artikel1F75598323A81A34EF6878BC9D8422A1
-
Upload
muhammad-ikhsan-rangkuti -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of artikel1F75598323A81A34EF6878BC9D8422A1
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI RELASI DAN
FUNGSI DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
(RME) UNTUK SISWA KELAS VIII SEMESTER I
Oleh :
Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Malang
Ety Tejo Dwi Cahyowati Dosen Jurusan Matematika
Universitas Negeri Malang
Indriati Nurul Hidayah
Dosen Jurusan Matematika
Universitas Negeri Malang
Abstrak
Tujuan pengembangan ini adalah menghasilkan bahan ajar berupa Lembar
Kerja Siswa pada materi Relasi dan Fungsi dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education. LKS dikembangkan dengan mengikuti prosedur dari
penyederhanaan Model Pengembangan Plomp. Hasil penilaian validator adalah LKS valid dengan skor 80,3%, sedangkan hasil uji coba kelompok kecil
disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan menarik dan nilai tes evaluasi
siswa memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu ≥75% dari nilai maksimal. Dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan valid, praktis, dan efektif.
Kata kunci: Lembar Kerja Siswa, Relasi dan Fungsi, Realistic Mathematics Education
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai
induk dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya karena setiap ilmu pengetahuan
memiliki keterkaitan dengan matematika. Yuwono (2005: 3) mengungkapkan
beberapa temuan menunjukkan bahwa pengajaran matematika yang
menganggap proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tidak penting dan
mengutamakan siswa dapat memperoleh hasil akhir dengan tepat, lebih
menekankan pada mindless drill, lebih mementingkan keterampilan prosedural
dan meminggirkan pemahaman konsep dapat berakibat negatif pada diri siswa.
Hal inilah yang sering terjadi pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang beredar di
lapangan, lebih menekankan keterampilan prosedural namun kurang
menekankan pemahaman konsep. Adanya LKS yang tidak menuntun siswa
untuk berpikir kritis dan sistematis, pengertian maupun rumus-rumus langsung
diberikan di awal kegiatan menjadikan siswa mengerjakan latihan soal
langsung menggunakan rumus-rumus tersebut tanpa tahu konsep awalnya.
Nuralam (2001: 72) mengutarakan bahwa terdapat beberapa kesulitan
siswa dalam memahami materi relasi dan fungsi yaitu kesulitan membedakan
fungsi dan bukan fungsi, kesulitan dalam membuat contoh fungsi, serta
kesulitan dalam membedakan fungsi korespondensi satu-satu atau bukan
korespondensi satu-satu. Fadillah (2006: 348) mengutarakan bahwa dalam
pembelajaran matematika seorang anak akan berminat belajar matematika bila
anak tersebut mengetahui manfaat matematika bagi diri dan kehidupannya,
karena itu mengaitkan pembelajaran matematika dengan realita dan kegiatan
manusia merupakan salah satu cara untuk membuat anak tertarik belajar
matematika.
Pendekatan matematika realistik atau biasa dikenal dengan Realistic
Mathematics Education (RME) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam
pembelajaran matematika. Masalah realistik yang dimaksud tidak selalu
berasal dari aktivitas sehari-hari, melainkan bisa juga dari konteks yang dapat
di-imajinasi-kan dalam pikiran siswa. Pembelajaran dengan menggunakan
LKS RME akan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar Relasi dan Fungsi
karena setiap soal pada LKS berdasarkan pada realita yang sesuai dengan dunia
siswa serta menggunakan model, diagram/gambar yang sesuai dengan konteks
permasalahan Relasi dan Fungsi. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan
berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa pada Materi Relasi dan Fungsi
dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk Kelas VIII
Semester I”. Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk
menghasilkan bahan ajar berupa LKS dengan materi Relasi dan Fungsi dengan
pendekatan RME.
