artikelDB56033C94681E98422B3993BD7FE31D.doc

8
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MATERI IPA TERPADU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII D MTs MA’ARIF UDANAWU BLITAR Herlin Fi!ri As!"!i # $ N%&ir Dr'"ni $ n Tris!%n% I** Prse!+% , Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: [email protected] A-s!r'. Tuuan !enelitian ini a"alah mening#at#an #ualitas !em$elaaran, #emam!uan $er!i#ir #ritis "an hasil $elaar #ognitif sis%a. &ata #eterla#sanaan !em$elaaran $eru!a !ersentase #eterla#sanaan #egiatan !em$elaaran 'ang "iu#ur mengguna#an lem$ar o$ervasi #eterla#sanaan !em$elaaran, "ata #emam!uan $er!i#ir #ritis $eru!a s#or a%a$an soal tes $er!i#ir #ritis "an ()S, "ata hasil $elaar #ognitif $eru!a s#or a%a$an soal tes #ognitif 'ang "iu#ur mengguna#an soal tes #ognitif. *asil !enelitian menunu##an $ah%a !enera!an + ( "engan materi -+ ter!a"u "a!at mening#at#an #ualitas !em$elaaran, #emam!uan $er!i#ir #ritis, "an hasil $elaar #ognitif sis%a. K! K"n/i.Problem Based Learning , -+ ter!a"u , #emam!uan $er!i#ir #ritis, hasil $elaar #ognitif. )ualitas !en"i"i#an secara langsung $er!engaruh terha"a! #ualitas sum$er"a'a manusia.. /leh se$a$ itu !ening#atan #ualitas !en"i"i#an harus menerus "ila#u#an, salah satun'aa"alah "engan mening#at#an #ualitas !em$elaaran "i #elas. MTs Ma0arif U"ana%u litar meru!a#ansalah satu se#olah menengah !ertama 'ang mena"i !ilihan ma'oritas %arga "i U"ana%u litar, sehingga se#olah ini strategis untu# mem$er"a'a#an #ualita S&M %arga setem!at. SN+ 2334 men'e$ut#an $ah%a untu# #elom!o# mata !elaaran -+TE), termasu# "i "alamn'a !elaaran -+ , "ima#su"#an agar !e "i"i#mem!eroleh #om!etensi "asarilmu !engetahuan "an te#nologi serta mem$u"a'a#an $er!i#ir ilmiah secara #ritis, #reatif, "an man"iri. *asil 'ang "ila#u#an "i #elas 6--- & MTs Ma0arif U"ana%u litar menunu##an $ah% #emam!uan $er!i#ir #ritis "an hasil $elaar #ognitif sis%a masih !erlu "iting#at#an. )urangn'a #emam!uan $er!i#ir #ritis "a!at "ilihat "ari $an' sis%a 'ang !asif "alam !em$elaaran, #ualitas !ertan'aan "an a%a level 71 72 menurut Ta#sonomi loom, #esulitan "alam menganalisis !ermasalahan, serta hasil #uis !ra tin"a#an 'ang menunu##an 95 sis%a m $elum #ritis. *asil $elaar #ognitif 'ang ren"ah "itunu##an oleh UTS semester 2 se$esar 55, "engan #etuntasan $elaar ;5 . &ata terse$ut $ memenuhi ))M 'ang "i$erla#u#an "i se#olah, 'a#ni se$esar 4; sehingga tu !em$elaaran -+ "i se#olah ini $elum terca!ai. +roses !em$elaaran 'ang "iselenggara#an mem!engaruhi output'ang "ihasil#an, antara lain #emam!uan $er!i#ir #ritis "an hasil $elaar #ogni Menurut &im'ati 199; !roses !em$elaaran "i!engaruhi oleh $e$era!a fa#t 'a#ni fa#tor internal "an fa#tor e#sternal. <a#tor internal meli!uti #on"isi !si#ologis, #esehatan, mo"alitas $elaar, serta #emam!uan intele#tu motivasi "an emosional. Sementara fa#tor e#sternal meli!uti fasili #uri#ulum !en"i"i#an, meto"e !em$elaaran 'ang "iguna#an guru, "an #on"is ling#ungan. !a$ila "ihu$ung#an "engan hasil o$servasi "i se#olah, 1

