae. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki korneaf. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi

Proses penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:a. Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel epithelial yang berasal dari stem cell limbusb. Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit sehingga terjadi sintesis kolagen baru10

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi, dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.5,16Asam hidrofluorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluorida dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitikdan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari imobilisasi ion kalsium yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluorida memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernapasan, gastrointestinal, dan neurologi.5,17Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein di sekitarnya. Karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.7,16Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas ada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.8

2.7 AnamnesisPada anamnesis pasien mengeluh adanya bahan kimia asam yang mengenai mata disertai rasa nyeri sampai tidak bisa membuka mata, berair, kabur, dan silau. Bahan asam yang mengenai mata bisa berupa cairan atau mata tersemprot gas sehingga partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Rincian lengkap terjadinya trauma dapat diperoleh lewat pertanyaan-pertanyaan berikut: Tanggal dan waktu terjadinya trauma Tempat kejadian Apakah kecelakaan kerja atau bukan Apakah ada unsur kesengajaan atau akibat orang lain/kelalaian Bagaimana terjadinya trauma (alat yang mengenai, arah trauma, kekuatan trauma) Apakah memakai kacamata pelindung / ada kerusakan kacamata pengaman Bagaimana keadaan mata dan visus sebelum trauma Apakah ada korpus alienum intraokuler Pertolongan yang telah dilakukan sebelumnya Apakah trauma mengenai bagian tubuh lainnya Nama dan alamat saksi mata20

2.8Gejala KlinisTerdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yatu epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera terjadi penurunan visus akibat nekrosis superfisial kornea. Selain itu dapat ditemukan gejala seperti kelopak mata bengkak, konjungtiva hiperemis, kemosis, edem kornea, tes fluoresein + / erosi, sampai kekeruhan kornea yang hebat.20

2.9PemeriksaanPemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia asam sudah teririgasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat anestesi topical atau lokal sangat membantuagar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intraocular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang.7,12a. Anastesi lokalObat anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri pada mata, atau saat akan melakukan pemeriksaan diagnostik tertentu seperti tonometer, uji anel, pemeriksaan dengan goniolens, serta bedah pengeluaran benda asing pada kornea atau konjungtiva. Obat anastesi local yang sering dipakai adalah tetrakain 0,5%, kokain 2-5%, dan pantokain 2%.Obat anastesi lokal dapat memberikan efek samping berupa: Memperlambat penyembuhan epitel kornea Memperberat proses kelainan kornea Dapat merusak epitel korneaKokain dapat memberikan efek samping berupa epitel kornea menjadi ireguler, gelisah, demam, kejang, gangguan kardiovaskular.b. Tes fluoreseinMerupakan tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Zat warna fluoresein akan berubah berwarna hijau pada epitel kornea yang defek. Alat/bahan yang dibutuhkan yaituzat warna fluoresein 0,5 2 % tetes mata atau kertas fluoreseinserta obat tetes anastetikum pantokain. Teknik pemeriksaan awalnya mata ditetesi pantokain 1 teteslalu zat warna fluoresein diteteskan pada mata atau kertas fluoresein ditaruh pada forniks inferior selama 20 detik. Zat warna diirigasi dengan larutan garam fisiologik sampai seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi. Cari bagian pada kornea yang berwarna hijauBila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel kornea. Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan epitel. Zat warna yang menempel pada defek epitel akan menghilang sesudah 30 menitc. Pemeriksaan memakai lampu senter + loupe, slit lampLoupe merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran normalnya. Loupe mempunyai kekuatan 4-6 dioptri. Untuk melihat benda dengan loupe yang berkekuatan 5,0 dioptri maka benda yang diliht harus terletak 20 cm (100/5) atau pada titik api lensa loupe. Dengan jarak ini mata tanpa akomodasi akan melihat benda lebih besar. Bila benda yang dilihat disinari sentolop, maka benda yang dilihat akan lebih tegas. Hal ini dipergunakan sebagai slitlamp, karena cara kerjanya hampir sama. Pemeriksaan dengan loupe atau slitlamp (lampu celah) akan lebih sempurna bila dilakukan di dalam kamar yang digelapkan.d. Kertas pH meter atau lakmus untuk mengetahui jenis bahan kimiaPemeriksaan pH bola mata dilakukan secra berkala. Irigasi pada mata harus tetap dilakukan sampai tercapai pH normal.e. Lid retractor / desmares untuk membantu membuka kelopak mataf. Pemeriksaan oftalmoskopi/funduskopi direk dan indirekg. Foto rontgen dan pemeriksaan menggunakan magnetFoto rontgen dilakukan terutama untuk benda logam yang radioopak, sehingga lokasinya dapat ditentukan lebih cermat. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan dengan magnet. Caranya, magnet didekatka pada mata dan digerak-gerakkan sehingga benda asing di mata akan ikut bergerak dan mata terasa sakit bila benda tersebut bersifat magnetis.h. TonometriUntuk mengetahui tekanan intraokular

