Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

24
KESANTUNAN BERBAHASA DI MEDIA MASSA (CONTOH: LIPUTAN KASUS BANK CENTURY di SK KOMPAS) Artini [email protected] Latar Belakang Kajian bahasa dapat dilihat dari dua sisi besar yakni sisi formalitas yang menekankan tata bahasa atau makna kata dan kalimat (aliran Chomsky), serta sisi fungsionalisme yang memfokuskan pada maksud ujaran sebagai fungsi bahasa dalam suatu komunikasi atau apa yang dapat dilakukan penutur melalui bahasa (aliran Halliday). Diskusi ini berada dalam tataran kajian bahasa secara fungsionalisme mengingat jurnalis dengan kesadaran bahasanya dapat membuat efek atau tujuan-tujuan tertentu yang diinginkannya. Untuk itu, makalah ini lebih menyoroti liputan media mengenai kasus Bank Century yang merugikan negara sampai Rp6,7 triliun telah menyita perhatian masyarakat, apalagi berita tersebut selalu ditempatkan sebagai headline. Komunikasi yang dibangun jurnalis melalui tulisannya di media menunjukkan suatu daya (lokusi, ilokusi dan perlokusi) dengan cara memilih narasumber tertentu, termasuk Kepala Negara sebagai sumber nomor satu dari sudut nilai berita. Pemilihan kata dan kalimat dalam penyampaian pesan bukan suatu tindakan tanpa sengaja, karena bagaimana pun konsepsi peran sebagai jurnalis tentu akan mempengaruhi berita yang dihasilkan. Artinya, idealisme jurnalis pada hakikatnya akan tampak pada bagaimana bahasa yang digunakan ketika mengonstruksi suatu peristiwa melalui berita atau artikel. Dengan demikian, jurnalis pada dasarnya tidak bisa semaunya memilih tuturan bahasa dalam berita, tapi harus berangkat dari suatu kesadaran bahasa bahwa setiap tuturan akan membawa efek tertentu (daya perlokusi). 1

Transcript of Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Page 1: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

KESANTUNAN BERBAHASA DI MEDIA MASSA (CONTOH: LIPUTAN KASUS BANK CENTURY di SK KOMPAS)

Artini [email protected]

Latar Belakang

Kajian bahasa dapat dilihat dari dua sisi besar yakni sisi formalitas yang menekankan tata bahasa atau makna kata dan kalimat (aliran Chomsky), serta sisi fungsionalisme yang memfokuskan pada maksud ujaran sebagai fungsi bahasa dalam suatu komunikasi atau apa yang dapat dilakukan penutur melalui bahasa (aliran Halliday).

Diskusi ini berada dalam tataran kajian bahasa secara fungsionalisme mengingat jurnalis dengan kesadaran bahasanya dapat membuat efek atau tujuan-tujuan tertentu yang diinginkannya. Untuk itu, makalah ini lebih menyoroti liputan media mengenai kasus Bank Century yang merugikan negara sampai Rp6,7 triliun telah menyita perhatian masyarakat, apalagi berita tersebut selalu ditempatkan sebagai headline.

Komunikasi yang dibangun jurnalis melalui tulisannya di media menunjukkan suatu daya (lokusi, ilokusi dan perlokusi) dengan cara memilih narasumber tertentu, termasuk Kepala Negara sebagai sumber nomor satu dari sudut nilai berita. Pemilihan kata dan kalimat dalam penyampaian pesan bukan suatu tindakan tanpa sengaja, karena bagaimana pun konsepsi peran sebagai jurnalis tentu akan mempengaruhi berita yang dihasilkan.

Artinya, idealisme jurnalis pada hakikatnya akan tampak pada bagaimana bahasa yang digunakan ketika mengonstruksi suatu peristiwa melalui berita atau artikel. Dengan demikian, jurnalis pada dasarnya tidak bisa semaunya memilih tuturan bahasa dalam berita, tapi harus berangkat dari suatu kesadaran bahasa bahwa setiap tuturan akan membawa efek tertentu (daya perlokusi).

Profesionalisme wartawan pada hakikatnya bukan hanya dilandasi latar belakang pendidikan yang baik, pengalaman yang luas, atau kompetensi jurnalistik yang cakap, melainkan lebih menuntut pada kesadarannya berbahasa dalam menegakkan wibawa moral atau keutamaan moral. Kinerja jurnalistik tidak dapat dilepaskan dari masalah penggunaan bahasa, karena akan selalu berpeluang memicu problem etis (Wibowo, 2009).

Tujuan makalah ini adalah menilik bagaimana tindak tutur yang digunakan jurnalis dalam penyampaian pesan di media mengenai Kepala Negara dalam memberikan informasi seputar kasus Bank Century. Tindak bahasa yang dikutip media pada hakikatnya juga merupakan pilihan media untuk mempengaruhi publik.

Tinjauan Pustaka1. Teori Kesantunan berbahasa

1

Page 2: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Ada beberapa teori kesantunan berbahasa antara lain Paul Grice dengan Cooperatives Principles, Geogffrey Leech dengan Interpersonal Rethoric, Sara Mills dengan Formal Politeness, Dan Sperber & Deidre Wilson dengan Relevance Principle, Richard Watts dengan Politic Behavior, Yuegue Gu dengan Chinese Linguistic Politeness.

