artikel.docx

12
ABSTRAK Endang Sri Winarti, Meningkatkan Kemampuan Menghitung Bilangan 1- 20 Dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Pada Kelompok B TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015 Kata Kunci : Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), kemampuan berhitung Rendahnya kemampuan berhitung berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) diharapkan bisa meningkatkann kemampuan berhitung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui kemampuan menghitung Bilangan 1-20 sebelum menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), Mengetahui kemampuan menghitung Bilangan 1-20 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan menganalisis peningkatan kemampuan menghitung Bilangan 1-20 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada kelompok B TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2014/2015 Metode yang adalah penelitian tindakan kelas dengan model kammis tagart, subyek penelitian siswa kelompok B ebanyak 16 anak. Instrumen penelitian mnggunakan lembar observasi pada anak dengan analisa data diskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan Kemampuan menghitung 1-20 pada siklus 1 adalah 5 anak (31,2%) mendapat nilai BB (), 5 anak (31.2%) mendapat nilai MB () dan 6 anak (37,6%) mendapat nilai BSH (), nilai rata-rata kelas 2 (MB). Hasil observasi terhadap kemampuan berhitung ada 2 anak (12,5%) mendapat nilai MB (), 12 anak (75%) mendapat nilai BSH) (),2 anak (12,5%) mendapat nilai BSB (). Ada nilai rata-rata kelas dari siklus I dan Siklus II, sehingga dapat disimpulkan ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai 2 atau MB () Menjadi nilai 3 atau BSH () PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu pengetahuan dan disiplin ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan, baik dari materi maupun kegunaannya. Semua aktivitas yang kita lakukan sehari-hari tak dapat i

Transcript of artikel.docx

Page 1: artikel.docx

ABSTRAK

Endang Sri Winarti, Meningkatkan Kemampuan Menghitung Bilangan 1-20 Dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Pada Kelompok B TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015

Kata Kunci : Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), kemampuan berhitung

Rendahnya kemampuan berhitung berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) diharapkan bisa meningkatkann kemampuan berhitung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui kemampuan menghitung Bilangan 1-20 sebelum menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), Mengetahui kemampuan menghitung Bilangan 1-20 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan menganalisis peningkatan kemampuan menghitung Bilangan 1-20 dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada kelompok B TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2014/2015

Metode yang adalah penelitian tindakan kelas dengan model kammis tagart, subyek penelitian siswa kelompok B ebanyak 16 anak. Instrumen penelitian mnggunakan lembar observasi pada anak dengan analisa data diskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan Kemampuan menghitung 1-20 pada siklus 1 adalah 5 anak (31,2%) mendapat nilai BB (), 5 anak (31.2%) mendapat nilai MB () dan 6 anak (37,6%) mendapat nilai BSH (), nilai rata-rata kelas 2 (MB). Hasil observasi terhadap kemampuan berhitung ada 2 anak (12,5%) mendapat nilai MB (), 12 anak (75%) mendapat nilai BSH) (),2 anak (12,5%) mendapat nilai BSB (). Ada nilai rata-rata kelas dari siklus I dan Siklus II, sehingga dapat disimpulkan ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai 2 atau MB () Menjadi nilai 3 atau BSH ()

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu pengetahuan dan disiplin ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan, baik dari materi maupun kegunaannya. Semua aktivitas yang kita lakukan sehari-hari tak dapat dipisahkan dari berhitung. Selain diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa lepas dari matematika. Oleh karena itu matematika perlu diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak usia taman kanak-kanak (TK) agar mereka lebih terampil dalam memecahkan persoalan sederhana anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 tentang hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu “sebagai suatu upaya pembinaan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Aktivitas berhitung di Taman Kanak-kanak merupakan salah satu pembelajaran berhitung yang bertujuan untuk memahami, mengenal konsep bilangan melalui eksplorasi dengan benda-benda konkret sebagai pondasi yang kokoh bagi anak dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada tahap selanjutnya.

Berdasarkan hasil observasi di Taman Kanak-Kanak, ditemukan anak yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep berhitung melalui aktivitas berhitung yang diajarkan. Pemahaman konsep anak masih sebatas mengingat, menghafal sehingga ketika anak diminta untuk mengaplikasikannya kedalam LKA, masih ditemukan anak yang mengalami kesulitan. Anak cenderung verbalisme. Anak dapat menyebutkan bilangan yang dimaksud tetapi ketika dihadapkan kepada permasalahan benda konkrit anak tidak dapat mengasosiasikan antara bilangan yang

i

Page 2: artikel.docx

disebut dengan jumlah benda yang ditunjukkan anak.

