artikelBF2A6E8E253010FCE27704C895682864 (1)

9
1 STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT Rahmah Muyassaroh Noor, Yahmin, dan Parlan Universitas Negeri Malang Correspondence Author: [email protected] ABSTRAK: Interaksi antara atom O dan H yang menyerupai ikatan hidrogen pada trimer CH 3 CHO dan CH 2 ClCHO dengan dua molekul air telah diteliti secara teoritis. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode DFT pada tingkat teori B3LYP/6-311++G(d,p). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikatan hidrogen pada trimer asetaldehida dengan dua molekul air dan kloroasetaldehida dengan dua molekul air terjadi pada dua situs, yaitu jenis I dan jenis II. Pada trimer jenis I, sifat kooperatif menyebabkan ikatan C-H metil mengalami pemanjangan ikatan, penuruan frekuensi vibrasi dan penuruan energi hiperkonjugasi. Sifat kooperatif pada trimer jenis II menyebabkan ikatan C-H pada C karbonil mengalami penurunan panjang ikatan, peningkatan frekuensi vibrasi, dan peningkatan energi hiperkonjugasi. Atom Cl pada kloroasetaldehida memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer. Hal ini ditunjukkan dari besarnya selisih parameter panjang ikatan, frekuensi vibrasi, dan energi hiperkonjugasi trimer dibandingkan dengan monomernya. Kata kunci: ikatan hidrogen, sifat kooperatif, CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 ClCHO.2H 2 O, DFT ABSTRACT: Interaction between O and H atoms forming hydrogen bond in CH 3 CHO and CH 2 ClCHO trimer with two water molecules were studied theoretically. The calculations were done using DFT method at B3LYP/6-311++G(d,p) level of theory. The results of this study show that hydrogen bonds in CH 3 CHO.2H 2 O and CH 2 ClCHO.2H 2 O happen in two sites, sites I and sites II. In site I, cooperativity causes the CH methyl bond to stretches, its vibration frequency decreases, and the hyperconjugation energy decreases. Cooperativity in sites II causes CH carbonyl bond to be shortened, its vibration frequency increase, and the hyperconjugation energy increases. Chlor atom in CH 2 ClCHO.2H 2 O strengthens hydrogen bonds cooperativity in trimer system. This result was concluded from the amount of parameter’s differences, such as bond length, vibration frequencies, and hyperconjugation energy from trimer system compared to its monomer. Keywords: hydrogen bond, cooperativity, CH 3 CHO.2H 2 O, CH 2 ClCHO.2H 2 O, DFT Ikatan hidrogen telah menjadi perhatian para peneliti sejak awal abad ke-20 karena perannya yang penting dalam menentukan struktur, sifat, dan fungsi dari suatu molekul. Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol-dipol yang paling kuat (Effendy, 2006). Ikatan hidrogen yang paling sederhana terjadi pada dimer dua molekul air. Pada trimer molekul air, ikatan hidrogen antara ketiga molekul air tersebut mengalami interaksi spesifik yang bersifat kooperatif. Sifat kooperatif pada ikatan hidrogen dapat memberikan dampak postif pada sistem trimer. Molekul air yang mendonasikan atom H untuk membentuk ikatan hidrogen menyebabkan kerapatan elektron pada O meningkat sehingga mendukung proses penerimaan atom H dari molekul air yang lain, sedangkan molekul air sebagai aseptor atom H akan mendukung terjadinya donasi atom H oleh molekul air tersebut (Huyskens, 1993: 2576). Chandra dan Zeegers-Huyskens (2012: 1131-1141) telah berhasil melakukan penelitian teoritis mengenai ikatan hidrogen yang terjadi pada dimer antara asetaldehida dan fluoroasetaldehida, dengan satu molekul air. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa air berperan sebagai donor proton pada pembentukan ikatan hidrogen

description

y

Transcript of artikelBF2A6E8E253010FCE27704C895682864 (1)

  • 1

    STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH3CHO.2H2O

    DAN CH2ClCHO.2H2O MENGGUNAKAN METODE DFT

    Rahmah Muyassaroh Noor, Yahmin, dan Parlan

    Universitas Negeri Malang

    Correspondence Author: [email protected]

    ABSTRAK: Interaksi antara atom O dan H yang menyerupai ikatan hidrogen pada trimer CH3CHO dan CH2ClCHO dengan dua molekul air telah diteliti secara teoritis. Perhitungan

    dilakukan dengan menggunakan metode DFT pada tingkat teori B3LYP/6-311++G(d,p). Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ikatan hidrogen pada trimer asetaldehida dengan dua molekul air

    dan kloroasetaldehida dengan dua molekul air terjadi pada dua situs, yaitu jenis I dan jenis II.