Transcript of artikelDB56033C94681E98422B3993BD7FE31D.doc

8

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MATERI IPA TERPADU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII D MTs MAARIF UDANAWU BLITARHerlina Fitri Astuti1, Noviar Darkuni2, dan Triastono Imam Prasetyo3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

Email: [email protected]: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. Data keterlaksanaan pembelajaran berupa persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang diukur menggunakan lembar obervasi keterlaksanaan pembelajaran, data kemampuan berpikir kritis berupa skor jawaban soal tes berpikir kritis dan LKS, data hasil belajar kognitif berupa skor jawaban soal tes kognitif yang diukur menggunakan soal tes kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PBL dengan materi IPA terpadu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar kognitif siswa.Kata Kunci: Problem Based Learning, IPA terpadu, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif.Kualitas pendidikan secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia.. Oleh sebab itu peningkatan kualitas pendidikan harus terus menerus dilakukan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. MTs Maarif Udanawu Blitar merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang menjadi pilihan mayoritas warga di daerah Udanawu Blitar, sehingga sekolah ini strategis untuk memberdayakan kualitas SDM warga setempat. BSNP (2006) menyebutkan bahwa untuk kelompok mata pelajaran IPTEK, termasuk di dalamnya pelajaran IPA, dimaksudkan agar peserta didik memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri. Hasil observasi yang dilakukan di kelas VIII D MTs Maarif Udanawu Blitar menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa masih perlu ditingkatkan. Kurangnya kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari banyaknya siswa yang pasif dalam pembelajaran, kualitas pertanyaan dan jawaban masih level C1-C2 menurut Taksonomi Bloom, kesulitan dalam menganalisis permasalahan, serta hasil kuis pra-tindakan yang menunjukkan 95% siswa masih belum kritis. Hasil belajar kognitif yang rendah ditunjukkan oleh nilai rata-rata UTS semester 2 sebesar 55, dengan ketuntasan belajar 45%. Data tersebut belum memenuhi KKM yang diberlakukan di sekolah, yakni sebesar 64 sehingga tujuan pembelajaran IPA di sekolah ini belum tercapai. Proses pembelajaran yang diselenggarakan mempengaruhi output yang dihasilkan, antara lain kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif.siswa. Menurut Dimyati (1994) proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi psikologis, kesehatan, modalitas belajar, serta kemampuan intelektual, spiritual, motivasi dan emosional. Sementara faktor eksternal meliputi fasilitas sekolah, kurikulum pendidikan, metode pembelajaran yang digunakan guru, dan kondisi lingkungan. Apabila dihubungkan dengan hasil observasi di sekolah, masalah pembelajaran di sekolah ini dapat disebabkan karena beberapa hal: (1) kualitas input siswa rendah; (2) rendahnya motivasi belajar; (3) metode kurang kontekstual; (4) materi IPA diajarkan secara terpisah-pisah sehingga terkesan abstrak dan kurang bermakna; (5) siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran; (6) kurangnya fasilitas pembelajaran seperti buku teks, per-pustakaan dan laboratorium.Langkah strategis yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah di kelas ini adalah mencoba menggunakan model pembelajaran yang kontekstual, berpusat pada siswa, dan penyajian materi yang tepat. Adapun model pembelajaran yang menurut peneliti sesuai serta berpotensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif IPA adalah Problem Based Learning, dengan menggunakan materi IPA yang disajikan secara terpadu. PBL adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri. (Hmelo-Silver dalam Kauchak, 2012). Sementara itu, dalam Standar Isi BSNP mengharapkan pembelajaran IPA mampu melatihkan kemampuan berpikir pada siswa untuk meningkatkan kecakapan hidup. Sehingga pembelajaran berpikir kritis tidak bertentangan dengan konsep pendidikan IPA di SMP. Peraturan Menteri Pendidikan Indonesia No. 24 Tahun 2006 mengenai Pelaksanaan Permen No. 22/2006 dan Permen No 23/2006 menyarankan IPA di SMP/MTs disajikan secara terpadu, yakni mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Penyajian materi secara terpadu ini diharapkan membuat pemahaman siswa lebih holistik (utuh), kontekstual, dan lebih bermakna. Model Problem Based Learning dengan materi IPA terpadu merupakan strategi yang tepat untuk melatih kemampuan berpikir kritis sebab setiap tahap PBL melatih siswa untuk menyelesaikan masalah yang disajikan, dan di sisi lain IPA terpadu menyajikan materi yang kontekstual dan interdisipliner sehingga siswa dituntut untuk berpikir terbuka, praktis, dan aplikatif. Model ini membuat siswa mendapatkan pengalaman pemecahan masalah sekaligus pengetahuan mengenai konsep esensial yang terkait dengan permasalahan. Kemampuan berpikir kritis mengacu pada 3 ranah kognitif teratas, yaitu mengana-lisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Kemampuan berpikir kritis berhubungan dengan hasil belajar kognitif siswa, yakni peningkatan kemampu-an berpikir kritis siswa akan mengakibatkan hasil belajar kognitif siswa juga mengalami peningkatan. Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) menggunakan Model Problem Based Learning dengan materi IPA terpadu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

METODEPenelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Langkah-langkah PTK yang dilaksanakan mengacu pada langkah PTK Kemmis dan McTaggart, yang secara umum terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sumber data yaitu siswa kelas VIII D MTs Maarif Udanawu Blitar berjumlah 40 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Data yang dikumpulkan yaitu data deskripsi kegiatan pembelajaran yang didukung oleh data kuantitatif berupa kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif, dan keterlaksanaan pembelajaran. Data kemampuan berpikir kritis berupa skor kemampuan berpikir kritis. Pengumpulan data kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan lembar kerja siswa dan soal tes kemampuan berpikir kritis. Data kemampuan berpikir kritis yang didapatkan melalui LKS dan tes kemampuan berpikir kritis dianalisis menggunakan rumus yang telah ditentukan untuk dihitung skor kemampuan berpikir kritis klasikal untuk setiap indikator berpikir kritis dan persentase ketuntasan berpikir kritis klasikal dari siklus 1 ke siklus 2.Data hasil belajar kognitif berupa skor jawaban soal tes kognitif yang diu-kur dengan menggunakan soal tes kognitif pada setiap akhir siklus. Data dianalisis untuk dihitung persentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata kelas dari siklus 1 ke 2. Data keterlaksanaan pembelajaran berupa skor pencapaian kegiatan pembelajaran yang diukur dengan menggunakan lembar obervasi keterlaksanaan pembelajaran guru maupun siswa. Data keterlaksanaan pembelajaran dianalisis untuk dihitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dari siklus 1 ke 2.HASIL

Hasil analisis data menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh guru mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran oleh Guru Siklus 1-2NoSiklusPersentase Keterlaksanaan Pembelajaran (%)Rata-Rata (%)

Pertemuan 1Pertemuan 2

1Siklus 166,710083,35

2Siklus 2100100100

Persentase keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa tidak mengalami peningkatan dan setiap tahap kegiatan telah terlaksana dengan baik, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran oleh Siswa Siklus 1-2NoSiklusPersentase Keterlaksanaan Pembelajaran (%)Rata-Rata (%)

Pertemuan 1Pertemuan 2

1Siklus 1100100100

2Siklus 2100100100

Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap aspek yang diukur melalui penyekoran lembar kerja siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke 2. Peningkatan setiap aspek kemampuan berpikir dari siklus 1 ke 2 dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Setiap Aspek