Ditemukan pula beberapa anak mengalami kesulitan dalam memahami konsep benda yang jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, sama banyak, anak mampu menyebutkan bilangan dari 1 sampai 10 bahkan lebih, tetapi tidak tahu simbol bilangannya. Ketika anak diminta menghitung banyaknya benda dalam LKS, anak masih belum tepat dalam menunjuk gambar sehingga hasil hitungan anak menjadi salah. Padahal kemampuan berhitung merupakan kemampuan dasar yang diperlukan untuk tahapan berhitung selanjutnya.

Salah satu penyebab masih rendahnya kemampuan berhitung di TK Tunas Rimba adalah penggunaan metode maupun pendekatan yang kurang tepat dan masih bersifat konvensional, formal dan lebih sering menggunakan majalah. Anak cerderung hanya menghapal, mengingat simbol, tanpa memahami konsep bilangan itu sendiri. Anak kurang dilibatkan dalam melihat, merasakan, dan melakukan dengan tangan mereka sendiri. Anak hanya melakukan tugas-tugas yang diinstruksikan guru tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan gagasan dan kreatifitas berpikir, hal tersebut berdampak pada rendahnya kemampuan anak dalam memahami konsep matematika.

Memanfaatkan benda-benda nyata yang ada di sekitar anak, akan membawa mereka kepada permasalahan nyata yang dihadapinya. Tentunya dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan isi, proses, media, serta kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Menurut Darhim (2005:21) “Belajar berhitung hendaknya mulai dengan masalah-masalah kontekstual atau melalui manipulasi benda-benda yang nyata yang ada dilingkungan anak atau hal-hal yang dapat dibayangkan oleh anak”. Untuk menjelaskan berbagai konsep yang abstrak menjadi konkrit pada anak usia dini, sebaiknya memanfaatkan benda-benda sekitar yang sudah dikenal anak.

Tujuannya agar anak lebih mudah dalam memahami konsep yang diajarkan. Agar penyampaian pembelajaran dapat dilakukan secara efektif, perlu dipilih dan ditentukan

Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi anak. Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran matematika realistik. Matematika Realistik adalah matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman anak sebagai titik awal pembelajaran.

Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Dalam pendekatan ini, anak merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator. Fasilitas belajar yang disediakan (misalnya media pembelajaran, ruangan, sarana dan prasarana yang memadai) digunakan untuk anak belajar bukan untuk guru mengajar. Beberapa penulisan telah dilakukan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Dari hasil penulisan yang telah dilakukan tersebut, penulis terdahulu menemukan (dalam Turmudi,dkk, 2003:143) bahwa Pendekatan realistik sekurang-kurangnya dapat membuat:. Matematika lebih menarik dan bermakna, tidak terlalu formal, dan tidak terlalu abstrak, mempertimbangkan tingkat kemampuan anak, Menekankan belajar matematika pada Learning by doing.. Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tidak harus menggunakan penyelesaian (alogaritma) yang baku. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengimplementasikan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada aspek berhitung di Taman Kanak-Kanak. Atas dasar pemikiran tersebut di atas, penulis merumuskan judul skripsi "Meningkatkan Kemampuan Menghitung Bilangan 1-20 dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada kelompok B TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk tahun Pelajaran 2014/2015

ii

Page 3: artikel.docx

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang adalah penelitian tindakan kelas dengan model kammis tagart, subyek penelitian siswa kelompok B ebanyak 16 anak. Instrumen penelitian mnggunakan lembar observasi pada anak dengan analisa data diskriptif kuantitatif.

HASIL PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong. Subyek penelitian yaitu kelompok , yang berjumlah 16 peserta didik, yang terdiri dari 9 peserta didik perempuan dan 7 peserta didik laki-laki. Sebagian besar bermata pencarian sebagai pedagang dan petani. Kelengkapan anak umumnya masih kurang hal ini terlihat dari media yang ada dan sistem pembelajaran, sistem pembelajaran yaitu pada sistem area kegiatan berpusat pada anak belum di gunakan secara maksimal dan lengkap.

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilakukan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkahnya sebagaiberikut: 1. Hasil Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan Dalam tahap perencanaan ini di susun

mencakup semua langkah tindakan secara rinci mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Menyediakan media atau alat peraga untuk pengajaran,menentukan dan merencana pembelajaran yang mencakup metode atau teknik mengajar, mengalokasikan waktu serta teknik observasi dan evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan Tahap ini merupakan implementasi

(pelaksanaan) dari semua rencana yang dibuat. Kegiatan yang dilaksanakan di kelas adalah pelaksanaan teori yang sudah di siapkan sebelumnya dan dapat diharapkan efektif. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Kegiatan awal Dalam kegiatan ini guru

mengawali dengan mengucapkan

salam, berdo’a, bernyanyi, absen dan bercerita secara singkat yang dikaitkan dengan tema yang akan dipelajari.