    Pada trimer jenis I, sifat kooperatif menyebabkan ikatan C-H metil mengalami pemanjangan

    ikatan, penuruan frekuensi vibrasi dan penuruan energi hiperkonjugasi. Sifat kooperatif pada

    trimer jenis II menyebabkan ikatan C-H pada C karbonil mengalami penurunan panjang ikatan,

    peningkatan frekuensi vibrasi, dan peningkatan energi hiperkonjugasi. Atom Cl pada

    kloroasetaldehida memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer. Hal ini ditunjukkan

    dari besarnya selisih parameter panjang ikatan, frekuensi vibrasi, dan energi hiperkonjugasi

    trimer dibandingkan dengan monomernya.

    Kata kunci: ikatan hidrogen, sifat kooperatif, CH3CHO.2H2O, CH2ClCHO.2H2O, DFT

    ABSTRACT: Interaction between O and H atoms forming hydrogen bond in CH3CHO and CH2ClCHO trimer with two water molecules were studied theoretically. The calculations were

    done using DFT method at B3LYP/6-311++G(d,p) level of theory. The results of this study show

    that hydrogen bonds in CH3CHO.2H2O and CH2ClCHO.2H2O happen in two sites, sites I and

    sites II. In site I, cooperativity causes the CH methyl bond to stretches, its vibration frequency

    decreases, and the hyperconjugation energy decreases. Cooperativity in sites II causes CH

    carbonyl bond to be shortened, its vibration frequency increase, and the hyperconjugation energy

    increases. Chlor atom in CH2ClCHO.2H2O strengthens hydrogen bonds cooperativity in trimer

    system. This result was concluded from the amount of parameters differences, such as bond length, vibration frequencies, and hyperconjugation energy from trimer system compared to its

    monomer. Keywords: hydrogen bond, cooperativity, CH3CHO.2H2O, CH2ClCHO.2H2O, DFT

    Ikatan hidrogen telah menjadi perhatian para peneliti sejak awal abad ke-20

    karena perannya yang penting dalam menentukan struktur, sifat, dan fungsi dari suatu

    molekul. Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol-dipol yang paling kuat (Effendy, 2006).

    Ikatan hidrogen yang paling sederhana terjadi pada dimer dua molekul air. Pada trimer

    molekul air, ikatan hidrogen antara ketiga molekul air tersebut mengalami interaksi

    spesifik yang bersifat kooperatif. Sifat kooperatif pada ikatan hidrogen dapat

    memberikan dampak postif pada sistem trimer. Molekul air yang mendonasikan atom H

    untuk membentuk ikatan hidrogen menyebabkan kerapatan elektron pada O meningkat

    sehingga mendukung proses penerimaan atom H dari molekul air yang lain, sedangkan

    molekul air sebagai aseptor atom H akan mendukung terjadinya donasi atom H oleh

    molekul air tersebut (Huyskens, 1993: 2576).

    Chandra dan Zeegers-Huyskens (2012: 1131-1141) telah berhasil melakukan

    penelitian teoritis mengenai ikatan hidrogen yang terjadi pada dimer antara asetaldehida

    dan fluoroasetaldehida, dengan satu molekul air. Dari penelitian tersebut diketahui

    bahwa air berperan sebagai donor proton pada pembentukan ikatan hidrogen

  • 2

    C=O--HOH dan juga bisa berperan sebagai aseptor proton membentuk interaksi lemah

    antara CH----OH2.

    Chandra dan Zeegers-Huyskens (2012: 1155-1163) juga telah melakukan

    penelitian teoritis mengenai sifat kooperatif pada sistem trimer asetaldehida dan

    fluoroasetaldehida, dengan dua molekul air. Hasil penelitian tersebut dibandingkan

    dengan kekuatan ikatan hidrogen pada sistem dimer asetaldehida dan

    fluoroasetaldehida, dengan satu molekul air. Dari penelitian tersebut diperoleh

    kesimpulan yaitu ikatan hidrogen pada sistem trimer lebih kuat daripada pada sistem

    dimer yang ditandai dengan lebih pendeknya panjang ikatan hidrogen pada sistem

    trimer.