Jenny Thomas (2001) mengatakan ada lima rangkaian fenomena kesantunan berbahasa secara terpisah. Pertam, kesantunan sebagai tujuan dunia nyata, artinya hasrat tulus untuk menyenangkan pihak lain. Kedua: kesantunan sebagai penghormatan, artinya rasa hormat kepada orang lain, seperti membukakan pintu untuk tamu dengan menggunakan tuturan tertentu. Ketiga, kesantunan sebagai suatu ragam yakni variasi sistematis dalam hubungannya dengan konteks social atau cara di mana bahasa diucapkan atau ditulis secara beragam menurut situasinya. Keempat, kesantunan suatu fenomena tinkat permukaan, yakni lebih menekankan pada penggunaan bhasa dari segi tindak tutur itu sendiri. Kelima, kesantunan berbahasa sebagai fenomena ilokusi, yaitu penggunaan bentuk bahasa tertentu secara kontekstual untuk mencapai tujuan pembicara.

Untuk melihat kesantunan berbahasa di media, maka ada dua tahapan yang perlu mendapat perhatian yakni tindak tutur yang dilakukan media lalu diukur dengan salah satu teori kesantunan berbahasa, dalam hal ini digunakan Prinsip Kerjasama (Cooperatoves Prinsiple Paul grice)

Tindak tutur dan PK merupakan ranah pragmatik untuk menunjukkan bahwa dengan memenuhi prinsip-prinsip atau maksim-maksim (bidal) dalam suatu tindak bahasa, maka nilai-nilai komunikasi seperti kejujuran dan kebenaran mulai masuk ke dalam studi bahasa.

Esensi dari PK adalah jika para penutur/komunikator berbohong seenaknya saja, dengan tidak menaati PK dengan dalih apa pun, maka kita tidak dapat lagi berkomunikasi melalui bahasa. Menaati PK bukan pernyataan ingin bersikap moralistis, tapi itu adalah ketentuan yang sudah bersifat umum dalam masyarakat di mana pun. Esensi tindak tutur atau tindak bahasa adalah dalam setiap komunikasi ada akan terjadi tiga tindakan sekaligus yakni tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Sedangkan pragmatik adalah bentuk analisis yang melihat makna ujaran atau tuturan dalam suatu konteks.

2. Tindak tutur Teori tindak tutur dipelopori Austin, filosof Britania, dalam buku “How to do

with words” yang menggunakan istilah tindak tutur (speech act) sebagai suatu tuturan dan situasi total dalam suatu komunikasi di manapun. Austin membedakan tuturan sebagai tindakan atas tiga bagian yaitu: lokusi yakni mengatakan sesuatu (kata-kata yang diucapkan, mirip dengan predikasi atau proposisi, ilokusi (daya atau tujuan di samping kata-kata tersebut), seperti mengungkapkan suatu perasaan, sikap, kepercayaan atau tujuan sesuai dengan suatu konteks tertentu, dan perlokusi yakni efek dari tuturan tersebut.

Contoh: tindakan lokusi: seorang ayah yang mengatakan: “Saya bangga karena kamu pandai”. Daya ilokusi adalah: motivasi penutur atau ungkapan

2

Page 3: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

perasaan senang seorang ayah yang ingin memuji anaknya karena anaknya pandai. Daya perlokusi yakni efek pada anak itu yakni tertawa atau senang atau menjawab “terima kasih, ayah”.

Austin juga membagi daya tuturan atau daya ilokusi dalam dua tingkatan yakni konstatif dan performatif untuk mengukur kesahihan tindak tutur. Tindakan konstatif (tuturan yang tidak perlu diuji lagi kebenarannya) atau tuturan performatif (tuturan yang menuntut penutur melakukan sesuatu). Dengan tuturan performatif, seseorang bukan hanya menginformasikan sesuatu, melainkan juga melakukan perbuatan sebagaimana yang diujarkannya. Agar suatu tuturan sungguh-sungguh bersifat performatif, terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan. Yakni, tuturan performatif menjadi tidak sah jika penuturnya adalah seseorang yang tidak berkompeten, seseorang yang kurang jujur atau seseorang yang berperilaku tidak sesuai dengan ucapannya.

Selain itu, semua ujaran pada hakikatnya juga adalah tindakan ilokusi yakni apa yang dapat dilakukan penutur dengan menggunakan bahasa. Dia membagi tindak tutur menjadi lima sebagai berikut:

1. representatif yaitu tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran atas apa yang dikatakannya. (misal: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan)

2. direktif yakni tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud agar sipendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (misal: menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang)

3. ekspresif yaitu tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu (misal; memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh)

4. komisif yakni tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan dalam ujarannya (misal berjanji, bersumpah, mengancam)

5. deklarasi yakni tindak tutur yang dilakukan sipenutur untuk menciptakan hal yang baru (misal memutuskan, melarang, membatalkan, mengizinkan, memberi maaf)

Dari lima jenis tindak tutur itu tampaklah bahwa seorang komunikator atau penutur pada hakikatnya mempunyai motivasi atau tujuan-tujuan tertentu dalam penyampaian pesan.

Berita-berita di media massa pada hakikatnya juga merupakan bentuk tindak tutur atau dialog, karena media massa dengan berbagai teknik penyajian berusaha menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada khalayak. Pesan-pesan itu dikemas dengan menggunakan teknik-teknik penyajian seperti pemilihan kata untuk judul, lead, ending suatu tulisan, yang pada dasarnya merupakan cara-cara media berdialog dengan khalayak dengan tujuan tertentu.

Dengan demikian, berita sebagai tindak tutur dengan empat tindakan sekaligus yakni tuturan – tulisan atau berita itu sendiri, lokusi – kalimat-kalimat yang merupakan isi berita, ilokusi adalah tujuan pemberitaan dan perlokusi – dampak dari isi berita yang diharapkan.