2. Kegiatan inti Pada kegiatan ini guru

menjelaskan secara rinci tentang kegiatan yang akan dilakukan anak bermain hitungan dalam kehidupan nyata, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Guru menyampaikan tema

dengan tujuan pembelajaran c. Guru menyampaikan tema

pekerjaan sub tema jenis-jenis pekerjaan. Kemudian guru menanyakan kepada anak-anak apakah sudah jelas, sudah mengerti cara-cara bermain dengan menghitung barang dan uang, pohon sekitar

3. Istirahat Anak bermain diluar kelas

sedangkan guru mengawasi, kemudian anak diajak masuk ke kelas dengan menyuruh anak berbaris antri mencuci tangan, kemudian anak secara bersama diajak doa bersama di awali dengan nyanyian “sebelum kita makan dek” selesai makan anak diajak berdoa kembali.

4. Penutup Pada anak kegiatan penutup

ini anak bernyanyi, diskusi, hubungan timbal balik dan mengulang pelajaran tadi yaitu: melakukan tanya jawab kepada anak siapa yang tentang cara menghitung barang dagangan, jumlah matahari, menjelaskan kegiatan besok, berdo’a, salam pulang.

c. Observasi dan evaluasi Selama guru melakukan

tindakan kelas dilakukan observasi dalam mengamati anak bermasalah dalam mengerjakan tugas dan hasil anak. Observasi dilakukan oleh teman

iii

Page 4: artikel.docx

sejawat, yaitu dibantu oleh teman sejawat.

Kemampuan menghitung 1-20 pada siklus 1 adalah 5 anak (31,2%) mendapat nilai BB (), 5 anak (31.2%) mendapat nilai MB () dan 6 anak (37,6%) mendapat nilai BSH (), nilai rata-rata kelas 2 (MB).

Karena jumlah anak yang mendapat nilai BSH () dan BSB () masih 38% dan target ketuntasan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah 75% dari seluruh siswa mencapai nilai BSH() dan BSB (), sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi

siklus pertama lalu diukur tingkat kemajuan dan keberhasilan anak melalui dari data yang didapatkan dan ditafsirka dan di analisis, maka dengan perhatian penuh terhadap individu yang bermasalah.

Hasil penelitian setelah pelaksanaan kegiatan menghitung dengan teman alam semesta subtema kebersihan lingkungan, yaitu terdapat 1. Hasil belajar

Hasil belajar masih belum memuaskan masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah BSH ()

2. Observasi terhadap guru dalam proses pembelajaran

Observasi terhadap guru dalam proses pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat dilakukan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang dibuat dalam RKH.

Hasil observasi terhadap guru pada proses pembelajaran yang bisa dilaksanakan hanya 3 Kegiatan (50%)

Hasil evaluasi pada refleksi ditemukan data sebagai :

a. Pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan RKH hanya 50% yang mampu dilaksanakan.

Adapun kegiatan yang belum mampu dilaksanakan guru antara lain :1) Guru belum bisa

mengadakan tanya jawab denga siswa

2) Guru belum menegur siswa yang ramai

3) Guru belum bisa bisa memberi kesempatan pada siswa untuk belajar matematika dengan kehidupan nyata seperti kehidupan yang dialami sehari-hari

b. Karena jumlah anak yang mendapat nilai BSH () dan BSB () masih 11,5%, belum mencapai ketuntasan minimal yaitu 75% dari seluruh siswa harus mencapai nilai di atas BSH ()

Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat mengevaluasi kegagalan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I adalah :a. Siswa belum terbiasa dengan

pola pembelajaran yang baru yaitu RME, sehingga siswa bingung dan kelas kurang tertib

b. Media pembelajaran yang kurang disukai anak-anak sehingga anak-anak malas untuk belajar.

c. Guru kurang merespon keluhan siswa seperti untuk apa biji jagung di bawa, biji dakon (congklak), dan batu kerikil.