    Penelitian mengenai sifat kooperatif pada sistem trimer dapat dipelajari lebih

    lanjut dengan membandingkan ikatan hidrogen yang terjadi pada trimer CH3CHO.2H2O

    dan trimer CH2ClCHO.2H2O menggunakan metode DFT. Pada penelitian ini, trimer

    asetaldehida dengan dua molekul air digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui

    sifat kooperatif pada trimer kloroasetaldehida dengan dua molekul air. Untuk itu

    diperlukan data panjang ikatan, jumlah elekton dalam orbital antibonding dan energi

    hiperkonjugasi dari kedua sistem trimer. Data tersebut sulit diperoleh secara

    eksperimen, sehingga penelitian tentang sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer

    kloroasetaldehida dengan dua molekul air dilakukan secara teoritis.

    Hal-hal yang tercakup dalam penelitian ini adalah struktur dengan geometri

    optimal dari trimer-trimer tersebut, data panjang ikatan, frekuensi vibrasi, NBO

    (Natural Bond Orbital) yang berupa jumlah elektron dalam orbital antibonding, dan

    besarnya energi hiperkonjugasi tiap molekul (Young, 2001).

    METODE

    Molekul air (H2O), asetaldehida (CH3CHO), dan kloroasetaldehida

    (CH2ClCHO) dihitung optimasi geometri dan frekuensinya. Metode yang digunakan

    adalah DFT B3LYP. Himpunan basis yang digunakan adalah 6,311++G (d,p).

    Perhitungan optimasi geometri dan frekuensi tersebut menghasilkan molekul air,

    asetaldehida, dan kloroasetaldehida teroptimasi. Molekul-molekul tersebut teroptimasi

    ditandai dengan nilai frekuensi imajiner sama dengan nol.

    Dimer dan trimer dibuat dari molekul air, asetaldehida, dan kloroasetaldehida

    yang telah dioptimasi dan dihitung frekuensinya. Molekul-molekul tersebut dimasukkan

    pada Gaussview 5.0 dalam satu layer sesuai dengan dimer atau trimer yang akan

    dihitung. Susunan tiap molekul pada dimer dan trimer yang dibuat diupayakan semirip

    mungkin dengan keadaan sebenarnya. Gambar dimer dan trimer tersebut kemudian

    masing-masing disimpan dalam bentuk gjf. Pada penelitian, dimer dan trimer

    CH3CHO.H2O, CH3CHO.2H2O, CH2ClCHO.H2O, CH2ClCHO.2H2O dihitung optimasi

    geometri dan frekuensinya. Metode yang digunakan adalah DFT B3LYP. Himpunan

    basis yang digunakan adalah 6,311++G (d,p). Perhitungan optimasi geometri dan

    frekuensi tersebut menghasilkan sistem dimer dan trimer CH3CHO.H2O,

    CH3CHO.2H2O, CH2ClCHO.H2O, CH2ClCHO.2H2O teroptimasi. Sistem dimer dan

    trimer tersebut teroptimasi ditandai dengan nilai frekuensi imajiner sama dengan nol.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Struktur Trimer CH3CHO.H2O, CH2ClCHO.H2O, CH3CHO.2H2O dan

    CH2ClCHO.2H2O

    Perhitungan optimasi geometri dan frekuensi vibrasi model molekul dimer dan

    trimer bertujuan untuk mendapatkan molekul dimer CH3CHO.H2O dan

  • 3

    CH2ClCHO.H2O dan molekul trimer CH3CHO.2H2O dan CH2ClCHO.2H2O dengan

    energi paling minimum. Hasil optimasi geometri dan frekuensi vibrasi molekul-molekul

    tersebut disajikan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 1 Dimer dan Trimer Asetaldehida Teroptimasi Jenis I (a) CH3CHO.H2O (b)

    CH3CHO.2H2O, Jenis II (c) CH3CHO.H2O (d)CH3CHO.2H2O

    Seperti yang terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2, sistem dimer terstabilkan

    oleh dua macam struktur, yaitu jenis I dan jenis II. Kedua jenis sistem dimer dibentuk

    oleh adanya ikatan hidrogen antara C=O---H. Sistem dimer jenis I berbentuk siklik dan

    distabilkan oleh interaksi lemah antara C(4)H(5)---O. Siklik jenis I sedikit lebih stabil

    dibandingkan jenis II karena regangan sterik siklik jenis I lebih kecil dibandingkan jenis