3

Page 4: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Di sisi lain, teori tindak tutur dapat memberi dua kontribusi dalam tulisan di media, yaitu menulis dengan jelas dan menulis dengan bentuk persuasif. Menulis dengan jelas (writing clearly) dapat membuat pembaca ikut terpengaruh dari hasil bacaan itu. Dalam terminologi tindak tutur, tulisan yang jelas tersebut mampu membuat pembaca mengalami pengaruh yang diinginkan (illocutionary effects). Menulis dengan gaya persuasif (writing persuasively) – yakni tulisan yang membuat pembaca mengalami langsung pengaruh yang dengan sengaja diniatkan penulis (perlocutionary effect). Dengan demikian, pilihannya adalah bahasa yang digunakan dalam berita di media secara keseluruhan tampil dengan bentuk konstatif (proporsional dan dapat dibuktikan benar atau salah) sehingga memungkinkan pengujian sederhana atas kebenaran atau kebohongannya.

Teks di media (tindak lokusi) pada hakikatnya merupakan ruang sosial, representasi pengalaman dan dunia interaksi sosial antarpartisipan secara serempak.. Sifat-sifat teks antara lain 1) terdiri atas makna-makna yang membentuk kesatuan makna walaupun dituliskan dalam teks itu adalah deretan kata dan kalimat. Makna teks dikodekan dalam bentuk kata dan struktur, sehingga menjadi daya ilokusi. 2) Teks juga merupakan suatu bentuk pertukaran makna yang bersifat sosial sehingga terjadi efek media (perlokusi). 3) Teks juga memiliki hubungan yang dekat dengan konteks. Orang tidak sanggup mengungkapkan salah satu konsep tanpa mengungkapkan yang lain (Haliday dan Hassan dalam Suroso, 2002). Dengan demikian, dalam suatu teks ada lagi teks yang menyertainya dan teks itu disebut konteks. Konteks yang dimaksud tidak hanya dilisankan, tetapi juga juga berupa kejadian-kejadian nonverbal lain, yaitu keseluruhan teks, sekaligus sebagai jembatan antara teks dan situasi teks itu betul terjadi (tindak perlokusi).

Dari uraian tindak tutur di atas dapat diringkas bahwa dalam suatu komunikasi maka kedua pihak yakni penutur dan petutur atau komunikator dan komunikan yang dalam hal ini antara media/jurnalis dengan khalayak, perlu menaati kaidah atau prinsip kebenaran dan kejujuran dalam berbahasa yang dapat dilihat dari sejuah mana tindakan yang dilakukannya itu sesuai dengan isi tuturan itu sendiri. Dalam konteks media massa, maka narasumber haruslah orang yang berkompeten, jujur dan berperilaku sesuai sesuai dengan kaidah tuturan performatif.

3. Prinsip KerjasamaSalah satu bentuk kesahihan pengujian pesan yang memenuhi kaidah

kesantunan berbahasa dalam suatu tindak tutur adalah Prinsip Kerjasama (Cooperative Principles) disingkat PK yang dikemukakan Paul Grice (1976) dalam Littlejohn (2008: 119). Menurut Grice, ada empat bidal yang harus disepekati antara penutur dan petutur --dalam konteks ini antara media massa dengan khalayaknya--, yakni sebagai berikut:

1. Kuantitas: berikan jumlah informasi yang tepat

4

Page 5: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

a. Sumbangan informasi Anda harus seinformatif yang dibutuhkanb Sumbangan informasi Anda jangan melebihi yang dibutuhkan

2. Kualitas: usahakan agar sumbangan informasi Anda benar yaitu:a. Jangan mengatakan suatu yang Anda yakini itu tidak benarb. Jangan mengatakan suatu yang bukti kebenarannya kurang

meyakinkan 3. Relevansi: usahakan agar perkataan Anda ada relevansinya atau

ada hubungannya satu sama lain4. Cara/ manner: usahakan agar mudah dimengerti dan jangan

sampai menyakiti orang lain yakni dengan: a. Hindarilah pernyataan yang samarb. Hindarilah ketaksaanc. Usahakan agar ringkas (hindari pernyataan yang panjang

lebar dan bertele-tele)d. Usahakan agar Anda berbicara dengan teratur

Dari keempat maksim tersebut tampak bahwa setiap tindak tutur akan

dimotivasi oleh tujuan-tujuan percakapan (daya ilokusi). Makna kalimat bersifat konvensional bila makna tersebut dapat disimpulkan dari kaidah tata bahasa. Sebaliknya daya ilokusi tidak dapat disimpulkan dari kaidah tata bahasa, tetapi melalui prinsip-prinsip motivasi seperti PK

Di sini PK menyiratkan bahwa di masa yang akan datang penutur pasti akan melaksanakan yang diucapkannya, dan kalau penutur tidak melakukannya maka dia melanggar maksim kualitas (Leech, 2006). PK ini juga melihat komunikasi lewat tulisan sebagai sebuah bentuk tindakan komunikasi yang juga menuntut kerjasama antara penulis dengan pembaca. Selain itu, menurut McQuail (2006) kriteria penilaiannya adalah unsur objektivitas suatu pesan yakni unsur kefaktualan (terdiri dari kebenaran dan relevansi) dan imparsialitas (terdiri dari keseimbangan dan netralitas). Teori ini juga menyebutkan kriteria yang harus dipenuhi dalam informasi yakni: pesan harus benar, relevan, seimbang, tidak memihak, bebas distorsi, netral, dapat diuji, jujur, tidak mementingkan seseorang, terpercaya serta dapat diterima publik.

Dari uraian mengenai PK di atas dapat diringkas bahwa dalam suatu tindak tutur di media massa adalah suatu prinsip yang harus dipatuhi media dan khalayaknya dalam suatu peristiwa komunikasi guna mencapai tujuan komunikasi.

Penelitian dalam makalah kecil ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Unit analisis adalah tindak tutur Kepala Negara dalam berita di Surat Kabar Kompas periode Januari – Februari 2010 mengenai kasus Bank Century. Pemilihan SK Kompas hanyalah untuk kemudahan dan kepraktisan semata. Triangulasi data yang digunakan yakni confirmability dengan sumber tulisan lainnya yakni tajuk rencana dan artikel opini narasumber yang dimuat di surat kabar ini juga pada periode sama.