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan tidakan selanjutnya adalah :

iv

Page 5: artikel.docx

a. Perbaikan RKH, supaya pembelajaran lebih baik dengan menggunakan media yang konkret, seperti anak disuruh menghitung jumlah mata, jumlah jari dan dan jumlah kaki, sehingga anak mulai paham tentang hitungan.

b. Perbaikan media pembelajaran yang disukai anak dan bisa menarik perhatian anak.

c. Metode pembelajaran dibuat lebih menarik dengan melibatkan siswa dengan bimbingan guru.

d. Pengkondisian kelas supaya kelas menjadi tertib.

Berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi dengan teman sejawat maka dipandang perlu diadakan perbaikan menggunakan siklus 2

2. Hasil Siklus 2 a. Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan ini di susun mencakup semua langkah tindakan secara rinci mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Menyediakan media atau alat peraga untuk pengajaran, menentukan rencana pembelajaran yang mencakup metode atau teknik mengajar, mengalokasikan waktu serta teknik observasi dan evaluasi

b. Pelaksanaan Tindakan Tahap ini merupakan implementasi

(pelaksanaan) dari semua rencana yang dibuat. Kegiatan yang dilaksanakan di kelas adalah pelaksanaan teori yang sudah di siapkan sebelumnya dan dapat diharapkan efektif. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Kegiatan awal

Dalam kegiatan ini guru mengawali dengan mengucapkan salam, berdo’a, bernyanyi, absen dan bercerita

secara singkat yang dikaitkan dengan tema yang akan dipelajari.

2. Kegiatan inti Pada kegiatan ini guru

menjelaskan secara rinci tentang kegiatan menghitung pohon di sekitar sekolah, menghitung batu yang diambil serta menghitung jumlah sapu, penghapus, kemucing, tempat sampah dll, langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Guru menyampaikan tema

dengan tujuan pembelajaran b. Guru menyampaikan tema

pekerjaan sub tema Alam semesta. Kemudian guru menanyakan kepada anak-anak apakah sudah jelas, sudah mengerti cara menghitung benda, yang sudah dijelaskan tadi.

3. IstirahatAnak bermain diluar kelas

sedangkan guru mengawasi, kemudian anak diajak masuk ke kelas dengan menyuruh anak berbaris antri mencuci tangan, kemudian anak secara bersama diajak doa bersama diawali dengan nyanyian “sebelum kita makan dek” selesai makan anak diajak berdoa kembali.

4. PenutupPada anak kegiatan

penutup ini anak bernyanyi, diskusi, hubungan timbal balik dan mengulang pelajaran tadi yaitu: melakukan tanya jawab kepada anak siapa tentang cara menghitung, mengurutkan angka dsb serta menjelaskan kegiatan besok,

berdo’a, salam pulang. c. Observasi dan Evaluasi

Selama guru melakukan tindakan kelas dilakukan observasi dalam mengamati anak bermasalah dalam mengerjakan tugas dan hasil anak. Observasi dilakukan oleh

v

Page 6: artikel.docx

teman sejawat, yaitu dibantu oleh teman sejawat.

Hasil observasi terhadap kemampuan berhitung ada 2 anak (12,5%) mendapat nilai MB (), 12 anak (75%) mendapat nilai BSH) (),2 anak (12,5%) mendapat nilai BSB ().

d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi

siklus kedua diukur tingkat kemajuan dan keberhasilan anak melalui dari data yang didapatkan dan ditafsirka dan di analisis, maka dengan perhatian penuh terhahdaap individu yang bermasalah.

Hasil penelitian setelah pelaksanaan kegiatan menghitung dengan tema alam semesta subtema kebersihan lingkungan, yaitu terdapat 1. Hasil belajar

Hasil belajar menunjukkan banyak siswa yang mendapat nilai BSH () dan BSB () sejumlah 14 anak (88%) yang berarti sudah di atas KKM yang ditentukan yaitu 75% dari seluruh siswa.

2. Observasi guru pada proses pembelajaran

Observasi guru pada proses pembelajaran yang dilakukan teman sejawat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran apakah sesuai RKH atau tidak. Hasil observasi pada guru semua kegiatan dapat dijalankan dengan baik. Dan hasil observasi pada siswa tentang kemampuan berhitung 1-20 dan observasi guru pada proses pembelajaran maka dapat disimpulkan tidak perlu dilakukan siklus III karena sudah lebih dari 75% dari seluruh jumlah siswa mendapat nilai BSH () dan BSB () yang terdiri dari 12 anak (75%) mendapat nilai BSH () dan 2 anak (12,5%) mendapat nilai BSB (),

semua yang tercantum dalam RKH dapat dilaksanakan dengan baik.