Aspek Kemampuan Berpikir KritisRata-rata KBK Klasikal

Siklus IRata-rata KBK Klasikal

Siklus II

A. Bertanya

1. Mengenali Masalah1.962.9

2. Mengevaluasi pendapat atau kesimpulan22.1

B. Mengumpulkan Data

1. Penyusunan strategi pengumpulan data22.1

2. Menginterpretasikan data1.461.75

3. Menganalisis data1.841.9

C. Memberi Penjelasan

1. Mengemukakan alasan atas pendapatnya atau apa yang dilakukan

2. Mengevaluasi alasan yang dikemukakan oleh dirinya sendiri atau teman1.69

1.532

1.7

D. Menyimpulkan

1. Menarik kesimpulan dari data2.32.25

Kemampuan berpikir kritis yang diukur melalui skor LKS dan soal tes kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan skor dan persentase ketuntasan klasikal dari siklus 1 ke 2, dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Ringkasan Data Kemampua Berpikir Kritis SiswaP0P1P2PP Keterangan

Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis1.251.681.9556%P2>P1>P0

Ketuntasan Klasikal5%25%77.5%72.5%P2>P1>P0

KeteranganP0: Skor kemampuan berpikir kritis klasikal sebelum tindakan

P1: Skor kemampuan berpikir kritis klasikal siklus I

P2: Skor kemampuan berpikir kritis siklus II

PP: Persentase PeningkatanPersentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata kelas hasil belajar kog-nitif mengalami peningkatan dari siklus 1 ke 2, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I dan Siklus II

TahapJumlah Siswa TuntasSelisih

(K2-K0)Rata-rata Skor Hasil BelajarPPPersentase Ketuntasan klasikal (%)Selisih

(K2-K0)Keterangan

Pra-Tindakan (K0)