Pertimbangannya adalah karena penyajian berita berbeda dengan bentuk tajuk rencana dan artikel opini. Pemilihan tindak tutur Kepala Negara adalah

5

Page 6: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

bentuk ilokusi performatif yang dipilih SK Kompas karena memiliki nilai berita paling tinggi.

Temuan dan Pembahasan

1. Seleksi dataSumber data terutama liputan kasus Bank Century

dikumpulkan dari SK Kompas. Karakteristik berita tentu berbeda dengan tajuk rencana dan artikel opini, namun apa pun yang disajikan media, pada hakikatnya merupakan sikap media yang juga merupakan tuturan media atau daya ilokusi media. Pengambilan teks yang akan dianalisis mencakup teks-teks yang menggunakan Kepala Negara sebagai narasumber.

Berdasarkan hal di atas, dalam seleksi data sekaligus dilakukan kategori data dengan mengacu pada tiga tindak tutur yakni tidak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi .

2. Analisis dataKasus Bank Century secara kronologis dapat digambarkan sebagai

berikut:: manajemen Bank Century pada 3 November 2008 mengajukan permohonan FPJP ke Bank Indonesia Rp1 triliun dengan alasan kesulitan likuiditas. Lalu karena ada permohonan itu, pada 6 November Bank Century resmi dalam pengawasan khusus Bank Indonesia, yang akhirnya melalui proses panjang disetujui pemberian dana talangan atau bail out Rp6,7 triliun. Sejak kebijakan pemberian dana talangan yang ditenggarai sebagai ancaman sistemik tersebut, mulailah bergulir pro dan kontra terhadap kebijakan tersebut. Thamrim Amal Tomagola menyebutnya sebagai “Formula RI dan Laga Centurygate”, Effendy Gazali menyebutnya ”Pidatoi Opsi A” atau J. Kristiadi menyebutnya “SBY Menjawab” dan sejumlah artikel opini lainnya di Kompas yang menggambarkan perseteruan antara Kepala Negara dengan DPR mengenai Bank Century. Kepala Negara melihat tidak ada penyimpangan dalam kebijaksanaan Bank Century sementara Pansus DPR menduga ada penyimpangan dan perlu diajukan ke proses hukum (Opsi C). Perkembangan selanjutnya, DPR memilih Opsi C yang berarti ada penyimpangan di balik dana talangan untuk Bank Century, tapi Kepala Negara tetap dengan opsi A dan menilai bahwa keputusan Pansus itu hanyalah sebatas hasil hak angket semata dan itu tidak bisa menjadi bukti untuk dibawa ke pengadilan.

Tindak lokusi pemberitaan mengenai kasus Bank Century tampak pada pilihan judul berita dengan mengcu pada tindak tutur Kepala Negara. Hasil analisis sebagi berikut:

1. Elemen lokusi K1 – K10Dari 10 berita yang dipilih secara acak dengan kriteria menggunakan

narasumber Kepala Negara, tindak tutur yang dilakukan Kompas adalah

6

Page 7: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

menggunakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung dari Kepala Negara lalu dikategorikan masuk dalam beberapa jenis tindak tutur.

Tabel 1Sumber data SK Kompas (25 Januari – 6 Maret 2010)

No/kode Teks

Judul liputan Narasumber Jenis tindak tutur

Daya ilokusi

K1-25/1 WawancaraPresiden: Jangan Kriminalisasi Kebijakan

Kepala negara

Ekspresif Performatif

K2-28/1 Presdien Diminta tak Lindungi Pihak yang Bersalah

Wakil Ketua DPR (Undangan Kepala Negara ke Cikeas)

Komisif Representif

Performatif

K3-17/2Lobi Partai Koalisi di Rumah Hatta Rajasa

Staf Khusus Presiden (ditugasi membawa informasi Presiden)

Deklaratif Performatif

K4-23/2 Presden Ajak Koalisi Bertemu, Tapi Gagal

Kepala Negara

Deklaratif Performatif

K5-24/2 Kumpul, Menteri Partai Demokrat Kepala

NegaraDeklaratif Performatif

K6-2/3 SBY: Saya Bertanggungjawab

Hari ini Sidang Paripurna DPR bahas Hasil Pansus Bank Century

Kepala Negara

Ekspresif dan Komisif

Performatif

K7-3/3 Rapat DPR Memalukan Kepala

KomisifPerformatif

7

Page 8: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Presiden Bertemu Boediono

Negara

K8-4/3 Koalisi Partai Berantakan

Kepala Negara

Direktir Performatif

K9-5/3 Presiden Akan Tindak Lanjuti

Kepala Negara

Komisif Performatif

K10-6/3 Pernyataan Presiden

Pidato Menambah Kekecewaan

Kegiatan Presiden di Istana Merdeka

Kepala Negara

Representatif dan Deklarasi

Performatif

Pemilihan 10 berita ini hanya sebagai kajian awal, karena kasus ini akan terus bergulir sampai menunggu keputusan hukum. Rentetan lokusi, ilokusi dan efek perlokusi yang dibangun Kompas tampak pada urutan berita yang mereka sajikan di media, yang diperkuat dengan tajuk rencana dan artikel opini.

2. Elemen daya ilokusiDaya ilokusi yang dibangun SK Kompas menunjukkan bagaimana pilihan

Presiden terhadap dua opsi yang dikemukakan Pansus DPR terhadap kasus Bank Century yakni Opsi A atau alternatif pertama bahwa tidak ada masalah dalam kebijakan pemberian dana talangan dan fasilitas pendanaan jangka pendek untuk Bank Century serta penyalurannya, dan Opsi C atau alternatif kedua adalah sebaliknya yaitu ada dugaan penyimpangan dan penyaluran dana talangan sehingga diserahkan pada proses hukum. Opsi B telah gugur dalam pembahasan di Pansus sebelumnya.

