Asal Mula Pancasila
-
Upload
valinttony -
Category
Documents
-
view
56 -
download
0
Transcript of Asal Mula Pancasila
ASAL MULA PANCASILA
A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara
mendadak serta tidak hanya diciptakan oleh seseorang melainkan terbentuknya melalaui proses yang
cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ditinjau dari kausalitasnya, asal mula Pancasila
dibedakan menjadi dua macam yaitu: asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung.
Adapun pengertiannya adalah sebagai berikut:
1. Asal Mula yang Langsung
Asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila
sebagai dasar filsafat Negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang proklamasi
kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila tersebut menurut Notonagoro
(1975) adalah sebagai berikut:
a. Asal mula bahan (Kausa Materialis)
Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian dan
pandangan hidup. Unsure-unsur Pancasila tersebut dapat berupa nilai-nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia.
b. Asal mula bentuk (Kausa Formalis)
Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama dengan Drs. Moh. Hatta serta
anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk,
rumusan serta nama Pancasila.
c. Asal mula karya (Kausa Effisien)
Asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi
dasar negara yang sah. Adapun asal mula Pancasila adalah PPKI sebagai pembentuk negara
dan atas kuasa pembentuk negara yang mengasahkan Pancasila menjadi dasar negara yang
sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam siding-sidang BPUPKI maupun oleh Panitia
Sembilan.
d. Asal mula tujuan (Kausa Finalis)
Tujuan dirumuskan dan dibahasnya Pancasila adalah untuk dijadikan sebagai dasar negara.
Adapun asal mula tujuannya yaitu para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum
ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan yang
terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Adapun
rincian asal mula tidak langsung Pancasila adalah sebagai erikut:
a. Nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur Pancasila sebelum secara langsung dirumuskan menjadi
dasar negara yaitu: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia
sebelum membentuk negara.
b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara dan dijadikan pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia.
c. Dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri
sebagaiKausa Materialis yaitu sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Berdasarknan tinjauan kausalitas tersebut, pada hakikatnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk Negara, nila-nilai tersebut telah tercermin dan
teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu tinjauan tersebut memberikan bukti bahwa
terbentuknya pancasila bukan merupakan hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok
orang dan bukan hasil pengaruh dari paham-paham besar dunia, melainkan nilai-nilai Pancasila secara
tidak langsung telah terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam ‘Tri Prakara’
Berdasarkan tinjauan Pancasila secara kausalitas tersebut memberikan pemahaman bahwa
proses terbentuknya Pancasila memerlukan proses yang cukup panjang dalam konsep
kesejarahan bangsa Indonesia. Sebelum disahkan sebagai dasar negara, unsur-unsur Pancasila
telah melekat dalam bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai-nilai adat-
istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai religius. Dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara
terwujud dalam tiga asas atau ‘Tri Prakara’ yaitu sebagai berikut :
Pancasila asas kebudayaan, bahwasanya unsur unsur pancasila sebelum
disahkanmenjadi dasar filsafat Negara secara yuridis sudah dimiliki bangsa Indonesia
sebagai asas-asas dalam adat istiadat dan kebudayaan.
Pancasila asas religius, atau unsur unsur pancasila telah terdapat pada bangsa Indonesia
sebagai asas asas dalam agama agama ( nilai nilai religious ).
Pancasila sebagai asas kenegaraan. Dari unsur unsur tadi diolah, dibahas dan
dirumuskan secara seksama oleh para pendiri Negara dalam siding BPUPKI, panitia
Sembilan, setelah Indonesia merdeka.
Ketiga asas tersebut tidak dapat dipertentangkan karena merupakan unsur-unsur yang
membentuk Pancasila (Notonagoro, 1975).
B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila secara pokok ada dua macam yaitu sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Adapun kedudukan dan
fungsi Pancaila dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai
kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya
sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup tersebut berfungsi sebagai kerangka acuan
untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat
serta alam sekitarnya.
Sebagai makhluk individu dan sosial manusia akan senantiasa hidup sebagai bagian dari
lingkungan sosial yang lebih luas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa
dan negara. Dalam kehidupan bersama tersebut, muncul pandangan hidup dalam masyarakat
yang dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa, selanjutnya pandangan
hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi
bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sehingga dalam Pancasila terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
serta dasar pemikiran dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik
(Darmohardjo, 1996).