Siklus 1 (K1)18

281855

68

2345

7045K2>K1>K0

Siklus 2 (K2)367890

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa persentase keterlak-sanaan pembelajaran oleh guru meningkat dari siklus 1 ke 2, dari 83,35% menjadi 100%. Peningkatan persentase keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dikarena-kan guru melakukan refleksi di setiap akhir siklus dibantu oleh observer dan perbaikan rencana pembelajaran untuk siklus berikutnya. Persentase keterlaksana-an pembelajaran oleh siswa untuk siklus 1 dan 2 masing-masing adalah 100%, yang berarti semua langkah pembelajaran PBL telah terlaksana dengan baik. Hal tersebut disebabkan kegiatan pembelajaran dapat dikelola dengan baik dan siswa diberikan pengarahan dalam setiap tahap pembelajaran dengan jelas sehingga pembelajaran PBL dapat terlaksana seluruhnya. Hambatan-hambatan yang ditemui selama melaksanakan kegiatan pem-belajaran PBL dengan materi IPA terpadu adalah mengelola waktu dan kegiatan praktikum siswa. Pengelolaan waktu yang efisien dan disiplin pada kegiatan pembelajaran harus dilakukan agar setiap tahap PBL dapat terlaksana seluruhnya dengan baik. pengelolaan kegiatan praktikum siswa juga diperlukan terutama untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, untuk memastikan setiap siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Kesulitan yang mendasar dalam menerapkan PBL dengan materi IPA terpadu adalah proses pra-kegiatan, yakni memadukan materi IPA dan merancang kegiatan pembelajaran yang tepat dan berpusat pada siswa dengan segala keterbatasan yang ada. Kreativitas dan pertimbangan profesional guru diperlukan untuk mengatasi kesulitan ini. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai laboratorium, penggunaan internet sebagai sumber pustaka, mengangkat fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai topik pembelajaran, adalah beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merancang kegiatan pembelajaran menggunakan PBL dengan materi IPA terpadu. Berdasarkan data yang diperoleh, penerapan PBL dengan Materi IPA Terpadu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Persentase siswa yang kritis secara klasikal meningkat dari keadaan sebelum diberi tindakan, ke siklus I dan siklus II. Sebelum diberi tindakan, persentase siswa yang kritis sebesar 5%, meningkat menjadi 25% pada siklus I, dan meningkat menjadi 77,5% pada siklus 2. Persentase peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 72,5%. Skor rata-rata kemampuan berpikir kritis juga meningkat dari data pra-tindakan ke siklus 1 dan siklus 2 secara berturut-turut 1,25; 1,68; dan 1,95. Persentase peningkatan skor kemampuan berpikir kritis sebesar 56%. Berdasarkan analisis jawaban LKS, diketahui bahwa terjadi peningkatan untuk setiap aspek kemampuan berpikir kritis. Peningkatan tersebut disebabkan karena penerapan PBL dengan materi IPA terpadu. Setiap fase PBL melatihkan aspek-aspek tertentu dari kemampuan berpikir kritis. Pembiasaan penerapan PBL akan meningkatkan kemampuan tersebut secara bertahap. Keautentikan dan kebermaknaan materi yang diajarkan pada siswa didukung pula oleh penyajian materi IPA secara terpadu (interdisipliner), sehingga konsep dan permasalahan yang dipelajari dapat dipahami secara utuh. Pemahaman yang utuh dan bermakna, akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut merupakan kelebihan IPA terpadu dalam BSNP (2006). Delisle (1997) mengungkapkan bahwa PBL membangun kemampuan berpikir kritis dan kemampuan beralasan (reasoning), kreatifitas dan kemandirian siswa, serta membuat siswa merasa memiliki terhadap hasil kerja mereka. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran, terjadi peningkatan aktivitas, perkembangan kreativitas dalam penyusunan strategi, serta peningkatan kemampuan berpikir kritis dari siklus 1 ke siklus 2. Peningkatan aktivitas, kreativitas, lalu mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kritis, bermula dari peningkatan motivasi siswa untuk belajar.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan PBL dengan materi IPA terpadu dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hasil belajar kognitif dihitung berdasarkan persentase ketuntasan klasikal. Persentase ketuntasan klasikal sebelum tindakan adalah 45%, meningkat pada siklus 1 menjadi 70%, dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 90%. Berdasarkan data tersebut, pada siklus 1 siswa secara klasikal dianggap belum tuntas, karena jumlah siswa yang tuntas belajar belum mencapai 85%. Sedangkan pada siklus 2 sudah memenuhi kriteria tuntas, karena jumlah siswa yang tuntas belajar lebih dari 85%. Skor rerata hasil belajar kognitif juga meningkat dari data pra-tindakan ke siklus 1 dan siklus 2, secara berturut-turut 55, 68, dan 78. Persentase peningkatan ketuntasan klasikal adalah sebesar 45%, sementara persentase peningkatan rerata skor hasil belajar sebesar 23%.

Peningkatan ini disebabkan karena materi telah disajikan secara terpadu, dengan mengangkat tema yang kontekstual dan bermakna bagi siswa. Siswa belajar berbagai konsep interdisipliner secara utuh dan bermakna, tanpa harus menghafal. Kebermaknaan ini membuat siswa tertarik untuk belajar. Dimyati dan Mudjiono (1994) menyatakan bahwa perhatian siswa memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar. Proses belajar tidak akan terjadi tanpa adanya perhatian siswa terhadap pelajaran terkait. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, selama kegiatan pembelajaran menggunakan PBL, siswa dilibatkan secara langsung dalam menggali konsep, sehingga konsep yang ditemukan akan lebih tertanam kuat dalam pikiran siswa. Hal ini membantu siswa untuk merecall kembali ingatannya tentang konsep tersebut ketika diadakan tes tertulis. Siswa akan lebih mudah mengingat apa yang dilakukannya daripada apa yang dilihatnya. siswa sudah mulai terbentuk pola berpikirnya, dan seiring dengan itu, pemahaman dan tingkat berpikir siswa pun meningkat. Kemampuan berpikir siswa yang meningkat akan mempengaruhi peningkatan hasil belajar kognitif, sebab kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari ranah kognitif teratas, yakni C3-C6. Selain itu, pada siklus II siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, siswa juga terbiasa untuk menghubungkan antara teori dengan realitas yang dialaminya. Sehingga secara kognitif, siswa mampu memahami materi dengan lebih baik. Fakta tersebut sejalan dengan teori belajar yang dikemukakan Thorndike mengenai stimulus-respon. Thorndike dalam Dimyati dan Mudjiono (1994), menyatakan bahwa belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, pengulangan-pengulangan terhadap pengalaman akan memperbesar peluang timbulnya respon benar. Delisle (1997) mengungkapkan bahwa siswa akan lebih memahami dan lebih mampu mengingat ketika mereka melihat ada hubungan antara materi yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari-harinya. Sementara itu, masalah sehari-hari (real life problem) selalu kompleks, tidak pernah tersusun atas satu pandangan tunggal dari satu disiplin ilmu saja. Sehingga hal ini semakin menguatkan peran IPA terpadu dalam PBL, yakni menarik keingintahuan, meningkatkan pemahaman yang utuh dan bermakna, meningkatkan motivasi untuk terlibat dalam pembelajaran, memberikan informasi penting bagi siswa berupa konsep-konsep IPA, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui tahap-tahap PBL.Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Yuliantari (2010) menunjukkan bahwa PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, Kurniawan (2012) membuktikan bahwa PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan efikasi diri. Sementara itu penelitian quosi-eksperimen Hasanah (2012) membuktikan bahwa PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif, dan hasil belajar afektif siswa SMP. Widayanti (2010) melakukan penerapan pembelajaran dengan menggunakan materi IPA terpadu dan berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP N 05 Batu.