Dari pengkategorian tindak tutur, Kompas memilih daya ilokusi performatif dengan menggunakan statement Presiden yakni menyatakan, membenarkan atau menilai, menindaklanjuti dll. Bentuk performatif ini dipilih karena narasumber adalah Kepala Negara yang kredibel dan merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam kabinet presidensial. Gambaran ini dapat disimak pada kutipan yang disajikan SK Kompas sebagai berikut:

Upaya untuk menggolkan prinsipnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus melakukan tindakan-tindakan dan ini dijadikan daya ilokusi guna memberitahukan kepada khalayak luas bahwa Presiden cukup khawatir dengan hasil angket DPR nantinya.

“Menyangkut Bank Century, sikap saya jelas. Saya tetap berpendapat bahwa apa yang dilakukan negara, dalam hal ini Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia waktu itu, benar-benar ingin

8

Page 9: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

mengatasi masalah Bank Century, masalah perbankan, dan masalah perekonomian. . Jangan terjadi krisis seperti 10 tahun lalu, saya meyakini itu, niatnya jelas dan tujuannya juga jelas,” ujar Presden (K1) .

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak perlu melindungi pihak-pihak yang secara hukum terbukti bersalah dalam kasus Bank Century. Sebab kasus ini merupakan masalah hukum sehingga harus diselesaikan secara hukum. “Kasus ini berurusan dengan kaum profesional, bukan partai, Jadi, kasus ini tidak ada urusannya dengan kesetiaan terhadap Pak SBY atau pemerintah,”kata Wakil Ketua DPR Anis Matta (27/1) (K2)

Pada Minggu (14/2) malam, sejumlah pimpinan partai koalisi pemerintahan SBY juga bertemu di rumah Menteri Koordinator Perekonomian yang juga ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa. Tentang kabar yang beredar bahwa Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana menemui Pramono Anung, Wakil Ketua DPR dari Partai Demokrasi Pejuangan Indonesia untuk membawa pesan Presden Yudhoyono yang menawarkan enam kursi bagi PDI-P dalam perombakan kabinet .... (K3)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mengundang pimpinan partai politik anggota koalisi pengusungnya pada Pemilu 2009 di rumahnya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, Presiden juga bertemu dengan ketua dan anggota Fraksi Partai Demokrat DPR termasuk anggota Pansus. Sekjen PKS yang juga Wakil Ketua DPR Anis Matta mengatakan, memang ada undangan bertemu Presiden di Cikeas, bahkan sejumlah pimpinan parpol sudah menuju kie Cikeas. Namun, mereka membatalkan pertemuan itu. Anis mengatakan, menjelang pandangan akhir dalam Pansus Bank Century, hubungan antarparpol dalam koalisi terasa semakin emosional dan memanas. “Operasi politik makin gila-gilaan,”ujarnya, menggambarkan lobi-lobi politik untuk meredam perbedaan pandangan di antara parpol anggota koalisi (K4)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Selasa(23/2) bertemu dengan para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dari Partai Demokrat (K5).

9

Page 10: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Selama pertemuan tersebut, wartawan yang sehari-hari meliput di Istana juga dilarang mendekati Wisma Negara. Informasi ini membuat masyarakat bertanya, mengapa pertemuan itu diselenggarakan di Wisma Negara yang berlangsung cukup lama dari pukul 11 hingga 18.30, padahal pertemuan dengan menteri biasanya di lakukan di Kantor Presiden atau di Istana Negara. Dalam konteks Bank Century, Kompas ingin mengatakan bahwa bisa jadi pertemuan itu ada hubungan dengan Bank century karena yang diundang hanyalah para menteri dari partai Demokrat.

Presiden Susilo Bambang Yodhoyono di Istana Merdeka menyatakan membenarkan dan bertanggungjawab atas kebijakan pemberian dana talangan kepada Bank Century demi penyelamatan perekonomian Indonesia pada waktu itu atau November 2008. “Saya berada di luar negeri 13 hari. Wakil Presiden di Tanah Air dan beliau yang menjalankan tugas pemerintahan sehari-hari. Meski saya tidak ada di Tanah Air saat itu, meski dalam merumuskan langkah tindak perbankan dan perekonomian yang mesti dilakukan terhadap Bank Century, meskipun Gubernur Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan tidak melalui izin saya, karena Beliau bekerja dengan undang-undang, saya katakan bahwa yang dilakukan penyelamatan perekonomian kita adalah benar dan saya bertanggungjawab,” kata Presiden di depan 54 anggota Masyarakat perbankan Indonesia. (K6)

Sebelum pernyataan Presiden itu, Kompas mengutip pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa “Semua detail dilaporkan ke Presiden tanggal 21 November 2008, saya melaporkan via SMS ke Presiden cc kepada Wapres dan Gubernur BI”. Wapres Boediono juga mengatakan,”Begitu diputuskan, dilaporkan ke Presiden”. Daya ilokusi yang dibangun Kompas dengan pernyataan Presiden sekaligus menunjukkan bawa Kepala Negara tidak mungkin tidak tahu mengenai keputusan dana talangan Rp6,7 triliun itu, meski Presiden berada di luar negeri.

Dalam sambutannya, Presiden juga beberapa kali menyatakan membenarkan tindakan pengucuran dana itu demi penyelamatan perekonomian Indonesia dan terus mengikuti perkembangan kasus Bank Century..