2.10DiagnosisDiagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui anamnesis, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan fisik + penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan karena trauma kimia asam pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesis singkat.13

2.11Diagnosis BandingBeberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia asam pada mata antara lain konjungtivitis, konjungtivitis hemoragik akut, keratokonjungtivitis sika, dan ulkus kornea.13

2.12Tata LaksanaTata laksana trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular, yaitu memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, serta mencegah sekuele jangka panjang. Tata laksana trauma kimia mencakup tata laksana secara umum dan secara khusus.10Tata Laksana Umuma. Irigasi mata dan jaringan sekitar. Semua rudapaksa /trauma kimia merupakan kasus emergensi/darurat, sebaiknya pertolongan pertama mulai dilakukan pada tempat kejadian sesegera mungkin, dengan cara mencuci/irigasi dengan air bersih (air mineral, air sumur, air PDAM) sesering mungkin sebelum dirujuk ke rumah sakit terdekat. Berikan anestesi lokal tetes mata diikuti irigasi dengan aquades steril, cairan fisiologis (normal salin, ringer laktat) secara manual, memakai spuit 20 cc disposable, atau secara drip / continuousirrigation dengan infusion set. Irigasi selain ditujukan pada kornea mata, juga untuk fornik superior/inferior, bila ada sisa bahan kimia dapat dibersihkan dengan lidi kapas steril basah atau pinset. Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing mata, untuk bahan kimia asam irigasi dilakukan selama jam

Gambar 2.5 Irigasi dan pembebatan pada matahttp://ophthobook.com/videos/eye-trauma-video

b. Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebral, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.c. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea. Selanjutnya diberikan bebat (perban) pada mata dan artificial tear (air mata buatan)

Tata laksana khusus berdasarkan fase peristiwa15Fase kejadian (immediate)Tujuan tindakan pada fase ini yaitu menghilangkan material bahan asam hingga sebersih mungkin. Tindakan yang dilakukan antara lain: Irigasi (dengan cara sama seperti pada tata laksana umum) Diagnosis ditegakkan lewat anamnesis, gejala klinis, serta pemeriksaan oftalmologis

Fase akut (sampai hari ke-7)Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya penyulit. Prinsip terapi dengan medikamentosa dan pembedahan. Medikamentosa ditujukan untuk mempercepat proses reepitelisasi kornea, mengontrol tingkat peradangan, mencegah infeksi sekunder, mencegah peningkatan tekanan bola mata, suplemen/antioksidan.Medikamentosa yang diberikan pada pasien trauma kimia asam antara lain:a. SteroidBertujuan untuk mngurangi inflamasi dan infiltrasi neutrophil. Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblast. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di-tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% eye drop dan Prednisolon 0,1% eye drop diberikan setiap 2 jam. Bila perlu dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg.Steroid memberi efek baik pada peradangan karena17: Mengurangi permeabilitas pembuluh darah Mengurangi gejala radang Mengurangi pembentukan jaringan parutPemberian steroid tetes mata > 2 minggu harus hati-hati karena dapat menghambat reepitelisasi. Selain itu steroid tetes mata mempunyai efek samping sebagai berikut3: Menurunkan daya reaksi jaringan Mengaktifkan proliferasi bakteri Steroid menyembunyikan gejala penyakit lain Bertambah aktif kolagenase yang merusak tukak lebih berat Memberikan penyulit glaukoma dan katarak bila dipakai lama Mengakibatkan midriasis pupil dan ptosis kelopak mata Mengaktifkan infeksi herpes simpleks dan infeksi virus Menambah infeksi herpes simpleks dan infeksi virus Menambah kemungkinan infeksi jamur Menambah berat radang akibat infeksi bakterib. SikloplegikUntuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia anterior. Atropin 1% eye drop atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.c. Asam askorbat (vitamin C)Mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblast kornea. Natrium askorbat 10% topical diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sistemik dapat diberikan sampai dosis 2 gram per hari.d. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitorUntuk menurunkan tekanan intraocular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral Asetazolamid (Diamox) 500 mg.e. AntibiotikDiberikan untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktivitas neutrophil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topical dan sistemik.