Menurut Gravemeijer (dalam Johar, 2010), RME adalah suatu pendekatan
untuk pembelajaran matematika yang menggunakan realita/dunia nyata sebagai
inti dari proses pembelajaran dan membantu siswa dalam mengkonstruksi atau
menemukan kembali konsep matematika. Pembelajaran matematika dengan
pendekatan RME telah dikembangkan di Belanda sejak 1968. Pendekatan ini
mengacu pada pendapat Freudenthal yang menyatakan bahwa matematika
sebagai suatu kegiatan untuk meyelesaikan masalah, menemukan masalah dan
mengorganisasikan pokok masalah (dalam Johar, 2010). Sehingga pendidikan
matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan manusia. Sujono
(1988: 13) menyatakan dalam dunia modern saat ini kiranya tidak ada orang
yang tidak memerlukan bantuan matematika dalam kehidupannya sehari-hari.
Pada pendekatan RME terdapat istilah matematisasi yaitu proses
mematematikakan dunia nyata karena pendekatan ini lebih mengutamakan
proses daripada hasil. Menurut Treffers (dalam Fadillah, 2006: 349),
matematisasi dibedakan menjadi dua, yaitu matematisasi horisontal dan
matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal adalah proses penyelesaian soal-
soal realistik dari dunia nyata. Siswa mencoba menyelesaikan soal-soal dari
dunia nyata dengan cara mereka sendiri dan menggunakan bahasa serta simbol
mereka sendiri. Matematisasi Vertikal yaitu proses formalisasi konsep
matematika atau pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah diperoleh
dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak. Siswa mencoba
menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-
soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks.
Gravemeijer (dalam Yuwono, 2005: 9) merumuskan 3 prinsip pokok
dalam RME, yaitu: (a) guided reinveintion and progressive mathematizing, (b)
didactical phenomenology, dan (c) self developed models. Menurut Yuwono
(2005: 10) Treffers dan Panhuizen merumuskan 5 karakteristik RME, yaitu:
menggunakan konteks, menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa,
interaktif, dan interwin. Menggunakan konteks yaitu lingkungan keseharian
atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian
materi belajar yang kontekstual bagi siswa dalam pembelajaran matematika
realistik atau RME. Menggunakan model yaitu pemakaian alat dalam bentuk
model atau gambar, diagram, atau simbol yang dihasilkan pada saat
pembelajaran digunakan untuk menemukan konsep matematika secara vertikal.
Menggunakan kontribusi siswa adalah Pemecahan masalah atau penemuan
konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa. Interaktif
Dalam pelaksanaan ketiga prinsip RME, siswa terlibat secara interaktif.
Intertwin yaitu pembelajaran matematika realistik membutuhkan adanya
keterkaitan dengan unit atau topik lain yang nyata secara utuh. Tidak hanya itu
saja, namun pembelajaran matematika juga memiliki keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari maupun keterkaitan matematika dengan bidang studi
lainnya.
METODE
LKS pembelajaran materi Relasi dan Fungsi dengan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) untuk kelas VIII SMP dikembangkan dengan
penyederhanaan model pengembangan Plomp, yang terdiri dari tahap
investigasi awal, tahap perancangan dan realisasi, serta tahap tes, evaluasi, dan
revisi (Hobri, 2010: 26). Pada tahap investigasi awal terdapat 5 kegiatan yang
dilakukan. Peneliti mengumpulkan informasi permasalahan pembelajaran
matematika dengan mengidentifikasi dan menganalisis informasi. Peneliti
melakukan pengamatan mengenai LKS yang banyak beredar di lapangan.
Mengetahui kondisi ini peneliti melakukan observasi mengenai pemahaman
siswa untuk materi relasi dan fungsi. Hasil observasi menunjukkan bahwa
penyajian definisi relasi dan fungsi di awal kegiatan LKS menjadikan siswa
kurang aktif dalam berpikir dan menemukan konsep secara mandiri. Bahkan
mereka juga belum memahami dengan benar keterkaitan antara relasi, fungsi,
dan korespondensi satu-satu. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti
menganalisis informasi yang ada dan menetapkan untuk menggunakan
pendekatan RME. Selanjutnya, peneliti melanjutkan kegiatan mengkaji teori-
teori yaitu mengkaji mengenai kurikulum pembelajaran dan mengkaji tentang
RME. Berikutnya dengan mengidentifikasi atau membatasi masalah meliputi
solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang telah
dijelaskan yaitu dengan mengembangkan suatu LKS pada materi Relasi dan
Fungsi dengan pendekatan RME. Setelah itu peneliti merancang kegiatan
lanjutan berupa fase produksi. Pada tahap perancangan dan realisasi dilakukan
dengan menentukan kompetensi dasar, menyusun struktur LKS dan dilanjutkan
dengan menyusun instrumen penilaian.