Ketika Rapat Paripurna DPR digelar Selasa (2/3) dengan agenda pelantikan wakil ketua DP dan Hasil kerja Pansus Hak Angket Bank Century, Kompas menulis:

Presdien SBY membuka Rakernas HIPMI di Hotel Ritz Carlton, menyaksikan kericuhan Rapat Paripurna DPR di Istana Negara. Menggelar rapat bersama empat menteri yaitu Sudi Silalahi, Djoko Suryanto, Hatta Rajasa dan Agung Laksono.(K7)

10

Page 11: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Setelah membuat pernyataan, daya ilokusi yang dibangun adalah bagaimana tindakan lanjutan Kepala Negara setelah menyatakan akan bertanggungjawab terhadap skandal Bank Century. Dan ternyata, hasil rapat DPR Rabu (3/3) malam memutuskan Opsi C yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century diduga ada penyimpangan sehingga diserahkan ke proses hukum. Keputusan ini sekaligus menunjukkan bahwa koalisi partai politik yang mendukung pemerintahan SBY tidak selalu berpihak ke SBY. Dalam konteks ini, Kompas lagi-lagi bermaksud untuk menunjukkan kepada khalayak pembaca bahwa Presiden memang harus bertanggung jawab. Lobi-labi yang dibangun termasuk juga tawaran pilihan gabungan Opsi A dan C guna menyelamatkan muka pemerintah, juga ternyata gagal.

Presiden SBY –lah yang diharapkan segera menindaklanjuti hasil Rapat paripurna DPR itu. Apalagi, Dewan akan memasuki reses dalam sebulan ini. Skenario terburuk, Presiden terseret untuk mengganti Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang dianggap bertanggungjawab dalam kasus Bank Century. Karena itu, Presiden harus berani (K8)

Daya ilokusi Kompas agar Kepala Negara segera menindaklanjuti hasil Rapat Paripurna DPR memberi efek perlokusi nyata. Keesokan harinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka langsung menyatakan akan mempelajari keputusan DPR tersebut melalui Hak Angket. Akan tetapi, lagi-lagi Presiden menilai bahwa apa yang dilakukan Panitia Khusus DPR mengenai kasus Bank Century adalah suatu tindakan politis semata, yang tidak mempunyai kekuatan hukum. Di sini, Kompas menunjukkan gambaran sikap Kepala Negara yang menantang DPR.

Preden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, temuan Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century tidak dapat dijadikan alat bukti di depan pengadilan. Semuanya perlu ditindaklanjuti dengan aturan yang berlaku,´ujarnya. Menurut Presiden dalam pidatonya yang disiarkan secara langsung oleh semua jaringan televisi dan radio dari Istana Merdeka semalam, temuan Panitia Angket adalah kesimpulan politik dan tidak bisa digunakan sebagai alat bukti pengadilan.. Presiden juga menyatakan akan mempelajari apa yang disampaikan DPR tentang kasus Bank Century untuk tindak lanjut berikutnya. (K9)

Kompas kembali bermaksud menunjukkan betapa kuatnya Kepala Negara dengan prinsip dan keyakinannya bahwa tidak ada masalah di balik dana talangan untuk Bank Century.

11

Page 12: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

.... Ia yakin dana penyelamatan Rp6,7 triliun pada tahun 2008 belum dapat dikatakan sebagai kerugian negara. ”Uang sebesar itu merupakan investasi atau penyertaan modal sementara yang diharapkan kelak dapat dikembalikan. Ini koreksi krisis 1998 yaitu Rp 656 triliun berasal dari keuangan negara dan yang kembali hanya 27 persen. Biaya krisis 1998 membebani negara hingga Rp 665 triliun, angka raksasa jika dibandingkan untuk penyertaan modal semencara Bank Century Rp6,7 triliun,” ujar Yudhoyono. (K10)

Meski membandingkan kasus Bank Century belum apa-apa dibandingkan dengan krisis 1998 yang menelan biaya ratusan triliun rupiah itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga minta kasus L/C bodong dituntaskan.

Dari seluruh uraian daya ilokusi yang dibangun Kompas menunjukkan bahwa kepala Negara tetap bergeming dan tidak berubah dengan keyakinannya dalam penyelesaian kasus Bank Century. Kepala Negara dengan santun menyatakan tetap menghormati hasil Pansus DPR, tapi tetap membenarkan tindakan yang diambil Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur BI waktu itu Boediono. Dalam konteks ini, daya ilokusi yang dibangun Kompas bahwa bahwa Kepala Negara sama sekali tidak menjawab kecurigaan publik mengenai aliran dana Bank Centiry ke Partai Demokrat atau partai pendukung lainnya dalam Pemilu 2009 dengan cara bahwa kebijaksanaan tidak bisa dipidana. Pernyataan performatif Kepala Negara adalah dapat menghormati dan menerima hasil Pansus DPR tentang Hak Angket Bank Century hanya sebagai keputusan poilitik. Dengan demikian daya ilokusi dari Presiden menyatakan, “Saya Bertanggungjawab” masih belum jelas. Dan sebagai tindakan performatif yang menuntut penutur atau komunikator melaksanakan tuturannya, agaknya masih memerlukan waktu lagi.

´ 3. Efek perlokusi

Dari daya ilokusi yag dibangun Kompas, tampak bahwa efek perlokusi yang diinginkan Kompas adalah bahwa dalam sistem presidensial, tanggungjawab pemerintahan ada di tangan presiden. Wakil Presiden dan menteri adalah pembantu presiden. Konstitusi mengatakan, presiden yang dipilih langsung oleh rakyat adalah penanggungjkawab jalannya pemerintahan, sementara DPR selain memegang kekuasaan atas pembuatan undang-undang dan menjalankan fungsi anggaran, juga melakukan pengawasan. Panitia Angket adalah bagian dari kewenangan DPR mengawasi pemerintah, sedangkan kekuasaan kehakiman ada pada Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Daya ilokusi demikian ini tidak saja diimplementasikan dalam serangkaian berita, tapi juga dalam rentetan tajuk rencana serta sejumlah artikel opini.