Pembahasan 1. Siklus 1 dan siklus II Kegiatan belajar matematika dalam

kehidupan nyata merupakan suasana proses belajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan kognitif dalam bidang berhitung . Dimana pada siklus 1 anak belum aktif dalam bermain, anak belum serius dalam bermain, dan minat anak dalam bermain belum ada. Sehingga dilakukan perbaikan pada siklus ke 2. Hasil penilaian observasi terhadap aktivitas anak dan guru siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan yang baik. Hali ini menunjukan melalui kegiatan matematika dalam kehidupan nyata dapat mengembangkan kemampuan berhitung. a. Pada siklus 1

Kemampuan menghitung 1-20 pada siklus 1 adalah 5 anak (31,2%) mendapat nilai BB (), 5 anak (31.2%) mendapat nilai MB () dan 6 anak (37,6%) mendapat nilai BSH (), nilai rata-rata kelas 2 (MB).

Kegagalan pada siklus I terjadi karena1) Siswa belum terbiasa dengan pola

pembelajaran yang baru yaitu RME, sehingga siswa bingung dan kelas kurang tertib

2) Media pembelajaran yang kurang disukai anak-anak sehingga anak-anak malas untuk belajar.

3) Guru kurang merespon keluhan siswa seperti untuk apa biji jagung di bawa, biji dakon (congklak), dan batu kerikil.

b. Siklus 2Hasil observasi terhadap

kemampuan berhitung ada 2 anak (12,5%) mendapat nilai MB (), 12 anak (75%) mendapat nilai BSH) (),2 anak (12,5%) mendapat nilai BSB ().

Keberhasilan pada siklus II karena dilakukan1) Perbaikan RKH, supaya

pembelajaran lebih baik dengan menggunakan media yang konkret,

vi

Page 7: artikel.docx

seperti anak disuruh menghitung jumlah mata, jumlah jari dan dan jumlah kaki, sehingga anak mulai paham tentang hitungan.

2) Perbaikan media pembelajaran yang disukai anak dan bisa menarik perhatian anak.

3) Metode pembelajaran dibuat lebih menarik dengan melibatkan siswa dengan bimbingan guru.

4) Pengkondisian kelas supaya kelas menjadi tertib.

Grafik 1 Perbandingan Hasil Observasi pada Siklus 1 dan Siklus 2 pada nilai rata-rata kelas

Siklus I Siklus II0

0.51

1.52

2.53

3.5

Nilai

Dari grafik di atas menunjukkan kenaikan nilai rata-rata kelas sehingga dapat disimpulkan ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai 2 atau MB () Menjadi nilai 3 atau BSH ()

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menghitung Bilangan 1 - 20 Dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Pada Kelompok B TK Tunas Rimba Lengkong Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemampuan menghitung 1-20 pada siklus 1 adalah 5 anak (31,2%) mendapat nilai BB (), 5 anak (31.2%)

mendapat nilai MB () dan 6 anak (37,6%) mendapat nilai BSH (), nilai rata-rata kelas 2 (MB).

2. Hasil observasi terhadap kemampuan berhitung ada 2 anak (12,5%) mendapat nilai MB (), 12 anak (75%) mendapat nilai BSH) (),2 anak (12,5%) mendapat nilai BSB ().

3. Ada nilai rata-rata kelas dari siklus I dan Siklus II, sehingga dapat disimpulkan ada peningkatan nilai rata-rata kelas dari nilai 2 atau MB () Menjadi nilai 3 atau BSH ()

SaranDari PTK ini maka diperoleh hasil yang

lebih baik peningkatan kreativitas pada diri anak yang efektif, maka dapat disimpulkan beberapa saran yang ingin disampaikan yaitu :1. Bagi Anak

Anak lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan dalam memahami konsep-konsep dasar pembelajaran matematika terutama pada aspek berhitung melalui pengalaman langsung.

2. Bagi Guru Guru dapat bekerja secara profesional dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

DAFTAR PUSTAKA

Amin, 1987, 1988,Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Armanto, 2001, Psikologi perkembangan anak, Buku Modul 1. Jakarta: Universitas Terbuka

Depdiknas,   1991 Kegiatan Berhitung Bagi Anak, Surabaya : Karya Utama

Depdiknas,   1991, Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Depdiknas

Nasution, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

vii

Page 8: artikel.docx

KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nursalam, 2003, Metode Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

Permendiknas No. 58 tahun 2009, Standar Pelaksanaan PAUD, Jakarta: Balai Pustaka

Sabri ,2008, Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka

Supinah , 2009, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Suryosubroto, 2002, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Susanto, 2011, Model Pembelajaran Yang Cocok Bagi Anak, Bandung :Sinar Baru

UU No. 20, 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta

viii