Pada tahapan tes, evaluasi, dan revisi dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu
kegiatan validasi dan melakukan uji coba, Tahap validasi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana LKS yang dikembangkan sesuai dengan karakter
RME, kemampuan siswa dan konsep materi yang tepat sehingga layak untuk
digunakan dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk menguji
kevalidan LKS adalah lembar validasi. Jika hasil validasi menunjukkan LKS
perlu direvisi maka dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang memiliki
kekurangan. Validator terdiri dari satu dosen matematika Universitas Negeri
Malang (UM) dan dua guru matematika SMP Negeri 19 Malang. Lembar
validasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis nilai rata-rata, data
yang digunakan dalam validasi LKS ini berupa data kuantitatif dengan 4 skala,
yaitu skala 1 : Tidak Setuju, skala 2 : Kurang Setuju, skala 3 : Setuju, dan skala
4 : Sangat Setuju.
Uji coba dilakukan pada kelompok kecil yaitu terdiri dari 5 siswa SMP
kelas VII yang terdiri dari 4 siswa kelas VII SMP Negeri 19 Malang dan 1
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Batu. Uji coba dilakukan untuk melihat sejauh
mana kepraktisan dan keefektifan LKS dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penilaian aspek kepraktisan dilihat dari tingkat kemudahan dalam penggunaan
LKS. Penilaiannya dilakukan oleh siswa dengan mengisi angket siswa. Angket
siswa dianalisis menggunakan teknik analisis: jika minimal 3 siswa
memberikan tanggapan “KS” (kurang setuju) atau “TS” (tidak setuju) pada satu
pernyataan maka pernyataan tersebut dijadikan dasar untuk melakukan revisi
atau perbaikan. Sedangkan tingkat keefektifan LKS dilihat dari sejauh mana
hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS yang dikembangkan tersebut.
Penilaiannya berdasarkan nilai tes evaluasi yang diberikan di bagian akhir
LKS. Tes evaluasi LKS (“Cerdas Berpikir”) dijadikan sebagai acuan
keefektifan LKS. Teknik penilaian tes evaluasi LKS adalah jika minimal 3
siswa dapat dinyatakan bahwa hasil tesnya memenuhi standar ketuntasan
belajar (berdasarkan standar ketuntasan LKS), yaitu lebih dari atau sama
dengan 75% dari nilai total maksimal (75% dari 200, yaitu 150), maka dapat
disimpulkan bahwa siswa menguasai materi LKS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyusunan bagian-bagian LKS berdasarkan struktur LKS dan dengan
memperhatikan karakteristik LKS, karakteristik RME, dan syarat-syarat LKS
dengan pendekatan RME. Bagian-bagian LKS terdiri dari: Halaman Sampul,
Identitas (halaman judul, standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, petunjuk belajar, informasi pendukung, dan daftar isi),
“Perkenalan” yang bertujuan untuk membantu siswa mengenal materi yang
akan dipelajari dengan ilustrasi masalah realistiknya. Perkenalan merupakan
kegiatan awal pembelajaran RME. “Problematika” yaitu pemberian
permasalahan realistik yang berkaitan dengan konsep yang akan diobservasi,
terdiri dari Problematika Relasi, Problematika Fungsi, dan Problematika
Korespondensi satu-satu. Problematika termasuk kegiatan memahami masalah
realistik dan menyelesaikan masalah realistik pada pembelajaran RME.
“Kesimpulan” yaitu berisi tentang ringkasan konsep dari materi yang disusun
oleh siswa dari hasil pemahaman mereka. Pada pembelajaran RME, bagian
kesimpulan termasuk kegiatan menyimpulkan materi. “Cerdas Berpikir” yaitu
tes evaluasi Relasi dan Fungsi yang diberikan pada siswa di bagian akhir LKS.
Cerdas Berpikir merupakan kegiatan akhir pada pembelajaran RME.
Data yang diperoleh dari validasi LKS berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil
penskoran lembar validasi, sedangkan data kualitatif berupa komentar dan
saran secara tertulis maupun tidak tertulis dari validator. Analisis data dalam
penulisan ini terdiri dari dua macam, yaitu analisis data hasil validasi dan
analisis data hasil uji coba.