12

Page 13: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Beberapa efek perlokusi menunjukkan perkembangan yang membuat perbedaan pendapat yang sangat tajam antara pihak eksekutif dan pihak legislatif.

Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam wawancara khusus menyatakan keyakinannya bahwa kebijakan yang diambil Menkeu Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia waktu itu adalah benar demi penyelamatan negara, dan keyakinan ini terus kukuh dipertahankan, seiring dengan itu terjadi berbagai protes termasuk aksi demo mahasiswa.

Kompas menurunkan bukti-bukti penyimpangan kasus Bank Century serta kerusuhan rapat paripurna DPR mengenai kasus Bank Century. Rapat akhirnya memilih opsi C, namun Presiden serta para pejabat elit bergeming dengan sikap-sikap yang tetap kukuh memilih opsi A.

Efek perlokusi lainnya adalah munculnya generasi muda atau politisi muda, terutama anggota Pansus Bank Century yang berani menolak Opsi A yang merupakan opsi Kepala Negara juga.

Pemberitaan skandal Bank Century dengan pilihan Kepala Negara sebagai sumber nomor satu merupakan daya ilokusi yang dibangun Kompas untuk menunjukkan Presiden adalah orang nomor satu yang paling bertanggungjawab dalam menangani kasus. Sejak awal, Kepala Negara bersikukuh dengan Opsi A dan berulang kali menunjukkan keyakinannya dengan menunjukkan integritas dan profesionalitas Menkeu Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bi waktu itu dalam mengambil kebijaksanaan.

Efek perlokusi justru menumbuhkan pertanyaan bagi publik mengapa Kepala Negara bersikukuh dengan keyakinannya itu? Sementara dugaan penyimpangan tidak dijawab dengan menunjukkan bukti kebenaran, seperti tidak adanya aliran dana Bank Century ke Partai Demokrat dan lainnya yang justru merupakan kecurigaan publik selama ini tentang skandal Bank Century.

Efek perlokusi yang ada adalah perlawanan terhadap pernyataan Kepala Negara.

4. Prinsip Kerjasama

Untuk melihat kesahihan tindak ilokusi yang dibangun Kompas dengan mengutip narasumber Kepala Negara dalam liputannya, serta efek perlokusi yang terjadi dapat dilihat dengan Prinsip Kerjasama sebagai suatu prasyarat dialog.

No Prinsip PK Tuturan Analisis1 Kualitas

(sampaikan informasi yang diyakini benar)

Presiden yakin tindakan bail out adalah benar. Kerugian Rp6,7 triliun tdk ada artinya

Secara kualitas, iInformasi yang diberikan Kepala Negara menunjukkan ketidaksensitifannya

13

Page 14: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

dibanding krisis 1998 Rp658 triliiun.Presiden tanggung jawab, meski tidak ada di dalam negeri.Presiden melakukan lobi, mengundang partai koalisi dll. Pembantunya adalah profesional, jadi kebijaksanaan yang diambil tidak bisa dipidanakan. Presiden menilai keputusan Pansus tidak dapat menjadi bukti di pengadilan.Presiden akan menindaklanjuti keputusan Pansus DPR

pada suara publik, bahkan telah menumbuhkan kekecewaan pada masyarakat luas, karena Presiden menafikan bukti nyata penyimpangan dengan memilih Opsi A.. Menkeu dan Gubernur Bank Indonesia waktu itu mengatakan telah melaporkan kepada Presiden di luar negeri mengenai kebijakan itu, namun mengapa Presiden berkelit seolah-olah tidak tahu. Padahal, sejak awal Presiden sudah tahu. Ketidakjelasan pernyataan Presiden ini menunjukkan Presiden juga tidak berani terang-terangan bertanggungjawab atas tindakan pembantunya..

2 Kuantitas(jumlah informasi harus cukup)

Presiden mengatakan akan menghormati keputusan Pansus Bank Century, namun tetap berulangkali dengan prinsip bahwa kebijakan yang diambil itu sudah benar. Beberapa kali Presiden melakukan persamaan persepsi dengan partai koalisi serta para menteri dari Partai Demokrat.

Informasi menunjukkan ketidakjelasan antara sikap pernyataan Presiden dengan tindakan yang dilakukan dan ini justru membingungkan rakyat. Kalau sudah yakin benar., mengapa perlu persamaan persepsi lagi dengan anggota pansus DPR untuk Bank Century. Secara kuantitas, telah terjadi pelanggaran karena antara pernyataan tidak sesuai dengan

14

Page 15: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

tindakan dan informasi mengenai tindakan-tindakan yang diambil juga tidak jelas seperti isu tambahan kursi di kabinet.

3 Relevansi(informasi harus mengandung relevansi)

Presiden menyatakan keputusan Rapat Paripurna Pansus DPR tentang Bank Century tidak mempunyai kekuatan hukum dan tidak bisa dijadikan alat bukti di pengadilan. DPR.

Tugas DPR adalah mengawasi Pemerintah, dan hak angket yang dilakukan adalah bagian dari tindakan pengawasan. Dengan demikian, relevansi informasi belum jelas karena masing-masing mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda

4 Manner(cara tidak menyakiti orang lain)

Pertemuan partai koalisi, ancaman rombak Kabinet, penersangkaan kader politik, tawaran pilihan Opsi gabungan A dan C, win-win solution, merupakan frase pelembut Kepala Negara untuk menarik pendukung.