    II. Sistem dimer dan trimer pada penelitian ini disusun dengan mempertimbangkan

    interaksi intermolekul antara H5---O dan parameter NBO seperti transfer muatan

    intermolekul dari atom O pada air ke orbital * (C(4)H(5)). Pada jenis I, ikatan C(1)H(3) tidak terlibat dalam pembentukan struktur siklik. Data panjang ikatan dan frekuensi

    vibrasi monome, dimer dan trmer disajikan pada Tabel 1 dan 2.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 2 Dimer dan Trimer Kloroasetaldehida TeroptimasiJenis I (a) CH2ClCHO.H2O (b)

    CH2ClCHO.2H2O, Jenis II (c) CH2ClCHO.H2O (d) CH2ClCHO.2H2O

  • 4

    Tabel 1 Panjang Ikatan Hidrogen pada Dimer dan Trimer Asetaldehida dengan Molekul Air

    CH3CHO.H2O dan CH3CHO.2H2O dalam

    Panjang Ikatan Hidrogen C=O- -H dan Interaksi Antara CH- -O ()

    Parameter Dimer Jenis I

    Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer Jenis II

    r(C=O--HO) 1,951 1,868 1,942 1,857

    r(CH--O) 2,541 2,327 2,962 2,319

    Tabel 2 Panjang Ikatan Hidrogen pada Dimer dan Trimer Kloroasetaldehida dengan molekul air

    CH2ClCHO.H2O dan CH2ClCHO.2H2O dalam

    Panjang Ikatan Hidrogen C=O- -H dan Interaksi Antara CH- -O ()

    Parameter Dimer Jenis I

    Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer Jenis II

    r(C=O--HO) 2,045 1,925 2,006 1,912

    r(CH--O) 2,280 2,145 2,809 2,260

    Panjang ikatan hidrogen antara C=O----HO pada sistem trimer berkurang jika

    dibandingkan pada sistem dimer, selisihnya antara 0,083 hingga 0,120 , seperti terlihat

    pada Tabel 1 dan 2. Selain itu, panjang ikatan hidrogen antara O---H dari kedua

    molekul air, berkisar antara 1,844-1,866 , lebih pendek jika dibandingkan dengan

    panjang ikatan intermolekul pada dimer air yaitu sebesar 1,933 , (Chandra dan

    Zeegers-Huyskens, 2012: 1155-1163).

    Indikasi paling positif telah terjadinya interaksi kooperatif pada trimer

    asetaldehida dengan dua air dan trimer kloroasetaldehida dengan dua air yaitu

    berkurangnya panjang interaksi antara C(4)H(5)----O pada sistem trimer jenis I jika

    dibandingkan dengan sistem dimer. Jika dibandingkan antara trimer dan dimer

    asetaldehida dengan air, panjang interaksi C(4)H(5)----O pada trimer jenis I lebih kecil

    0,214 dari dimer jenis I. Perbandingan antara trimer dan dimer kloroasetaldehida

    dengan air menunjukkan bahwa panjang interaksi C(4)H(5)----O pada trimer jenis I lebih

    kecil 0,135 dari dimernya.

    NBO Dimer dan Trimer antara Asetaldehida dengan Air

    Perhitungan optimasi geometri menghasilkan data NBO dimer dan trimer antara

    asetaldehida dengan air yang ditampilkan pada tabel 3. Analisis struktur geometri dan

    NBO dilakukan pada dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Data geometri berupa

    jarak C(1)H(3), C(4)H(5) dan C=O pada monomer, pada dimer dengan satu molekul air,

    dan pada trimer dengan dua molekul air. Selain itu juga dibutuhkan data frekuensi

    vibrasi untuk mengetahui bagaimana sifat kooperatif mempengaruhi frekuensi vibrasi

    sistem trimer. Parameter NBO juga dibutuhkan, seperti penempatan elektron dalam

    orbital, dan energi hiperkonjugasi. Semua parameter tersebut ditampilkan pada Tabel 3

    untuk dimer dan trimer asetaldehida dengan molekul air.