Analisis data hasil validasi merupakan analisis lembar validasi, sedangkan
analisis data hasil uji coba terdiri dari analisis hasil tes siswa dan analisis
angket siswa. Hasil perhitungan persentase masing-masing kriteria terhadap
LKS sudah valid dan tidak perlu revisi karena sudah memenuhi kriteria
validitas, yaitu cukup valid, valid, dan sangat valid. Secara keseluruhan
diperoleh rata-rata 80,3% dengan kriteria valid dan tidak revisi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan LKS yang dikembangkan adalah valid
dan tidak perlu revisi menurut validator. Namun untuk penyempurnaan LKS
maka sebelum diuji cobakan peneliti tetap melakukan revisi pada LKS yang
dikembangkan sesuai dengan data kualitatif hasil validasi.
Data pada uji coba LKS diperoleh dari hasil tes atau evaluasi siswa pada
materi Relasi dan Fungsi setelah mempelajari LKS yang diberikan dan jawaban
siswa terhadap angket siswa. Angket siswa dianalisis menggunakan teknik
analisis jika minimal 3 siswa memberikan tanggapan “KS” (kurang setuju) atau
“TS” (tidak setuju) pada satu pernyataan maka pernyataan tersebut dijadikan
dasar untuk melakukan revisi atau perbaikan. Nilai siswa subjek uji coba
memenuhi standar ketuntasan belajar, yaitu lebih dari atau sama dengan 75%
dari nilai maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat memahami
materi dalam LKS. Hasil pengisian angket siswa juga menunjukkan bahwa
LKS praktis untuk digunakan.
Revisi produk yang dimaksud adalah revisi produk berdasarkan hasil uji
coba LKS oleh subjek uji coba. Meskipun secara keseluruhan LKS yang telah
dikembangkan oleh pengembang dapat disimpulkan praktis dan efektif
berdasarkan hasil uji coba, tetapi untuk kesempurnaan LKS ada beberapa
perubahan yang dilakukan pengembang berdasarkan hasil pengerjaan LKS oleh
subjek uji coba dan komentar/saran yang diberikan oleh subjek uji coba. LKS
yang dikembangkan layak digunakan sebagai alternatif bahan ajar matematika
pada materi Relasi dan Fungsi.
Berdasarkan struktur LKS, LKS yang telah dikembangkan memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai salah satu alternatif bahan ajar karena dalam
LKS ini terdapat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan
Pembelajaran, Petunjuk Belajar, Informasi Pendukung, Daftar Isi, kegiatan
siswa (Problematika), kesimpulan, dan evaluasi (Cerdas Berpikir). Menurut
pengertian RME yang telah dirumuskan oleh penulis, LKS yang dikembangkan
ini dapat dikategorikan sebagai LKS dengan pendekatan RME karena LKS
menggunakan masalah realistik atau situasi sehari-hari berupa masalah nyata
ataupun hal-hal yang mudah dibayangkan oleh siswa sehingga siswa
mengkonstruksi atau menemukan kembali konsep matematika.
Kelebihan LKS yang telah dikembangkan adalah mempunyai tampilan
yang menarik sehingga siswa dimungkinkan senang untuk mempelajari LKS
tersebut. Selain itu, pada tiap LKS diberi pengantar yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi
Relasi dan Fungsi. Kelebihan lainnya adalah LKS yang dikembangkan
menggunakan pendekatan RME sehingga siswa tidak menjadi penerima
informasi saja akan tetapi mereka dituntut untuk aktif berpikir. Melalui
kegiatan belajar, siswa dapat menemukan sendiri pengertian dari relasi, fungsi,
maupun korespondensi satu-satu.
Tetapi LKS ini tak lepas pula dari kekurangan-kekurangan, antara lain
LKS hanya memuat materi pada KD 1.3 yaitu memahami Relasi dan Fungsi.
Sedangkan kekurangan dari segi kepraktisan LKS memiliki kendala dalam
penerapannya, yaitu dalam hal alokasi waktu yang dianggap terlalu banyak
memakan waktu.