2. Pancasila sebagai Dasar
Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
penyelenggaraan negara. Akibatnya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara
terutama peraturan perundang-undangan harus dijabarkan dan dirumuskan dari nilai-nilai
Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukumyang mempunyai
kekuatan mengikat secara hukum.
Menurut Kaelan (2004) kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib
hukum Indonesia.
b. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis.
d. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur.
e. Pancasila sebagai sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara
Negara, dan para pelaksana pemerintahan.
Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV, Ketetapan No. XX/MPRS/1966, Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketetapan No.
IX/MPR/1978.
3. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat
istiadat, nilai-nilai budaya serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi
(bahan) pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,
sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila.
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti “gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita’ dan
‘lagos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Di
samping itu ada kata ‘idein’ yang artinya ‘melihat’. Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu
pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari, ‘idea’disamakan artinya dengan ‘cita-cita’.
Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan
atau faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu
kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula.
Dengan demikian ideologi mencangkup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan dan
cita-cita (Kaelan, 2004).
Apabila ditelusuri secara historisistilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan oleh seorang
perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Seperti halnya Leibniz, de Tracy mempunyai cita-cita untuk
membangun suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibniz menyebutkan impiannya sebagai “one great
system of truth”, dimana tergabung segala cabang ilmu dan segala kebenaran ilmiah, maka de Tracy
menyebutkan “ideologie”, yaitu”science of ideas”, suatu program yang diharapkandapat membawa
perubahan institusional dalam masyarakat perancis. Namun Napoleon mencemoohkan-nya sebagai
suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai artipraktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang
tidak akan menemukan kenyataan. (Pranarka, 1987).
Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau
sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan
asas kerohaniannyayang antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman
hidup,pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban (Notonegoro, Pancasila
Yuridis Kenegaraan, tanpa tahun, hal 2,3)
b. Ideologi terbuka dan ideologi tertutup
Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi terbuka itu merupakan
suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu sistem pemikiran
tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari berbagai ciri khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang
sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari
suatu program untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat. Dengan demikian adalah menjadi
cita-cita ideologi tertutup, bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang
dibebankan kepada masyarakat.
c. Ideologi partikular dan ideologi komprehensif
Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh Karl Mannhein yang beraliran
Marx. Mannhein membedakan dua macam kategori secara sosiologis, yaitu ideologi yang bersifat
partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif. Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan-
keyakinan yang tersusun secara sistematis yang terkait erat dengan suatu kelas social tertentu dengan
masyarakat (Mahendra, 1999). Kategori kedua diartikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial ideologi dalam kategori kedua ini bercita-cita melakuakn
transformasi sosial secara besar-besaran.
d. Hubungan antara filsafat dan ideologi
Filsafat sebagai pandangan hidup dan hakikatnya merupakan system nilai yang secara epistemologis
kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman hidup manusia dalam memandang
realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara, tentag makna hidup serta sebagai
dasar pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
(Abdulgani, 1986).
Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan menyeluruh yang saling
menjalin menjadi satu sistem pemikiran yang logis dan bersumber kepada filsafat. Dengan kata lain,
ideologi sebagai system of trought mencari nilai, norma dan cita-cita yang bersumber kepada filsafat.
Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi yang menyangkut stategi dan doktrin,
telah timbul di dalam kehidupan bangsa dan Negara, termasuk di dalamnya menentukan sudut pandang
atau filsafat hidup yang merupakan norma ideal yang melandasi ideologi (Kaelan, 2004).
Makna ideologi bagi bangsa dan Negara
Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harta dan martabatnya, dan kenyataannya
senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia membutuhkan suatu lembaga bersama
untuk melindungi haknya, dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu negara. Negara sebagai
lembaga kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia senantiasa memiliki cita-cita dan harapan,
ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara bersama merupakan suatu yang orientasi yang bersifat
dasariah bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan.
Pancasila sebagai Ideologi yang Reformasi, Dinamis, dan Terbuka
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis,
dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis dan terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, aspiratif dan senantiasa
mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasaryang terkandung di dalamnya, naun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih komplit, sehingga
memiliki kemampuan reformatif untuk memecahkan masalah-masalah actual yang seiring dengan
aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman.
Menurut Kaelan berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka, nilai-nilai yang terkandung dalam
ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut :
a. Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kesatuan,
kerakyatan dan keadilan.
b. Nilai instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaanya.
c. Nilai praksis yaitu merupakan realisassi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi perkembangan
yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(BP-7 Pusat, 1994).