    Pada Tabel 3 terlihat bahwa ikatan C=O mengalami pemanjangan sebesar 0,006

    pada kedua jenis dimer dan 0,008 pada trimer jenis I sedangkan pada trimer jenis II

    sebesar 0,012 . Nilai frekuensi vibrasi ikatan C=O turun sebesar 22 cm-1

    pada kedua

    jenis dimer dan 27 cm-1

    pada trimer jenis I sedangkan pada trimer jenis II sebesar 45

    cm-1

    jika dibandingkan dengan monomernya.Sifat kooperatif pada ikatan hidrogen

    trimer asetaldehida dengan air menyebabkan nilai pemanjangan ikatan dan penurunan

    frekuensi vibrasi C=O lebih besar jika dibandingkan dimernya. Hal ini menunjukkan

  • 5

    bahwa ikatan hidrogen pada trimer lebih kuat dibandingkan pada dimer asetaldehida

    dengan air.

    Tabel 3 Parameter Monomer, Dimer, dan Trimer Asetaldehida dengan Air

    Parameter Satuan CH3CHO Dimer Jenis I Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer

    Jenis II

    r C(1)H(3) 1,112 1,109 1,109 1,108 1,105

    v C(1)H(3) cm-1

    2870 2905 2906 2924 2964

    s C(1)H(3) % 29,98 30,2 30,34 31,47 31,66

    * C(1)H(3) e 0,071 0,064 0,063 0,062 0,057

    r C(4)H(5) 1,089 1,089 1.091 1,089 1,089

    v C(4)H(5) cm-1

    3140 3140 3125 3140 3139

    s C(4)H(5) % 25,39 26,2 27,8 24,84 25,48

    * C(4)H(5) e 0,0065 0,0071 0,012 0,0065 0,0065

    r C=O 1,205 1,211 1,213 1,211 1,217

    v C=O cm-1

    1810 1788 1783 1788 1765

    O2 *C(1)H(3) kcal/mol 23,65 22,42 22,23 20,69 17,24 O9(12) *C(4)H(5) kcal/mol - 0,47 2,85 - - O12 *C(1)H(3) kcal/mol - - - - 2,54

    a. Karakteristik Ikatan C(4)H(5) pada Dimer dan Trimer Jenis I antara Asetaldehida dengan Air

    Pada penelitian ini pembahasan dititikberatkan pada ikatan CH metil. Panjang

    ikatan C(4)H(5) pada dimer jenis I dan II tidak berubah dibandingkan monomernya,

    sedangkan ikatan C(4)H(5) pada trimer jenis I memanjang secara signifikan, yaitu sebesar

    0,002 pada trimer asetaldehida dengan dua air. Pemanjangan ikatan C(4)H(5) tersebut

    menyebabkan terjadinya pergeseran merah v (C(4)H(5)) sebesar 15 cm-1

    pada trimer

    asetaldehida dengan dua air. Pada dimer dan trimer jenis II, terbentuknya ikatan

    hidrogen C=O---H tidak mempengaruhi karakteristik ikatan C(4)H(5) karena ikatan

    tersebut tidak berinteraksi dengan air.

    Pemanjangan ikatan C(4)H(5) disebabkan oleh sifat kooperatif ikatan hidrogen

    pada trimer jenis I. Keberadaan sifat kooperatif mendukung transfer muatan

    intermolekul dari atom O12 air ke orbital * (C(4)H(5)) sehingga ikatan C(4)H(5) memanjang. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 besarnya transfer muatan intermolekul

    tersebut, yang ditunjukkan dengan nilai energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 0,47

    kcal/mol pada dimer asetaldehida dengan satu air dan sebesar 2,85 kcal/mol pada trimer

    asetaldehida dengan dua air. Selaras dengan meningkatnya nilai energi hiperkonjugasi,

    penempatan elektron pada orbital * (C(4)H(5)) meningkat sebesar 0,0055 pada trimer asetaldehida dengan dua air dibanding monomernya.

    b. Karakteristik Ikatan C(1)H(3) pada Dimer dan Trimer Jenis II antara Asetaldehida dengan Air

    Pemendekan panjang ikatan C(1)H(3) dan kenaikan nilai frekuensi vibrasinya

    pada dimer jenis I dan jenis II diakibatkan oleh keberadaan elektron bebas atom O pada

    C karbonil, (Chandra dan Huyskens, 2012). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

    pendeknya interaksi intermolekul dari H3 - - - O menunjukkan bahwa ikatan C(1)H(3)

    terlibat dalam pembentukan formasi siklik pada trimer jenis II. Hal ini selaras dengan

    besarnya transfer muatan dari atom O12 air ke orbital * (C(1)H(3)) yang ditunjukkan oleh besarnya energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 2,54 kcal/mol pada trimer jenis II

    asetaldehida dengan dua air. Walaupun transfer muatan intermolekul tersebut cukup

    besar, namun penempatan elektron dalam orbital * (C(1)H(3)) berkurang. Hal ini disebabkan energi hiperkonjugasi O2 *C(1)H(3) pada trimer jenis II berkurang sebesar

  • 6

    6,41 kcal/mol dibandingkan monomernya. Fakta tersebut menunjukkan bahwa efek dari

    pasangan elektron bebas atom O2 yang menentukan panjangnya ikatan C(1)H(3).