Kemungkinan munculnya masalah lain dari pemanfaatan LKS ini adalah
selama ini siswa disuguhkan LKS yang langsung menyajikan pengertian atau
rumus kemudian disuruh mengerjakan soal-soal latihan, sehingga terhadap
LKS ini siswa mengomentari bahwa terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan
yang dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa merasa bosan. Untuk
mengantisipasi hal ini, maka LKS diberi tampilan yang menarik dan gambar-
gambar yang sesuai dengan setiap pertanyaan yang diajukan sehingga siswa
tidak bosan. Selain itu guru juga dapat memberikan motivasi pada siswa bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan pancingan agar mereka
dapat memahami dan menyimpulkan apa yang dimaksud dengan relasi dan
fungsi sehingga siswa lebih serius dalam mempelajari isi LKS.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penilaian validator pada setiap aspek di lembar validasi
dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan menunjukkan skor berada
pada selang 70% - 84% yang termasuk kriteria valid. Sementara itu hasil uji
coba pada kelompok kecil diperoleh kesimpulan bahwa LKS yang
dikembangkan menarik dan siswa dapat mengerjakan bagian Cerdas Berpikir
dengan nilai yang memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah
ditentukan. LKS pengembangan ini dapat disimpulkan valid, praktis, dan
efektif.
Adapun saran pengembangan LKS lebih lanjut adalah sebagai berikut:
(1) Pengembangan LKS RME ini hanya terbatas pada materi Relasi dan
Fungsi, karena itu diharapkan ada tindak lanjut pengembangan LKS
dengan pendekatan RME untuk materi yang lain sehingga dapat
memperkaya sumber belajar siswa.
(2) Bagi pengembang lain, disarankan untuk menerapkan LKS ini pada uji
coba kelompok heterogen (uji coba pada kelompok sedang maupun besar).
Selain itu juga disarankan dalam melaksanakan tes evaluasi sebaiknya
dilakukan di bawah pengawasan/ kontrol guru, karena hasil tes evaluasi
mencerminkan tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi.
(3) Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari LKS dengan pendekatan RME yang
telah dikembangkan ini, maka disarankan kepada para guru ataupun
pengembang lain untuk lebih menggalakkan lagi pembelajaran matematika
dengan menggunakan LKS RME. Guru lebih kreatif lagi dalam menyusun
sendiri masalah realistik yang relevan dengan materi yang akan diajarkan.
(4) Agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal pada pembelajaran dengan
menggunakan LKS RME ini, disarankan kepada pengembang selanjutnya
untuk menerapkan LKS RME dengan metode diskusi kelompok, dengan
begitu diharapkan akan terjalin interaksi antar siswa, siswa dengan guru,
dan siswa dengan lingkungan, serta pada proses pembelajaran sebelum
menyimpulkan siswa dapat membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
LKS hasil pengembangan masih jauh dari sempurna, karena itu peneliti sangat
mengharapkan saran dari para ahli dan praktisi pendidikan matematika untuk
menjadikan LKS ini lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah, Syarifah. 2006. Pengenalan Pembelajaran Matematika Realistik dan
Contoh Penerapannya dalam Pembeljaran Matematika. Jurnal Pendidikan,
(Online), 2(2): 344 – 355, (http://www.isjd.pdii.lipi.go.id), diakses 27 Juli
2012.
Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi Pada Penelitian
Penddikan Matematika). Jember: Pena Salsabila.
Johar, Rahmah. 2010. PMRI in Aceh. Dalam R.K. Sembiring, S. Hadi, M. Dolk
(Eds.), A Decade of PMRI in Indonesia (hlm.115). Bandung, Utrecht: APS
International.
Nuralam. 2001. Pembelajaran yang Membangun Pemahaman Konsep Fungsi
Siswa Kelas II MTs Negeri Malang I. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Pascasarjana UM.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta:
Depdikbud.
Yuwono, Ipung. 2005. Pembelajaran Matematika Secara Membumi. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Malang, 6 Mei 2013
Mengetahui,
Pembimbing I
Dra. Ety Tejo Dwi Cahyowati, M.Pd
NIP 19620318 199002 2 001
Pembimbing II
Indriati Nurul Hidayah, S.Pd, M.Si NIP 19710423 199803 2 002
Mahasiswa
Qomaria Amanah NIM 209311420838