Oleh karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi yaitu:
a. Dimensi idealis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam pancasilayang bersifat sistematis,
rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila yaitu
Ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
b. Dimensi normatif yaitu nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem
norma, sebagaimna terkandung dalam norma-norma kenegaraan.
c. Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang di dalam masyarakat.
C. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Paham Ideologi Besar Lainnya Di Dunia.
Ideology Pancasila
Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang melalui proses yang cukup
panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat
istiadat, serta dalam agama-agama yang bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh
karena itu ideologi Pancasila, ada pada kehidupan bangsa terlekat pada kelangsungan hidup bangsa
Indonesia.
Ideologi Pancasila mendasarkan sifat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yaitu dalam
ideologi Pancasila mengakui kebebasan individu. Namun dalam hidup bersama juga harus mengakui hak
dan kebebasan orang lain. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila berkedudukan sebagai makhluk
pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa. Dalam hal ini nilai-nilai ketuhanan senantisa menjiwai
kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat. Hakikat serta pengertiannya sebagai berikut.
Negara Pancasila
Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnyatidakkah mungkin untuk
dipenuhi sendiri. Oleh karena itu manusia sebagai mahluk social senantiasa membutuhkan orang lain
dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut Negara.
1. Paham Negara Persatuan
Hakikat negara kesatuan adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang
membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, golongan kebudayaan, dan
agama; wilayah yang terdiri beribu-ribu pulau. Pengertian Persatuan Indonesia dalam Pembukaan UUD
1945 negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Jadi, negara persatuan
bukanlah negara yang berdasarkan pada individualisme dan golongan. Oleh karena itu, negara
persatuan adalah negara yang memiliki sifat persatuan bersama, bedasarkan kekeluargaan serta tolong
menolong atas dasar keadilan sosial (Kaelan, 2004).
2. Paham Negara Kebangsaan
Bangsa merupakan suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan
tertentu (Kaelan, 2004). Sedangkan bangsa yang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki
tujuan tertentu maka disebut negara. Menurut M. Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis
terbentuknya suatu negara dalam panggung politik internasional melalui tiga fase, yaitu zaman
Sriwijaya, zaman Majapahit, dan Nasionale Staat yaitu negara kebangsaan Indonesia Modern menurut
susunan kekeluargaan dan berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa serta kemanusiaan.
a. Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya bangsa merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam merealisasikan
harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia dalam pembuikaan
UUD 1945 dinyatakan bahwa “... kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Pernyataan tesebut
merupakan suatu pernyataan universal hak kodrat manusia sebagai bangsa.
b. Teori Kebangsaan
Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Teori Hans Kohn
Yang dikatakan bangsa yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
negara, dan kewarganegaraan.
2) Teori Ernest Renan
Menurut Renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa sebagai berikut:
a) Bangsa adalah satu jiwa, suatu asas kerohanian
b) Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar
c) Bangsa adalah suatu hasil sejarah
d) Bangsa bukan suatu yang abadi
e) Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
Faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa sebagai berikut:
Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau Keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang atau mendatang. Penderitaan bersama Modal sosial. Persetujuan bersama pada waktu sekarang yang mengandung hasrat. Berani memberikan suatu pengorbanan. Pemungutan suara setiap hari.
3) Teori Gepolitik oleh Frederick Ratzel
Teori geopolitik merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan
bangsa. Teori tersebut menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu organisme hidup.
4) Negara kebangsaan Pancasila
Sintesa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dituangkan dalam suatu asas kerohanian yang
merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Unsur-unsur pembentuk nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Kesatuan sejarah
b) Kesatuan nasib
c) Kesatuan kebudayaan
d) Kesatuan wilayah
e) Kesatuan asas kerohanian
3. Paham Negara Integralistik
Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan mempersatukan keanekaragaman
yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia. Paham integralistik
pertama kali diusulkan oleh Soepomo pada sidang BPUPKI yang berakar pada budaya bangsa.
Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-keluarga, kelompok-
kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, kelompok-kelompok yang hidup dalam suatu
wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam.
Keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan integral baik lahir maupun batin (Kaelan, 1996: 132).
Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas kebersamaan hidup,
mendambakan keselarasan dalam hubungan antarindividu maupun masyarakat. Hal ini menyatakan
paham negara integralistik tidak memihak yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas dan tidak juga
mengenal tirani minoritas (Aziz, 1997).