f. Asam hyaluronikUntuk membantu proses reepitelisasi kornea dan menstabilkan barrier fisiologis. Asam sitrat menghambat aktivitas neutrophil dan mengurangi reson inflamasi. Natrium sitrat 10% topical diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.

Tindakan pembedahan terbagi atas pembedahan segera dan pembedahan lanjut. Tindakan pembedahan segera merupakan pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan10:a. Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan vaskularisasi limbus, juga mencegah perkembangan ulkus korneab. Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dari donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normalc. Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosisSedangkan penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:a. Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan simblefaronb. Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtivac. Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak matad. Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasie. Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk

Tabel 2.3 Penatalaksanaan Fase IITindakanGradasi IGradasi IIGradasi IIIGradasi IV

A-Bandage lensBandage lensBandage lens

BAB + steroid tetes 4-6xKortikosteroid tetes 6xDexamethasone/ Prednisolon tetes/jamDexamethasone/ Prednisolon tetes/ 30 menit

CAB + steroid tetes 4-6xTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x100mgTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x100mgTetrasiklin salep 4xDoxysiklin 2x100mg

D-Timolol 0,5% tetes 2xTimolol 0,5% tetes 2xAsetazolamide 2x500mgTimolol 0,5% tetes 2xAsetazolamide 2x500mg

ESulfas atropin 1% tetes 2xVitamin C 4x500mgSulfas atropin 1% tetes 2xVitamin C 2000mgSulfas atropin 1% tetes 2xVitamin C 2000mgSulfas atropin 1% tetes 2xVitamin C 2000mg

F--Nekrotomi + graft konjungtiva limbusNekrotomi + graft konjungtiva limbus

Fase pemulihan dini (early repair: hari ke-7 sampai dengan hari ke-21)Tujuan tindakan pada fase ini yaitu membatasi tingkat penyulit. Masalah yang dihadapi pada fase ini antara lain hambatan reepitelisasi kornea, gangguan fungsi kelopak mata, hilangnya sel goblet, ulserasi stroma hingga perforasi kornea. Prinsip dan tata laksana sama seperti fase sebelumnya, disesuikan dengan kondisi pasien.

Tabel 2.4 Penatalaksanaan Fase IIITindakanGradasi IGradasi IIGradasi IIIGradasi IV

AReepitelialisasi sempurnaReepitelialisasi sempurnaBandage lens diteruskanBandage lens

Bandage lens

BAB + steroid tetes tapering offKortikosteroid tetes tapering offDexamethasone/ Prednisolon tetes tappoff/ stop, ganti dengan:NSAID tetes (Indometason/ Diclofenax) 6xDexamethasone/ Prednisolon tetes tappoff/ stop, ganti dengan:NSAID tetes (Indometason/ Diclofenax) 6x

CAB + steroid tetes tapering offTetrasiklin salep 2xDoxysiklin 2x100mgTetrasiklin salep 2xDoxysiklin 2x100mgTetrasiklin salep 2xDoxysiklin 2x100mg

D-Peningkatan TIO (-) timolol stopPeningkatan TIO (-) timolol stopTimolol 0,5% tetes 2xAsetazolamid + ion K diteruskan