Dalam berbagai pernyataan, Presiden sangat mengandalkan dukungan partai koalisi. Cara-cara yang dilakukan Kepala Negara dan para elite politik justru membingungkan publik, karena skandal Bank Century dikaitkan dengan janji politik.

Interpretasi sederhana terhadap hasil Prinsip PK menunjukkan bahwa hampir tidak ada interaksi atau dialog antara Kepala Negara dengan Pansus DPR Tentang Hak Angket Bank Century/ publik. Ini juga dikuatkan dengan hasil triangulasi dengan sumber data artikel opini dan tajuk rencana Kompas. Pernyataan-pernyataan Kepala Negara sebagai daya ilokusi yang dibangun Kompas sangat bertentangan dengan keinginan publik. Publik hanya ingin tahu apakah dana talangan Rp6,7 triliun dapat diselematkan dan kemana aliran dana itu, sama sekali tidak terjawab. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kepala Negara telah melanggar kaidah dialog dalam Prinsip Kerjasama karena informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Yang terjadi adalah suara publik tidak dihitung sebagai kekuatan signifikan, pandangan-pandangan yang dikemukakan sangat bertentangan dengan wacana dan nurani publik karena yang dipentingkan adalah kesetiaan pada partai derngan iming-iming atau janji politik.

15

Page 16: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Dengan kata lain, dalam suatu komunikasi dengan publik, Kepala Negara telah melanggar kaidah atau nilai-nilai Prinsip Kerjasama sebagai suatu prasyarat dialog.

PembahasanDaya ilokusi yang digunakan jurnalis dengan menggunakan Kepala

Negara sebagai sumber berita menunjukkan bahwa Kepala Negara selain mempunyai nilai berita yang sangat tinggi, juga merupakan sumber tuturan performatif yakni sebagai seseorang yang seharusnya memang bertanggungjawab terhadap kasus Bank Century.

Dalam kabinet presidensial, maka presiden memang harus bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan para pembantunya. Dalam konteks ini, apa yang dilakukan Kepala Negara dengan bersikukuh menyatakan bahwa tindakan para pembantunya adalah benar demi penyelamatan negara, namun dengan mengabaikan fakta yang ada sebagai efek perlokusi menunjukkan bahwa dialog mengalami kebuntuan.

Beberapa pernyataan justru berlawanan dengan fakta yang ada, dan akhirnya justru menimbulkan tanda tanya besar di balik kekukuhannya mempertahankan keyakinannya.

Berbagai filsuf bahasa mengatakan di dalam berbahasa secara fungsional maka seseorang pada hakikatnya tidak dapat mengabaikan masalah kebenaran dan kejujuran. Dilihat dari fungsi performatif, Kepala Negara sebagai sumber yang diyakini kebenarannya dalam bertutur sesuai dengan posisinya sebagai Kepala Negara, masih harus dibuktikan kebenarannya.

Dari skala pragmatik Spencer&Oatey (otonomi-imposition), telah terjadi ketidakseimbangan dalam tuturan Kepala Negara dengan cara tetap mempertahankan posisi sebagai penguasa nomor satu dan sementara sikap atau pendapat khalayak/Pansus DPR untuk Hak Angket Bank Century dipinggirkan. Dengan skala interest-disinterest, Kepala Negara banyak mengemukakan frase-frase pelembut sebagai daya tarik, seperti tetap menghormati hasil Pansus, atau ini adalah perkembangan demokratis sejati, namun di sisi lain Kepala Negara tetap berkukuh dengan prinsipnya bahkan menunjukkan pihak lain itu sangat tidak berati, dengan mengatakan bahwa hasil Pansus tidak dapat menjadi alat bukti di pengadilan.

Dialog yang dibangun untuk mempertemukan prinsip komunikator (Kepala Negara) dan Pansus DPR untuk Hak Angket Banlk Century telah mengabaikan Prinsip Kerjasama yang juga dapat dimaknai telah melanggar prinsip Kesantunan Berbahasa

Simpulan

Daya ilokusi yang dibangun Kompas menumbuhkan efek perlokusi yang positif yakni munculnya bentuk perlawanan terhadap segala sesuatu bentuk pelanggaran kebenaran.

16

Page 17: Artini Suparmo (2011) Kesantunan Berbahasa di Media Massa

Faktor kebenaran dan kejujuran dalam berbahasa merupakan suatu hakiki dan berlaku umum di mana pun dan dalam konteks apa pun.

Tujuan berbahasa dalam berkomunikasi adalah menciptakan kebersamaan. Dengan demikian, skandal Bank Century yang digambarkan dalam daya ilokusi lewat pemberitaan di Kompas sekaligus menunjukkan bahwa yang namanya kebenaran dan kejujuran dalam berbahasa tidak akan pernah sirna oleh bentuk komunikasi politik atau bentuk komunikasi lainnya.

Daftar Pustaka

Bell, Allan. 2005. The Language of Media News, Cambridge: Basil Blackwell

Brown, Penelope and Yule C. Levinson. 2007.Politeness: Some Universals in Language. Cambridge: CambridgeUniversity Press

Leech, Geoffrey. 2006. Prinsip-prinsip Pragmatik (terjemahan). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Thomas, Jenny. 2005. Meaning in Interaction, an introduction to pragmatics, London: Longman Group

Littlejohn, Stephen W. 2008. Human Communication. USA: Thomas Wadsworth

Wibowo, Wahyu. 2009. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Artini. 2011. Kesantunan Berbahasa di Media Massa. Jakarta: RM Booksr

CV Singkat

Nama: Dr. Artini Suparmo, M.Si. Wartawan senior & Dosen STIKOM LSPR – JakartaInstruktur Sekolah Jurnalisme Indonesia – PWI PusatPemegang Press Card Number One 2011Adinegoro 1996 dan 1998

17