    Pemendekan panjang ikatan C(1)H(3) menyebabkan terjadinya pergeseran biru

    yang ditunjukkan dengan bertambah besarnya nilai frekuensi vibrasi ikatan C(1)H(3)

    sebesar 93 cm-1

    pada trimer asetaldehida dengan dua air, ketika dibandingkan dengan

    monomer asetaldehida. Fakta tersebut menunjukkan bahwa sifat kooperatif

    menyebabkan pergeseran biru pada trimer asetaldehida dengan dua air.

    NBO Dimer dan Trimer antara Kloroasetaldehida dengan Air

    Analisis struktur geometri dan NBO dilakukan pada dimer dan trimer

    kloroasetaldehida dengan air. Data geometri berupa jarak C(1)H(3), C(4)H(5) dan C=O

    pada monomer, pada dimer dengan satu molekul air, dan pada trimer dengan dua

    molekul air. Selain itu juga dibutuhkan data frekuensi vibrasi untuk mengetahui

    bagaimana sifat kooperatif mempengaruhi frekuensi vibrasi sistem trimer. Parameter

    NBO juga dibutuhkan, seperti penempatan elektron dalam orbital, dan energi

    hiperkonjugasi. Semua parameter tersebut ditampilkan pada Tabel 4 untuk dimer dan

    trimer kloroasetaldehida dengan molekul air.

    Tabel 4 Parameter Monomer, Dimer, dan Trimer Kloroasetaldehida dengan Air

    Parameter Satuan CH2ClCHO Dimer Jenis I Trimer Jenis I Dimer Jenis II Trimer

    Jenis II

    r C(1)H(3) 1,107 1,106 1,106 1,104 1,103

    v C(1)H(3) cm-1

    2930 2945 2945 2974 2991

    s C(1)H(3) % 31,87 31,71 31,68 32,33 33,43

    * C(1)H(3) e 0,067 0,060 0,061 0,059 0,056

    r C(4)H(5) 1,090 1,092 1,093 1,087 1,087

    v C(4)H(5) cm-1

    3080 3064 3045 3070 3070

    S C(4)H(5) % 26,14 27,67 28,3 26,53 26,62

    * C(4)H(5) e 0,018 0,024 0,025 0,018 0,018

    r C=O 1,201 1,206 1,209 1,207 1,213

    v C=O cm-1 1810 1800 1785 1790 1765

    O2 *C(1)H(3) kcal/mol 21,77 21,32 21,06 19,79 16,90 O9(12) *C(4)H(5) kcal/mol - 2,65 5,47 - - O12 *C(1)H(3) kcal/mol - - - - 3,27

    Parameter yang dianalisis pada dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan air

    ditampilkan pada Tabel 4 untuk dimer dan trimer kloroasetaldehida dengan molekul air.

    Pada Tabel 4 terlihat bahwa akibat terjadinya ikatan hidrogen pada dimer dan trimer

    kloroasetaldehida dengan air, ikatan C=O mengalami pemanjangan sebesar 0,005

    pada dimer dan 0,008 pada trimer dan nilai frekuensi vibrasinya turun sebesar 10 cm-1

    pada dimer dan 25 cm-1

    pada trimer jika dibandingkan dengan monomernya. Sifat

    kooperatif pada ikatan hidrogen trimer kloroasetaldehida dengan air menyebabkan

    pemanjangan ikatan dan penurunan frekuensi vibrasi C=O lebih besar jika dibandingkan

    dimernya. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan hidrogen pada trimer lebih kuat

    dibandingkan pada dimer kloroasetaldehida dengan air.

    a. Karakteristik Ikatan C(4)H(5) pada Dimer dan Trimer Jenis I antara Kloroasetaldehida dengan Air

    Pada penelitian ini pembahasan dititikberatkan pada ikatan CH metil. Panjang

    ikatan C(4)H(5) pada dimer jenis I dan II memanjang sebesar 0,002 dibandingkan

    monomernya, sedangkan ikatan C(4)H(5) pada trimer jenis I memanjang secara

    signifikan, yaitu sebesar 0,003 pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air.