PENUTUPKesimpulan(1) Penerapan Problem Based Learning (PBL) dengan 4 fase (review dan penyajian masalah, penyusunan strategi, penerapan strategi, pembahasan dan evaluasi hasil), serta penyajian materi IPA secara terpadu menggunakan model webbed dengan tema Muntah, Sendi, Mati Tenggelam, dan Fotosintesis mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 8D MTs Maarif Udanawu Blitar; (2) Penerapan Problem Based Learning (PBL) dengan 4 fase (review dan penyajian masalah, penyusunan strategi, penerapan strategi, pembahasan dan evaluasi hasil), serta penyajian materi IPA secara terpadu menggunakan model webbed dengan tema Muntah, Sendi, Mati Tenggelam, dan Fotosintesis mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas 8D MTs Maarif Udanawu Blitar.Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, dapat diajukan saran sebagai berikut: (1) Model PBL dengan materi IPA terpadu dapat dijadikan alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa; (2) Guru yang akan menerapkan PBL dengan materi IPA terpadu hendaknya kreatif dalam memadukan materi maupun merancang kegiatan pembelajaran; (3) Guru perlu membiasakan diri untuk merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian melakukan perbaikan untuk pertemuan berikutnya; (4) Guru hendaknya meningkatkan keterampilan pengelolaan kelas dan waktu, agar pembelajaran PBL dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran; (5) Guru hendaknya membiasakan diri untuk peka terhadap lingkungan sekitar, sehingga dapat lebih kreatif dan kontekstual dalam merancang pembelajaran maupun menyusun materi; (6) Penelitian penerapan PBL dengan materi IPA terpadu ini dapat dilanjutkan pada jenjang kelas atau materi yang berbeda.Daftar Rujukan

BSNP. 2006. Standar Isi. Jakarta:Mendiknas.

Delisle, Robert.1997.How to Use Problem Based Learning In The Classroom. Virginia:ASCD

Dimyati dan Mudjiono.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjendikti.

Hasanah, Nur. 2012. Pengaruh Penerapan Problem Based Learning melalui Strategi Belajar PQ4R terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar Kognitif, dan Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas VII SMPN 18 Balikpapan. Tesis tidak diterbitkan. Program Magister Universitas Negeri Malang.

Kurniawan, Brahma. 2012. Penerapan Model Modified PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Efikasi Diri Mahasiswa. Tesis tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.

Yuliantari, Septa Wulan. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada Siswa Kelas VIII F SMPN 20 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.

Widayanti, Lia. 2010. Pembelajaran Integrated Model Menggunakan Bahan Ajar IPA Terpadu untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa Kelas VII SMP N 05 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang.1