EUveitis (-) : sulfas atropin dihentikanUveitis (-) : sulfas atropin dihentikanVitamin C 2000 mgSulfas atropin 1% tetes 3xVitamin C 2000 mg/hariRetinoic acid salep 2xSulfas atropin 1% tetes 3xVitamin C 2000 mg/hariVitamin A dan E

F--Jaringan nekrotik (+) : eksisiFungsi kelopak (+) : tarsoaphyJaringan nekrotik (+) : eksisiMukosa bibir/amnion (+) : stem cell limbus / sklera/ facial

Fase pemulihan akhir (late repair: setelah hari ke-21)Tujuan tindakan pada fase ini adalah rehabilitasi fungsi penglihatan. Prinsipnya mempercepat proses reepitelisasi kornea atau optimalisasi fungsi epitel permukaan.Tabel 2.5 Penatalaksanaan pada Fase IVTindakanGradasi IGradasi IIGradasi IIIGradasi IV

ASolcosery 3xEpiteliopati (+) : Solcosery 4xEpiteliopati (+) : Solcosery 4xRetinoic acid 1% 1x malamReepitelialisasi (+) : bandage lens diteruskan

B-NSAID tetes4xNSAID tetes 4xMedroxy progesteron 1% 4xNSAID tetes 4xMedroxy progesteron 1% 4x

C---Tetrasiklin salep 4xDoxyiklin 2x100mg

D---Peningkatan TIO (-) : Timolol 0,5% tappoffAsetazolamid + ion K dihentikan

E---Uveitis (-) : sulfas atropine dihentikanVitamin C 2000 mg/hariVitamin A dan E

F---Graft konjungtiva limbus / terapetik keratoplasti, keratoprostesis

2.13KomplikasiKomplikasi segera10:a. Glaukoma akutDapat terjadi 2-4 jam setelah trauma, hal ini karena adanya pelepasan prostaglandin yang merangsang terjadinya uveitisb. Ekspose kornea, perlunakan kornea

Komplikasi jangka panjang10:a. SimblefaronMerupakan kelainan dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu. Dapat diatasi dengan simblefarektomi.

Gambar 2.6 Simblefaronhttp://www.aao.org/theeyeshaveit/trauma/chemical-burn.cfm

b. Sindrom mata kering (keratitis Sicca)Sindrom mata kering diatasi dengan air mata buatan, lensa kontak bandage, atau tarsorafi

Gambar 2.7 Keratitis siccahttp://dro.hs.columbia.edu

c. Katarak traumatikaDapat diatasi dengan ekstraksi lensa

Gambar 2.8 Katarak traumatikahttp://www.penyakitkatarak.com

d. Sikatrik korneaDapat diatasi dengan keratoplasti

Gambar 2.9 Sikatrik korneahttp://farlyihsan.blogspot.com

e. Glaukoma sudut tertutupPasien mengeluhkan gejala khas yaitu tajam penglihatan menurun, mata merah, nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam, melihat pelangi (halo) di sekitar lampu, mual, dan muntah. Dapat diatasi dengan obat-obatan anti glaukoma untuk menurunkan tekanan intraokuler serta tindakan bedah iridektomi perifer atau trabekulektomi.f. EntropionAdalah kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam tepi jaringan, terutama tepi kelopak bawah. Entropion dapat terjadi akibat senilitas, spasme, sikatriks. Dalam kasus trauma kimia asam entropion terjadi akibat adanya spasme dan sikatriks.

Gambar 2.10 Entropionhttp://www.catatanmahasiswafk.blogspot.com

2.14PrognosisPrognosis trauma kimia asam tergantung pada8:a. Luas kerusakan permukaan epitelb. Gangguan fungsi kelopakc. Defek epitel yang persistend. Pertolongan pertama saat kejadian, semain cepat, semakin baik prognosisnyae. Jumlah dan tingkat kepekatan konsentrasi (pH) bahan kimia, semakin banyak jumlah dan kepekatannya tinggi (pH semakin rendah) maka kerusakannya semakin hebatf. Lama kontak dengan bahan kimia asamg. Toksisitas (kemampuan berpenetrasi) sesuai jenis asam yang terkena