  • 7

    Pemanjangan ikatan C(4)H(5) tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran merah v

    (C(4)H(5)) sebesar 16 cm-1

    pada dimer kloroasetaldehida dengan air dan sebesar 35 cm-1

    pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air. Pada dimer dan trimer jenis II,

    terbentuknya ikatan hidrogen C=O---H tidak mempengaruhi karakteristik ikatan C(4)H(5)

    karena ikatan tersebut tidak berinteraksi dengan air.

    Pemanjangan ikatan C(4)H(5) disebabkan oleh sifat kooperatif ikatan hidrogen

    pada trimer-trimer jenis I. Keberadaan sifat kooperatif mendukung transfer muatan

    intermolekul dari atom O12 air ke orbital * (C(4)H(5)) sehingga ikatan C(4)H(5) memanjang. Dapat dilihat pada Tabel 4.5 besarnya transfer muatan intermolekul

    tersebut, yang ditunjukkan dengan nilai energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 2,65

    kcal/mol pada dimer kloroasetaldehida dengan satu air dan sebesar 5,47 kcal/mol pada

    trimer kloroasetaldehida dengan dua air. Selaras dengan meningkatnya nilai energi

    hiperkonjugasi, penempatan elektron pada orbital * (C(4)H(5)) meningkat sebesar 0,006 pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air dibandingkan dengan monomernya. Hal

    ini menunjukkan keberadaan sifat kooperatif pada trimer asetaldehida dengan dua air.

    b. Karakteristik Ikatan C(1)H(3) pada Dimer dan Trimer Jenis II antara Kloroasetaldehida dengan Air

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendeknya interaksi intermolekul dari

    H3 - - - O menunjukkan bahwa ikatan C(1)H(3) terlibat dalam pembentukan formasi siklik

    pada trimer jenis II. Hal ini selaras dengan besarnya transfer muatan dari atom O12 air

    ke orbital * (C(1)H(3)) yang ditunjukkan oleh besarnya energi hiperkonjugasi yaitu sebesar 3,27 kcal/mol pada trimer jenis II kloroasetaldehida dengan dua air. Walaupun

    transfer muatan intermolekul tersebut cukup besar, namun penempatan elektron dalam

    orbital * (C(1)H(3)) berkurang. Hal ini disebabkan energi hiperkonjugasi O2 *C(1)H(3) pada trimer jenis II berkurang sebesar 4,87 kcal/mol dibandingkan dengan

    monomernya. Fakta tersebut menunjukkan bahwa efek dari pasangan elektron bebas

    atom O2 yang menentukan panjangnya ikatan C(1)H(3).

    Pemendekan panjang ikatan C(1)H(3) menyebabkan terjadinya pergeseran biru

    yang ditunjukkan dengan bertambah besarnya nilai frekuensi vibrasi ikatan C(1)H(3)

    sebesar 61 cm-1

    pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air, ketika dibandingkan

    dengan monomer kloroasetaldehida. Fakta tersebut menunjukkan bahwa sifat kooperatif

    menyebabkan pergeseran biru pada trimer kloroasetaldehida dengan dua air.

    Pengaruh Atom Cl terhadap Sifat Kooperatif Ikatan Hidrogen

    Untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh atom Cl terhadap sifat kooperatif

    ikatan hidrogen pada kloroasetaldehida, maka perlu dibandingkan data parameter dari

    dimer dan trimer asetaldehida dengan air dengan dimer dan trimer kloroasetaldehida

    dengan air, seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

    Tabel 5 Selisih Karakteristik C(4)H(5) antara Dimer dan Trimer Asetaldehida dengan air dan Dimer

    dan Trimer Kloroasetaldehida dengan air Jenis I.

    Selisih karakteristik C(4)H(5) dengan monomernya

    Parameter Asetaldehida Jenis I Kloroasetaldehida Jenis I

    Dimer Trimer Dimer Trimer

    r () 0,000 0,002 0,002 0,003

    v (cm-1

    ) 0,000 15 16 35

    (e) 0,0006 0,0055 0,006 0,007 O9(12) *C(4)H(5) (kcal/mol) 0,475 2,85 2,65 5,47

  • 8

    Pengaruh atom Cl terhadap sifat kooperatif dapat dilihat pada selisih karakteristik ikatan

    yang dipengaruhinya, ditunjukkan pada Tabel 5. Pada dimer dan trimer jenis I antara

    kloroasetaldehida dengan air, ikatan C(4)H(5) mengalami pemanjangan yang lebih besar

    yaitu sebesar 0,002 dan 0,003 sedangkan dimer asetaldehida dengan air tidak

    mengalami pemanjangan dan trimer asetaldehida dengan air mengalami pemanjangan

    sebesar 0,002 . Nilai frekuensi vibrasinya juga turun lebih banyak dibandingkan

    dengan dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Penempatan elektron dalam orbital * C(4)H(5) juga mengalami peningkatan yang lebih besar dari monomernya jika

    dibandingkan dengan dimer dan trimer asetaldehida dengan air. Hal-hal tersebut

    menunjukkan bahwa keberadaan atom Cl memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen

    pada kloroasetaldehida jika dibandingkan dengan asetaldehida.

    Pada dimer dan trimer jenis II antara kloroasetaldehida dengan air, atom Cl juga

    memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen. Hal ini ditunjukkan dengan besar selisih

    panjang ikatan, frekuensi vibrasi, elektron dalam orbital * C(1)H(3) antara trimer, dimer, dan monomer kloroasetaldehida dengan air dan asealdehida dengan air. Selisih dimer

    dan trimer kloroasetaldehida dengan air lebih besar dibandingkan selisih dimer dan

    trimer asetaldehida dengan air.

    Adanya atom Cl pada kloroasetaldehida menyebabkan kerapatan elektron di

    sekitar atom C(4) menjadi berkurang. Ikatan C(4)H(5) menjadi lebih lemah sehingga atom

    H(5) lebih mudah berinteraksi dengan atom O air. Hal inilah yang menyebabkan

    kloroasetaldehida memiliki sifat kooperatif yang lebih kuat dibanding asetaldehida.

    KESIMPULAN Sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer asetaldehida dengan air

    menyebabkan pemanjangan ikatan C=O sebesar 0,008 dan ikatan C(4)H(5) sebesar

    0,002 sedangkan ikatan C(1)H(3) memendek sebesar 0,007 dibandingkan

    monomernya. Akibat sifat kooperatif, energi hiperkonjugasi O9 *C(4)H(5)naik sebesar 2,38 kcal/mol dan menurunkan energi hiperkonjugasi O2 *C(1)H(3) sebesar 6,41 kcal/mol.

    Sifat kooperatif ikatan hidrogen pada trimer kloroasetaldehida dengan air

    menyebabkan pemanjangan ikatan C=O sebesar 0,009 dan ikatan C(4)H(5) sebesar

    0,003 sedangkan ikatan C(1)H(3) memendek sebesar 0,004 dibandingkan

    monomernya. Akibat sifat kooperatif, energi hiperkonjugasi O9 *C(4)H(5) naik sebesar 2,82 kcal/mol dan menurunkan energi hiperkonjugasi O2 *C(1)H(3) sebesar 4,87 kcal/mol.

    Atom Cl pada kloroasetaldehida memperkuat sifat kooperatif ikatan hidrogen pada

    trimer kloroasetaldehida dengan dua molekul air dibandingkan dengan trimer

    asetaldehida dengan dua molekul air

    DAFTAR RUJUKAN

    Chandra, A. K., Zeegers-Huyskens, T. 2012. A Theoretical Investigation of the

    Interaction between Substituted Carbonyl Derivatives and Water: Open or

    Cyclic Complexes. Journal of Computational Chemistry. 33: 1131-1141.

    Chandra, A. K., Zeegers-Huyskens, T. 2012. Theoretical Investigation of the

    Cooperativity in CH3CHO.2H2O, CH2FCHO.2H2O, and CH3CFO.2H2O

    Systems. Journal of Atomic, Molecular, and Optical Physics. 10: 1155-1163.

  • 9

    Effendy. 2006. Teori VSEPR Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang : Bayumedia

    Publishing.

    Huyskens, P. L. 1993. Factors Governing the Influence of a First Hydrogen Bond on the

    Formation of a Second One by the Same Molecule or Ion. Journal of the

    American Chemical Society. 99: 2576.

    Young, D. C., 2001. Computational Chemistry: A Practical guide for Applying

    Techniques to Real-World Problems. New York: John Wiley & Sons.